• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS BUDAYA LOKAL

I. PENILAIAN 1 Sikap spiritual

a.Observasi : guru mengamati sikap spiritual yang ditunjukan siswa setelah mendapatkan materi

b.Instrumen : sesuai dengan indikator yang telah dibuat oleh guru (skala rentang)

2. Sikap Sosial

a. Observasi : guru mengamati sikap sosial yang ditunjukan siswa setelah mendapatkan materi

b. Instrumen : sesuai dengan indikator yang telah dibuat oleh guru (skala rentang)

3. Pengetahuan a. Tertulis b. Uraian

4. Keterampilan

Siswa melakukan presentasi secara individu atau kelompok dan dinilai keaktifannya oleh guru.

Mengetahui, ..., ...2014

Kepala Sekolah Guru Mapel

... ... NIP. ... NIP. ...

Lampiran 1 RPP

A. Klasifikasi Kelompok Sosial (Social Group)

1. Klasifikasi kelompok sosial menurut erat longgarnya ikatan antar anggota menurut Ferdinand Tonnies:

a. Paguyuban (gemeinschaft)

Paguyuban: kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal.

Ciri-ciri kelompok paguyuban :

- terdapat ikatan batin yang kuat antaranggota - hubungan antar anggota bersifat informal b. Tipe paguyuban:

- Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood)

Contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.

Kelompok genealogis : kelompok yang terbentuk berdasarkan hubungan sedarah. Kelompok genealogis memiliki tingkat solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan : nenek moyang.

- Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place) Contoh: Rukun Tetangga, Rukun Warga.

Komunitas : kelompok sosial yang terbentuk berdasarkan lokalitas.

Contoh : Beberapa keluarga yang berdekatan membentuk Rukun Tetangga. Selanjutnya sejumlah Rukun Tetangga membentuk RW (Rukun Warga) - Paguyuban karena ideologi (gemeinschaft of mind)

c. Patembayan (gesselschaft)

Patembayan: kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu yang pendek.

Ciri-ciri kelompok patembayan :

- hubungan antaranggota bersifat formal - memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal - memperhitungkan nilai guna (utilitarian) - lebih didasarkan pada kenyataan sosial

Contoh patembayan : ikatan antara pedagang, organiasi dalam suatu pabrik atau industri.

2. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Solidaritas Antara Anggota. Istilah ini dipopulerkan oleh seorang sosiolog yang bernama Durkheim.

a. Solidaritas Mekanik.

Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang muncul pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok.

Dalam masyarakat ini, kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan yang lain. Masing-masing kelompok dapat memenuhi keperluan mereka tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok diluarnya.Dalam masyarakat yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan ialah persamaan perilaku dan sikap. Seluruh warga masyarakat diikat oleh apa yang dinamakan kesadaran kolektif, hati nurani kolektif, dan bersifat ekstern serta memaksa.

b. Solidaritas Organik.

Solidaritas organik adalah solidaritas yang mengikat masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan anggota. Karena adanya kesalingtergantungan ini maka ketidakhadiran pemegang peran tertentu akan mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup masyarakat. Misalnya, tidak berperannya tentara akan mengakibatkan masyarakat menjadi rentan terhadap serangan dari masyarakat lain.

3. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Erat Longgarnya Ikatan Dalam Kelompok. Klasifikasi ini diperkenalkan oleh Ferdinand Tonnies.

a. Gemeinschaft (paguyuban).

Gemeinschaft merupakan bentuk kehidupan bersama, dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan lain sebagainya.

b. Gesellschaft (patembayan).

Gesellschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu pendek. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contohnya adalah ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lain-lain.

B. Pola Hubungan Antar Kelompok. 1. Akulturasi.

Pola akulturasi akan terjadi manakala kedua kelompok ras yang bertemu mulai berbaur dan berpadu. Misalnya kita melihat bahwa kebudayaan orang belanda di Indonesia menyerap berbagai unsure kebudayaan Indonesia, seperti cara berbusana, cara makan, dan gaya berbahasa.

2. Dominasi.

Pola ini akan terjadi bila suatu kelompok ras menguasai kelompok lain. Contoh: kedatangan bangsa eropa ke benua asia untuk memperoleh SDA. Atau kita jumpai dalam pengelompokan, misalnya suatu kelompok etnik mendominasi kelompok etnik lain,laki- laki mendominasi perempuan, orang kaya mendominasi orang miskin, dan lain sebagainya.

