• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran langsung Pengukuran tidak langsung

1. Anthropometri 2. Biokimia 3. Klinis 4. Biofisik 1. Survei konsumsi 2. Statistik vital 3. Faktor ekologi

infeksi yang akut atau kronis seperti diare dan sanitasi di dalam dan di luar rumah yang tidak cukup baik. Salah satu hal yang terpenting strategi UNICEF dalam status gizi adalah kerangka kerja konseptual untuk menganalisis penentu kekurangan gizi dalam konteks spesifik. Dalam penentuan status gizi ada tiga elemen yang harus dipenuhi, yaitu makanan, kesehatan dan perawatan. Adapun kerangka kerja konseptual UNICEF dalam status gizi disajikan pada gambar 2.

Komunikasi Informasi dan Edukasi

Struktur, Sosial, Budaya, Politik dan Keadaan Struktur Ekonomi

Gambar 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita Sumber : UNICEF (1997)

Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Hasil

Asupan Makanan yang Cukup Kesehatan

Perawatan Wanita Pemberian Asi/Makanan Praktek-praktek Higiene Praktek-praktek Kesehatan Rmah Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Sehat Penyebab langsung Penyebab Tidak Langsung Ketahana Pangan Rumah Tangga

Sumberdaya Masyarakat dan Keluarga

Sumberdaya Potensial

Faktor yang menentukan

Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi (Berg 1986). Rendahnya pendapatan (keadaan miskin) merupakan salah satu sebab rendahnya konsumsi pangan dan gizi serta buruknya status gizi. Kurang gizi akan mengurangi daya tahan tubuh, rentan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan pendapatan. Akhirnya masalah pendapatan rendah, kurang konsumsi, kurang gizi dan rendahnya mutu hidup membentuk siklus yang berbahaya (Suhardjo & Hardinsyah 1987).

Penelitian yang dilakukan Megawangi (1991) di tiga propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa pendapatan tidak berpengaruh positif terhadap status gizi anak balita. Bagaimana hubungan antara pendapatan dan status gizi tidak secara langsung, tetapi melalui variabel antara misalnya distribusi makanan dalam keluarga, kesehatan dan keadaan sanitasi, pengetahuan dan keterampilan orang tua, dan banyak faktor lainnya.

Makanan adalah kebutuhan utama manusia sehingga dalam keadaan pendapatan rendah (terbatas) sebagian besar pendapatan tersebut akan dipakai atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Semakin meningkat pendapatan biasanya semakin berkurang presentase yang dibelanjakan untuk makan. Hal tersebut sesuai dengan hukum Engel yang mengatakan bahwa jika pendapatan meningkat, proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap pendapatan total menurun, tetapi pengeluaran absolut untuk makanan meningkat. Hukum ini tidak berlaku pada masyarakat miskin, yang sudah memiliki pengetahuan absolut untuk makanan sudah sangat rendah (dibawah kebutuhan minimum) sehingga jika terjadi peningkatan pendapatan maka proporsi pengeluaran untuk makan pun meningkat (Berg 1986).

Pendidikan dan Pengetahuan Ibu

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, dan semakin meningkat produktivitas, serta semakin meningkat kesejahteraan keluarga.

Suatu model hubungan antara pendidikan dan status gizi anak dikemukakan oleh Leslie (1985) bahwa pendidikan ibu akan mempengaruhi pengetahuan mengenai praktek kesehatan dan gizi anak sehingga anak berada dalam keadaan status gizi yang baik. Hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Makin tinggi pendidikan orang tua, makin baik status gizi anaknya. Anak- anak dari ibu mempunyai latar belakang pendidikan lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bangladesh menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh positif terbadap asupan protein pada anak-anak pra sekolah, terutama anak yang berusia muda (tahun pertama kehidupannya). Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pengertiannya terhadap perawatan kesehatan, higiene, serta kesadarannya terhadap kesehatan anak-anak dan keluarganya. Ibu yang berpendidikan rendah memiliki akses yang lebih sedikit terhadap informasi dan keterampilan yang terbatas untuk menggunakan informasi tersebut, sehingga mempengaruhi kemampuan ibu dalam merawat anak-anak mereka dan melindunginya dari gangguan kesehatan.

