• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Angka Partsisipas

Dalam dokumen d adp 039732 chapter3 (Halaman 98-105)

E. Kinerja Kebijakan

3. Peningkatan Angka Partsisipas

Merujuk kepada salah satu ukuran yang secara umum sering digunakan dalam mengevaluasi pembangunan di bidang pendidikan, inilah indikator penting lain yang bisa diangkat untuk mengambarkan keberhasilan atau kegagalan dalam implementasi Kebijakan Wajar Dikdas 9 Tahun bagi anak dari keluarga miskin selama ini. Persisnya, di bawah ini adalah trend angka partisipasi sekolah, baik angka partisipasi kasar (APK) maupun angka partisipasi murni (APM) yang bisa diangkat untuk menjelaskan keberhasilan implementasi Wajar Dikdas pada jenjang SD/MI sebagai berikut :

0 20 40 60 80 100 120 2004 2005 2006 2007 2008 APK APM Figur 4.26 : Tren Peningkatan Angka Partisipasi Sekolah pada Jenjang

Pendidikan SD/MI Sederajat

, * ' ) $/ "#,!%# "%,%# "-, #%,! ! $!,#$- , 0 1 2 %!,%$" % ,%" %",% %$, - , $# , 0 1 2 ) $/ ", !% ,##$ %, - "$,##$ # ,%

Dari tabel di atas nampak bahwa meskipun pernah mengalami penurunan pada tahun 2007, namun secara umum angka partisipasi kasar (APK) untuk jenjang pendidikan dasar (SD/MI sederajat) menunjukan tren peningkatan yang cukup berarti dari 109,67 persen pada tahun 2004 menjadi 111,63 persen pada tahun 2008, atau peningkatan sebesar 1,96 point persen dalam kurun waktu lima tahun.

Itu semua mengandung arti bahwa implementasi Wajar Dikdas pada jenjang SD/MI sederajat yang dilaksanakan selama ini cukup efektif dalam meningkatkan angka partisipasi sekolah, termasuk partisipasi dari mereka yang usianya di atas 12 tahun, di atas usia SD, namun belum mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya. Seperti dijelaskan Kasubdin PLSPO, Drs Imam Haris, MM, sebagian besar mereka yang mengikuti program Paket A, pendidikan setara SD, adalah mereka yang umumnya berusia di atas 13 tahun, bahkan ada

yang berusia 16 tahun. Pernyataan itu juga sekaligus menegaskan bahwa kegiatan pendidikan non-formal yang digulirkan pemerintah cukup efektif dalam program penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun.

Tren yang sama juga terjadi pada angka partsisipasi murni (APM) yang mengalami peningkatan dari 87,94 persen pada posisi 2004 menjadi 97,10 pada tahun 2008, atau peningkatan sebesar 9,16 point persen dalam kurun waktu lima tahun. Itu semua menunjukan bahwa pelaksanaan Wajar Dikdas untuk jenjang pendidikan dasar 6 tahun, jenjang pendidikan SD/MI sederajat, sudah menunjukan keberhasilan yang cukup meyakinkan, meskipun ada sekitar 2,80 persen anak usia 7-12 tahun, atau sekitar 7.380 anak, yang karena drop out atau alasan lainnya ternyata tidak berhasil menamatkan pendidikannya. Dan dari hasil pengamatan menunjukan bahwa sebagian besar - kalaupun tidak seluruhnya - dari mereka yang terpaksa tidak bisa menamatkan sekolah itu adalah merupakan anak dari keluarga miskin yang secara khusus akan dibahas lebih jauh dalam bagian berikutnya.

Namun untuk tingkat partisipasi pada tingkat SLTP, jenjang pendidikan dasar 9 tahun, angka pencapaiannya ternyata masih menunjukan trend yang masih jauh dari yang diharapkan, bahkan masih sangat memprihatinkan seperti bisa ditelaah dalam figur di bawah ini :

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2004 2005 2006 2007 2008 APK APM

Figur 4.27 : Tren Peningkatan Angka Partisipasi pada Jenjang Pendidikan SLTP Sederajat

Dari tabel di atas nampak bahwa implementasi Wajar Dikdas 9 tahun di Kabupaten Cianjur telah menunjukan hasil yang cukup berarti karena telah mampu meningkatkan angka partsisipasi. Angka partisipasi kasar (APK), misalnya, meningkat dari 76,03 persen pada tahun 2004 menjadi 87,67 persen pada tahun 2008, atau peningkatan sebesar 11,64 point persen dalam kurun waktu lima tahun.

Absolutnya, angka anak yang ada dibangku sekolah jejang SLTP meningkat dari 100.893 anak pada tahun 2004 menjadi 120.130 pada tahun 2008, atau penambahan sebanyak 19.237 anak dalam periode lima tahun.

, * ' ) / " ,#%$ ,"!! -, ,-!% $,! " , 0 1 2 !!,%- ! ,# , " , #$ !, ! , 0 1 2 ) / " - ," $ -%,# % !#," - !#, !! ,- Persen

Padahal dalam kurun waktu yang sama, jumlah penduduk usia 7-15 tahun bertambah sebanyak 4.328 jiwa, termasuk didalamnya adalah anak yang kendati usianya sudah melebihi 15 tahun tetapi masih duduk dibangku sekolah jenjang SLTP.