Konblum menyatakan bahwa terdapat lima macam kemungkinan proses yang terjadi dalam suatu hubungan antar-kelompok, yaitu, genocide (pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota suatu kelompok tertentu), pengusiran, perbudakan, asimilasi. Kita lihat, misalnya, bahwa dalam berbagai kasus dominasi dilakukan bersamaan dengan pembunuhan terhadap penduduk.

3. Paternalisme.

Suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas kelompok ras pribumi. Banton mengemukakan bahwa pola ini muncul manakala kelompok pendatang yang secara politik lebih kuat mendirikan koloni di daerah jajahan.

Dalam pola hubungan ini Banton membedakan tiga macam masyarakat: masyrakat metropolitan (didaerah

asal pendatang), masyarakat kolonial yang terdiri atas para pendatang serta sebagian dari masyarakat pribumi, dan masyarakat pribumi yang dijajah.

4. Integrasi.

Suatu pola hubungan yg mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan perhatian khusus atau makna penting pada perbedaan ras tersebut.

5. Pluralisme.

Suatu pola hubungan yang mengakui adanya persamaan hak politik dan hak perdata semua warga masyarakat. Akan tetapi pola hubungan itu lebih terfokus pada kemajemukan kelompok ras daripada

pola integrasi. Dalam pola ini solidaritas dalam masing-

masing kelompok ras lebih besar.

Barton berpendapat bahwa suatu pola mempunyai

kecenderunagn untuk lebih berkembang kesuatu arah tertentu. Pola dominasi cenderung mengarah pada

pluralisme, sedangkan pola akulturasi dan

Lampiran 2 RPP Penilaian 1

Sikap Spiritual dan Sikap Sosial Keterangan:

a. Sikap Spriritual

1) Indikator sikap spiritual “silaturahmi”: - Berhubungan baik dengan guru.

- Memberi salam senyum sapa ketika bertemu dengan orang lain

- Tidak membedakan teman

- Memelihara hubungan baik dengan sesama teman sekelas maupun sekolah.

2) Rubrik pemberian skor:

- 4 = jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.

- 3 = jika siswa melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut - 2 = jika siswa melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut No Nama

Sikap

Spiritual Sikap Sosial

Total Skor

Silaturahmi Menghormati Toleransi

Peduli 1-4 1-4 1-4 1-4 1 2 3 4

- 1 = jika siswa melakukan salah satu (empat) kegiatan tersebut

b. Sikap Sosial. 1. Menghormati

a) Indikator sikap sosial “Menghormati” - Bersikap santun dengan guru

- Tidak menyela pembicaraan orang lain - Selalu menjunjung tinggi kejujuran - Mematuhi peraturan

b) Rubrik pemberian skor

- 4 = jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.

- 3 = jika siswa melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut

- 2 = jika siswa melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut

- 1 = jika siswa melakukan salah satu (empat) kegiatan tersebut

2. Toleransi

a) Indikator sikap sosial “toleransi” - Menghargai pendapat orang lain - Tidak berbuat semena-mena .

- Tidak memaksakan kehendak sendiri - Mengutamakan kebersamaan

b) Rubrik pemberian skor

- 4 = jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.

- 3 = jika siswa melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut

- 2 = jika siswa melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut

- 1 = jika siswa melakukan salah satu (empat) kegiatan tersebut

3. Sikap peduli

a) Indikator sikap sosial “peduli”

- Mengingatkan teman jika ada kesalahan - Menolong teman yang kesusahan

- Tidak merusak fasilitas sekolah

- Menjaga lingkungan sekolah tetap bersih dan nyaman

b) Rubrik pemberian skor

- 4 = jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.

- 3 = jika siswa melakukan 3 (empat) kegiatan tersebut

- 2 = jika siswa melakukan 2 (empat) kegiatan tersebut

- 1 = jika siswa melakukan salah satu (empat) kegiatan tersebut

Penilaian 2. Pengetahuan

Pedoman Penyekoran dan Penilaian 1. Pedoman Penyekoran

No

soal Kunci Jawaban Tertinggi Skor 1 Kelompok sosial yang berada dilingkungan

sekitar longgarnya ikatan antar anggota, yaitu paguyuban dan patembayan. Paguyuban kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Contohnya keluarga, RT dll. Patembayan kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu yang pendek. Contohnya : Karang Taruna, Kelompok Anak Motor dll.

4

2 Klasifikasi kelompok sosial, klasifikasi

kelompok berdasarkan identifikasi diri, kelompok berdasarkan hubungan diantara para anggotanya, kelompok berdasarkan sistem hubungan, tipe budaya.

