• Tidak ada hasil yang ditemukan

d adp 039732 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "d adp 039732 chapter3"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah, tujuan dan subyek penelitian serta karakteristik data yang akan ditelitinya, serta memperhatikan pula rumusan hasil akhir yang diharapkan dari penelitian ini, yakni studi evaluasi kinerja Implementasi Kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak dari keluarga miskin, maka tanpa mengabaikan arti pentingnya penyajian angka-angka yang bersifat statistis, pendekatan yang dianggap tepat untuk melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, sebuah metode yang pas digunakan untuk mengkaji permasalahan sekaligus memperoleh makna yang lebih dalam tentang banyak fenomena sosial berkait dengan implementasi kebijakan penyelenggaraan Wajar Dikdas dalam rangka membantu anak dari keluarga miskin.

Pilihan untuk menentukan pendekatan atau metode kualitatif dalam penelitian ini bukan tanpa alasan. Pertama, dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk mengembangkan konsep pemikiran, pemahaman dari pola yang terkandung dalam implementasi kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun dalam rangka meringankan beban anak dari keluarga miskin.

Kedua, melalui penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa yang berkait dengan implementasi kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak dari keluarga miskin dalam konteks ruang dan waktu yang sangat alami.

(2)

Ketiga, bidang kajian penelitian ini berkenaan dengan proses dan kegiatan manajemen yang melibatkan proses ineraksi antara beberapa stakeholders terkait, bahkan dengan komuniti masyarakat tertentu, masyarakat miskin, yang tentunya memiliki karakter unik karena dikonstruksi oleh latarbelakang kultur yang berbeda dengan komuniti masyarakat lainnya.

Oleh karena substansi penelitian ini tidak dirancang untuk menguji hipotesis keculai mendeskripsikan kecenderungan fenomena–fenomena simbolik dan merefleksikan fenomena itu apa adanya, maka teknis studi deskriptif menjadi sangat relavan digunakan untuk tujuan penelitian ini.

Dalam penelitian ini, study deskripsi digunakan untuk mengidentifikasi sekaligus mengambarkan apa adanya mengenai dua hal pokok yang menjadi sasaran penelitian, yakni deskripsi mengenai rumusan dan implementasi kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak dari keluarga miskin. Seperti dikemukakan Best (1987 :116) : “A descriptive study describes and interprets wahat is. It is concerned with condition or relationship that exist, opinion that are held, processes that are going on, affects that are evidents, or trend that are developing”. Singkatnya, metode deskriptif itu bersifat menjabarkan, menguraikan dan menafsirkan kondisi, peristiwa dan proses yang sedang terjadi dalam konteks permasalahan.

(3)

dari keluarga miskin. Seperti diungkapkan Lincoln dan Guba (1985 : 189) : “....take their meaning as much from their contex as they do from themselves” .

Sesuai dengan sasaran dalam penelitian ini, maka studi deskripsi ini akan menitik berakan pada studi kasus terhadap daerah-daerah yang memiliki banyak kantong-kantong kemiskinan, baik yang ada dipedesaan maupun yang ada di perkotaan. Sementara fokus studinya selain akan diarahkan kepada upaya untuk menggali tingkat partisipasi mereka, yakni anak dari keluarga miskin dalam mensuskseskan program Wajar Dikdas, juga akan difokuskan untuk menggali persepsi sekaligus respon terhadap implementasi kebijakan Wajar Dikdas yang sedang gencar dilaksanakan.

B. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, dan sesuai pula dengan jenis dan karakteristik data yang dibutuhkannya, akan digunakan beberapa metode yang relavan, yang meliputi eksplorasi, yaitu upaya untuk menelusuri secara cermat berbagai dokumen yang terkait dengan masalah penelitian, wawancara yang bersifat luas dan mandalam (deep interview), dan pengamatan langsung atau observasi, termasuk juga focus group discussion untuk menggali informasi berkat fokus penelitian, yakni implementasi kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak dari keluarga miskin.

(4)

FGD, disamping akan digunakan untuk menggali pemahaman mendalam tentang sikap dan perilaku anak dari keluarga miskin sebagai penerima dari dampak kebjakan, juga dalam beberapa aspeknya akan digunakan untuk menggali informasi dari para orang tua murid, termasuk tokoh masyarakat dari komunitas masyarakat miskin.

Diperolehnya informasi akurat berkenaan dengan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi dan dirasakan anak dari keluarga miskin, adalah tujuan inti dari penggunaan FGD. Bukan hanya itu, informasi mengenai harapan sekaligus kebutuhan yang merupakan tuntutan mereka dalam rangka bisa mengakses layanan pendidikan dasar, merupakan tujuan inti lain dari pemakaian metode FGD dimaksud.

(5)

penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan; dan (7) manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, menyimpang justru diberi perhatian.

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan Kunci

Sesuai dengan fokus masalah dan pendekatan yang akan digunakan, yakni pendekatan kualitatif, maka unit analisis dalam penelitian ini adalah meliputi sekelompok orang atau individu, termasuk di dalamnya lembaga, obyek atau kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan implementasi Kebijakan akselerasi penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun bagi anak dari keluarga miskin di Kabupaten Cianjur.

Sementara sumber data atau informasi dalam penelitian ini ialah pilihan peneliti terhadap aspek apa, peristiwa apa, dan siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu berkaitan dengan implementasi kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak dari keluarga miskin. Karenanya, pemlihan nara sumber (atau sampel dalam istilah penelitian kuantitatif) akan dilakukan terus-menerus sepanjang penelitian, atau akan menggunakan tehnik yang sering disebut dengan snowball sampling technique ( bekembang mengikuti informasi atau data yang diperlukan). Melalui pengunaan tehnik ini, peneliti diharapkan bisa memperoleh informasi yang lebih bervariasi dan memperluas informasi yang diperoleh terdahulu sehingga dapat dipertentangkan dan diminimalisir kesenjangannya.

(6)

dalam hal ini adalah para pejabat dari Dinas Dikbud, Departemen Agama dan Bappeda Kabupaten Cianjur.

Kedua, adalah nara sumber yang diharapkan bisa menjadi sumber informasi berkait dengan implementasi kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun, yakni para implementor kebijakan pada lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Canjur serta stakeholders dari lembaga terkait lainnya, termasuk para penyelenggara pendidikan pada satuan pendidikan setingkat sekolah dasar dan SMP/ MTs. Yang terakhir, ketiga, adalah sampel yang diharapkan bisa jadi representasi dari objek yang menjadi sasaran kebijakan, dan yang akan menerima dampak kebijakan, yakni anak usia SD/SLTP dari keluarga miskin.

D. Validasi Data

Guna memperoleh data yang sahih dan absah, terutama data yang diperoleh melalui wawancawa dan observasi, diperlukan sebuah tehnik pemeriksaan atau uji data untuk membuktikan kesahihan (validtas) dan keandalan (reliabilitas) yang merupakan hal penting dalam sebuah penelitian. Upaya untuk memvalidasi dibutuhkan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti telah sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dan terjadi dalam dunia kenyataan (Nasution, 1988 : 105).

(7)

bahwa hasil penelitian memiliki kecockan (fittingness) sehingga memungkinkan untuk diaplikasikan oleh peneliti yang lainnya..

Dengan mengacu kepada model yang dikemukakan Lincoln dan Guba sebagaimana dikutip Burhan Bungin (2003:60), dalam penelitian ini akan dilakukan langkah sebagai berikut :

1. Memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam proses pengumpulan data di lapangan. Caranya antara lain dilakukan dalam bentuk peningkatan frekuensi pertemuan peneliti dengan responden sebagai sumber informasi, atau peningkatan frekuensi kontak dengan menggunakan berbagai momentum yang relavan dengan masalah penelitian.

2. Melakukan observasi secara terus menerus dan sungguh-sungguh terhadap masalah yang menjadi fokus penelitian, dalam hal ini berkait dengan isu menyoal implementasi kebijakan Wajar Dikdas bagi anak dari keluarga miskin. Langkah ini sangat diniscayakan agar si peneliti betul-betul bisa memperoleh sekaligus membedakan antara informasi yang bermakna dan kurang atau bahkan tidak bermakna berkait dengan maslah yang diteliti. 3. Melakukan trigulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang

diperoleh dari satu sumber dan membandingkannya kepada sumber yang lainnya dalam waktu yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode yang berbeda. 4. Melibatkan teman sejawat yang tidak terlibat dalam penelitian untuk

(8)

untuk menyempurnakan keterbatasan peneliti dalam mengkaji dan menganalisis hasil penelitian.

5. Mengupayakan referensi yang cukup untuk meningkatkan keabsahan informasi yang diperlukan dengan memperbanyak dukungan bahan referensi seperti buku, media cetak maupun elektronik, journal, makalah, artikel yang berkait dengan impelemtasi kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun dalam rangka merngankan beban anak dari keluarga miskin.

6. Melakukan pemeriksaan ulang atau sering disebut dengan “memberchek pada setiap kali selesai melakukan wawancara untuk meyakinkan bahwa informasi yang diperoleh peneliti mengenai segala masalah berkait dengan implementasi kebijakan Wajar Dikdas bagi anak dari keluarga miskin telah sesuai dengan yang dimaksud responden.