Zat Gizi, Vitamin dan Mineral

Energi

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat lemak dan protein yang berada di dalam makanan yang kita makan. Dalam kondisi normal jumlah energi yang kita peroleh sangat tergantung dari jumlah sumber energi yang kita makan. Menurut Brody (1994) bahwa energi diperlukan

Pendidikan Ibu mengenai praktek Pengetahuan kesehatan dan gizi

anak

Status Gizi Anak

Gambar 3 Hubungan Antara Pendidikan dan Status Gizi Sumber : Leslie (1985)

dalam proses sintesis glikogen dan trigliserida. Energi yang berlebihan menjadi lemak yang disimpan dalam jaringan adiposa.

Protein

Protein adalah bagian dari sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier 2001). Protein tersusun oleh polimer asam amino. Daging, ikan merupakan sumber protein yang sangat bagus. Sebagai contoh ikan salmon mengandung 30 gram protein dalam 100 gram (Brody 1994).

Vitamin A

Defisiensi vitamin A merupakan masalah kesehatan masyarakat yang nyata di lebih 70 negara. Pada tahun 1995, diperkirakan sekitar 3 juta anak-anak di seluruh dunia setiap tahun menunjukkan xerophthalmia. Vitamin A mempunyai keunikan sebagai vitamin larut lemak yang pertama kali diketahui. Fungsi yang paling dikenal dari vitamin A adalah peranannya dalam penglihatan. Bentuk retinol (11-cis-retinaldehyde) dari vitamin A diperlukan oleh mata untuk transduksi cahaya menjadi sinyal-sinyal syaraf yang diperlukan untuk penglihatan. Bentuk asam retinoat diperlukan untuk mempertahankan diferensiasi kornea dan membran konjugtiva, sehingga mencegah xerophthalmia. Vitamin A juga dibutuhkan untuk untuk integritas sel ephitel di seluruh tubuh (Muhilal & Sulaiman 2004). Makanan yang berasal dari hewan merupakan sumber dari vitamin A yang sudah jadi (preformed vitamin A) atau retinol, kebanyakan berada dalam bentuk retynil ester. Hati merupakan tempat penyimpanan vitamin A. Daging, unggas, ikan dan telur mengandung vitamin A dalam jumlah yang cukup tinggi. Sedangkan bahan-bahan nabati seperti buah-buahan, sayuran berdaun hijau, akar, dan umbi-umbian (seperti wortel dan ubi jalar merah) serta minyak sawit merah mengandung vitamin A dalam bentuk prekursor atau karotenoid provitamin A.

Vitamin C

Manusia dan beberapa hewan memerlukan vitamin C dari makanan karena tubuhnya tidak memiliki enzim L-gulono-α-lactone oxidase, yang diperlukan untuk sintesa vitamin C. Vitamin C pada asupan normal dapat diabsorpsi sebesar 90-95%, transportasi dalam bentuk bebas di plasma dan mudah diambil oleh jaringan yang memerlukan. Absorpsi akan meningkat sampai dosis 150 mg per hari. Ekstraksi melalui urin dalam bentuk metabolitnya yaitu asam oksilat. Asupan lebih dari 60 mg akan meningkatkan ekskresi bentuk vitamin C secara proporsional. Sumber utama vitamin C adalah buah dan sayuran segar. Biasanya sumber vitamin C dikaitkan dengan jeruk walaupun buah dan sayuran daun yang lain juga merupakan sumber yang baik.

Dalam menetapkan Angka Kecukupan (AKG) Vitamin C perlu diketahui jumlah cadangan dalam tubuh yang dapat memelihara fungsi vitamin C dan laju turn over yang terjadi. Cadangan sebesar 1500 mg merupakan jumlah maksimum yang dapat dimetabolisir di jaringan tubuh dan dapat mencerminkan aktivitas fisiologis yang optimal. Dengan jumlah cadangan yang demikian maka perkirakaan turn over vitamin C adalah 60 mg per hari. Dengan memperhitungkan kemampuan absorpsi maka jumlah yang diperlukan adalah 70-75 mg yang mungkin bisa meningkat untuk beberapa individu sampai 100 mg.