4

No Butir Instrumen

1. Identifikasi kelompok sosial yang ada di lingkungan tempat tinggalmu!

2. Jelaskan klasifikasi kelompok sosial!

3. Jelaskan perbedaan antara patembayan dan paguyuban!

4. Jelaskan bagaimana akulturasi yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu!

5.

6. Jelaskan ciri-ciri kelompok patembayan!

7. Jelaskan dan beri contoh kelompok sosial yang termasuk ke dalam klasifikasi solidaritas mekanik! 8. Jelaskan dan beri contoh beberapa kelompok sosial

No

soal Kunci Jawaban Tertinggi Skor 3 Perbedaan Petembayan dan Paguyuban

antara lain:

Paguyuban: kelompok sosial yang anggota- anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Ciri-ciri kelompok paguyuban : terdapat ikatan batin yang kuat antaranggota, hubungan antar

anggota bersifat informal. Sementara

Patembayan: kelompok sosial yang anggota- anggotanya memiliki ikatan lahir yang pokok untuk jangka waktu yang pendek. Ciri-ciri

kelompok patembayan : hubungan

antaranggota bersifat formal, memiliki

orientasi ekonomi dan tidak kekal,

memperhitungkan nilai guna (utilitarian), lebih didasarkan pada kenyataan social

4

4 Keluarga dapat tergolong dalam kelompok primer, karena kelompok primer merupakan kelompok sosial yang memiliki hubungan saling mengenal dan memiliki perasaan kebersamaan dan kerja sama yang erat. Hubungan yang erat dan rasa kebersamaan dapat dilihat dari hubungan darah dan waktu luang yang dihabiskan bersama.

4

5 Akulturasi dapat terjadi karena manakala kedua kelompok ras yang bertemu dan memiliki budaya yang berbeda mulai berbaur dan berpadu, sehingga menghasilkan kebudayaan baru tanpa mempengaruhi budaya asli. Contohnya : Menara Kudus adalah akulturasi antara kebudayaan Hindu dan Islam, akibat pengaruh Islam yang ingin mensiarkan agama dengan jalan damai.

4

6 Ciri-ciri kelompok patembayan, antara lain:

hubungan antaranggota bersifat formal, memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal, memperhitungkan nilai guna (utilitarian), lebih didasarkan pada kenyataan sosial. Contoh patembayan : ikatan antara pedagang, organiasi dalam suatu pabrik atau industri.

4

No

soal Kunci Jawaban Tertinggi Skor solidaritas mekanik contohnya masyarakat

desa. Masyarakat desa merupakan kelompok yang solidaritasnya lebih ditentukan oleh ikatan emosional, kekerabatan, persamaan cita-cita, dan ikatan keagamaan. Seluruh warga masyarakat diikat oleh apa yang dinamakan kesadaran kolektif, hati nurani kolektif, dan bersifat ekstern serta memaksa. 8 Kelompok sosial yang masuk dalam

paguyuban, yaitu:

a. Paguyuban karena ikatan darah

(gemeinschaft by blood)

Contoh: keluarga, kelompok kekerabatan. Kelompok genealogis : kelompok yang terbentuk berdasarkan hubungan sedarah. Kelompok genealogis memiliki tingkat solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan : nenek moyang.

b.Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place)

Contoh: Rukun Tetangga, Rukun Warga.

Komunitas : kelompok sosial yang

terbentuk berdasarkan lokalitas.

Contoh : Beberapa keluarga yang berdekatan membentuk Rukun Tetangga. Selanjutnya sejumlah Rukun Tetangga membentuk RW (Rukun Warga)

c. Paguyuban karena ideologi (gemeinschaft of mind)

Contoh: partai politik berdasarkan agama

4

2. Pedoman Penilaian

Nilai = Skor Perolehan x 100 Skor Tertinggi

Penilaian 3

Keterampilan

1. Lembar penilaian untuk kegiatan mengamati gambar budaya lokal dan gambar tentang ketimpangan sosial.

No Nama Siswa Relevansi (1-4) Kelengkapan (1-4) Kebahasaan (1-4) Jumlah skor 1. 2. 3. 4. 5.

Nilai = Jumlah skor dibagi 3 Keterangan :

a. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara siswa mengumpulkan informasi faktual dengan memanfaatkan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba. Maka secara keseluruhan yang dinilai adalah HASIL pengamatan (berupa informasi) bukan CARA mengamati.

b. Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian kegiatan mengamati.

 Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar/Tujuan Pembelajaran (TP).

 Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa (risedu) fakta yang tertinggal.

