• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR, KEC. BUNGORO, KAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR, KEC. BUNGORO, KAB."

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA

PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR, KEC. BUNGORO, KAB. PANGKEP

ANALYSIS OF CHARACTER EDUCATION IN THE INDONESIAN LEARNING PROCESS FOR ELEMENTARY SCHOOL

STUDENTS, BUNGORO DISTRICT, PANGKEP REGENCY

TESIS

OLEH :

AMRIANI MUSTAKIM NUR

Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.02.002.17

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

(2)

ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA

PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR, KEC. BUNGORO, KAB. PANGKEP

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister Program Studi

Magister Pendidikan Dasar

Disusun Dan Diajukan oleh

AMRIANI MUSTAKIM NUR

Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.02.002.17

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Amriani Mustakim Nur, 2020, Analisis Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Peserta Didik Sekolah Dasar, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep, Magister Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Makassar, Pembimbing Munirah dan Tarman

Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan tahapan perkembangan nilai utama karakter peserta didik dalam proses belajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia serta mendeskripsikan nilai utama karakter dalam kegiatan proses belajar peserta didik pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 3 Sambung Jawa dan SD Negeri 1 Lejang, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep.

Penelitian dilakukan di SD Negeri 3 Sambung Jawa dan di SD Negeri 1 Lejang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Informan penelitian adalah guru. Teknik pengumpulan data digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan tahapan perkembangan karakter peserta didik pada proses pembelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri 3 Sambung Jawa (1) nilai religius kategori belum terlihat dan mulai terlihat. (2) Nilai nasionalis kategori belum terlihat dan mulai terlihat pada aspek indikator. (3) Nilai mandiri kategori mulai berkembang. (4) Nilai gotong royong kategori belum terlihat dan mulai terlihat. (5) Nilai integritas kategori belum terlihat dan mulai terlihat. SD Negeri 1 Lejang pada (1) Nilai religius kategori mulai berkembang, (2) Nilai nasionalis kategori belum terlihat dan mulai terlihat pada aspek indikator disiplin. (3) Nilai mandiri kategori sudah membudaya dan mulai berkembang, dan (4) Nilai gotong royong kategori mulai berkembang. (5) Nilai integritas kategori belum terlihat dan mulai terlihat. Nilai karakter utama peserta didik pada (1) kegiatan pendahuluan di SD Negeri 3 Sambung Jawa adalah religius, nasionalis, dan mandiri, sedangkan SD Negeri 1 Lejang adalah religius, nasionalis, mandiri, dan integritas. (2) Nilai karakter pada kegiatan inti pembelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri 3 Sambung Jawa yaitu religius, mandiri, gotong royong dan integritas, sedangkan di SD Negeri 1 Lejang yaitu religius, dan gotong royong. (3) Nilai karakter peserta didik pada kegiatan penutup di SD negeri 3 Sambung Jawa adalah religius dan integtritas, sedangkan di SD Negeri 1 Lejang adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Nilai karakter yang sering muncul pada tahapan kegiatan yaitu nilai religius.

(7)
(8)

MOTTO

Air mengalir penuh rintangan untuk bisa bermuara, seseorang

perlu kegigihan untuk bisa mendapatkan ilmu.

Ilmu sulit didapatkan, namun dengan kegigihan ilmu itu akan

datang dengan sendirinya tanpa ada beban untuk memilikinya.

Sesungguhnya jalan yang ditempuh perlu rintangan untuk bisa

mendapatkan tujuan hidup.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena atas rahmat, karunia dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan tesis ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad saw yang telah membawa reformasi besar dalam peradaban dan memberikan sinar kemuliaan Islam.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag.

2. Direktur Program Pascasarjana bapak Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag 3. Ketua Program Studi Megister Pendidikan dasar ibu Hj. Sulfasyah,

S.Pd., M.A., Ph.D

4. Pembimbing 1 Dr. Munirah, M.Pd dan Pembimbing 2 Dr. Tarman A. Arief, M.Pd, atas masukan dan kritikannya dalam proses penyelesaian tesis.

5. Para dosen Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi ilmunya dan arahan pengalaman yang sangat berharga.

6. Staf dan tata usaha Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar

(10)

7. Ibunda tercinta Dra. Hj. Nursiah, S.Pd yang telah memberikan dukungan dan motivasi

8. Suami tersayang Hardiwan, S.Pd yang sabar dan pengertian

9. Saudara-saudaraku Sadri M Nur, ST, Yassir M Nur, M.Pd, dan Wahlul, A.Ma yang memberikan kasih sayang sehingga membuat penulis bersemangat dan termotivasi menyelesaikan tulisan ini.

10. Sahabat-sahabat tercinta dan kakandaku seperjuangan di Magister Pendidikan dasar yang telah memberikan kasih sayang kekeluarga. 11. Kepala Sekolah, rekan guru dan peserta didik di SD Negeri 3

Sambung Jawa dan di SD Negeri 1 Lejang yang membantu penelitian ini terlaksana.

Penelitian Tesis dengan judul “Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Peserta Didik Sekolah Dasar, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep”, jukan sebagai syarat penyelesaian studi. Proses penyelesaian penelitian ini merupakan suatu perjuangan akademik .yang begitu mengesankan bagi penulis. Dalam proses pembuatan Bab I sampai pada Bab V tidak sedikit rintangan yang harus dihadapi penulis. Akan tetapi, berkat bantuan, motivasi, doa, dan pemikiran dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut dapat teratasi dengan baik.

