Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 1 April 1980 sebagai anak ke-empat dari empat bersaudara dari pasangan Engkos Teteng Kosasih (alm) dan Cucu Jumirah. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Kesehatan Masyarakat Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas Muhammadiyah Jakarta, lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2005 penulis diterima di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga pada Program Pascasarjana IPB. Penulis bekerja sebagai dosen tetap di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) sejak tahun 2003. Penulis juga pernah menjabat sebagai sekretaris Temu Kaji Ilmiah Dosen (TEKAD) dan editor pelaksana Jurnal SAIN Universitas Muhammadiyah Maluku Utara dari tahun 2003-2005.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv PENDAHULUAN ... 1 TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Posyandu di Indonesia ... 5 Pelayanan Posyandu ... 6 Revitalisasi Posyandu ... 8 Pelayanan Dasar Gizi ... 9 Status gizi & Pengukurannya ... 11 Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi ... 15 Pendapatan ... 17 Pendidikan dan Pengetahuan Ibu ... 17 Zat Gizi, Vitamin dan Mineral ... 18 KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran ... 24 Hipotesis ... 25 Kerangka Konsep ... 26 METODE PENELITIAN
Disain dan Tempat Penelitian ... 27 Teknik Penarikan Contoh ... 27 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 30 Pengolahan dan Analisis Data ... 31 Batasan Operasional ... 36 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaaan Umum Daerah Penelitian ... 38 Karakteristik Keluarga... 40 Karakteristik Bayi... 42 Pengeluaran Pangan... 41 Persepsi Ibu tentang Program Gizi ... 44 Pengetahuan Gizi Ibu ... 45 Pemanfaatan Pelayanan Gizi ... 47 Pelayanan Program Posyandu... 48 Akses Pelayanan Program Gizi ... 49 Rata-Rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Konsumsi
Ibu Menyusui... ... 50 Rata-Rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Konsumsi
Status Gizi Ibu ... 54 Status Gizi Bayi ... 55 Hubungan Pemanfaatan dengan Status Gizi Ibu dan Bayi ... 57 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu dan Bayi ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN ... 74
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Sebaran populasi dan sample di Kecamatan Ciranjang ... 28 2 Sebaran populasi dan sample di Kecamatan Karang Tengah... 28 3 Sebaran karakteristik keluarga menurut pendidikan,umur
dan pekerjaan... 40 4 Sebaran keluarga menurut pendapatan Rp/kapita/bln ... 41 5 Sebaran bayi menurut jenis kelamin... 43 6 Sebaran karakteritik keluarga menurut pengeluaran pangan... 43 7 Sebaran karakteritik rumah tangga menurut pengeluaran pangan,
dan status ekonomi keluarga ... 43 8 Sebaran ibu menurut persepsi terhadap program posyandu ... 45 9 Sebaran ibu menurut pengetahuan gizi ... 45 10 Sebaran ibu menurut jawaban benar dan salah dari pertanyaan
tentang pengetahuan gizi ... 46 11 Sebaran ibu menurut pemanfaatan program gizi ... 47 12 Sebaran ibu menurut pelayanan program posyandu ... 49 13 Sebaran ibu menurut akses pelayanan program gizi di posyandu ... 49 14 Statistik konsumsi dan tingkat kecukupan konsumsi ibu ... 50 15 Sebaran ibu menurut tingkat kecukupan zat gizi ... 52 16 Statistik konsumsi dan tingkat kecukupan konsumsi bayi... 50 17 Sebaran bayi menurut tingkat kecukupan zat gizi ... 52 18 Sebaran ibu menurut status gizi ... 55 19 Sebaran status gizi bayi menurut indeks BB/PB, PB/U, BB/U ... 56 20 Variabel yang bermakna pada α=0.01 berdasarkan hasil analisis
korelasi pearson ... 58 21 Variabel yang bermakna pada α=0.05 berdasarkan hasil analisis
regresi linear berganda ... 59 22 Variabel yang bermakna pada α=0.05 berdasarkan hasil analisis
regresi linear berganda ... 60 23 Variabel yang bermakna pada α=0.01 berdasarkan hasil analisis
korelasi pearson ... 61 24 Variabel yang bermakna pada α=0.05 berdasarkan hasil analisis
regresi linear berganda ... 62 25 Variabel yang bermakna pada α=0.05 berdasarkan hasil analisis