Untuk ibu hamil dan menyusui perlu diperhatikan kebutuhan janin dalam kandungan ataupun bayi yang menyusu. Penambahan pada ibu hamil harus memperhatikan peningkatan kebutuhan ibu dan kebutuhan janin yang dikandungnya. Untuk ibu menyusui, hendaknya disesuaikan dengan produksi ASI dan kandungan vitamin C dalam ASI serta intik bayi yang mendapat ASI eksklusif.

Vitamin B1 (Tiamin)

Nama lain dari vitamin B1 adalah Tiamin. Tiamin merupakan koenzim yang penting pada metabolisme energi dari karbohidrat. Vitamin ini larut dalam air dan tidak tahan panas. Tiamin merupakan faktor pada dekarboksilat oksidatif dari asam α-ketoglutarat. Selain itu, ia terlibat pada pembentukan dan degradasi keton oleh transketolase yang mengkatalis interkonversi gula dengan 3 sampai 7

atom karbon. Dengan demikian kebutuhan tiamin dikaitkan dengan asupan karbohidrat. Absorspsi vitamin dalam jumlah asupan sehari-hari relatif mudah di bagian proksimal intestin. Ekskresi melalui ginjal dalam bentuk tiamin asetat atau metabolitnya. Kebutuhan tiamin dipengaruhi oleh umur, asupan energi, asupan karbohidrat, dan berat badan. Aktivitas fisik akan mempengaruhi kebutuhan energi, sehingga aktivitas fisik rata-rata perhari perlu diperhatikan untuk penetapan jumlah asupan yang dianjurkan. Food and Nutrition Board USA memberikan rekomendasi berdasarkan beberapa studi jumlah 0,5 mg per 1000 Kal dan minimal 1 mg untuk asupan energi kurang dari 2000 Kal. Untuk ibu hamil dan menyusui diperlukan tambahan sebesar 0,3 mg per hari.

Kalsium (Ca)

Hampir seluruh kalsium di dalam tubuh ada dalam tulang yang berperan sentral dalam struktur dan kekuatan tulang dan gigi. Tubuh orang dewasa mengandung sekitar 1000-1300 g kalsium yang kurang dari 2% berat tubuh. Kandungan normal kalsium darah adalah 9-11 mg per 100 ml. Sekitar 48 % serum kalsium adalah ionik dimana 46 % dalam senyawa protein darah. Sisanya dalam bentuk senyawa komplek yang mudah difusi, seperti dalam bentuk sitrat .

Sumber utama kalsium untuk masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi tinggi (kaya) adalah susu dan hasil olahnya yang mengandung sekitar 1150 mg kalsium per liter. Sumber lain kalsium adalah sayuran hijau, kacang-kacangan dan ikan yang dikalengkan. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan adalah biovailabilitas, aktivitas fisik dan keberadaan zat gizi lain. Penyerapan kalsium kurang baik pada bahan makanan yang mengandung tinggi asam oksalat (bayam, ubi jalar) atau asam fitat (biji-bijian, kacang-kacangan). ASI merupakan sumber zat gizi utama bagi bayi 0-6 bulan. Kadar kalsium ASI relatif tetap rata-rata 260 mg/L. Asumsi rata-rata volume ASI untuk Indonesia adalah 750 ml/hari untuk 6 bulan pertama dan 600 ml untuk 6 bulan kedua. Jika 80% asupan kalsium berasal dari ASI rata-rata penyerapannya 61 %. Kalsium dari makanan tidak berpengaruh negatif terhadap biovailibilitas kalsium dari ASI. Retensi kalsium pada bayi diperhitungkan 68 mg/hari berdasarkan kehilangan kalsium. Tingkat penambahan kalsium dihitung 30-35 mg/hari untuk bayi 0-4 bulan dan 50-55 mg/hari untuk