Penulis berharap karya yang berupa wujud kerja keras penulis ini dapat memberikan inspirasi untuk para pembaca. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat beberapa kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran

(11)

sehingga penulis dapat mengetahui kekhilafan dan dapat belajar dari kritikan tersebut. Akhirnya penulis menyadari bahwa seluruh perjuangan akan menjadi sia-sia tanpa dorongan, kritik, dan saran pembaca sehingga dapat memberi manfaat kepada semua pihak. Semoga semua hal yang terjadi dalam proses penyelesaian studi ini menjadi ibadah dan bernilai amal di sisi Alllah swt. Amin ya Rabbal Alamin. Wassalam

Makassar, 30 November 2020

(12)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Hasil Penelitian ... 10

B. Tinjauan Teori dan Konsep ... 14

1. Pengertian Karakter ... 14

2. Pengertian Pendidikan Karakter... 16

3. Nilai-nilai Karakter ... 19

4. Nilai-nilai Utama ... 21

5. Tujuan Pendidikan Karakter dalam Seting Sekolah ... 25

6. Upaya Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah ... 27

7. Peran Komponen Sekolah dalam Pendidikan Karakter ... 31

8. Strategi dan Metode Upaya pengembangan Pendidikan Karakter ... 35

9. Pengembangan Silabus dan RPP untuk Pendidikan Karakter ... 40

(13)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 47

A. Pendekatan Penelitian ... 47

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan ... 48

1. Unit Analisis ... 48

2. Penentuan Informan ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Teknik Analisis Data ... 52

F. Pengecekan Keabsahan Temuan ... 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian ... 54

1. Deskripsi Geografis... 54

2. Deskripsi Kelembagaan ... 56

B. Paparan Dimensi Penelitian ... 59

1. Deskripsi Tahapan Perkembangan Nilai Utama Karakter Peserta Didik Dalam Proses Belajar Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 60

2. Deskripsi nilai karakter yang muncul dalam menerapkan Pendidikan karakter peserta didik pada pembelajaran Bahasa Indonesia ... 75

C. Pembahasan ... 84

1. Deskripsi karakter peserta didik dalam merespon proses belajar mengajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia ... 84

2. Deskripsi nilai karakter yang muncul dalam menerapkan Pendidikan karakter peserta didik pada pembelajaran Bahasa Indonesia. ... 90

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

RIWAYAT HIDUP ... 101

(14)

Tabel 3.1. Daftar Informan ... 49

(15)
(16)

LAMPIRAN 1

SURAT IZIN PENELITIAN ... 104 LAMPIRAN 2

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN ... 108

LAMPIRAN 3

DAFTAR INFORMAN GURU ... 109

LAMPIRAN 4

TRANSKRIP WAWANCARA KARAKTER PESERTA DIDIK

SUMBER INFORMASI GURU ... 110 LAMPIRAN 5

TRANSKRIP WAWANCARA NILAI UTAMA KARAKTER

PESERTA DIDIK SUMBER INFORMASI GURU ... 131 LAMPIRAN 6

HASIL OBSERVASI JURNAL PESERTA DIDIK ... 140 LAMPIRAN 7

LEMBAR HASIL OBSERVASI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM RENCANA DAN PROSES

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA ... 159 LAMPIRAN 8

DOKUMENTASI FOTO WAWANCARA GURU ... 165 LAMPIRAN 9

DOKUMENTASI FOTO PENGAMATAN GURU PADA PROSES

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA ... 169 LAMPIRAN 10

DOKUMENTASI FOTO PENGAMATAN JURNAL KI1 DAN KI2 ... 173 LAMPIRAN 11

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa yang maju dan kuat merupakan sebuah cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi tolak ukur sebuah negara dapat dikatakan maju atau tidaknya, karena seperti yang kita ketahui bahwa suatu Pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(18)

sejak usia 7 tahun dan memukulnya sampai usia 10 tahun jika belum melakukan ibadah shalat. Hadis yang menindikasikan tentang persoalan tersebut adalah sebagai berikut:

اَذِإ َو َنيِن ِس َعْبَس َغَلَب اَذِإ ِة َلََّصلاِب َّيِبَّصلا اوُرُم َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّاللَّ ىَّلَص ُّيِبَّنلا َلاَق

اَهْيَل َع ُهوُب ِرْضاَف َنيِن ِس َرْشَع َغَلَب

Artinya: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perintahkanlah anak kecil untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah apabila tidak melaksanakannya". (HR. Abu Daud).

Berdasarkan hadis di atas, dapat dipahami bahwa kepriban anak dapat ditumbuhkan melalui pembiasaan dan tidak terbentuk secara instan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak Remaja (SNPHAR) Tahun 2018 dilakukan pada anak dan remaja usia 13-17 tahun sebanyak 5.383 dan usia 18-24 tahun sebanyak 4.461 jiwa. Ditemukan fakta kekerasan terhadap anak di antaranya kekerasan emosional, kekerasan fisik dan kekerasan seksual. Hasil survei tersebut mengisyaratkan bahwa karakter moral anak betul-betul butuh perhatian khusus. Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia Indonesia dewasa ini, terutama di kalangan peserta didik, menuntut diselenggarakannya pendidikan karakter. Sekolah dituntut untuk memainkan peran dan tanggungjawabnya

(19)

membantu para peserta didik membentuk dan membangun karakter dengan nilai-nilai yang baik.

Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menjadikan pendidikan karakter sebagai platform pendidikan nasional untuk membekali peserta didik sebagai generasi emas tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan (Pasal 2). Perpres ini menjadi landasan awal untuk kembali meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) diharapkan dapat menuntun guru dalam menginternalisasikan nilai-nilai utama dalam setiap pembelajaran berlangsung di kelas, utamanya yang berkaitan dengan muatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Penerapan Pendidikan Karakter dikembangkan dalam bidang administrasi maupun proses pembelajaran. Bidang administrasi dikembangkan melalui silabus dan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis karakter.

Pendidikan karakter diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui materi pembelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keempat aspek ketrampilan tersebut saling berkaitan satu sama lain dengan cara yang beraneka ragam. Materi-materi yang dideskripsikan disini yaitu materi tentang mengidentifikasikan karakter tokoh dalam cerita, menyampaikan pendapat dalam berdiskusi, membaca teks berita, dan menulis puisi bebas.

(20)

kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia dalam segala fungsinya, yaitu sarana berkomunikasi, sarana berpikir atau bernalar, sarana persatuan dan sarana kebudayaan. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, sebagai sarana belajar komunikasi, pembelajaran Bahasa Indonesia rahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar tersebut, meliputi empat aspek keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Proses muatan pembelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan melalui perencanaan penilaian sikap dengan menentukan sikap yang akan dikembangkan di sekolah dan menentukan indikator setiap sikap berdasarkan kompetensi sikap. Dalam Kurikulum 2013 penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik di dalam dan di luar pembelajaran. Penilaian sikap yang perlu dikembangkan setiap pembelajaran mengacu pada kompetensi sikap spritual (KI1) dan kompetensi sikap sosial (KI2). Dalam upaya penguatan karakter peserta didik, kompetensi sikap spiritual (KI-1) dan kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan mati merujuk pada nilai utama dan nilai karakter dalam konsep penguatan pendidikan karakter (PPK). Nilai utama (inti) meliputi Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong royong, Integritas. Nilai karakter berdasarkan Perpres pasal 3 No.. 87/2017 tentang PPK yaitu meliputi Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreastif, tanggung jawab, dan lain-lain.