E. Analisis dan Penafsiran Data

Setelah data seluruhnya terkumpul dan dipandang wajar, selanjutnya dilakukan persiapan analisis yang menurut Moleong (1990 : 198) sulit dipisahkan dari proses penafsiran data. Menurutnya, analsis data dimulai sejak dilapangan karena sejak saat itu sudah ada proses penghalusan data, penyusunan kategori, dan ada upaya dalam rangka penysusunan hypothesa, yaitu teorinya itu sendiri. Jadi, proses analisis data selalu terjalin secara terpadu dengan penafsiran data.

(9)

analytic question, (4) plan data collection sessions in light of what you find in previous observation, (5) write many “observer’s comments” about ideas you generate, write memos to yourself about you are learning”.

Sejalan dengan pendapat di atas, Nasution (1988 : 126) mengemukakan bahwa analisis data kualitatif adalah proses proses menyusun data (mengolongkan ke dalam tema dan kategori) agar dapat ditafsirkan atau diinterpretasikan. Dengan demikian, dalam proses analisis data kualitatif ini sangat diperlukan daya kreatif dari penelti untuk mengolah data hasil peneltiannya sehingga memiliki makna.

Berangkat dari pemahaman itu, maka proses analisis data dalam penelitian ini akan mengacu pada model analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1994: 429), dikutip Burhan Bangin (2003), yang menyajikan sebuah model siklus analisis data seperti bisa dilihat dalam gambar di bawah ini

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Simpulan : Verifikasi Penyajian

Data

(10)

Model siklus analisis data seperti dikemukakan di atas menjelaskan bahwa proses analisis data dalam penelitian ini senantiasa berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Jelasnya, setelah data terkumpul (data collection), penulis mengadakan reduksi data (data reduction) dengan jalan merangkum laporan lapangan, mencatat hal-hal pokok yang relevan dengan fokus penelitian.

Langkah berikutnya adalah menyusun secara sistematik temuan hasil penelitian berdasarkan kategori dan klasifikasi tertentu yang diikuti oleh pembuatan display data (data display) dalam bentuk tabel ataupun gambar sehingga hubungan antara data yang satu dengan yang lainnya menjadi jelas dan utuh (tidak terlepas-lepas). Proses berikutnya adalah melaukan cross site analysis dengan cara membandingkan dan menganalisis data secara mendalam. Terakhir adalah menyajikan temuan, menarik kesimpulan (conclussion) dalam bentuk kecenderungan umum dan implikasi penerapannya, dan rekomendasi bagi pengambangan.

(11)

F. Prosedur Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, yaitu mendiskripsikan rumusan kebijakan dan implementasinya, maka penelitian ini akan dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut :

1. Persiapan (Pra-lapangan)

Dalam tahap paling awal ini, ada tiga langkah pokok yang dilakukan, yaitu : a. Melakukan studi penjajagan untuk menentukan arah dan fokus penelitian. b. Melakukan studi kepustakaan atau dokumentasi untuk menemukan acuan

dasar sekaligus mempertajam arah penelitian.

c. Menyusun rancangan atau desain penelitian sebagai pedoman pelaksanaan penelitian

2. Orientasi.

a. Melakukan pembicaraan pendahuluan dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kantor Departemen Agama Kabupaten Cianjur untuk menjelaskan sekaligus meminta informasi yang relavan berkait dengan rencana penelitian yang akan difokuskan kepada “Implementasi Kebijakan Wajar Dikdas 9 Tahun dalam rangka membantu anak dari keluarga miskin. b. Menghimpun data awal melalui studi dokumentasi dan wawancara dengan

(12)

Budaya pada Bappeda Kabupaten Cianjur, disamping lembaga terkait lainnya sesuai dengan sasaran penelitian.

c. Menganalisis temuan data awal untuk mempertajam arah dan fokus penelitian sekaligus fokus wilayah yang akan diteliti dikaitkan dengan sasaran penelitian.

3. Pelaksanaan Penelitian Lapangan

a. Melakukan pengumpulan data dan penggalian informasi melalui studi dokumentasi, wawancara, observasi, fokus group discussion (FGD), dan penulusuran terhadap subyek-subyek penelitian yang dipandang perlu dan ditentukan secara snowball dengan memperhatikan saran-saran dari informan tedahulu

b. Menginterpretasikan, menganalisis dan memprediksi data dan informasi yang telah berhasil dikumpulkan dan digali

c. Sementara penelitian dan penulisan laporan ini berlangsung, peneliti selalu berupaya untuk selalu melengkapi dan memperbaharui data, serta melakukan trianggulasi atau memberchek hingga akhir penelitian di lapangan

4. Penyusunan Laporan

(13)

1. ORIENTASI DAN PERENCANAAN PENELITIAN

Secara keseluruhan, proses pelaksanaan penelitian sebagaimana diuraikan diatas bisa dilihat dalam chrat di bawah ini yang mengambarkan tahapan-tahapan penelitian, mulai dari tahap persiapan yang diawali dari kegiatan orientasi dan perencanaan penelitian, persiapan lapangan, dan pelaksanaan penelitian itu sendiri sampai kepada analisis hasil penelitian serta perumusan rekomendasi, termasuk pengajuan model hipotetik penyelenggaraan Wajar Dikdas 9 tahun yang didasarkan hasil kajian empirik dan teoretik dengan menggunakan sumber-sumber yang relavan.

(14)

BAB IV

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Berikut ini adalah uraian mengenai dua hal penting yang akan menjawab tujuan penelitian ini. Yang pertama, adalah deskripsi mengenai rumusan serta bentuk-bentuk program implementasi kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun yang telah dan sedang dilaksanakan di Kabupaten Cianjur dalam kaitannya dengan upaya untuk membantu meringankan beban anak dari keluarga miskin. Termasuk dalam bagian ini adalah uraian mengenai kondisi umum kabupaten Cianjur dilihat dari aspek geografis, demografis dan struktur pemerintahan serta kondisi sosial ekonomi dan budaya penduduknya. Informasi yang terakhir itu penting untuk diangkat guna memberikan pemahaman yang lebih utuh tentang lingkungan kebijakan yang melatarbelakangi sekaligus akan mempengaruhi rumusan kebijakan yang akan dilaksanakan.

Yang kedua, adalah deskripsi mengenai hasil atau kinerja kebijakan dalam bentuk kecenderungan pencapaian tingkat partisipasi anak usia 7-15 tahun dalam mengkases pendidikan dasar 9 tahun. Lebih jauh lagi, dalam sub bab ini juga akan diangkat sejumlah potret kasus anak dari keluarga miskin yang sampai saat ini belum tersentuh dengan kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun, diangkat dari hasil penelitian terhadap sejumlah kasus anak yang pada saat dilakukan penelitian sedang tidak berada di sekolah, baik karena alasan tidak melanjutkan ataupun karena putus di tengah jalan alias dropout. Alasan tentang mengapa masih banyak anak usia 7-15 tahun dari keluarga miskin belum atau tidak bisa mengikuti pendidikan dasar 9 tahun alias belum tersentuh dengan kebijakan yang dilaksanakan pemerintah, adalah fokus dari uraian di atas.

(15)

Informasi tersebut juga menjadi sangat penting dan relevan dalam penelitian ini untuk menilai sampai sejauh mana tingkat efektivitas pelaksanaan kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun yang digencarkan pemerintah selama ini dalam rangka membantu meringankan beban pendidikan bagi anak dari keluarga miskin. Bahkan dari informasi itulah pula, salah satunya, pengembangan model peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka akselerasi penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun bagi anak dari keluarga miskin yang sekaligus merupakan rekomendasi hasil penelitian ini akan dirumuskan.

A. Gambaran Umum Kabupaten Cianjur

Secara geografis, Cianjur yang merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Barat ini memiliki letak yang cukup strategis karena posisinya yang berada di tengah Propinsi Jawa Barat dengan jarak sekitar 65 Km dari Ibu Kota Provinsi (Bandung) dan 120 Km dari Ibu Kota Negara (Jakarta). Karena letaknya yang strategis itulah, Kabupaten Cianjur dengan jumlah penduduknya yang telah mencapai angka 2 juta jiwa lebih ini tidak saja merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat, melainkan dalam banyak aspeknya juga juga sangat diperhitungkan sebagai daerah penyangga yang diharapkan bisa mendukung pembangunan kawasan yang dikenal dengan sebutan Botabekjur (Bogor, Tanggerang, Bekasi dan Cianjur).

(16)

disebelah Selatan, dan Kabupaten Bandung dan Garut disebelah Timur sebagaimana tergambar dalam peta wilayah berikut ini :

Gambar 4.1 : Peta Kabupaten Cianjur

(17)

1. Cianjur Bagian Utara

Merupakan dataran tinggi terletak di kaki Gunung Gede yang sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi pegunungan dan sebagian lagi merupakan areal perkebunan dan persawahan, dengan ketinggian sekitar 2.962 m di atas permukaan laut. Termasuk dalam wilayah ini adalah daerah Puncak dengan ketinggian sekitar 1.450 m, Wilayah perkotaan Cipanas (Kecamatan Pacet dan Sukaresmi) dengan ketinggian sekitar 1.110 m, serta Kota Cianjur dengan ketinggian sekitar 450 m di atas permukaan laut. Sebagian daerah ini merupakan dataran tinggi pegunungan dan sebagian lagi merupakan perkebunan dan persawahan. Di bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Bogor terdapat Gunung Salak yang merupakan gunung api termuda dan sebagian besar permukaannya ditutupi bahan vulkanik.

