• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian terhadap faktor Earnings (Rentabilitas)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Penilaian Kesehatan Bank dengan Metode CAMELS

4.2.3 Penilaian terhadap faktor Earnings (Rentabilitas)

Penilaian terhadap faktor rentabilitas PT Bank Central Asia, Tbk ini dilakukan berdasarkan laporan keuangan bank periode 2006-2010 beserta informasi lain yang terkait. Penilaian ini dilakukan secara kuantitatif. Kriteria yang digunakan dibatasi dalam penilaian: Rasio Return on Assets (ROA), Rasio Return on Equity (ROE), Rasio Net

Interest Margin (NIM), dan Rasio BOPO (Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional).

1. RasioReturn on Assets(ROA)

Retun on Assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (Laba Sebelum Pajak) yang dihasilkan dari Rata-rata Total Aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba Sebelum Pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan Rata-rata Total Aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva (Hariani, 2010). Hasil perhitungan untuk rasio ROA PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4.Grafik hasil ROA PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010 Tahun R O A 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 4.2 4.0 3.8 3.6 3.4 3.2 Accuracy Measures MAPE 2.42777 MAD 0.08194 MSD 0.00816 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for ROA

Quadratic Trend Model Yt = 4.026 - 0.452143*t + 0.0678571*t**2

ROA PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2006 adalah 3,71 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada posisi ini Laba Sebelum Pajak adalah senilai 6,0 triliun rupiah dan Rata-rata Total Aktiva senilai 163,4 triliun rupiah. Pada tahun 2006 terlihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai rasio ROA jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 1,25 persen. Penilaian pada rasio ROA tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa kondisi bank adalah sehat dengan perolehan laba sangat tinggi.

ROA PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 3,24 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 8. Rata-rata Total Aktiva meningkat menjadi 197,4 triliun rupiah. Laba Sebelum Pajak meningkat menjadi 6,4 triliun rupiah. Penurunan nilai ROA disebabkan oleh meningkatnya Rata-rata Total Aktiva. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2007 peningkatan Rata-rata Total Aktiva disebabkan oleh Aktiva Produktif yang meningkat 24,1 persen menjadi 181,9 triliun rupiah pada akhir 2007. Hal tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit sebesar 21,0 triliun rupiah yang memberikan kontribusi hampir 60 persen terhadap total kenaikan Aktiva Produktif. Pada tahun 2007 terlihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai rasio ROA jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 1,25 persen. Penilaian pada rasio ROA tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa kondisi bank adalah sehat dengan perolehan laba sangat tinggi.

ROA PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2008 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 3,33 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 8. Laba sebelum pajak meningkat menjadi 7,7 triliun rupiah. Rata-rata Total Aktiva meningkat menjadi 231,7 triliun rupiah. Peningkatan nilai ROA disebabkan oleh meningkatnya Laba Sebelum Pajak.

Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008 peningkatan Laba Sebelum Pajak dipengaruhi oleh meningkatnya Pendapatan Operasional Lainnya sebesar 35,7 persen menjadi 3,9 triliun rupiah. Pada tahun 2008 terlihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai rasio ROA jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 1,25 persen. Penilaian pada rasio ROA tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa kondisi bank adalah sehat dengan perolehan laba sangat tinggi.

ROA PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2009 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 3,39 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 8. Laba Sebelum Pajak meningkat menjadi 8,9 triliun rupiah. Rata-rata Total Aktiva meningkat menjadi 263,9 triliun rupiah. Peningkatan nilai ROA dipengaruhi oleh meningkatnya Laba Sebelum Pajak. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2009 peningkatan laba sebelum pajak dipengaruhi oleh meningkatnya Pendapatan Operasional Lainnya sebesar 12,1 persen menjadi 4,3 triliun rupiah. Pada tahun 2009 terlihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai rasio ROA jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 1,25 persen. Penilaian pada rasio ROA tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa perolehan laba sangat tinggi.