(21)

3 Sambung Jawa dan SD Negeri 1 Lejang, peneliti menemukan kenyataan bahwa sekolah ini telah menerapkan pendidikan karakter. Dibuktikan dengan guru telah menerapkan pendidikan berbasis karakter dalam bidang administrasi yaitu silabus dan penyusunan RPP yang berbasis karakter. Hasil wawancara di kelas dalam proses pembelajaran guru mengaku tidak mengalami kesulitan karena untuk saat ini guru benar-benar dituntun dari buku paket yang di dalamnya telah terintegrasi pendidikan karakter. Tetapi, dalam hal pelaksanaan hasil penilaian sikap kepada peserta didik guru masih mengalami kesulitan, dikarenakan sistem penilaian yang baru dan guru belum memahami tahapan penilaiannya.

Kondisi nyata di lapangan yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis pendidikan karakter dilihat dari catatatan perilaku dari jurnal sikap peserta didik adalah rata-rata nilai karakter masih kurang tertanam dalam diri peserta didik. Misalnya, dari 66 peserta didik 50 % peserta didik kurang mencerminkan nilai utama (inti) meliputi Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong royong, Integritas dan nilai karakter tanggung jawab, sopan santun, disiplin, dan lain-lain pada diri peserta didik. Sebagai contoh, ketika guru meminta peserta didik mengerjakan tugas dan dikumpul esok hari, peserta didik yang tidak mengerjakan tugas dan mengumpulkan tugas , atau ketika guru meminta peserta didik membawa tugas-tugas pendukung dalam pelajaran yang akan jarkan, peserta didik yang tidak membawa tugas yang diminta oleh gurunya, dan peserta didik yang tidak mematuhi aturan yang ditanamkan dalam kelas sebagai sikap dan perilaku sopan santun di kelas, yaitu

(22)

dan masih banyak lagi perilaku yang perlu nalisis. Oleh karena itu, penting dilakukan analisis mengenai pendidikan yang berbasis karakter dalam merespon proses belajar mengajar pada pembelajaran bahasa Indonesia lebih mendalam agar pendidikan karakter ini tidak hanya mampu dilaksanakan dalam administrasi, praktiknya dalam kelas juga harus dapat dilakukan sehingga dapat membentuk karakter peserta didik sejak dini. Guru pun dibutuhkan tindakan dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter utama dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai pendidikan karakter pada kehidupan sehari-hari dengan kesadaran tanpa unsur paksaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis meneliti pelaksanaan pendidikan karakter pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 3 Sambung Jawa dan Sekolah Dasar Negeri 1 Lejang, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tahapan perkembangan nilai utama karakter peserta didik dalam proses belajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 3 Sambung Jawa dan SD Negeri 1 Lejang, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep?

2. Nilai utama karakter apakah yang muncul dalam kegiatan proses belajar peserta didik pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

(23)

Pangkep?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan tahapan perkembangan nilai utama karakter peserta didik dalam proses belajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 3 Sambung Jawa dan SD Negeri 1 Lejang, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep.

2. Untuk mendeskripsikan nilai utama karakter yang muncul dalam kegiatan proses belajar peserta didik pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 3 Sambung Jawa dan SD Negeri 1 Lejang, Kec. Bungoro, Kab. Pangkep.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca atau pihak-pihak yang berkepentingan. Sedangkan manfaat secara praktisnya, yaitu:

(24)

proses belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar sehingga terpacu untuk terus berlomba-lomba menjadi yang terdepan dalam hasil.

2. Bagi Guru atau Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Sehingga dengan adanya penelitian ini, diharapkan penulis dan semua pihak yang berkepentingan dapat lebih memahami pentingnya pendidikan karakter untuk terus dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sejak dini pada peserta didik SD Negeri 3 Sambung Jawa dan SD Negeri 1 Lejang maupun sekolah dasar lainnya.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini difokuskan kepada peserta didik SD Negeri 3 Sambung Jawa dan SD Negeri 1 Lejang sesuai pembelajaran Bahasa Indonesia yang jarkan pada saat itu. Sehingga para pembaca, guru, atau pihak-pihak lain yang berkepentingan diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pertimbangan dalam aplikasi dalam proses pembelajarannya. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk meningkatkan komitmen sekolah dalam meningkatkan meningkatkan kualitas peserta didik menjadi semakin baik lagi.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Penelitian

Tarman A. Arif, Achmad Tolla, Ramly, 2018, menunjukkan jenis penelitian pengembangan (Pengembangan & Penelitian) dengan montok 1997 model pengembangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar menulis kreatif berbasis tulisan pendek cerita dalam karakter sekolah menengah. Dari hasil penelitian ini, tampak bahwa validitas rata-rata 3,8 (baik), kepraktisan rata-rata 0,75 (tinggi), efektivitas rata 0,79 (tinggi) bahasa yang digunakan dalam pengajaran nilai rata-rata bahan adalah 3,5 (baik). Validitas bahan ajar dari nilai rata-rata-rata-rata validator ketiga 4,50 (sangat valid) validitas instrumen dari validator ketiga diperoleh R = 0,81 (tinggi), pertanyaan tes miliki nilai sensitivitas 0,30 (cukup tinggi). Lembar observasi aktivitas peserta didik dari tiga pengamat, R = 0,80 (tinggi). Kepraktisan rata-rata 0,75 (tinggi) karakter yang muncul dalam pengamatan pembelajaran, yaitu; BL (tidak terlihat), ML (terlihat), MK (mulai tumbuh) dan MB (bercokol). Karakternya termasuk religius, kreatif, tanggung jawab, kejujuran, komunikatif, toleransi, menghargai perbedaan, kepercayaan, kesopanan, rasa ingin tahu, dan disiplin. Jadi disimpulkan bahwa karakteristik bahan ajar yang dibutuhkan untuk peserta didik adalah bahan ajar yang diisi dengan nilai karakter dan tidak membatasi nilai karakter 18- yang ada nilai karakter.