Kecamatan yang termasuk wilayah Utara dan relatif memiliki infra struktur dan sarana pendidikan yang memadai ini adalah Kecamatan Cibeber, Bojongpicung, Ciranjang, Karangtengah, Cianjur, Warungkondang, Cugenang, Pacet, Mande, Cikalongkulon, Sukaluyu, Cilaku, Sukaresmi, Gekbrong dan Cipanas.

2. Cianjur Bagian Tengah

(18)

terdiri dari Kecamatan Tanggeung Pagelaran, Kadupandak, Takokak, Sukanagara, Campaka dan Campaka Mulya.

3. Cianjur Bagian Selatan

Merupakan dataran rendah yang terdiri dari bukit bukit kecil diselingi oleh pegunungan yang melebar ke Samudra Indonesia, di antara bukit-bukit dan pegunungan tersebut terdapat pula persawahan dan ladang huma. Dataran terendah di selatan Cianjur mempunyai ketinggian sekitar 7 m di atas permukaan laut. Seperti halnya daerah Cianjur bagian Tengah, bagian Cianjur Selatan pun tanahnya labil dan sering terjadi longsor. Di wilayah pembangunan ini terdapat juga areal perkebunan dan pesawahan tetapi tidak begitu luas.

Kecamatan yang termasuk wilayah pembangunan ini adalah Agrabinta, Leles, Sindangbarang, Cidaun, Naringgul, Cibinong, Cikadu dan Cijati. Di kecamatan-kecamatan yang termasuk wilayah pembangunan inilah pula banyak desa yang karena keterisolasiannya tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Masalah jarak antara tempat tinggal anak dengan lokasi sekolah, adalah merupakan persoalan berat tersendiri yang sering dihadapi anak diwilayah Cianjur selatan ini. Bahkan kondisinya menjadi tambah parah ketika sarana jalan dan transformasinya pun sering jauh dari keadaan yang memadai.

(19)

memiliki potensi pertanian ini jatuh pada angka 107,40. Arti demografisnya, jumlah penduduk laki-laki di kabupaten yang banyak mengirim tenaga kerja perempuan (TKI) ke luar negeri ini lebih besar dibanding jumlah penduduk perempuan. Persisnya, 100 penduduk perempuan berbanding 107 penduduk laki-laki. Karakteristik demografis ini sengaja diangkat di sini karena ada kecenderungan bahwa keutuhan sebuah keluarga akan sangat mempengaruhi dan menentukan kelangsungan pendidikan anak-anaknya.

Dibanding dengan luas daerahnya, maka tingkat kepadatan penduduk (densitas) kabupaten ini sudah mencapai angka 598,14 jiwa / km2 dengan sebaran penduduk yang relatif kurang merata sehingga dalam beberapa aspeknya kurang menguntungkan, termasuk jika dikaitkan dengan penyelenggaraan pembangunan dibidang pendidikan

Menurut persebarannya, kepadatan penduduk di kecamatan-kecamatan yang berlokasi di wilayah Cianjur utara jauh lebih tinggi dibanding kecamatan yang berada di wilayah Cianjur tengah dan Cianjur bagian selatan. Hal ini terjadi karena sangat berkaitan erat dengan faktor daya tarik daerah, terutama dengan faktor ekonomi dan kondisi sarana atau infrastruktur yang tersedia, termasuk tentunya sarana pendidikan. Umumnya di wilayah pembangunan ini, masalah jarak dan ketersediaan sarana pendidikan, termasuk tenaga pendidikan relatif lebih memadai dibanding daerah yang ada diwilayah pembangunan yang lainnya.

(20)

wilayah pembangunan inilah pula, masalah transportasi dan ketersediaan sarana pendidikan, termasuk tenaga pendidikan sering menjadi masalah. Itulah pula beberapa faktor yang selama ini sering hadir menjadi salah satu penghambat dalam pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun.

Beberapa kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi adalah kecamatan Cianjur dengan kepadatan sebesar 6.275,98 jiwa/km2, disusul kecamatan Karangtengah (3.073,68/km2), kecamatan Ciranjang (2.276,98/km2), kecamatan Cipanas (1.834,47 jiwa/km2), kecamatan Pacet (1.496,18 jiwa/km2, kecamatan Sukaluyu (1.546,98 jiwa/km2, dan kecamatan Cugenang sebesar 1.424,14 jiwa/km2. Sementara kecamatan dengan tingkat kepadatannya yang relatif rendah adalah kecamatan Naringgul sebesar 180,75 jiwa/km2 disusul kecamatan Agrabinta sebanyak 184,80 jiwa/km2.

Dilihat dari aspek pertumbuhannya, Susenas 2005 mengungkap bahwa laju pertumbuhan penduduk (LPP) di kabupaten Cianjur ini mencatat angka 1,86 persen pertahun, atau naik dari posisi hasil Sensus penduduk tahun 2000 sebesar 1,57 persen. Ini semua menunjukan bahwa tren kependudukan di kabupaten ini masih menjadi ancaman karena akan besar pengaruhnya terhadap kelancaran pembangunan hampir seluruh sektor pembangunan, termasuk pembangunan di sektor pendidikan. Logika demografisnya, semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk, maka akan semakin tinggi pula pertambahan jumlah absolutnya, termasuk pertambahan penduduk usia sekolah yang menjadi sasaran Wajar Dikdas 9 Tahun.

(21)

melainkan justeru oleh faktor fertilitas yang trennya masih cukup mengkhawatirkan. Masih menurut sumber BPS yang diambil dari hasil Suseda tahun 2005, angka kelahiran total (Total Fertility Rate-TFR) untuk kabupaten Cianjur selama ini masih bertengger pada angka 2.45 anak. Artinya, setiap wanita usia subur di Kabupaten Cianjur saat ini masih berpotensi memiliki anak antara 2-3 orang, tentu dengan segala implikasi demografisnya terhadap struktur penduduk Kabupaten Cianjur.

Bandingkan dengan angka kelahiran atau TFR Jawa Barat yang posisinya sudah mendekati angka 2.3. Itulah pula fakta demografis yang akan menghambat upaya akselerasi pencapaian Wajar Dikdas 9 tahun. Di sini berlakuk kaidah demografis sebagai berikut : semakin tinggi angka kelahiran, maka akan semakin muda struktur umur penduduknya, dan pada gilirannya akan semakin besar pula peningkatan penduduk usia sekolahnya, termasuk struktur umur dalam kelompok usia 7-15 tahun yang menjadi sasaran Wajar Dikdas 9 tahun.

(22)

Tabel 4:2. Tren Peningkatan Jumlah tahun 2001 sampai dengan 2007, telah terjadi peningkatan jumlah penduduk usia 7-15 tahun dari 357.400 jiwa pada tahun 2001 menjadi 402.918 jiwa pada akhir tahun 2007, atau bertambah sebanyak 52.504 jiwa, atau sekitar 7.586 anak untuk tambahan setiap tahunnya.

(23)

Itulah fenomena demografis yang dalam pandangan peneliti sangat tidak menguntungkan anak dari keluarga miskin. Alasannya, semakin terbatas sarana pendidikan yang tersedia, maka akan semakin kecil kesempatan yang dimiliki anak dari keluarga miskin untuk bisa menikmatinya. Dan di situlah pula letak strategisnya upaya pengendalian kelahiran melalui intensifikasi program Keluarga Berencana (KB) dalam menunjang sukses Wajar Dikdas 9 Tahun.

Sesuai dengan potensi yang dimilikinya, maka sektor pertanian menjadi mata pencaharian pokok penduduk kabupaten Cianjur, yakni mencapai angka 59,18 persen, disusul sektor jasa sebesar 7,20 persen, sektor transportasi dan kominikasi sebesar 7,17 persen, sektor perdagangan 6,03 persen, sektor industri 5,0 persen, dan sektor keuangan sebesar 0,61 persen. Itulah pula gambaran mengenai potensi ekonomi kabupaten Cianjur yang dalam banyak aspeknya akan berpengaruh dalam melihat potensi pembangunan di kabupaten ini, termasuk potensi pembangunan di bidang pendidikan.

Namun perlu dicatat, meskipun mayoritas penduduknya banyak berkiprah pada sektor pertanian, namun dilihat menurut kepemilikan lahan dan statusnya ternyata menunjukan kondisi yang tidak menggembirakan. Berdasarkan hasil sensus pertanian tahun 2003, sebesar 14,54 persen dari rumah tangga yang bergerak dibidang pertanian adalah merupakan rumah tangga penggarap lahan pertanian yang dimiliki orang lain, dan hanya 4,07 persen rumah tangga yang mengolah tanah sendiri.