ROA PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi 3,41 persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada lampiran 8. Laba Sebelum Pajak meningkat menjadi 10,6 triliun rupiah. Rata-rata Total Aktiva meningkat menjadi 312,4 triliun rupiah. Peningkatan nilai ROA dipengaruhi oleh meningkatnya Laba Sebelum Pajak. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2010 peningkatan Laba Sebelum Pajak dipengaruhi oleh

meningkatnya Pendapatan Operasional Lainnya sebesar 65,2 persen menjadi 7,3 triliun rupiah. Pada tahun 2010 terlihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai rasio ROA jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 1,25 persen. Penilaian pada rasio tersebut dapat disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa perolehan laba sangat tinggi.

Kecenderungan proyeksi trend ROA pada 2011 ke 2012 adalah meningkat. Berdasarkan data Laporan Keuangan triwulan PT Bank Central Asia, Tbk bulan juni 2011, diperoleh nilai ROA sebesar 3,62 persen. Artinya, pada triwulan 2 (dua), bank telah berhasil memperoleh Laba Sebelum Pajak terhadap Rata-rata Total Aktiva sesuai dengan proyeksinya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan laba sesuai dengan proyeksi akhir tahun atau triwulan 4 (empat), peningkatan nilai ROA tersebut harus tetap dijaga dengan mengawasi nilai pada Rata-rata Total Aktiva yang diimbangi terhadap perolehan Laba Sebelum Pajak sesuai dengan standar Bank Indonesia.

2. RasioReturn on Equity(ROE)

Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan Laba Setelah Pajak. Semakin besar ROE, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba Setelah Pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan Rata-rata Total Ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku (Hariani, 2010). Rasio ROE PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5.Grafik hasil ROE PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010

Pada tahun 2006 PT Bank Central Asia, Tbk memiliki nilai ROE sebesar 30,81 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai ini diperoleh dari perbandingan Laba Bersih Setelah Pajak sebesar 4,2 triliun rupiah dan Rata-rata Modal Inti 13,7 triliun rupiah. Pada tahun 2006 dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio ROE jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 12,5 persen. Penilaian pada rasio ROE tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa kondisi bank sehat dengan perolehan laba sangat tinggi.

Pada tahun 2007 nilai ROE mengalami penurunan menjadi 28,22 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 9. Laba Bersih Setelah Pajak meningkat menjadi sebesar 4,4 triliun rupiah. Rata-rata Modal Inti mengalami peningkatan menjadi sebesar 15,9 triliun rupiah. Penurunan nilai ROE disebabkan oleh

Tahun R O E 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 50 45 40 35 30 Accuracy Measures MAPE 2.02060 MAD 0.60857 MSD 0.52793 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for ROE

Quadratic Trend Model Yt = 32.568 - 2.99657*t + 0.731429*t**2

meningkatnya Rata-rata Modal Inti. Berdasarkan pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2007 peningkatan Rata-rata Modal Inti disebabkan oleh Modal Inti yang meningkat sebesar 16,1 persen pada akhir 2007 menjadi 17,1 triliun rupiah. Pada tahun 2007 dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio ROE jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 12,5 persen. Penilaian pada rasio ROE tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan perolehan laba sangat tinggi.

Pada tahun 2008 nilai ROE mengalami peningkatan menjadi 30,96 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 9. Laba Bersih Setelah Pajak meningkat menjadi sebesar 5,7 triliun rupiah. Rata-rata Modal Inti meningkat menjadi sebesar 18,6 triliun rupiah. Peningkatan nilai ROE disebabkan oleh meningkatnya Laba Bersih Setelah Pajak. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008 peningkatan Laba Bersih Setelah Pajak disebabkan karena diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.81/2007 mengenai penurunan tarif pajak penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka. Peraturan Pemerintah ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2008. Sesuai dengan adanya peraturan tersebut, PT Bank Central Asia, Tbk berhak mendapatkan insentif berupa pemotongan tarif pajak sebesar 5 persen, sehingga tarif pajak penghasilan yang dikenakan adalah 25 persen, turun dari tarif normal sebesar 30 persen. Pada tahun 2008 dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio ROE jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 12,5 persen. Penilaian pada rasio ROE tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan perolehan laba sangat tinggi.

Pada tahun 2009 nilai ROE mengalami peningkatan menjadi 32,50 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 9.