Hal yang sama juga terjadi pada peningkatan angka partisipasi murninya (APM). Persisnya, jumlah anak usia 13-15 tahun yang sedang berada pada bangku sekolah SLTP meningkat dari 91.547 anak pada tahun 2004 menjadi 114.913 anak pada tahun 2008, atau naik 23.366 anak selama periode lima tahun, atau naik dari 68,99 persen pada tahun 2004 menjadi 83,87 persen pada tahun 2008, atau naik sebesar 14,88 persen dalam kurun waktu lima tahun.

Seperti juga terlihat pada angka partisipasi tingkat SD/MI, terdapat perbedaan antara pencapaian angka partisipasi kasar (APK) yang lebih tinggi dengan angka partisipasi murni (APM) yang lebih rendah. Itu semua menunjukan bahwa sebagian diantara anak yang selama ini aktif berada pada bangku SLTP, adalah mereka yang umurnya di atas 15 tahun. Itulah pula anak- anak yang selama ini banyak ditampung dalam pendidikan jalur nom formal seperti paket B dalam wadah PKBM. Tidak berlebihan pula jika implementasi kebijakan akselerasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun selama ini cukup besar sumbangannya dalam membantu meningkatkan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagimana bisa ditelaah dalam dalam tebel berikut ini :

Figure... Sumbangan kinerja Wajar Dikdas 9 tahun terhadap Peningkatan IPM Kabupaten Cianjur

Tahun RLS Melek Huruf Indeks

Pendidikan IPM 2004 6,42 96,51 78,61 66,18 2005 6,47 96,67 78,82 66,79 2006 6,60 96,79 79,19 67,44 2007 6,88 97,46 80,26 68,28 2008 6,92 92,66 80,48 68,72

Sumber : Bappeda Kabupaten Cianjur 2008

Namun kendatipun setiap tahunnya terjadi peningkatan yang cukup signifikan, namun posisi APK maupun APM Kabupaten Cianjur untuk tingkat SLTP ini ternyata masih menunjukan angka yang jauh dari yang diharapkan, lebih-lebih jika dikaitkan dengan target yang telah ditetapkan sebagaimana bisa ditelaah dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.27 : Pencapaian Angka Partisipasi Sekolah SLTP dibanding Target yang Telah ditetapkan

NO INDIKATOR POSISI 2004 TARGET 2008 PENCAPAIAN 2008 KETERANGAN 1 Angka Partisipasi Kasar (APK) 76,03 104 % 87,67 Minus 16,33 point persen dibanding target 2 Angka Partisipasi Murni (APM) 68,99 96,40 % 83,87 Minus 12,53 point persen dibanding target

Apa yang bisa ditegaskan dari figur di atas adalah bahwa meskipun implementasi kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun selama ini telah menunjukan hasil yang efektif yang antara lain ditandai dengan adanya peningkatan angka partisipasi, baik angka partisipasi kasar (APK) atau angka partisipasi murninya (APM), namun jika dibandingkan dengan target yang telah ditentukan sebagaimana telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka angka

pencapaiannya ternyata masih menunjukan angka yang jauh dari yang diharapkan. Meminjam istilahnya Andrew Dunsire, dalam Wahab (1997:61), masih ada “Implementation gap” atau kesenjangan antara kinerja yang diharapkan dengan realitas hasil yang dicapai sebagai akibat dari adanya “implementation capacity” dari para pelaku kebijakan.

Persisnya, dari target APK tahun 2008 sebesar 104 persen, ternyata hanya bisa dicapai sebesar 87,67 persen, atau masih terdapat kesenjangan atau kekurangan sebesar 16,33 poin persen. Hal yang sama terjadi pada pencapaian APM. Dari target tahun 2008 sebesar 96,40 persen, ternyata hanya bisa dicapai angka 83,87 persen, atau masih kekurangan sebesar 12,53 point persen.

Fakta di atas sekaligus memperkuat apa yang dikatakan Eugene Bardach (1991) dalam Leo Agustino (2006) yang mengatakan “adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus di atas kertas. Namun yang paling sulit adalah melaksanakannya dalam bentuk yang memuaskan semua orang”

Singkatnya, meskipun implementasi kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun melaui berbagai bentuk programnya telah berhasil menyentuh dan sekaligus membantu meningkatkan akses anak dari keluarga miskin dalam mengakses pendidikan dasar sebagai bagian dari haknya, termasuk sangat membantu dalam meningkatkan rata-rata lama sekolah (RLS) sebagai salah satu indikator peningkatan IPM, namun masih banyak diantara mereka yang karena kemiskinan dengan karakteristiknya yang begitu kompleks itu ternyata belum tersentuh. Karenanya, efektivitas implementasi kebijakan percepatan Wajar Dikdas 9 tahun selama ini layak dipersoalkan, atau paling tidak dipertanyakan.

Tegasnya, dari dimensi equality-nya, selama ini pemerintah, melalui kebijakan-kebijakannya, telah memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh anak, termasuk anak dari keluarga miskin untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan dasarnya. Namun karena keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya, pemerintah belum mampu memenuhi semua tuntutan dan kebutuhan pendidikan mereka sehingga aspek efektivitas kinerja kebijakan dilihat dari dimensi “equity”-nya masih menyisakan banyak beban dan garapan.

G. Potret Anak dari Keluarga Miskin yang Belum Tersentuh Kebijakan

Dalam dokumen d adp 039732 chapter3 (Halaman 98-105)