(24)

lahan di atas 0,5 hektar. Tidak mengherankan kalau tingkat kesejahteraan petani di kabupaten Cianjur ini relatif sulit ditingkatkan karena sebagain besar diantara mereka itu statusnya justeru hanya sebagai buruh tani. Itulah pula fakta yang ada di balik besarnya angka kemiskinan di Kabupaten Cianjur ini. Bahkan dalam pandangan peneliti, itulah pula salah satu kendala utama dalam mensuskseskan implementasi pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di Kabupaten berbasis pertanian ini.

Berkait dengan itu, masalah partisipasi angkatan kerja yang berdampak terhadap angka pengangguran, merupakan persoalan pelik tersendiri yang dihadapi kabupaten Cianjur. Sebagai gambaran, dari jumlah angkatan kerja yang ada pada tahun 2004, hanya 55,57 persen mereka yang bekerja. Bahkan kondisi ini turun dari tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) tahun 2000 sebesar 57,37 persen, bahkan jauh lebih rendah lagi jika dibanding dengan partisipasi angkatan kerja tahun 1995 yang sudah mencapai angka 59,31 persen.

Tidak mengherankan jika laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Cianjur pada tahun 2006 ini masih berkutat pada angka 3,82 persen, sebuah angka yang menurut kajian Bappeda masih sangat tidak memadai. Disebut tidak memadai, karena dengan LPE sebesar itu diperkirakan hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak sekitar 600.000 orang. Bahkan masih menurut hasil kajian Bappeda, dengan LPE yang tidak memadai itu kini diperkirakan bakal ada penganggur sebanyak sekitar 210.000 orang.

(25)

memiliki basis pertanian dan pariwisata ini masih mencapai angka 651.329 jiwa, atau mencapai 30,6 persen dari total jumlah penduduk kabupaten Cainjur (BPS Cianjur, 2006). Di bawah ini adalah daftar jumlah penduduk miskin menurut sumber paling akhir, tahun 2006, yang dikeluarkan Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cianjur.

(26)

Dari tabel di atas nampak jelas bahwa beberapa kecamatan di Kabupaten Cianjur ternyata masih memiliki jumlah penduduk miskin dengan proporsinya yang mencolok dibanding kecamatan yang lainnya. Lima kecamatan, yaitu Mande, Ciranjang, Cikalongkolon, Agrabinta dan Cikadu, merupakan beberapa kecamatan yang cukup parah karena prosentase jumlah penduduk miskinnya masih berada di atas 35 persen.

Itulah pula salah satu tantangan yang akan menjadi penghambat dalam implementasi kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun. Dalam pandangan Robert Chambers sebagaimana dikutip Soetrisno (1997), misalnya, karena kemiskinannya, mereka sering terpaksa tinggal di daerah yang secara geografis terisolasi dari akses berbagai informasi, termasuk akses kepada pendidikan. Karena kemiskinannya, mereka sering tidak berdaya ketrika berhadapan dengan mereka yang tidak miskin.

Sebagai bahan perbandingan, di bawah ini adalah potret kemiskinan yang bersumber dari hasil Pendataan keluarga yang setiap tahun dilakukan BKKBN dan sekaligus merupakan gambaran penduduk dilihat dari tahapan kesejahteraannya sebagai berikut :

Tabel 4.3 Perkembangan Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera 1 Hasil Pendataan Keluarga BKKBN 2001-2007

TAHUN JUMLAH KEPALA KELAURGA

JUMLAH

PRA S DAN KS I %

2001 504.927 255.738 50,65

2002 519.734 270.921 52,13

2003 536.805 271.453 50,57

2004 547.426 269.309 49,20

2005 570.047 283.528 49,74

(27)

Dari tabel di atas nampak bahwa jumlah maupun prosentase keluarga yang masih tergolong Pra Sejahtera (Pra S) dan Keluarga Sejahtera 1 (KS 1) dengan enam indikatornya, termasuk di dalamnya satu indikator pendidikan, dari tahun ke tahun masih menunjukan angka yang cukup memprihatinkan. Itulah pula bukti sekaligus tantangan berat lain dalam pelaksanaan Wajar Dikdas 9 Tahun di kabupaten Cianjur. Disebut tantangan berat, karena salah satu indikator penting sebuah keluarga masuk dalam kategori KS 1 berkait dengan ketidakmampuannya untuk mengakses pendidikan dasar dengan berbagai alasannya. Sebaginnya tidak bisa mengakses sekolah karena berkait dengan persoalan ekonomi keluarga mereka, sebagian yang lainnya berkaut dengan persoalan tempat tinggal yang jauh dari lokasi sekolah, dan sebagian yang lainnya karena persoalan kesadaran atau motivasinya yang kurang, atau memang karena gabungan antara banyak faktor kemiskinan yang memang melekat pada diri mereka. Seperti kata Amartya Sen (1997), dalam kemiskinan ekonomi selalu melekat kemiskinan secara total; miskin pengetahuan, miskin kesehatan dan miskin kesadaran. Di situlah kompleksnya menyoal dan mengatasi masalah kemiskinan

(28)

Tabel 4.4 Tabel Keluarga Pra Sejahtera (Pra S) dan Keluarga Sejahtera I (KS 1)

Menurut kondisi tiap kecamatan tahun 2006

NO KECAMATAN JUMLAH

KABUPATEN 579,792 261,021 45.02

(29)

Melihat angka kemiskinan seperti bisa dilihat dalam tabel di atas nampak bahwa betapa masih berat beban pembangunan yang harus dihadapi Kabupaten Cianjur saat ini. Beberapa kecamatan seperti Cijati, Cikalongkulon, Leles dan Ciranjang, merupakan kecamatan yang memiliki beban paling berat karena masih memilki jumlah keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I di atas 55%, jauh lebih tinggi di atas rata-rata tingkat kabupaten, 40,02%.

Sebagai dampaknya, tidak mengherankan jika masalah pendidikan di Kabupaten Cianjur ini masih berada dalam kondisi yang relatif masih cukup memprihatinkan. Salah satu indikatornya, sumber BPS Cianjur (2006) mengungkapkan bahwa 50% lebih penduduk Cianjur hanya mampu menamatkan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar atau MI, dan hanya 1,8% yang mampu menamatkan jenjang pendidikan setingkat D1 atau S1.

(30)

Tabel 4.5 Penduduk 10 Tahun Ke atas Menurut Status Pendidikan yang ditamatkan dan Jenis Kelamin

Pendidikan yang ditamatkan

Jenis Kelamin

Jumlah %

Laki-laki Perempuan Tidak/Belum

pernah sekolah

11.528 28.292 39.820 2,33

Tidak/belum tamat 225.119 225.876 450.995 26,45

SD/MI 467.157 425.830 892.987 52,39

SLTP/MTs 97.342 77.536 174.878 10,26

SLTA/SMK 66.262 48.746 115.008 6,74

D1/S1 18.088 12.712 30.800 1,80

Jumlah 885.496 818.992 1.704.488 100.00 Sumber : BPS Cianjur, Suseda 2006

Bukan hanya itu, dalam bidang kesehatan yang merupakan salah satu faktor penting yang akan menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ini juga ternyata masih menunjukan angka yang relatif rendah. Sebagai gambaran, data terakhir yang dikeluarkan BPS kabupaten Cianjur mengungkap bahwa angka harapan hidup (life expectancy at birth) yang merupakan indikator penting pencapaian kesehatan di kabupaten Cianjur ini masih bertengger pada angka 66,0 tahun. Sementara rata-rata lama sekolah (rate of year schooling) baru mencapai angka 6,6 tahun.

(31)

sampai dengan tahun 2006 ini baru mencapai angka 67,44 dari target 76 untuk mendukung pencapaian IPM Jawa Barat sebesar 80 pada tahun 2010.

Tabel berikut di bawah ini adalah posisi pencapaian IPM kabupaten Cianjur hasil Survey BPS yang diselenggarakan pada tahun 2006, diperinci menurut pencapaian tiga indikator penentunya :

Tabel 4.6 : Posisi Pencapaian IPM Kabupeten Cianjur 2006

KOMPONEN ANGKA INDEKS KOMPONEN

Pendidikan :

Dengan memperhatikan kondisi obyektif permasalahan dan tantangan yang dihadapi kabupaten Cianjur itulah, juga mempertimbangkan nilai-nilai yang ada, maka Kabupaten Cianjur telah menetapkan visi dan misi, termasuk didalamnya strategi pokok sebagai berikut:

1. Visi

(32)

awalnya merupakan visi calon bupati dan wakil bupati tersebut, saat ini telah disyahkan menjadi visi resmi pemerintah Kabupaten Cianjur.

Terkandung makna penting dalam visi untuk mewujudkan masyarakat Cianjur yang lebih cerdas tersebut adalah kesadaran sekaligus komitmen kuat pemerintah akan arti pentingnya pembangunan pendidikan sebagai pilar dasar bagi pelaksanaan pembangunan sektor yang lainnya. Bukan hanya itu, melalui visinya itu juga kabupaten Cianjur memiliki komitmen yang tinggi akan arti pentingnya pendidikan sebagai modal manusia (human capital) yang akan menentukan masa depan masyarakat kabupaten Cianjur dimasa yang akan datang.