Laba Bersih Setelah Pajak meningkat menjadi sebesar 6,8 triliun rupiah. Rata-rata Modal Inti meningkat menjadi sebesar 20,9 triliun rupiah. Peningkatan nilai ROE disebabkan oleh meningkatnya Laba Bersih Setelah Pajak. Berdasarkan laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2009 peningkatan Laba Bersih Setelah Pajak disebabkan karena diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.81/2007 seperti yang telah ditetapkan pada tahun 2008 yaitu pemotongan pajak sebesar 5 persen, serta ditambah dengan penggantian UU No.7/1983 mengenai “Pajak Penghasilan” dengan UU No.36/2008. Perubahan UU No.36/2008 mencakup perubahan tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya menggunakan pajak bertingkat yaitu 30 persen menjadi tarif tunggal yaitu 28 persen untuk tahun 2009 dan 25 persen untuk tahun 2010. Sesuai dengan adanya insentif tersebut, maka tarif pajak penghasilan yang dikenakan kepada PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2009 adalah 23 persen. Pada tahun 2009 dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio ROE jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 12,5 persen. Penilaian pada rasio ROE tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan perolehan laba sangat tinggi.

Pada tahun 2010 nilai ROE mengalami peningkatan menjadi 35,63 persen. Perhitungan ROE dapat dilihat pada Lampiran 9. Laba Bersih Setelah Pajak meningkat menjadi sebesar 8,4 triliun rupiah. Rata-rata modal inti meningkat menjadi sebesar 23,7 triliun rupiah. Peningkatan nilai ROE disebabkan oleh meningkatnya Laba Bersih Setelah Pajak. Berdasarkan laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2010 peningkatan Laba Bersih Setelah Pajak disebabkan karena diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.81/2007 yaitu pemotongan pajak sebesar 5 persen seperti yang telah ditetapkan pada tahun 2008, serta ditambah dengan penggantian UU No.7/1983 mengenai “Pajak Penghasilan” dengan

UU No.36/2008 yaitu perubahan tarif pajak penghasilan dari pajak bertingkat yaitu 30 persen menjadi tarif tunggal yaitu sebesar 25 persen untuk tahun 2010. Sesuai dengan adanya insentif tersebut, maka tarif pajak penghasilan yang dikenakan kepada PT Bank Central Asia, Tbk pada tahun 2010 adalah 20 persen. Pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio ROE jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 12,5 persen. Penilaian pada rasio ROE tersebut disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan perolehan laba sangat tinggi.

Kecenderungan proyeksi trend ROE pada 2011 ke 2012 adalah meningkat. Berdasarkan data laporan triwulan PT Bank Central Asia, Tbk pada bulan juni 2011 diperoleh nilai ROE sebesar 30,83 persen. Meskipun hasil tersebut merupakan data yang diperoleh pada triwulan 2 (dua), bank masih perlu untuk terus mengejar target pada proyeksi di akhir tahun yaitu triwulan 4 (empat). Belum tercapainya nilai pada proyeksi disebabkan peningkatan Laba Bersih Setelah Pajak yang belum sesuai target dan masih perlu ditingkatkan.

3. RasioNet Interest Margin(NIM)

Net Interest Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola Aktiva Produktif untuk menghasilkan Pendapatan Bunga Bersih. Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari Pendapatan Bunga dikurangi Beban Bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya Pendapatan Bunga atas Aktiva Produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil (Hariani, 2010). Hasil perhitungan NIM PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6.Grafik hasil NIM PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010

Pada tahun 2006 PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio NIM sebesar 6,90 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 10. Nilai ini diperoleh dari perbandingan antara Pendapatan Bunga Bersih sebesar 9,4 triliun rupiah dengan Rata- rata Aktiva Produktif sebesar 137,1 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio NIM jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 2 persen. Penilaian pada rasio NIM PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2006 disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan marjin bunga bersih sangat tinggi.