(26)

Direkomendasikan kepada guru untuk menyiapkan bahan ajar yang membutuhkan nilai karakter dan melakukannya tidak membatasi nilai karakter 18 karakter.

Penelitian Kusminah, 2012, menunjukkan bahwa Model pembelajaran Induktif kata bergambar dalam pembelajaran Membaca Permulaan ini dikatakan efektif untuk mencapai hasil belajar membaca dan dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter dengan baik sekali.

Penelitian Ardiyaningsih puji lestari dkk, 2015, hasil penelitiannya meyimpulkan bahwa pendidikan karakter untuk menghasilkan peserta didik yang berkarakter telah dilakukan, mulai dari anak sekolah tingkat dasar hingga menengah atas. Pendekatan awal ke pihak sekolah sama sekali tidak mengalami hambatan. Semua sekolah menyambut baik kegiatan ini dan memberi kesempatan kepada tim untuk melaksanakan pelatihan serta ikut membantu sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Para peserta didik begitu konsentrasi, khidmat dan sangat memperhatikan materi yang diberikan serta mampu merespon secara positif.

Penelitian Eni Sulistiyowati, 2013, menunjukkan hasil bahwa pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Indonesia memerlukan pemahaman guru sebagai pelaksana kurikulum dan fasilitator bagi peserta didik melalui kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga peserta didik tidak hanya memiliki kompetensi yang baik, melainkan juga memiliki budi pekerti yang terpuji.

(27)

Hasil penelitian Ayuba Pantu & Buhari Luneto, 2014, menunjukkan hasil bahwa dalam pembelajaran bahasa dan sastra perlu dioptimalkan baik strategi, metode, me, serta bahan ajar yang bermuatan nilai pendidikan dan kebajikan sehingga membentuk karakter peserta didik. Pendidikan bahasa bukan hanya tugas dan tanggung jawab guru bahasa, melainkan tanggung jawab semua guru bidang studi karena semua guru pasti menggunakan bahasa. Satu hal yang paling penting adalah meningkatkan kegemaran membaca bagi peserta didik yang merupakan kunci keberhasilan pendidikan.

Penelitian Nita Novianti, 2017, hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik telah berhasil mengidentifikasi kebajikan dalam novel dan dapat berhubungan dengan karakter dan acara. Namun, hanya sedikit peserta didik dapat menunjukkan keterlibatan dengan dan wawasan tentang kebajikan terkandung dalam novel. Dapat disimpulkan bahwa Bildungsroman seperti Jane Eyre dapat membantu pengajaran pendidikan karakter. Namun demikian, karakter pendidikan harus diintegrasikan dengan semua mata pelajaran untuk hasil yang lebih baik.

Penelitian Aisyah. A.R, 2014 mengatakan bahwa hasil dari proses implementasi pendidikan karakter dapat dicapai melalui emosi dan kebiasaan peserta didik, sehingga implementasi dapat mencapai karakter yang baik (Komponen karakter baik) yang merupakan pengetahuan moral, emosi diperkuat (perasaan moral) dan perilaku moral (aksi moral) Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik memiliki keyakinan, sikap,

(28)

perilaku, motivasi dan keterampilan yang baik sesuai bahasa Indonesia budaya dan norma atau karakter bahasa Indonesia.

Penelitian Purwati Anggraini dan Tuti Kusniarti, 2016, mendemonstrasikan bahwa rintangan ditemukan selama pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, seperti itu masalah sumber daya manusia, kurangnya fasilitas, dan kurang dukungan dari keluarga. Implementasi karakter pendidikan di sekolah dasar belum menarik banyak pihak dan bentuk evaluasinya belum dikembangkan secara berkelanjutan. Hasil rekonstruksi dan pelaksanaan pendidikan karakter berdasarkan teater pemberdayaan kemungkinan akan memberikan pengalaman baru kepada peserta didik untuk mengembangkan karakter diri yang lebih baik. Pengamatan dan evaluasi karakter peserta didik yang dilakukan oleh orang tua, guru, sekolah, dan masyarakat dapat digunakan sebagai dasar untuk kebijakan pembuatan terkait pendidikan karakter di sekolah, terutama di tingkat sekolah dasar.

Perbedaan yang penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu di atas berada pada objek penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan yang dilakukan peneliti, analisis data yang menggunakan beberapa tahapan sehingga mendapatkan hasil penelitian yang sesuai rumusan masalah, dan teknik pengecekan keabsahan yang digunakan peneliti. Sedangkan persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada pendidikan karakter sebagai inti dari permasalahan penelitian itu sendiri.

(29)

Beberapa hasil penelitian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan dan berpendapat bahwa pentingnya penelitian pendidikan karakter ini dilanjutkan di SD Negeri 3 Sambung Jawa dan SD Negeri 1 Lejang dengan melihat beberapa permasalahan yang ada di lapangan. Beberapa pendapat di atas merupakan acuan bagi peneliti untuk melanjutkan penelitian ini agar nantinya pendidikan karakter bisa terus dikembangkan di sekolah.

B. Tinjauan Teori dan Konsep

1. Pengertian Karakter

Dharma Kesuma, dkk (2011: 11) menyatakan bahwa karakter adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku, jadi suatu karakter melekat melekat dengan nilai dari perilaku tersebut. Sedangkan Suyanto (Zubaedi, 2012: 11) menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya, Muchlas Samani, dkk (2011: 43) mengungkapkan bahwa karakter dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari. Senada dengan hal itu, Masnur Muslich (2011: 84) menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,

(30)

diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Secara umum menurut Doni Koesoema A. (2010: 79) mengemukakan bahwa karakter dapat didefinisikan sebagai unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter jika dipandang dari sudut behavioral yang menekankan unsur kepriban yang dimiliki individu sejak lahir. Karakter nggap sama dengan kepriban, karena kepriban nggap sebagai ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari lingkungan.