Melalui visinya itu pula, pemerintah kabupaten Cianjur sadar bahwa upaya untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas itu tidak akan banyak memiliki banyak arti jika tidak dibarengan dengan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatannya dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Bahkan dalam perkembangan yang paling kontemporer, konsepsi pembangunan manusia (human development) itu sendiri senantiasa meniscayakan arti pentingnya memadukan dan mensinergikan ketiga sektor pembangunan di atas; pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Karenanya, rumusan visi itu menjadi sangat pas dengan upaya untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) yang sekaligus juga merupakan tekad yang ingin diwujudkan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat.

(33)

mulia. Itu sebabnya, cita-cita untuk mewujudkan masyarakat religious yang ditandai dengan sekap dan perilakunya yang akhlakul-karimah (berakhlak mulia), adalah harapan yang menjadi greget (creative tension) lain yang secara eksplisit tercantum dalam visi kabupaten Cianjur.

Dengan visi itu, demikian diungkapkan bupati Cianjur yang sering disampaikan dalam setiap kesempatan, maka setiap gerak dan langkah pembangunan yang akan dilakukan di kabupaten yang terkenal dengan Kota Santri-nya ini diharapkan selalu dilandasi oleh nilai-nilai agama (Islam) yang diyakini bisa mejadi motivasi sekaligus landasan spiritual pelaksanaan pembangunan masyarakat di kabupaten Cianjur.

2. Misi dan Strategi

Untuk menjabarkan visi tersebut di atas, maka telah dirumuskan empat misi dengan beberapa strateginya sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2006-2011 sebagai berikut:

Misi Pertama; yakni meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan yang bermutu dengan enam strateginya sebagai berikut:

a. Meningkatkan tarap pendidikan masyarakat Kabupaten Cianjur dengan fokus pada akselerasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun

b. Mengembangkan jumlah dan mutu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

(34)

d. Meningkatkan kualitas pendidikan formal dan non-formal

e. Mengalokasikan dana yang relavan untuk meningkatkan sistem manajemen pendidikan

f. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka pelayanan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi

Misi Kedua; Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan sembilan strategi pokoknya sebagai berikut :

a. Meningkatkan peran Posyandu dan Puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan masyarakat

b. Meningkatkan sarana dan prasarana, mutu dan jumlah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga medik

d. Memberikan pelayanan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin e. Meningkatkan kesehatan lingkungan dan Pola Hidup Sehat f. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan dasar g. Optimalisasi kinerja pelayanan kesehatan

h. Pemberdayaan masyarakat melalui penyebarluasan informasi tentang kesehatan

i. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi

(35)

a. Meningkatkan kegiatan usaha koperasi dan pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah

b. Menciptakan iklim investasi yang kondusif

c. Meningkatkan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan

d. Meningkatkan kesempatan kerja dan perlindungan tenaga kerja e. Meningkatkan pembinaan dan pengelolaan kawasan wisata

f. Meningkatkan penguatan lembaga-lembaga ekonomi pendukung pertanian dan kepariwisataan

g. Memelaksanakan pengendalian pemanfaatan ruang. h. Meningkatkan mutu pelayanan jasa transfortasi daerah i. Meningkatkan kualitas pelayanan infrastruktur wilayah

j. Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah.

Misi Keempat ; Meningkatkan Pembinaan akhlakul – karimah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui empat strategi pokok sebagai berikut :

a. Meningkatkan kegiatan pembinaan kehidupan beragama

b. Meningkatkan forum-forum dialogis antar tokoh umat beragama

c. Meningkatkan kegiatan pembinaan keagamaan dilingkungan pemerintah daerah dan masyarakat

d. Meningkatkan intensitas kemitraan antara legislatif dan eksekutif.

(36)

saat ini dan ke depan sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang secara formal telah disahkan melalui Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2006. Berdasarkan visi dan misi itulah pula pelaksanaan pembangunan seluruh sektor, termasuk sektor pendidikan di Kabupaten Cianjur dilakukan.

B. Arah Kebijakan Pembangunan Pendidikan

Hal penting yang bisa dipetik dari rumusan visi dan misi, termasuk strategi pembangunan sebagaimana telah diangkat sebelumnya adalah, bahwa urusan pembangunan disektor pendidikan, terutama pendidikan dasar 9 tahun, ternyata memiliki posisi sekaligus landasan yang kuat dalam rumusan kebijakan pembangunan di Kabupaten Cianjur. Itulah pula yang kemudian dijadikan arah dan acuan pembangunan pendidikan sebagaimana dijabarkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Cianjur.

Secara garis besar, terdapat empat misi yang sekaligus merupakan arah pelaksanaan pendidikan di kabupaten Cianjur. Sementara visinya itu sendiri sebagaimana dijelaskan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, persis sama dengan visi pemerintah Kabupaten Cianjur. Alasannya, adalah kebijakan Wakil Bupati Cianjur yang telah memerintahkan agar seluruh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang ada di Kabupaten ini memiliki rumusan visi yang persis sama dengan rumusan visi Pemerintah Daerah. Misi-lah yang membedakan fungsi dan tugas yang mesti diemban oleh masing-masing SKPD.

(37)

Cianjur, yaitu (1) Menuntaskan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, (2) Meningkatkan mutu pendidikan, (3) Memeratakan pelayanan pendidikan, (4) Mengembangkan nilai-nilai kebudayaan, dan (5) Mengembangkan peran serta kepemudaan dan olah raga.

Untuk menjabarkan kelima misi tersebut, berikut ini adalah tujuan, sasaran serta strategi yang sekaligus merupakan arah dan kebijakan penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Cianjur sebagaimana bisa dilihat dalam tabel berkiut ini:

Figur 4.7 : Arah Kebijakan Pendidikan Kabupaten Cianjur

Tujuan Sasaran

Cara mencapai Tujuan dan Sasaran / Strategi

Uraian Indikator Kebijakan Program

(38)

Dari tabel di atas tampak bahwa pada tataran kebijakan, program Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun yang ditandai dengan target pencapaian angka partisipasi murni (APM) sebesar 98 persen pada tahun 2011, merupakan bukti bahwa pemerintah Kabupaten Cianjur memiliki komitmen yang cukup tinggi, paling tidak pada tataran politis-yuridis, dalam mengupayakan pencapaian Wajar Dikdas 9 tahun sebagaimana telah digariskan oleh kebijakan pemerintah pusat dan provinsi Jawa Barat. Bahkan kebijakan penting itu secara langsung didukung pula oleh dua kebijakan lainnya, yakni upaya peningkatan pemerataan dan mutu pendidikan.

Melalui kebijakan pertamanya yang ditujukan kepada upaya pemerataan, pelaksanaan kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun diharapkan bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat, tidak terkecuali lapisan masyarakat kurang beruntung alias miskin yang selama ini masih banyak meninggalkan sasaran. Melalui kebijakannya yang kedua, peningkatan mutu, pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun diharapkan bisa dilakukan tidak hanya dalam rangka mengejar kuantitas yang ditandai dengan peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) atau Angka Partisipasi Murni (APM), melainkan lebih jauh lagi mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi setiap warga masyarakat sebagai modal utama untuk bisa mengakses hak-hak hidupnya dalam banyak aspek kehidupan yang semakin mengglobal dan sarat dengan kompetisi ini.

C. Target Wajar Dikdas 9 Tahun yang ingin Dicapai

(39)

berdasarkan pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM), dirumuskan berdasarkan kesepakatan dan mempertimbangkan kondisi permasalahan pendidikan yang ada.

Tabel 4 .8 : Target Pencapaian APK/ APM Kabupaten Cianjur 2004-2011 Sumber : *) Kantor Infokom Kabupaten Cianjur, Potret Pendidikan 2008

**) Untuk angka target, diambil dari Makalah sekaligus arahan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur yang disajikan dalam Forum Rakor tahun 2008

Dari tabel di atas nampak bahwa ambisi Kabupaten Cianjur untuk melakukan akselerasi dibidang Wajar Dikdas 9 Tahun cukup kuat. Bayangkan, dari kondisi APK tahun 2004 yang baru mencapai angka 76,03 persen, dalam satu tahun berikutnya, tahun 2005, ditargetkan bisa naik secara spektakuler menjadi 77,79 persen, atau naik sebesar 22,85 point dalam jangka waktu satu tahun. Bandingkan dengan posisi APK tahun 2001 sebesar 49,17 persen, atau hanya mampu meningkatkan APK sebesar 5,47 point persen dalam jangka waktu 4 tahun (2001 – 2005).

(40)

Bandingkan pula dengan posisi APM tahun 2001 yang baru mencapai angka 38,32, atau bisa naik sebesar 37,71 point persen dalam jangka waktu 4 tahun (2001 -2004).

Tuntas Wajar Dikdas 9 Tahun, itulah pula target yang ingin dikejar oleh pemerintah Kabupaten Cianjur pada tahun 2008. Bahkan dari tabel diatas pula nampak bahwa pada tahun 2011 nanti, Kabupaten Cianjur punya komitmen yang tinggi untuk mendeklarasikan dimulainya program Wajib belajar pada tingkat menengah (Wajar Dikmen). Dan menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, penentuan target tersebut itu sekaligus juga merupakan bentuk komitmen pemerinrtah Kabupaten Cianjur untuk mewujudkan visinya, yakni mewujudkan masyarakat Cianjur yang lebih cerdas, sehat, sejahtera dan berakhlakul karimah.