Pada tahun 2007 rasio NIM mengalami penurunan menjadi 5,79 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 10. Pendapatan Bunga Bersih meningkat menjadi sebesar 9,5 triliun rupiah. Rata-rata Aktiva Produktif meningkat menjadi sebesar 165,5 triliun rupiah. Penurunan nilai NIM disebabkan oleh

Tahun N IM 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 7 6 5 4 3 Accuracy Measures MAPE 6.78298 MAD 0.39771 MSD 0.21912 Variable Forecasts Actual Fits

Trend Analysis Plot for NIM

Quadratic Trend Model Yt = 6.542 + 0.137286*t - 0.0907143*t**2

meningkatnya Rata-rata Aktiva Produktif. Berdasarkan laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2007, meningkatnya Rata-rata Aktiva Produktif dipengaruhi oleh peningkatan Total Aktiva Produktif pada akhir 2007 yang ditandai dengan pertumbuhan kredit sebesar 21,0 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio NIM jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 2 persen .Penilaian pada rasio NIM PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2007 disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan marjin bunga bersih sangat tinggi.

Pada tahun 2008 rasio NIM mengalami peningkatan menjadi 6,14 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 10. Pendapatan Bunga Bersih meningkat menjadi sebesar 12,3 triliun rupiah. Rata-rata Aktiva Produktif meningkat menjadi sebesar 201,0 triliun rupiah. Peningkatan nilai NIM disebabkan karena meningkatnya Pendapatan Bunga Bersih. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008 peningkatan Pendapatan Bunga Bersih disebabkan oleh Pendapatan Bunga yang meningkat 18,2 persen menjadi 19,3 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio NIM jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 2 persen .Penilaian pada rasio NIM PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008 disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan marjin bunga bersih sangat tinggi.

Pada tahun 2009 rasio NIM mengalami peningkatan menjadi 6,30 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 10. Pendapatan Bunga Bersih meningkat menjadi 14,8 triliun rupiah. Rata-rata Aktiva Produktif meningkat menjadi 237,8 triliun rupiah. Peningkatan nilai NIM disebabkan karena meningkatnya Pendapatan Bunga Bersih. Berdasarkan data pada laporan

keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2009 peningkatan Pendapatan Bunga Bersih disebabkan karena Pendapatan Bunga yang meningkat 18,8 persen menjadi 22,9 trilun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio NIM jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 2 persen. Penilaian pada rasio NIM PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2009 disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa bank sehat dengan marjin bunga bersih sangat tinggi.

Pada tahun 2010 rasio NIM mengalami penurunan menjadi 4,63 persen. Perhitungan NIM dapat dilihat pada Lampiran 10. Pendapatan Bunga Bersih menurun menjadi 12,9 triliun rupiah. Rata-rata Aktiva Produktif meningkat menjadi 280,8 triliun rupiah. Penurunan nilai NIM disebabkan karena menurunnya Pendapatan Bunga Bersih. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk penurunan Pendapatan Bunga Bersih disebabkan karena Pendapatan Bunga turun 9,9 persen menjadi 20,7 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio NIM jauh lebih tinggi dari standar ketetapan yang berlaku yaitu 2 persen. Penilaian pada rasio NIM PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2010 disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa kondisi bank sehat dengan marjin bunga bersih sangat tinggi.

Kecenderungan proyeksi trend NIM pada 2011 ke 2012 adalah menurun. Berdasarkan data laporan triwulan PT Bank Central Asia, Tbk pada bulan juni 2011 diperoleh nilai NIM sebesar 5,63 persen. Bank telah berhasil memperoleh peningkatan nilai NIM meskipun proyeksinya menurun, hal ini menandakan kinerja bank dalam memperoleh laba dari Pendapatan Bunga Bersih sudah baik pada triwulan 2 (dua), namun untuk menjaga dan meningkatkan nilai NIM, bank perlu mengawasi nilai pada Rata- rata Aktiva Produktif.