Al-Quran adalah petunjuk bagi umat Islam. Seperti yang telah disinggung di atas bila kita hendak mengarahkan pendidikan kita dan menumbuhkan karakter yang kuat pada anak didik, kita harus mencontoh karakter Nabi Muhammad SAW yang memiliki karakter yang sempurna.

Adapun istilah yang senada dengan karakter adalah akhlak. Akhlak berarti budi pekerti, tingkah laku, perangai, Secara etimologi, akhlak berasal pada kata Khalaqa berarti mencipta, membuat, atau Khuluqun berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun berarti kejan, buatan, ciptaan. Kata akhlak beserta dengan bentuknya tersebut bisa dibandingkan atau nalogikan dengan firman Allah swt., yang mulia pada QS.al-Qalam/68:4

ن

ۚ

َن قوُرُُ قسَي اَم َو ِمَلََقلا َو

ن قوُن قجَمِب َكِّبَر ِةَم قعِنـِب َت قنَا ۤاَم

ۚ

َڪَل َّنِا َو

ن قوُن قمَم َر قيَغ اًر قجَ َلَ

ۚ

م قي ِظَع قُلُخ ىٰلَعَل َكَّنِا َو

Terjemahnya:

(31)

Nun. Demi pena dan apa yang tuliskan, (1) dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah orang gila.(2) Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.(3) Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.(4)

Rosululloh Sholallohu „Alaihi Wasalam bersabda, “Tanda orang munafik ada tiga; apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila diberi amanat (dipercaya) ia berkhianat.” (HR. Bukhori).

Berdasarkan ayat dan hadist di atas, dapat dipahami bahwa karakter merupakan ciri khas yang melekat pada diri seseorang, sifat batin manusia yang mempengaruhi perbuatan dan tindakannya.

Dari beberapa pendapat atas, maka peneliti berpendapat bahwa karakter merupakan wujud tingkah laku dan moral etika berdasarkan nilai-nilai dalam sikap dan perilaku yang memiki hubungan dengan lingkungan berdasarkan dengan norma yang ada dalam masyarakat.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter anak berkaitan erat dengan moral dan kepriban. Upaya mendidik terkait dengan pemberian motivasi kepada anak untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib (norma dan aturan) yang telah menjadi kesepakatan bersama. Mulyasa (2016:2) mengemukakan bahwa Pendidikan Karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehinggan anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahamn yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen

(32)

untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.

Gunawan (2014:28) mendefinisikan pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.

Wibowo (2013:12) berpendapat bahwa Pendidikan Karakter merupakan respon seseorang sescara lamiah tentang situasi secara bermoral, sifatnya jiwa manusia, mulai dari angan-angan hingga terjelma sebagai, tenaga, cara berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sementara Suyadi (2015:7) mengatakan bahwa Pendidikan Karakter dapat rtikan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Karakter merupakan aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tingkah laku atau tindakan (Naim :2002,55). Sedangkan Yaumi (2014:10)

(33)

berpendapat bahwa Pendidikan Karakter merupakan penerapan nilai universal dalam mengembangkan karakter seseorang. Nilai universal yang dimaksud adalah beretika, bertanggung jawab, peduli, jujur, adil, apresiatif, baik, murah hati, berani, bebas, setara, dan penuh prinsip dimana menjadi bagian yang terintegrasi dalam perwujudan tingkah laku dalam berpikir, berkehendak, dan bertindak.

Dalam pendidikan karakter yang berorientasi pada akhlak mulia kita wajib untuk berbuat baik dan saling membantu serta dilatih untuk selalu sabar, menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain sebagaimana firman Allah SWT.

ُي َن قيِذَّلا

ِساَّنلا ِنَع َن قيِفاَعقلا َو َظ قيَغقلا َن قيِم ِظ ٰكقلا َو ِء اَّرَّضلا َو ِء اَّرَّسلا ىِف َن قوَُِف قن

ؕ

َن قيِن ِس قحُم قلا ُّبِحُي ُ ّٰاللَّ َو

Terjemahannya:

“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan”. (Q.S. Al-Imran: 134)

Dari uraian di atas maka pendidikan karakter menurut Islam adalah membentuk pribadi yang berakhlak mulia, karena Akhlak mulia adalah pangkal kebaikan. Orang yang berakhlak mulia akan segera melakukankebaikan dan meninggalkan keburukan.

Berdasarkan uraian di atas, menurut penulis pendidikan karakter merupakan metode, strategi, dan teknik pengembangan diri tentang moral etika seseorang dalam mengembangkan karakter. Dimana etika adalah kebiasaan-kebiasaan dalam arti moral (kesusilaan). Oleh karena

(34)

itu, etika sering dikatakan sebagai studi tentang yang benar atau salah dalam tingkah laku manusia.

(35)

3. Nilai-nilai Karakter

Soekamto (Masnur Muslich, 2011: 79), mengungkapkan bahwa nilai-nilai karakter yang perlu jarkan pada anak, meliputi kejujuran, loyalitas dan dapat ndalkan, hormat, cinta, ketidak egoisan dan sensitifitas, baik hati dan pertemanan, keberanian, kedamaian, mandiri dan potensial, disiplin diri, kesetiaan dan kemurnian, keadilan dan kasih sayang. Selanjutnya, dalam kaitan pada Grand Design pendidikan karakter Muchlas Samani (2011: 51) mengungkapkan bahwa nilai-nilai utama yang akan dikembangkan dalam budaya satuan pendidikan formal dan nonformal, yaitu jujur, tanggung jawab, cerdas, sehat dan bersih, peduli, kreatif, dan gotong royong.

Senada dengan pendapat di atas Suyadi (2015: 7-9) menjabarkan 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas. 18 nilai-nilai tersebut adalah :

1. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang nutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agamalain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkunganya.

2. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

(36)

6. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis: cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air: cara berpikir, bertindak, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan polotik bangsa.

12. Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan oranglain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social, dan budaya), negara. 15. Gemar Membaca: kebiasaan menyekan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.

SD Negeri 3 Sambung Jawa memiliki beberapa karakteristik dan permasalahan seperti berada pada lingkungan perkotaan, peserta didik yang kurang disiplin, nakal, serta kurangnya perhatian orangtua karena kondisi ekonomi dan masalah keluarga. Jadi peneliti berpendapat bahwa terdapat nilai-nilai utama yang perlu difokuskan dalam upaya

(37)

pengembangan pendidikan karakter di SD Negeri 3 Sambung Jawa. Beberapa ntaranya adalah: religius, jujur, toleransi, disiplin dan tanggung jawab.