bayi 5-11 bulan. Selama masa menyusui diperlukan 250 mg sehari kalsium agar kualitas ASI tetap baik. Kehilangan kalsium selama menyusui akan segera dapat teratasi setelah penyapihan. Sama seperti ibu hamil, diperkirakan sekitar 50% ibu menyusui di Indonesia masih dalam usia pertumbuhan. Jika untuk pertumbuhan diperlukan tambahan kaslium sekitar 300 mg/hari. Maka ibu menyusui di Indonesia perlu tambahan 150 mg/hari. Oleh sebab itu, asupan kalsium selama masa menyusui ditetapkan sama dengan selama masa kehamilan yaitu 950 mg/hari (Soekatri M & Kartono D 2004a).

Fosfor (F)

Fosfor adalah mineral terbanyak kedua setelah kalsium dalam tubuh. Dalam tubuh fosfor mempunyai peran struktural dan fungsional. Penetapan kecukupan fosfor untuk bayi 0-11 bulan adalah didasarkan pada AI (asupan rata- rata). ASI merupakan sumber fosfor satu-satunya pada bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif. Tidak ada laporan tentang kekurangan fosfor pada bayi lahir cukup bulan yang mendapat ASI eksklusif. Kadar fosfor dalam ASI rata-rata 110 mg/L. Rata-rata penyerapan fosfor dari ASI adalah 85%. Retensi fosfor pada bayi diperhitungkan 59 mg/hari. Rata-rata penyerapan fosfor dari makanan pada anak adalah 70% sedangkan pada dewasa adalah 60%. AI fosfor untuk bayi 0-6 bulan didasarkan pada asupan fosfor dari ASI sekitar 750 ml sehari yaitu 100mg/hari. Kecukupan fosfor untuk bayi 7-11 bulan didasarkan pada asupan ASI 600 ml/hari atau 75 mg fosfor sehari ditambah asupan dari MP-ASI sekitar 150mg/hari. MP-ASI umumnya mengandung tinggi fosfor dibanding ASI. Sehingga rata-rata asupan 225 mg/hari fosfor sehari akan dapat memenuhi kecukupannya.

Selama masa kehamilan ataupun menyusui efisiensi penyerapan fosfor adalah 60% dan EAR ditetapkan 490 mg/hari. Belum ada informasi yang menyatakan bahwa selama masa kehamilan dibutuhkan fosfor lebih banyak dibanding masa tidak hamil. Kecukupan fosfor rata-rata selama masa kehamilan sama dengan selama masa menyusui yaitu 600 mg/hari. Jika kehamilan ataupun menyusui terjadi pada umur kurang dari 19 tahun maka kecukupan fosfor adalah 1100 mg/hari.

Besi (Fe)

Besi ada dihampir semua bentuk makanan dan minuman serta wadah yang digunakan baik untuk menyimpan maupun untuk tempat makanan. Dalam bentuk padat besi sebagai metal atau senyawa besi. Dalam larutan, besi ada dalam bentuk ferro dan bentuk ferri. AI besi untuk bayi 0-6 bulan didasarkan pada asupan besi dari ASI sekitar 750 ml sehari yaitu 0.27 mg/hari. FAO/WHO (2001) dalam Soekatri dan Kartono (2004b) berasumsi bahwa simpanan besi cukup untuk 6 bulan pertama kehidupan bayi. Oleh sebab itu kecukupan besi bayi 0-6 bulan adalah 0.50 mg/hari.

Masa menyusui pada bulan pertama tidak ada kehilangan besi akibat menstruasi dan setelah 6 bulan dipastikan sudah mendapatkan menstruasi lagi. Kecukupan besi selama masa menyusui memperhitungkan kehilangan besi akibat menstruasi serta kebutuhan untuk mempertahankan kualitas besi ASI. Jika kecukupan besi pada keadaan normal (tidak hamil) adalah 26 mg/hari. Ekskresi besi melalui ASI sekitar 0.25 mg/hari atau dibutuhkan sekitar 2.5 mg/hari jika tingkat penyerapan 10 %. Oleh sebab itu, kecukupan besinya adalah 32 mg/hari.

Dokumen terkait