 Kebahasaan menunjukan bagaimana siswa mendeskripsikan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam bahasa tulis yang efektif (tata kata atau tata kalimat yang benar dan mudah dipahami).

c. Skor terentang antara 1 – 4 1 = kurang

2 = Cukup 3 = Baik

4 = Amat Baik

2. Penilaian untuk kegiatan diskusi

N O Nama Mengkomu nikasikan (1-4) Mendengar kan (1-4) Berargume ntasi (1-4) Berkont ribusi (1-4) Jumla h skor 1 2 3 4

Nilai = jumlah skor dibagi 3 Keterangan :

a. Berdiskusi : Mengacu pada keterampilan mengolah fakta dan menalar (associating) yakni membandingkan fakta yang telah diolahnya (data) dengan konsep yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan dan atau ditemukannya sebuah prinsip penting. Ketrampilan berdiskusi meliputi ketrampilan mengkomunikasikan (communication Skill), mendengarkan (listening skill), ketrampilan berargumentasi (arguing skill) ,dan ketrampilan berkontribusi (contributing skill).

o Ketrampilan mengkomunikasikan adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang efektif.

o Ketrampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan siswa untuk tidak menyela, memotong, atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan gagasannya.

o Kemampuan berargumentasi menunjukkan

kemampuan siswa dalam mengemukakan

argumentasi logis (tanpa fallacy atau sesat pikir) ketika ada pihak yang bertanya atau mempertanyakan gagasannya.

o Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan siswa memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di dalamnya menghargai perbedaan pendapat.

b. Skor terentang antara 1 – 4 1 = kurang

2 = Cukup 3 = Baik

3.Penilaian presentasi hasil diskusi No Nama Menjelaskan (1-4) Memvisualkan (1-4) Merespon (1-4) Jumlah skor 1 2 3 4

Nilai= Jumlah skor dibagi 3

a. Presentasi menunjuk pada kemampuan siswa untuk menyajikan hasil temuannya mulai dari kegiatan mengamati, menanya, uji coba (mencoba), dan mengasosiasi sampai pada kesimpulan. Presentasi terdiri atas 3 aspek penilaian yakni ketrampilan menjelaskan, memvisualisasikan, dan merespon atau memberi tanggapan.

o Ketrampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan diskusi secara meyakinkan.

o Ketrampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan siswa untuk membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif mungkin.

o Ketrampilan merespon adalah kemampuan siswa menyampaikan tanggapan atas pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak lain secara empatik.

b. Skor terentang antara 1 – 4 1 = Kurang

2 = Cukup 3 = Baik

Tugas Kelompok

1. Berkunjung di desa untuk mengadakan pengamatan dan wawancara mengenai budaya lokal yang masih di

lestarikan

2. Tugas dikerjakan secara kelompok ( 1 kelompok beranggotakan 4 – 5 siswa )

3. Setiap kelompok membuat laporan berupa :  Hasil pengamatan dan wawancara

 Membuat rekaman gambar dari kegiatan kelompok sosial (kelompok kesenian )

BAB III PENUTUP

Pembelajaran inkuri berbasis budaya lokal merupakan suatu alternatif pembelajaran yang secara langsung memberikan peluang besar bagi peserta didik untuk aktif menemukan sendiri melalui eksplorasi secara kelompok di luar kelas. Pembelajaran berbeda jauh dengan pembelajaran yang hanya monoton di dalam kelas, mendengarkan penjelasan guru, peserta didik tidak mengalami secara langsung dan tidak bersentuhan langsung dengan budaya lokal yang ada. Pembelajaran ini merupakan alternatif untuk mengatasi kebiasan sebagian besar guru cenderung pada transfer knowledge atau pemahaman secara kognitif, sedangkan aspek afektif dan psikomotor belum sepenuhnya diperhatikan dalam penilaiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas. 2000. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta. Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Balai

Pustaka

Nasution. 1992. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung: Tarsito.

Slavin , R.E. 1994 . Cooperative Learning . Theory, Reseacrh , and Practice. Second Edition .Boston : Allyn and Bacon Sumantri, Muhammad Numan . 2001. Menggagas

Pembeharuan Pendidikan IPS. Dalam Dedi Supriadi dan Rohmat Mulyana (Ed). Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sumantri, Endang. 2014. Upaya Membangkitkan Nasionalisme melalui Pendidikan. Sekretaris Negara Republik Indonesia. http. www.setneg.go.id

Trowbridge, L. W. & Bybee, R. W. 1973. Becoming a secondary school science

Widja, I Gede. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode-MetodePengajaran. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Dokumen terkait