Nilai-nilai di atas dapat digunakan sekolah dalam menentukan prioritas dalam penanaman nilai-nilai tersebut sebab apa yang nggap lebih penting bagi pendidikan karakter bisa berbeda antara satu institusi dengan institusi yang lain. Penanaman nilai harus ditanamkan sejak dini dan didukung oleh semua pihak yang terlibat demi efektifitas kelancaran proses pendidikan karakter.

4. Nilai-nilai Utama

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga merupakan bagian int egral Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan.

Nasional Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK menempatkan Nilai karakter sebagai dimensi dalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan

(38)

sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai Utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut.

(39)

a. Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang nut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.

Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih.

b. Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan

(40)

berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

c. Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.

Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

d. Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

e. Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral

(41)

(integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai gawar negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.

Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu terutama (penyandang disabilitas).

Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai, individu dan sekolah perlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun universal. Nilai religius sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing dan dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat, maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nalai-nilai religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nalai-nilai-nalai-nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama nasionalis pik sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.

(42)

5. Tujuan Pendidikan Karakter dalam Seting Sekolah

Analisis yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Pedagogia (Dharma Kesuma, 2011: 6) dapat dijadikan sebagai salah satu tinjauan tentang tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan generasi masa depan untuk dapat bertahan hidup (survive) dan berhasil menghadapi tantangan-tantangan zaman.

Pendidikan nasional seharusnya mengembangan berbagai karakter agar menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya, sehingga pendidikan karakter bukan pendidikan akademik semata. Sependapat dengan hal itu, Sunaryo Kartadinata (Dharma Kesuma, 2011: 8) menyatakan bahwa ukuran keberhasilan pendidikan yang berhenti pada angka ujian, seperti halnya Ujian Nasional, adalah kemunduran. Dengan demikian pembelajaran akan menjadi sebuah proses menguasai keterampilan dan mengakumulasi pengetahuan.

Senada dengan hal itu, Buchori (Masnur Muslich, 2011: 87) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif danakhirnya ke pengenalan nilai secara nyata. Selanjutnya, Dharma Kesuma (2011: 9) menungkapkan bahwa tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah antara lain adalah:

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang nggap penting dan perlu sehingga menjadi kepriban/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

(43)

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilainilai yang dikembangkan oleh sekolah.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).

Selanjutnya, Masnur Muslich (2011: 88) mengungkapkan bahwa keberhasilan pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar kompetensi Lulusan, yang antara lain meliputi sebagai berikut:

a. Mengamalkan ajaran agama yang nut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.

b. Memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri. c. Menunjukkan sikap percaya diri.

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.

f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan dari sumber-sumber lain secara logis, kritis dan kreatif.

g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif; h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan

potensi yang dimilikinya.

i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

j. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.

k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.

l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara kesatuan Republik Indonesia.

m. Menghargai karya seni dan budaya nasional.

n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

(44)

o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dangan baik.

p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat, menghargai perbedaan pendapat.

r. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.

s. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana. t. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk pengikuti

pendidikan menengah. u. Memiliki jiwa kewirausahaan.

Jadi peneliti berpendapat bahwa tujuan pendidikan karakter di sekolah bukanlah mengecat warna kepriban kepada anak, tapi merupakan proses interaksi alamiah yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. Tujuan pendidikan karakter ialah sebagai sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu nilai begitu penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia. 6. Upaya Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah

Masnur Muslich (2011: 86-87) menjelaskan bahwa pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Kegiatan ekstrakulikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah juga merupakan salah satu me yang potensial untuk pembinaan karakter

(45)

dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.

Paul Suparno (Zubaedi, 2011: 243-245) mengungkapkan ada empat cara penyampaian yang disebut dengan penyampaian pendidikan karakter disekolah, yaitu: (1) sebagai mata pelajaran tersendiri: model pendekatan ini nggap sebagai mata pelajaran tersendiri yang memiliki kedudukan yang sama dan diperlakukan sama seperti pelajaran atau bidang studi lain. (2) terintegrasi dalam semua bidang studi: Pendekatan ini dalampenyampaiannya secara terintegrasi dalam setiap mata pelajaran, dipilih materi pendidikan karakter yang sesuai dengan tema atau pokok bahasan bidang studi. (3) di luar pengajaran: penguatan nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan yang memiliki nilai-nilai karakter. Model ini tidak terstruktur dalam kerangka pendidikan dan pengajaran di sekolah. (4) model gabungan: menggunakan gabungan antara model terintegrasi dan model di luar pelajaran. Penanaman nilai pengajaran formal terintegrasi bersamaan dengan kegiatan di luar pelajaran.

Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (Muchlas Samani, 2011: 145-146) menyarankan empat hal upaya pengembangan pendidikan karakter dalam kaitannya pengembangan diri, yaitu: (1) kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilaksanakan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat, misalnya upacara

(46)

bendera setiap hari senin, piket kelas, shalat berjamaah, berdoa sebelum dan setelah pelajaran, dan sebagainya.(2) kegiatan spontan bersifat spontan, saat itu juga, pada waktu keadaan tertentu, misalnya mengumpulkan sumbangan bagi korban bencana alam, mengunjungi teman sakit atau sedang yang tertimpa musibah, dan lain-lain. (3) keteladanan adalah timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan di sekolah, misalnya kerapian pakaian yang dikenakan, kedisiplinan, tertib dan teratur, saling peduli dan kasih sayang, dan sebagainya. (4) pengkondisian, menciptakan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnyakondisi tata ruang yang rapi, kondisi toilet yang bersih, disekan tempat sampah, halaman sekolah yang rindang.