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Metode Penelitian Status Gizi ... 15 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita ... 16 3 Hubungan antara Pendidikan dan Status Gizi ... 18 4 Kerangka Konsep ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Variabel yang pada alpha 0.05 berdasarkan hasil analisis regresi
linier berganda... 74 2 Variabel yang pada alpha 0.05 berdasarkan hasil analisis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan suatu bangsa pada hakekatnya adalah suatu upaya pemerintah bersama masyarakat untuk mensejahterakan bangsa. Salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Salah satu indikator untuk mengukur tinggi rendahnya kualitas SDM adalah Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks atau HDI). Tiga faktor utama penentu HDI yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat. Kurang gizi berdampak pada penurunan kualitas SDM. Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari 174 negara. Pada tahun 2004, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara. Pada tahun 2006, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati peringkat 108 dari 177 negara (UNDP 2003, 2004, 2006).
Kurang gizi akan mengakibatkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas, meningkatkan kesakitan dan kematian (Azwar 2004). Status gizi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi secara kompleks. Di tingkat rumah tangga status gizi dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga menyediakan pangan yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya, asuhan gizi ibu dan anak dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan perilaku serta keadaan kesehatan anggota rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut terlihat eratnya hubungan antara ketahanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat sehingga menjadi komitmen global. Melalui international conference on nutrition 1992 hingga world food summit 2002, menegaskan komitmen masing-masing negara termasuk Indonesia untuk melanjutkan upaya peningkatan ketahanan pangan, menghapuskan kelaparan dan kekurangan gizi (Azwar 2004).
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) mempengaruhi peningkatan dari status gizi masyarakatnya. Status gizi merupakan salah satu faktor penyebab dari kualitas hidup manusia. Perbaikan gizi merupakan syarat utama dalam perbaikan kesehatan ibu hamil, menurunkan angka kematian bayi dan balita. Menurut kepala Dinas Kesehatan Cianjur bahwa sebesar 12.6% dari jumlah total 167.019 balita di Kabupaten Cianjur menderita gizi kurang dan 1.4% menderita gizi buruk. Kondisi ini diantaranya disebabkan karena faktor ekonomi (Abdul 2005).
Upaya pemerintah dalam meningkatkan gizi di Indonesia sudah berjalan semenjak 30 tahun dan masih berfokus pada masalah gizi utama yaitu Kekurangan Energi dan Protein (KEP), defisiensi vitamin A, anemia zat besi dan defisiensi iodium. Menurut Soekirman (1998) bahwa kurang gizi selain terjadi karena kondisi saat ini sedang krisis dapat juga ditimbulkan karena berbagai lembaga sosial yang ada tidak berfungsi secara optimal. Salah satu dari lembaga sosial adalah posyandu dan lembaga ini kelihatan tidak berfungsi secara optimal. Menurut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu bahwa posyandu harus mampu dalam upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan peningkatan status gizi masyarakat serta posyandu harus mampu berperan sebagai wadah pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat. Bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui merupakan golongan rawan terhadap masalah kekurangan gizi. Oleh sebab itu bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui menjadi sasaran dalam kegiatan posyandu. Secara umum revitalisasi posyandu bertujuan meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu sehingga bisa memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan dan mampu meningkatkan atau mempertahankan status gizi serta derajat kesehatan ibu dan anak.