4. BOPO (Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional) Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien Biaya Operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya Operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari Total Beban Bunga dan Total Beban Operasional Lainnya. Pendapatan Operasional adalah penjumlahan dari total Pendapatan Bunga dan Total Pendapatan Operasional Lainnya (Hariani, 2010). Hasil perhitungan BOPO PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7.Grafik hasil BOPO PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010

Nilai BOPO pada tahun 2006 adalah 65,97 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 11. Biaya

Tahun B O P O 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 68 67 66 65 64 63 62 61 60 59 Accuracy Measures MAPE 1.89465 MAD 1.20000 MSD 2.17510 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for BOPO

Quadratic Trend Model Yt = 72.136 - 5.916*t + 0.75*t**2

Operasional yang dikeluarkan adalah sebesar 12,7 triliun rupiah dan Pendapatan Operasional yang diperoleh adalah 19,3 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio BOPO jauh lebih rendah dari standar ketetapan tingkat efisiensi yaitu 94 persen. Penilaian pada rasio BOPO PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2006 dapat disimpulkan mendapat peringkat 1 (satu) dan memberi gambaran bahwa kondisi bank sehat dengan tingkat efisiensi sangat baik.

Pada tahun 2007 nilai BOPO mengalami penurunan menjadi 65,88 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 11. Biaya Operasional yang dikeluarkan menurun menjadi sebesar 12,6 triliun rupiah. Pendapatan Operasional yang diperoleh menurun menjadi 19,1 triliun rupiah. Penurunan rasio BOPO disebabkan karena menurunnya nilai Pendapatan Operasional dan Biaya Operasional. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2007 penurunan Pendapatan Operasional disebabkan oleh menurunnya nilai Pendapatan Bunga sebesar 4,7 persen menjadi 16,3 triliun rupiah dan penurunan nilai Biaya Operasional disebabkan oleh menurunnya nilai Beban Bunga sebesar 12,0 persen menjadi 6,7 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio BOPO jauh lebih rendah dari standar ketetapan tingkat efisiensi yaitu 94 persen. Penilaian pada rasio BOPO PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2007 dapat disimpulkan mendapat peringkat 1(satu) dan memberi gambaran bahwa kondisi bank sehat dengan tingkat efisiensi sangat baik.

Pada tahun 2008 nilai BOPO menurun menjadi 59,41 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 11. Biaya Operasional yang dikeluarkan meningkat menjadi 13,7 triliun rupiah. Pendapatan operasional yang diperoleh meningkat menjadi 23,1 triliun rupiah. Penurunan nilai BOPO disebabkan karena meningkatnya Pendapatan Operasional. Berdasarkan data pada

laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008 peningkatan Pendapatan Operasional disebabkan oleh meningkatnya Pendapatan Bunga sebesar 18,2 persen menjadi 19,3 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio BOPO jauh lebih rendah dari standar ketetapan tingkat efisiensi yaitu 94 persen. Penilaian pada rasio BOPO PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2008 dapat disimpulkan mendapat peringkat 1(satu) dan memberi gambaran bahwa kondisi bank sehat dengan tingkat efisiensi sangat baik.

Pada tahun 2009 nilai BOPO meningkat menjadi 60,20 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 11. Biaya Operasional yang dikeluarkan meningkat menjadi 16,5 triliun rupiah. Pendapatan Operasional yang diperoleh meningkat menjadi 27,4 triliun rupiah. Peningkatan nilai BOPO disebabkan oleh meningkatnya Biaya Operasional. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2009, peningkatan Biaya Operasional disebabkan oleh meningkatnya Beban Bunga sebesar 15,6 persen menjadi 8,0 triliun rupiah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia, Tbk memiliki rasio BOPO jauh lebih rendah dari standar ketetapan tingkat efisiensi yaitu 94 persen. Penilaian pada rasio BOPO PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2009 dapat disimpulkan mendapat peringkat 1(satu) dan memberi gambaran bahwa kondisi bank sehat dengan tingkat efisiensi sangat baik.

Pada tahun 2010 nilai BOPO meningkat menjadi 61,73 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 11. Biaya Operasional yang dikeluarkan meningkat menjadi 17,2 triliun rupiah. Pendapatan Operasional yang diperoleh meningkat menjadi 28,0 triliun rupiah. Peningkatan nilai BOPO disebabkan karena meningkatnya Biaya Operasional. Berdasarkan data pada laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk tahun 2010, peningkatan Biaya Operasional disebabkan oleh meningkatnya Biaya

Dokumen terkait