Senada dengan hal itu, Agus Wibowo (2012: 84) mengungkapkan bahwa pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini: (a) mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Standar Isi untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup didalamnya, (b) menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan, (c) mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel itu ke

(47)

dalam silabus, (d) mencantumkan nilainilai yang sudah tertera dalam silabus ke RPP, (e) mengembangkan proses pembelajaran secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai, (f) memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

Upaya pengembangan pendidikan karakter erat kaitanya dengan budaya sekolah, Agus Wibowo (2012: 93) menyatakan bahwa kultur atau budaya sekolah dapat dikatakan sebagai pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan, dan hati setiap warga sekolah yang tercermin dalam semangat, perilaku, maupun simbol serta slogan khas identitas. Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya sekolah antara lain melalui: (1) kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang sedemikian rupa. (2) sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang dirancang sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah. (3) luar sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik.

Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud

(48)

adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainya. Dengan demikian, menajemen sekolah merupakan salah satu me yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.

Jadi, peneliti berpendapat bahwa upaya pengembangan pendidikan karakter adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang rahkan pada tercapainya tujuan-tujuan pendidikan karakter yang dapat terwujud dengan upaya pengembangan nilai-nilai karakter ke dalam mata pelajaran yang ada. Upaya pengembangan pendidikan karakter dilakukan dengan pengembangan diri meliputi kegiatan rutin, kegiatanspontan, keteladanan dan pengkondisian. Upaya pengembangan di dalam pembelajaran dalam silabus belum dicantumkan, tapi pada pengembangan RPP dan proses pembelajaran sudah dimasukkan nilai-nilai karakter (nilai religius, jujur, toleransi, disiplin dan tanggung jawab). Selain itu, upaya pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya sekolah dilakukan melalui kelas, sekolah dan luar sekolah (ekstrakurikuler).

7. Peran Komponen Sekolah dalam Pendidikan Karakter

Masnur Muslich (2011: 84) menyatakan bahwa dalam pendidikan karakter di sekolah semua komponen (stakeholder) harus dilibatkan,

(49)

termasuk komponen komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Senada dengan lah itu, Peterson dan Deal (Zuchdi, 2011:148) menyatakan bahwa masing-masing komponen sekolah memainkan peran yang berbeda-beda. bertanggung jawab terhadap kelangsungan struktur dan kegiatan-kegiatan sekolah, berbagai prosedur dan kebijakan, program-program dan sumberdaya, serta standar dan aturan yang berlaku di sekolah. juga memainkan peran yang pokok dalam membentuk budaya sekolah dengan cara mengkomunikasikan visi dan misi sekolah, mengartikulasikan, dan memelihara nilai, norma, dan kebiasaan kebiasaan positif, serta menghargai setiap capaian yang diperoleh warga sekolah.

Secara keseluruhan, peran yang didapat dimainkan oleh masing-masing komponen sekolah dalam mewujudkan budaya sekolah yang berbasis karakter terpuji adalah sebagai berikut:

a. Kepala sekolah

Peran yang dimainkan kepala sekolah dalam membangun budaya sekolah yang berbasis karakter memang sangat menentukan, yaitu melakukan pembinaan secara terus-menerus dalam hal pemodelan (modeling), pengajaran (teaching), dan penguatan karakter (reinforcing) yang baik terhadap semua warga sekolah (guru, peserta didik, dan

(50)

karyawan). Kepala sekolah harus menjadi teladan bagi guru, karyawan, peserta didik, dan bahkan orang tua/wali peserta didik. Secara teratur dan berkesinambungan kepala sekolah harus melakukan komunikasi dengan warga sekolah mengenai terwujudnya budaya sekolah tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan kepala sekolah dalam mewujudkan budaya sekolah dengan karakter adalah sebagai berikut.

 Berjuang atau berusaha keras untuk memodelkan diri atau menjadi model bagi semua guru, karyawan, dan peserta didik.

 Mendorong semua guru dan karyawan untuk menjadi model karakter yang baik bagi semua peserta didik.

 Menyekan waktu dalam siklus berkelanjutan, bagi guru untuk merencanakan dan melaksanakan pengintegrasian nilai-nilai karakter tertentu ke dalam pokok bahasan masing-masing mata pelajaran.

 Membentuk dan mendukung bekerjanya Tim Budaya Sekolah dan Karakter dalam memperkuat pelaksanaan dan pembudayaan nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan karakter di lingkungan sekolah.

 Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tertentu yang mendukung pembudayaan dan penanaman karakter di lingkungan sekolah, seperti seminar, pentas seni, dan pemutaran film.

b. Tim Pengawal Budaya Sekolah dan Karakter

Untuk membantu pelaksanaan program budaya sekolah yang berbasis karakter, pihak sekolah atau kepala sekolah hendaknya

(51)

membentuk tim tersendiri. Tim ini bisa melibatkan atau terdiri dari unsur pimpinan sekolah bimbingan dan konseling, guru, dan perwakilan orang tua/wali peserta didik. Tim ini bertugas untuk menentukan prioritas nilai, norma, kebiasaan-kebiasaan karakter tertentu yang akan dibudayakan dan ditanamkan di lingkungan sekolah. Tim ini bertugas untuk merencanakan dan menyusun program pelaksanaan pembudayaan dan penanaman karakter di lingkungan sekolah dalam rentang waktu tertentu. c. Guru

Peran guru sangatlah penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter terhadap peserta didik, karena berinteraksi langsung secara terus menerusdalam proses pembelajaran. Guru harus mempersiapkan berbagai pilihan dan strategi untuk menanamkan setiap nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan ke dalam setiap mata pelajaran yang mpunya. Guru merupakan model secara langsung bagi peserta didik, oleh karena itu guru harus memiliki sikap-sikap sebagai pendidik karakter. d. Keluarga

Orang tua/wali murid dapat terlibat dalam kegiatan pembudayaan dan penanaman karakter melalui beberapa kegiatan. Orang tua/wali murid secara aktif mengikuti kegiatan rutin atau bergilir yang dilaksanakan pihak sekolah dalam pertemuan-pertemuan antara orang tua/wali murid dengan wali kelas dan guru-guru kelas.

(52)

e. Komite sekolah dan masyarakat

Sekolah bersama komite sekolah dan masyarakat secara bersamasama menyusun suatu kegiatan yang dapat mendukung terwujudnya pembudayaan dan penanaman karakter yang baik bagi seluruh warga sekolah.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam upaya pengembangan pendidikan karakter di sekolah maka semua komponen didalamnya harus ikut dilibatkan. Dalam penelitian ini hanya akan melihat pada upaya pengembangan pendidikan karakter yang ada di sekolah sehingga peneliti hanya akan membahas beberapa peran komponen sekolah yaitu kepala sekolah, guru dan komite sekolah.