Tujuan dari program pemerintah dalam meningkatkan status gizi masyarakat adalah meningkatkan intelegensi dan kinerja seseorang sehingga bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tujuan lainnya adalah menurunkan angka penyakit yang disebabkan kekurangan zat gizi (KEP, defisiensi vitamin A, anemia zat besi dan defisiensi iodium). Program gizi mendukung dalam
peningkatan status gizi masyarakat pada umumnya melalui peningkatan pola konsumsi pangan beragam, seimbang dan berkualitas (Atmarita & Fallah 2004). Pelaksanaan program gizi pada tatanan masyarakat dilaksanakan melalui posyandu.
Posyandu yang didirikan sejak tahun 1986 merupakan wadah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam berbagai sektor, oleh karena itu posyandu yang telah ada secara tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah dari dampak krisis ekonomi yang melanda negara khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak yang termasuk kelompok rawan gizi dan sangat perlu diperhatikan. Posyandu yang merupakan penyelenggarakan pelayanan program gizi yang paling “dekat” dengan masyarakat sehingga apabila fungsi dan kinerjanya baik kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat, secara tidak langsung mampu mengatasi masalah gizi yang terjadi selama ini. Secara umum pelaksanaan program gizi telah mengurangi penyakit akibat zat gizi (Kodyat et al 1998).
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk menggali bagaimana pelaksanaan program gizi di tingkat posyandu wilayah Kecamatan Ciranjang dan Karang Tengah Kabupaten Cianjur serta melihat faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu menyusui dan bayinya yang termasuk kelompok rawan gizi. Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur bahwa wilayah Kecamatan Ciranjang dan Karang tengah merupakan 2 wilayah yang paling banyak pelaksanaan program gizi dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya yang berada di kabupaten Cianjur.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis pemanfaatan program gizi di posyandu dan berbagai faktor yang mempengaruhi status gizi ibu menyusui dan bayinya sebagai pengguna posyandu di Kecamatan Ciranjang dan Karang Tengah Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat.
Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga, konsumsi makan, pelayanan program gizi, akses pelayanan program gizi, pemanfaatan program gizi, pengeluaran pangan, persepsi program gizi, pengetahuan gizi dan status gizi ibu menyusui dan bayinya.
2. Menganalisis hubungan pemanfaatan program gizi dengan status gizi ibu menyusui dan bayinya.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu menyusui dan bayinya.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi tentang kegiatan program gizi di posyandu sehingga bisa memberikan masukan bagi para penentu kebijakan dalam menentukan pelaksanaan program gizi yang lebih efektif dan tepat sasaran.
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Posyandu di Indonesia
Upaya perbaikan gizi di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1950-an yang dimulai dengan pembentukan panitia perbaikan makanan rakyat di Jawa Tengah. Pada tahun yang hampir bersamaan dilaksanakan kegiatan serupa di berbagai negara lain. FAO dan WHO merumuskan suatu program yang dinamakan Applied Nutrition Program (ANP) yaitu upaya yang bersifat edukatif untuk meningkatkan gizi rakyat terutama golongan rawan gizi dengan peran serta masyarakat setempat dengan dukungan dari berbagai instansi secara terkordinasi.
Tahun 1969 melalui pertemuan berbagai instansi dilahirkan nama UPGK dengan menggunakan konsep ANP (Applied Nutrition Program) dari FAO-WHO. Dalam perkembangannya pada tahun 1984 dicanangkan oleh masyarakat dengan bantuan alat dan tenaga khusus dari pemerintah. Posyandu merupakan salah satu bentuk Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). PKMD merupakan suatu pendekatan yang kekuatannya terletak pada pelayanan kesehatan dasar, kerjasama lintas sektoral dan peran serta msyarakat.
Tujuan dari Posyandu adalah:
1) Mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita serta penurunan angka kelahiran.
2) Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
3) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan (Depkes 1986,1997).
Posyandu digolongkan menjadi 4 tingkatan yaitu :
1. Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum optimal kegiatannya dan belum bisa melaksanakan kegiatan rutinnya tiap bulan dan kader aktifnya masih terbatas.
2. Posyandu tingkat madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 atau
lebih, tetapi cakupan program utamanya (KB,KIA,GIZI dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%. Kelestarian dari kegiatan posyandu ini sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.