Bukan hanya itu, penentuan target tersebut juga merupakan keniscayaan jika dikaitkan dengan besarnya target yang mesti dicapai kabupaten Cianjur yang pada tahun 2008 yang ditargetkan bisa meningkatkan rata-rata lama sekolah (rate of years schooling) dari 6,68 tahun pada tahun 2005 menjadi 7,31 tahun pada tahun 2008. Dengan angka itu, dan dengan didukung oleh peningkatan indikator makro lainnya – indikator kesehatan dan daya beli, Kabupaten Cianjur diharapkan mampu meningkatkan pencapaian IPM-nya dari posisi 72,27 pada tahun 2005 menjadi 76,3 pada tahun 2008 sesuai dengan target akselerasi peningkatan IPM yang telah ditetapkan Provinsi Jawa Barat.

(41)

yang telah ditetapkan pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagaimana tertera dalam Program Akselerasi Pendidikan Jawa Barat tahun 2004 – 2008 :

Tabel 4 .9: Target peningkatan Indeks Pendidikan Kabupaten Cianjur dalam rangka akselerasi pencapaian IPM Jawa Barat tahun 2008

Indikator 2004 2005 2006 2007 2008

Angka Melek Huruf

96,63 97,10 97,58 98,05 98,53

Rata-rata lama Sekolah

6,48 6,68 6,88 7,09 7,31

IPM 71,6 72,27 73,9 75,0 76,3

Sumber : Kantor Bappeda Jawa Barat 2004

Dari tabel di atas nampak bahwa rata-rata lama sekolah (RLS) Kabupaten Cianjur yang pada tahun 2004 baru mencapai angka 6,48 tahun, pada tahun 2008 ditargetkan naik menjadi 7,31 tahun. Itu semua mengandung arti bahwa akselerasi peningkatan APK dan APM melalui akselerasi Wajar Dikdas 9 Tahun akan hadir menjadi faktor yang akan banyak menentukan.

(42)

D. Bentuk-bentuk Program Implementasi Untuk Mencapai Target

Tentang bagaimana target dan arah kebijakan itu dilaksanakan secara operasional, berikut ini adalah deskripsi sekaligus pembahasan mengenai upaya dan langkah yang ditempuh Kabupaten Cianjur dalam rangka melaksanakan akselerasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun, dinarasikan dari hasil studi dokumentasi, wawancara serta observasi selama penelitian berlangsung sebagaimana bisa ditelaah dalam Grand Design berikut ini :.

Dari figur di atas dapat dijelaskan bahwa target yang akan dicapai Kabupaten Cianjur dalam rangka akselerasi peningkatan Wajar Dikdas 9 tahun ini adalah meningkatkan Angka Partisipasi kasar (APK) pada jenajng SLTP dari 76,03 pada tahun 2008 menjadi 104 %, dan angka partisipasi murni (APM)

BANTUAN OPERASIONAL – BOS, BAGUS, DLL

(43)

tahun 2008, sebuah target yang sangat berat sekaliogus spektakuler jika dibanding dengan rata-rata kemampuan yang dicapai pada periode sebelumnya.

Dengan kata lain, pada tahun 2008 nanti, Kabupaten Cianjur yang pada tahun 2006 yang lalu masih termasuk daerah yang paling rendah di Jawa Barat dalam pencapaian APK-nya, bisa meningkat menjadi kabupaten yang termasuk kategori tuntas secara paripurna dalam program Wajar Dikdasnya. Bahkan karena begitu besar komitmen dan gregetnya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, Drs. Hidayat Atori Msi sering melontarkan statemennya yang menantang ; ”Saya siap mengundurkan diri jika pelaksanaan Wajar Dikdas 9 Tahun tidak berhasil mencapai sasaran yang telah ditetapkan”, tegasnya hampir dalam setiap kesempatan.

1. Pembentukan Tim Koordinasi

(44)

Inilah struktur untuk melihat dinas /instansi atau lembaga terkait yang terlibat secara langsung dalam Tim Koordinasi Percepatan Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun Kabupaten Cianjur sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Bupati tersebut di atas :

Pelindung : Bupati Kabupaten Cianjur Pengarah Operasional : Wakil Bupati Cianjur

Ketua Umum : Skretaris Daerah Pemda Kabupaten Cianjur

(45)

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, pelibatan banyak sektor terkait dalam Tim Koordinasi tersebut bukan tanpa landasan dan alasan. Selain mengikuti pedoman yang diberikan melalui kebijakan yang diberikan oleh tingkat yang lebih atas, kebijakan provinsi dan pemerintah pusat, juga dilandasi oleh pertimbangan bahwa sebagai sebuah gerakan, pelaksanaan Wajar Dikdas sangat meniscayakan dukungan dan partisipasi semua pihak sesuai dengan potensi dan fungsinya. Bukan saja dukungan dalam bentuk kebijakan serta koordinasi sebagaimana bisa deperankan oleh unsur pemerintah daerah, tetapi juga dukungan teknis dari unsur dinas/ instansi terkait. Bahkan dukungan dari unsur Kodim dan Polres. Untuk menentukan sasaran Wajar Dikdas, misalnya, BKKBN dan Kantor BPS sengaja dilibatkan dengan harapan bisa berperan aktif memberikan informasi tentang jumlah anak usia 7-15 tahun yang menjadi sasaran Wajar Dikdas 9 tahun, disamping membantu melakukan kegiatan sosialisasi.

(46)

menjadi binaannya sebagaimana diatur dalam ”Grand Design Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun 2006-2009” yang diterbitkan Depdiknas (2007), kehadiran institusi ini juga menjadi sangat strategis karena fungsinya yang melekat dalam melakukan sosialisasi, disamping dilakukan juga oleh kantor Infokom.

Sebagai gambaran, inilah beberapa tugas pokok Tim Koordinasi tingkat kabupaten Cianjur yang sekaligus juga merupakan kepanjangan dari Tim Koordinasi Percepatan Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun tingkat provinsi, tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Cianjur Nomor 421.10.05/Kep. 97-Ks/ 2007.

Tugas pokok pertama, adalah menyusun perencanaan program penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun, mulai dari proses pendataan sasaran, perumusan bentuk program sampai kepada penentuan prioritas daerah dan sasaran penggarapan dengan mempertimbangkan pencapaian angka partisipasi sekolah (APK dan APM) masing-masing kecamatan.

Tugas pokok kedua, melakukan sosialisasi atau penyuluhan tentang arti pentingnya gerakan percepatan penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun kepada seluruh komponen masyarakat disemua tingkatan melalui berbagai media yang tersedia, termasuk dilakukan melalui kegiatan yang disebut dengan kampanye Wajar Dikdas melalui kegiatan ”Safari” oleh Tim tingkat Kabupaten ke setiap kecamatan, pemanfaatan berbagai lembaga dan forum strategis seperti pengajian atau majlis taklim, termasuk khitbah jumat dan forum penting lainnya.

(47)

kegiatan pencatatan dan pelaporan secara rutin. Termasuk dalam kegiatan tersebut adalah melakukan ketatausahaan atau kesekretariatan guna mendukung sekaligus memastikan bahwa seluruh tugas pokok Tim Koordinasi bisa memperoleh dukungan dan berjalan sesuai yang diharapkan.

2. Sosialisasi Wajar Dikdas

Jika Tim Koordinasi sebagaimana telah diuraikan di atas dibangun dalam rangka memperkuat kelembagaan yang diharapkan mampu menjadi motor penggerak dalam implementasi pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun di semua tingkatan, dan karenanya hadir menjadi salah satu aktor atau pelaku kebijakan, maka kegiatan sosialisasi ditujukan dalam rangka meyakinkan arti pentingnya pelaksanaan kebijakan Wajar Dikdas 9 Tahun bisa dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

Menurut penjelasan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur yang juga menjadi ketua Harian Tim Koordinasi, terdapat beberapa kegiatan strategis yang telah dirumuskan dalam rangka melaksanakan langkah sosialisasi Wajar Dikdas 9 tahun tersebut.

(48)

Pendidikan Kabupaten Cianjur, melalui forum Rakor itulah pula akan dianugerahkan berbagai pujian dan penghargaan kepada setiap kecamatan yang berhasil dalam penyelenggaraan Wajar Dikdas, mulai dari aspek poses sampai kepada hasilnya.

Yang kedua, sosialisasi melalui pemanfaatan berbagai forum pertemuan strategis, seperti Rapat Koordinasi bulanan disetiap tingkatan yang melibatkan seluruh Dinas Instansi terkait. Agenda pokoknya adalah membahas dan merumuskan arti pentingnya keterlibatan berbagai Dinas/ instansi atau sektor terkait dalam pelaksanaan sosialisasi Wajar Dikdas sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

Yang ketiga, sosialisasi melalui berbagai media lain, khususnya media cetak, terutama media cetak lokal seperti Pakuan (Suplemen Harian Umum Pikiran Rakyat), Radar Bogor, Jurnalika dan sebagainya. Melalui media cetak inilah seluruh kebijakan Wajar Dikdas yang telah dirumuskan disosialisasikan, baik dalam bentuk opini maupun berita yang sengaja diterbitkan untuk membantu dan mendukung pelaksaanaan Wajar Dikdas 9 tahun. Singkatnya, melalui kegiatan sosialisasi semua informasi mengenai kebijakan Wajar Dikdas 9 tahun bisa tersampikan. Dampak lebih jauhnya, melalui kegiatan sosialisasi dukungan masyarakat terhadai implenentasi kebijakan bisa diwujudkan

3. Pendataan Sasaran

(49)

menjadi fokus penggarapan kegiatan Wajar Dikdas 9 tahun menurut berbagai tingkatannya.