3. Posyandu tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensi pelaksanaannya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih, cakupan program utamanya (KB, KIA, GIZI dan Imunisasi) lebih dari 50% sudah dilaksanakan, serta sudah ada program tambahan bahkan sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana.
4. Posyandu tingkat mandiri adalah posyandu yang sudah bisa melaksanakan programnya secara mandiri, cakupan program utamanya sudah bagus, ada program tambahan Dana Sehat dan telah menjangkau lebih dari 50% Kepala Keluarga (KK).
Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan lanjutan dari Taman Gizi/Pos Penimbangan, selama ini dilaksanakan oleh PKK yang kemudian dilengkapi dengan pelayanan KB dan Kesehatan. Posyandu sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam bidang kesehatan melaksanakan pelayanan KB, gizi, imunisasi, penanggulangan diare dan KIA. Upaya keterpaduan pelayanan ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan keterpaduan 5 program tersebut baik dari segi lokasi, sarana maupun kegiatan dalam diri petugas, akan sangat memudahkan dalam memberikan pelayanan. Oleh sebab itu, sebaiknya Posyandu berada pada tempat yang mudah didatangi masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri seperti ditempat pertemuan RT/RW atau tempat khusus yang dibangun masyarakat (Harianto 1992).
Kodyat (1998) menjelaskan bahwa pelayanan gizi di posyandu diupayakan dan dikelola oleh lembaga swadaya masyarakat setempat dan berakar pada msyarakat pedesaan terutama oleh organisasi wanita termasuk PKK. Dengan semakin meluasnya Posyandu di hampir semua desa, maka pelayanan gizi di pedesaan makin dekat dan makin terjangkau oleh keluarga. Keterpaduan
pelayanan kesehatan dasar khususnya untuk ibu dan anak, posyandu akan menjadi ujung tombak dalam penanggulangan masalah kurang gizi.
Kegiatan pelayanan gizi di posyandu meliputi :
1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita antara lain dengan penimbangan berat badan secara teratur sebulan sekali.
2. Pemberian paket pertolongan gizi berupa tablet tambah darah untuk ibu hamil dan pemberian kapsul yodium untuk ibu hamil, ibu nifas (menyusui) dan anak balita pada daerah rawan GAKY serta pemeberian vitamin A pada bayi, balita dan ibu nifas (menyusui).
3. Pemberian makanan tambahan sumber energi dan protein bagi anak balita KEP, jenis makanan tambahan disesuaikan dengan keadaan setempat dan sejauh mungkin menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat.
4. Pemantauan dini terhadap perkembangan kehamilan dan persiapan persalinan terutama mengenai pemanfaatan ASI untuk kebutuhan gizi bayi.
Penyelenggaraan Posyandu dilaksanakan dengan pola lima meja. Kegiatan Posyandu dilaksanakan oleh kader. Pola lima meja tersebut adalah :
Meja 1 : Pendaftaran
Meja 2 : Penimbangan bayi dan balita Meja 3 : Pencatatan (pengisian KMS) Meja 4 : Penyuluhan perorangan meliputi :
a. Informasi kesehatan tentang anak balita berdasarkan hasil penimbangan berat badan, diikuti pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A dosis tinggi.
b. Memberikan informasi kepada ibu hamil yang termasuk risiko tinggi tentang kesehatannya diikuti dengan pemberian tablet tambah darah. c. Memberikan informasi kepada PUS (Pasangan Usia Subur) agar
menjadi anggota KB lestari diikuti dengan pemberian dan pelayanan alat kontrasepsi.
Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA,KB,imunisasi serta pelayanan lain sesuai kebutuhan setempat.
Kegiatan diatas dilaksanakan sebulan sekali, khusus meja 1 sampai meja 4 merupakan kegiatan UPGK di Posyandu. Sedangkan kegiatan UPGK di luar jadwal Posyandu seperti kegiatan pemanfaatan pekarangan, motivasi dan penggerakkan UPGK melalui jalur agama dan BKKBN, PMT dan pemberian ASI dalam keluarga dapat dilaksanakan sebagai kegiatan sehari-hari UPGK dalam keluarga.
Revitalisasi Posyandu
Revitalisasi Posyandu merupakan upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan peningkatan status gizi masyarakat yang secara umum terpuruk sebagai akibat langsung maupun tidak langsung adanya krisis multi dimensi di Indonesia. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan setiap keluarga dalam memaksimalkan potensi pengembangan kualitas sumber daya manusia diperlukan dalam upaya revitalisasi Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat yang langsung dapat dimanfaatkan untuk melayani pemenuhan kebutuhan dasar, pengembangan kualitas manusia dini, sekaligus merupakan salah satu komponen perwujudan kesejahteraan keluarga. Peran Posyandu sebagai salah satu sistem penyelenggaraan pelayanan kebutuhan kesehatan dasar dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Agar Posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya maka perlu upaya revitalisasi terhadap fungsi dan kinerja Posyandu yang telah dilaksanakan sejak krisis ekonomi yang melanda bangsa kita. Upaya revitalisasi posyandu telah dilaksanakan sejak tahun 1999 di seluruh Indonesia, tetapi fungsi dan kinerja posyandu secara umum masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Oleh karena itu pula, upaya revitalisasi posyandu perlu terus ditingkatkan dan dilanjutkan agar mampu memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap kelompok sasaran rawan gizi. Secara umum revitalisasi posyandu bertujuan meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu sehingga bisa memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan dan mampu meningkatkan atau mempertahankan status gizi serta derajat kesehatan ibu dan anak.
Sedangkan secara khusus bertujuan sebagai :
a. Meningkatkan kualitas kemampuan dan ketrampilan kader Posyandu. b. Meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan Posyandu.
c. Meningkatkan pemenuhan kelengkapan sarana, alat, dan obat di Posyandu.
d. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat untuk
kesinambungan kegiatan Posyandu.
e. Meningkatkan fungsi pendampingan dan kualitas pembinaan Posyandu (Depdagri 2001).
Pelayanan Dasar Gizi
Menurut Soekirman (2000) pelayanan dasar adalah pelayanan utama yang harus diberikan kepada golongan masyarakat yang rawan terhadap risiko kurang gizi dan terserang penyakit. Kelompok tersebut adalah wanita, balita dan usia lanjut. Pelayanan untuk wanita meliputi pelayanan kepada wanita remaja calon ibu, wanita hamil, wanita nifas dan wanita menyusui.
Di negara berkembang seperti di Indonesia, apabila ditelusuri ke belakang, status gizi kurang dan buruk pada balita ada hubungannya dengan status gizi ibunya ketika masih remaja. Pada usia remaja terjadi perubahan fisik yang cepat. Oleh karena itu, mereka harus didukung oleh keadaan gizi kesehatan yang optimal. Menurut hasil Survey Kesehatan Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dari Departemen Kesehatan tahun 1995; 39% remaja wanita menderita KEP tingkat ringan dan 15.8% KEP buruk. Angka tersebut lebih tinggi dibanding pada remaja laki-laki. Remaja wanita juga menderita anemi sebesar 49.2% dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) sebesar 29.6%.
Pelayanan dasar yang diberikan kepada wanita biasanya berupa pengetahuan tentang cara memelihara dan meningkatkan kesehatan diri dan keluarga, mengatur gizi seimbang dan pentingnya keluarga berencana. Selain itu, mereka disiapkan secara fisik dengan memberikan imunisasi pada waktu akan menikah dan jika perlu untuk penderita anemi besi diberikan suplemen pil zat besi atau tablet tambah darah (TTD), pelayanan pendidikan gizi, kesehatan dan Keluarga Berencaan (KB). Pelayanan ini dapat diberikan melalui berbagai program seperti usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), program makanan
tambahan anak sekolah (PMT-AS), kesehatan sekolah, kesehatan keluarga dan melalui kegiatan rutin puskesmas.