Intinya, berapa seluruh anak usia 7-15 tahun yang sedang dan tidak sedang sekolah, baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal, adalah sasaran pokok dari kegiatan pendataan yang secara serentak dilakukan oleh Tim yang dibentuk pada setiap Desa atau kelurahan, bahkan sampai dengan tingkat RT ini. Dan dari hasil pendataan yang dilakukan secara berjenjang inilah, nama dan alamat dari anak usia 7-15 tahun yang sedang tidak sekolah bisa diketahui untuk selanjutnya dijadikan sasaran penggarapan kegiatan Wajar Dikdas oleh Tim Wajar Dikdas di semua tingkatan.

(50)

Dari figur diatas, nampak bahwa secara sistem, pelaksanaan pendataan sasaran Wajar Dikdas 9 Tahun di Kabupaten Cianjur sudah dirancang dalam sebuah mekanisme yang terarah, diawali dengan pembentukan Tim Pendata yang menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur sekaligus juga merupakan Tim Koordinasi Wajar Dikdas. Melalui Tim yang melibatkan

TIM TINGKAT KABUPATEN SK No. 421.10.05./KEP.97-KS/2007

Rekapitulasi

TIM TINGKAT KECAMATAN Instruksi Bupati Cianjur No. 421.10.05./Kep.97-KS/2007

Rekapitulasi

TIM TINGKAT DESA/ KECAMATAN Instruksi Bupati No.

421.10.05./Kep.97-KS/2007 Rekapitulasi

TIM TINGKAT RW/DUSUN Instruksi Bupati

N0. 421.10.05/Kep.97-KS/2007 Rekapitulasi

TIM TINGKAT RT Instruksi Bupati

N0. 421.10.05/Kep.97-KS/2007 Pelaksanaan Operasional Pendataan

FIGURE 4.11. MEKANISME PENDATAAN WAJAR DIKDAS 9 TAHUN KABUPATEN CIANJUR

INSTRUKSI

(51)

banyak sektor itulah, data sasaran Wajar Dikdas di data, bahkan disisir dan dilaporkan secara berjenjang ketingkat yang lebih atas.

Namun sayangnya, dari hasil penelitian pula terungkap bahwa proses pendataan sasaran tersebut baru sebatas dilaksanakan dalam rangka mengungkap nama dan alamat, sementara alasan atau motif mereka tidak bersekolah, apalagi sampai mengungkap klasifikasi anak miskin dan tidak miskin, sama sekali absen dari perhatian. Itulah pula yang kemudian menjadi salah satu penyebab munculnya kesulitan dalam merumuskan dan menyampaikan pesan sosialisasi atau motivasi dan penenrtuan progran intervensi yang perlu dilakukan dalam tahap berikutnya.

4. Upaya Peningkatan Akses

Berikut ini adalah deskripsi mengenai upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan akses pendidikan bagi anak dari keluarga miskin yang diwujudkan dalam berbagai bentuk pengembangan program pelayanan pendidikan alternatif yang secara khusus lebih banyak diperuntukan dalam rangka menyediakan pelayanan pendidikan bagi anak dari keluarga miskin. Upaya ini juga sekaligus merupakan penjabaran dari arah kebijakan Wajar Dikdas yang telah ditetapkan.

a. Upaya Peningkatan Akses melalui Pengembangan SMP Cerdas Seatap

(52)

dengan besarnya beban transportasi yang sering jadi kendala bagi anak dari keluarga miskin.

Menampung mereka yang selama ini tidak mampu mengakses SLTP yang ada, itulah tujuan dari pengembangan SMP Cerdas Seatap yang sekaligus juga merupakan program unggulan dari Program Pendanaan Kompetisi dalam rangka Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM) sektor pendidikan yang digulirkan pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Gambaran konkritnya, demikian diungkapkan oleh Drs. Sulaeman Zuhdi, Ketua Satlak (Satuan Pelaksana) PPK IPM Bidang Pendidikan Kabupaten Cianjur, ketika program SMP Cerdas Seatap ini baru akan digulirkan, tahun 2006, di kabupaten Cianjur terdapat sekitar 59.722 anak lulusan SD/MI yang belum tertampung oleh faslitas SMP/MTs yang ada, atau mencapai 1.990 anak setiap kecamatannya.

Dan itulah pula yang dijadikan sasaran dari pengembangan program SMP Cerdas Seatap yang merupakan bagian dari Program PPK-IPM sektor pendidikan itu. Dijelaskan oleh Ketua Penanggung jawab Program ini, kehadiran SMP Cerdas Seatap di Kabupaten Cianjur ini diharapkan bisa menjadi pilihan yang rasional dalam rangka mengakselerasi Wajar Dikdas pada umumnya, dan membantu akses pendidikan bagi anak dari keluarga miskin pada khususnya.

(53)

sekaligus meningkatkan angka rata-rata lama sekolah (rate of years schooling) sebagaisalah satu komponen dalam peningkatan IPM.

Di bawah ini adalah gambaran mengenai kontribusi pengembangan SMP Cerdas Seatap dalam penyerapan lulusan SD/MI terhadap upaya penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun pada umumnya, dan membantu akses pendidikan bagi anak dari keluarga miskin pada khususnya, diambil dari dokumen Satuan Pelaksana (Satlak) PPK-IPM Kabupaten Cianjur sebagai berikut :

Tabel 4.12 : Perkembangan SMP Cerdas Seatap 2006-2008

TAHUN JUMLAH dikembangkan pada tahun pertama Program SMP Cerdas Seatap ini dirintis, bulan Agustus 2006, adalah sebanyak 83 buah sekolah dan bertahan pada angka yang sama pada tahun 2007, namun kemudian turun menjadi hanya 77 buah pada tahun 2008, berkurang sebanyak 6 buah sekolah.

(54)

murid karena ada pembukaan SMP baru disekitarnya, yakni di daerah perbatasan dengan Kabupaten Sukabumi.

Dari figur di atas pula nampak bahwa pengembangan program SMP Cerdas Seatap ini, pada tahun pertamanya berhasil menampung siswa, sebutlah kelas 7 (setara dengan kelas 1 SMP/MTs) sebanyak 2.798 anak, atau sekitar 34 siswa setiap sekolahnya. Jika dibandingkan dengan jumlah anak sekolah lulusan SD/MI yang tidak tertampung pada SMP/MTs yang tersedia sebanyak 59.722 anak sebagaimana telah diungkapkan pada uraian sebelumnya, maka kehadiran SMP Cerdas Seatap pada tahun pertama berhasil menyerap sebanyak 4,7 persen sekaligus juga merupakan gambaran tentang kontribusi model sekolah ini terhadap peningkatan APK dan APM SMP

Pada tahun berikutnya, tahun 2007, pelaksanaan SMP Cerdas Seatap ini hanya mampu menampung lulusan SD/MI, sebutlah siswa baru sebanyak 1.948 anak, atau turun sebanyak 848 siswa dibanding tahun 2006. Alasannya, demikian diungkap oleh Ketua Tim Monitoring dan Evaluasi PPK-IPM, Ir Elizabet MT, berkait dengan keraguan sekaligus kekurangpercayaan masyarakat akan kelangsungan program PPK-IPM ini yang dijadwalkan hanya akan berlangsung 2 tahun. Tegasnya, masyarakat waktu itu khawatir jika anaknya kelak akan terlantar ketika pemerintah provinsi Jawa Barat menghentikan proyeknya.

(55)

Cianjur, maka siswa baru (kelas 7) pada tahun berikutnya, tahun 2008, kembali meningkat menjadi 2.415 anak.

Dari tabel di atas pula nampak bahwa semakin tinggi tingkat kelas pada SMP Cerdas Seatap ini, semakin berkurang pula jumlah siswanya. Angka konkritnya, jumlah siswa yang pada tahun 2006 berada pada kelas 7 sebanyak 2.796, menurun menjadi 2.756 ketika mereka menduduki kelas 8 pada tahun 2007, dan menurun lagi menjadi hanya 2.137 ketika mereka berada pada kelas 9 pada tahun 2008, turun sekitar 30 persen.

Alasannya, demikian diaungkapkan oleh Tim Monev PPK IPM Kabupaten Cianjur, sebagiannya, terutama murid perempuan, terpaksa drop out karena dinikahkan orang tuanya, sebagiannya drop out karena lebih memilih menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke Timur Tengah karena faktor desakan ekonominya, sebagian yang lainnya pindah ke SMP atau Tsanawiyah reguler, disamping juga ada diantara mereka yang karena berbagai alasan berhenti di tengah jalan.