Pelayanan dasar yang diberikan untuk ibu hamil dan meyusui terutama berupa pemeriksaan kehamilan dan sebelum persalinan (prenatal care), pertolongan persalinan dan pelayanan pasca persalinan (post-natal care). Pelayanan gizi dasar bagi ibu hamil dan menyusui dapat berupa penyuluhan gizi seimbang, pemantauan pertambahan berat badan waktu hamil, suplemen zat yodium, suplemen pil zat besi dan suplemen energi dan protein. Salah satu pengetahuan gizi yang harus ditanamkan kepada ibu hamil adalah mengenai pentingnya Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi. Pada masa setelah melahirkan, selain pengetahuan tentang ASI, diperlukan pengetahuan tentang pentingnya makanan pendamping ASI (MP-ASI) sesudah bayi berumur 4 bulan. Pelayanan ini dapat dilaksanakan melalui program UPGK, Posyandu, Puskesmas dan kesehatan keluarga atau program khusus lainnya.
Pelayanan dasar bagi balita (0-5 tahun) terutama ditujukan untuk menjaga agar pertumbuhan potensional (berat badan dan tinggi badan) anak sejak lahir dapat berlangsung normal, demikian juga daya tahannya terhadap penyakit. Dengan pertumbuhan fisik yang normal, perkembangan mental dan kecerdasan anak juga dapat dipicu dengan lingkungan hidup yang baik dan pola pengasuhan yang mendukung. Untuk itu pelayanan dasar bagi balita meliputi pemberian imunisasi, pendidikan dan penyuluhan gizi pada ibu, menciptakan lingkungan yang bersih, penyediaan fasilitas stimulasi perkembangan mental dan kecerdasan anak dan penyediaan oralit untuk mengurangi bahaya penyakit diare.
Pelayanan dasar gizi dan kesehatan untuk anak balita dapat dilaksanakan melalui Posyandu, Puskesmas, program kesehatan keluarga dan program lain. Berbagai lembaga pelayanan dasar tersebut harus bisa terjangkau baik secara fisik (mudah dicapai) maupun ekonomi (sesuai daya beli) oleh setiap keluarga, termasuk mereka yang miskin dan tinggal di daerah terpencil.
Status Gizi dan Pengukurannya
Menurut Hermana (1993) status gizi merupakan hasil masukan zat gizi makanan dan pemanfaatannya di dalam tubuh. Sedangkan Riyadi (1995) mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi) dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan yang ditentukan berdasarkan ukuran tertentu.
Pencapaian status gizi yang baik, didukung oleh konsumsi pangan yang mengandung zat gizi cukup dan aman untuk dikonsumsi. Bila terjadi gangguan kesehatan, maka pemanfaatan zat gizi pun akan terganggu. Bayi yang berstatus gizi lebih baik dan sehat, lebih berpeluang mempunyai kemampuan mental dan intelektual yang lebih baik dan mempunyai usia harapan hidup dan waktu produktif yang lebih tinggi (FNB-NAS 1990). Oleh karena itu, perhatian akan pemenuhan kecukupan gizi dan kesehatan pada bayi menjadi semakin penting. Cukup beralasan bahwa salah satu tujuan kebijakan pangan dan gizi di Indonesia adalah perbaikan mutu gizi makanan penduduk, khususnya golongan rawan gizi seperti anak dibawah lima tahun termasuk bayi dan ibu menyusui
Status gizi pada saat bayi dapat memberi andil terhadap status gizi anak- anak bahkan masa dewasa (Winarno 1990). Mengingat pentingnya status gizi masa bayi, maka orang tua dalam hal ini ibu mempunyai peran yang penting untuk dapat mengendalikan agar status gizi anaknya dapat mencapai optimal.
Kebutuhan nutrisi pada saat menyusui jauh lebih besar dibandingkan pada saat kehamilan. Pada 4-6 bulan pertama melahirkan, berat seorang bayi menjadi dua kali lipat dibandingkan pada saat umur sembilan bulan di dalam kandungan.