(56)

Keunggulan lainnya, penyelenggaraan SMP Cerdas Seatap ternayata juga mampu memberikan tambahan kesejahteraan para guru yang ada di daerah, termasuk guru sukarelawan (Sukwan). Gambaran konkritnya, program yang pertamanya didanai pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui program PPK-IPM ini, setiap bulannya menyediakan biaya oparasional dan transportasi yang jumlahnya berkisar antara Rp. 150.000,- sampai Rp. 200.000,- per guru per bulan, baik untuk guru bidang studi maupun transport bagi guru yang menjadi Wali Kelas di SD yang ditunjuk jadi lokasi SMP Cerdas Seatap, bahkan program ini pun menyediakan biaya transport bagi guru dalam melakukan kegiatan ekstra kulikuler.

Menurut pandangan peneliti, kegiatan SMP Cerdas Seatap ini mengandung inovasi yang penting bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan dasar bagi anak dari keluarga miskin. Secara nyata, kegiatan SMP Cerdas Seatap ini telah mampu mendekatkan akses pendidikan dasar kepada masyarakat sehingga memudahkan siswa untuk menjangkau lokasi belajar yang selama ini dirasakan cukup jauh. Hal ini pun membuat masyarakat menjadi lebih ringan dalam hal beban biaya transportasi dari rumah ke sekolah, jalan kaki tidak terlalu jauh, naik angkutan umum pun tidak terlalu mahal.

(57)

sekolah yang selama ini sering menjadi beban bagi anak dari keluarga miskin, meskipun sekolahnya formal.

Itulah pula kultur sekolah yang dalam banyak aspeknya menjadi kondusif dalam mendekatkan akses pelayanan pendidikan bagi anak dari keluarga miskin. Dan yang menarik, dari jumlah siswa kelas 9 tahun 2008 sebanyak 2.137 anak, sebanyak 75 persen diantaranya dinyatakan lulus mengikuti Ujian Nasional (UN), sebuah angka yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan input yang tersedia dalam penyelenggaraan SMP Cerdas Seatap ini. Itulah pula fakta yang bisa diangkat untuk menjelaskan besarnya kontribusi penyelenggaraan model pendidikan dasar model yang dikembangkan dari program PPK-IPM ini terhadap upaya percepatan penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun bagi anak dari keluarga miskin

b. Upaya perningkatan Akses Melalui Pengembangan SD/SMP Seatap

Jika program SMP Cerdas Seatap merupakan bagian dari program PPK-IPM yang digulirkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam rangka akselerasi peningkatan IPM, maka program SMP Seatap dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang sama namun dengan sumber pendanaan yang berbeda, yakni dari APBD tingkat II Kabupaten Cianjur. Singkatnya, Program SD/SMP Seatap ini dilakukan dalam rangka memberikan peluang yang lebih luas lagi bagi anak dari keluarga miskin dalam mengakses pendidikan dasar 9 tahun.

(58)

kebijakan pengembangan SD/SMP Satu atap di Kabupaten Cianjur ini masih sangat relavan dan strategis dalam memperluas akses pendidikan bagi anak dari keluarga miskin, bahkan untuk anak yang tinggal di daerah perkotaan sekali pun. Singkatnya, kehadiran SD/SMP Seatap ini sekaligus diharapkan bisa memperkuat program SMP Cerdas Seatap seperti telah diuraikan sebelumnya.

Konkritnya, inilah realisasi dari pengembangan SD/ SMP Satu Atap, diluar SMP Cerdas Seatap, yang telah dan sedang dilaksanakan di Kabupaten Cianjur mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 adalah sebagai berikut :

(59)

disimpulkan bahwa kehadiran program SMP Seatap tidak sedikit sumbangannya dalam memberi kesempatan bagi anak miskin untuk mengakses pendidikan dasar 9 tahun.

c. Upaya Peningkatan Akses Melalui Pesantren Salafiyah

Optimalisasi pencapaian target Wajar Dikdas di Kabupaten Cianjur tidak hanya dilakukan di lingkungan pendidikan formal sekolah-sekolah umum, tetapi juga melibatkan dan dilaksanakan di pondok-pondok pesantren yang diselenggarakan atas kerjasma antara Pondok Pesantren Salafiyah (kajian kitab kuning). Kegiatannya, Kata Kasi Mapenda, Dra. Ida Farida pada Kantor Depag Cianjur, berupa pengintegrasian program wajar dikdas ke dalam kurikulum pesantren, seperti Paket B yang diwajibkan bagi santri-santri sesuai usianya.

Masih menurutnya, bentuk penyelenggarakan kegiatan ini dirasakan sangat membantu dalam menunjang akselerasi penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun karena banyak dari para santri yang masuk pesantren itu adalah para luiusan SD yang karena ketidakmampuan orang tuanya tidak mampu melanjutkan ke SMP atau Madrasah Tsanawiyah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang memang atas keinginan atai dorongan orang tuanya lebih memilih pesantren ketimbang sekolah formal.

(60)

C setara SLTA pun dilaksanakan di pesantren ini. Yang cukup membanggakan, meskipun kegiatan pembelajaran di pondok pesantren dilaksanakan secara tutorial yang dilengkapi dengan fasilitas ICT.

Menurut data yang ada, dari banyak Pondok Pesantren yang telah menyelenggarakan Program Wajar Dikdas ini, saat ini tercatat ada sekitar 2.875 santri yang tercatat sebagai siswanya. Artinya, kehadiran Pondok Pesantren Salafiyah ini paling tidak telah menyumbangkan sebesar 2,8 persen dalam menampung anak usia 13-15 tahun yang pada tahun 2008 berjumlah 137.015 anak.

Jika ditambah dengan jumlah santri yang sedang mengikuti program yang disebut dengan Pontren Cerdas Seatap, bnetuk penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun di pesantren yang sengaja dikembangkan sebagai bagian dari Program Proyek Pendanaan Kompetisi (PPK_ – IPM yang didanai Pemerintah Provinsi sebanyak 7.703 siswa, maka jumlah total siswanya menjadi 10.578 anak, atau sekitar 3 persen dibanding dengan jumlah total SLTP sederajat yang mencapai angka 344.739 anak.

d. Upaya Peningkatan Akses Melalui Pengembangan SMP Terbuka

(61)

Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, SMP terbuka ini tidak lain merupakan salah satu satuan penyelenggara pendidikan tiga tahun yang menggunakan kurikulum seperti SLTP regular, namun dengan pola kegiatan belajar mengajarnya yang berbeda, yakni yang menekankan kepada prinsip belajar mandiri, atau cara belajar yang dilakukan sendiri oleh siswa dan membatasi seminimal mungkin bantuan orang lain.

Itu sebabnya, media utama yang digunakannya adalah bahan belajar mandiri berupa modul yang ditunjang oleh media lain yang relavan. Adapun waktu dan tempat belajar secara kelompoknya ditentukan bersama oleh siswa dan guru pembimbingnya. Sementara waktu dan tempat belajar mandirinya ditentukan sendiri oleh siswanya.

Dijelaskan oleh Kasubdin Dikdas Dinas P dan K Kabupaten Cianjur, Drs. Agus Maelani, bahwa kehadiran jenis satuan pendidikan yang merupakan salah satu kebijakan yang berasal dari pemerintah pusat ini sengaja dikembangkan di Kabupaten Cianjur dengan maksud untuk memenuhi tuntutan pelayanan pendidikan dasar yang tidak tertampung pada SLTP reguler yang umumnya merupakan anak dari keluarga tidak mampu, disamping untuk menampung anak lainnya yang kebetulan bertempat tinggal jauh dari lokasi SLTP yang tersedia.

Gambar

Gambar 3:2. Bagan Prosedur Penelitian
Gambar  4.1 : Peta Kabupaten Cianjur
Tabel 4:2. Tren Peningkatan Jumlah  Penduduk Usia 7-15 Tahun
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Cianjur  Menurut Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural

Penggilingan padi skala kecil, yang hanya menggunakan satu unit mesin pemecah kulit dan satu unit mesin sosoh umumnya menghasil- kan bekatul dengan mutu kurang baik dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DOR memiliki kemampuan untuk mengirimkan pesan lebih banyak dibandingkan dengan model routing lain, hal ini dapat dilihat dari

4 TAHAP MENUJU ZERO BREAKDOWN Tahap 1 Menstabilkan MTBF Tahap 2 Memperpanjang Daur Hidup Parts Tahap 3 Menangani penurunan secara periodik Tahap 4 Memprediksi Kerusakan parts...

KEEMPAT : Taman di Perairan Teluk Moramo di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana dimaksud diktum KETIGA dengan batas koordinat sebagaimana tercantum dalam

aureus resisten terhadap antibiotik ciprofloxacin (15%), cefotaxime (31%), dan cefadroxil (8%), sedangkan bakteri Gram negatif yang mengalami resistensi tertinggi

Kesimpulan Pada jurnal kelas rendah dan tinggi ditemukan bahwa sikap ketaatan beribadah peserta didik tergolong kategori tahapan mulai berkembang, karena dalam

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat memperkaya khazanah pengetahuan dalam bidang ilmu sosial serta dapat dijadikan sebagai