8. Strategi dan Metode Upaya pengembangan Pendidikan Karakter

Muchlas Samani (2011: 144), mengungkapkan bahwa strategi dapat dimaknai dalam kaitannya dengan kurikulum, model tokoh, serta metodologi. Strategi dalam kaitannya dengan kurikulum, strategi yang umum digunakan oleh sekolah-sekolah yaitu mengintegrasikan pendidikan karakter dalam bahan ajar, artinya tidak membuat kurikulum pendidikan karekter tersendiri. Kemun, kaitannya dengan model tokoh yaitu bahwa seluruh tenaga pendidik, seperti kepala sekolah, seluruh guru, dan seluruh Bimbingan dan Konseling, serta tenaga administrasi di sekolah harus mampu menjadi model teladan yang baik.

Strategi dalam kaitannya dengan metodologi, strategi yang umum yang dilakukan dalam mengupaya pengembangankan pendidikan karakter

(53)

antara lain adalah pemanduan (cheerleading), pujian dan hah

(praise-andreward), definisikan dan latihkan (define-and-drill), penegakan disiplin

(forced-formality), dan perangai bulan ini (traith of the month).

Strategi pemanduan yaitu setiap bulan, sekolah menempelkan posterposter, spanduk, dan tag lines tentang berbagai nilai kebajikan yang selalu berganti-ganti berupa slogan atau motto tentang karakter atau nilai. Kemun strategi pujian dan hah, strategi ini berlandaskan pada pemikiran yang positif (postive thinking), dan menerapkan penguatan positif (positive

reinforcement) dengan menunjuk bahwa peserta didik sebagai orang yang

terpilih dalam berbuat baik. Strategi ini tidak dapat berlangsung lama, karena sesuaiperkembangan anak yang secara tidak tulus berbuat baik semata-mata ingin mendapatkan pujian dan hah.

Strategi definisikan dan latihkan, dimana peserta didik diminta untuk mengingat-ingat nilai-nilai kebaikan dan mendefinisikannya sesuai tahap perkembangan kognitifnya dan terkait dengan keputusan moralnya. Kemun strategi penegakkan disiplin, pada prinsipnya sekolah ingin menegakkan disiplin dan melakukan pembiasaan kepada peserta didik untuk secara rutin melakukan sesuatu yang bernilai moral, misalnya kebiasaan salam, kantin kejujuran, semutlis, berbaris satu-satu saat masuk kelas, dll. Strategi traith of the month pada hakikatnya hampir sama dengan strategi pemanduan, dengan menggunakan poster dan lainnya. Namun juga strategi perangai bulan ini juga menggunakan kepelatihan, penyampaian guru dalam kelas, atau menggunakan segala

(54)

sesuatu yang terkait dengan pendidikan karakter. Pengembangan pendidikan karakter di sekolah dasar pada umumnya melalui transformasi budaya sekolah (school culture) dan habituasi melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Sementara itu dalam kegiatan ekstrakurikuler apa saja yang dakan sekolah, bergantung kekhasan jenis dan tujuan kegiatan ekstra kurikuler tersebut, selalu ada nilai yang dikembangkan. Dalam kegiatan olahraga maka adanya nilai sportivitas, mengikuti aturan main, kerja sama, keberanian, dan kekompakkan selalu muncul. Seperti halnya kegiatan pramuka juga juga dapat mengembangkan nilai-nilai karakter melalui kegiatan luar ruang (outdooractivity), kegiatan dalam ruang (indoor activity), serta bernyanyi dan bertepuk tangan.

Metode pendidikan karakter juga sangat penting, Lickona (Muchlas Samani, 2011: 147) menyarankan beberapa metode pendidikan karakter antara lain:

a. Metode bercerita atau mendongeng (Telling Story) Metode ini hampir sama dengan metode ceramah, dibutuhkan juga improvisasi guru. Misalnya melalui perubahan mimik, gerak tubuh, mengubah intonasi suara. Penggunaan alat bantu sederhana gambar, alat atau perangkat simulasi penunjang cerita. Hal terpenting ialah guru harus membuat kesimpulan bersama peserta didik

b. Metode Diskusi dan Berbagai Varian Dalam pembelajaran umumnya diskusi terdiri dari dua macam, diskusi kelompok dan diskusi kelas

(55)

(whole group). Pada akhirnya guru membuat penekanan terhadap hal-hal yang penting tentang masalah yang sudah dipecahkan, menambahi hal-hal yang luput dari diskusi, dan mebuat kesimpulan akhir bersama peserta didik. Manfaat dari diskusi kelompok antar lain untuk:

 Membuat suatu masalah tentang pendidikan karakter menjadi lebih menarik.

Membantu peserta didik terbiasa mengemukakan pendapatnya.

Lebih mengenal dan mendalami suatu masalah.

 Menciptakan suasana yang lebih rileks, informal, tetapi tetap terarah.

 Menggali pendapat dari peserta didik yang tidak suka bicara, pemalu atau jarang berbicara.

c. Metode Simulasi (bermain peran/role playing dan sosiodrama)

Metode simulasi dilakukan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh keterampilan tertentu, pemahaman suatu konsep atau prinsip, serta bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang relevan dengan pendidikan karakter.

d. Metode Pembelajaran Kooperatif

Metode kooperatif ini nggap paling efektif, karena pada pelaksanaannya saja sudah mengembangkan nilai karakter. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah kerja sama, mandiri, terbuka, tenggang

(56)

rasa, menghargai pendapat orang lain, berani berpendapat, santun berbicara, analitis, kritis, logis, kreatif, dan dinamis.

Gambar

Tabel 3.1. Daftar Informan .............................................................
Tabel 3.1. Daftar Informan
FOTO WAWANCARA GURU  1.  Wawancara Individu
FOTO PENGAMATAN GURU
+2

Referensi

Dokumen terkait

3.4.1 Setelah menyimak video pembelajaran yang telah ditampilkan guru tentang teks percakapan yang melibatkan tindak tutur memberi dan meminta informasi terkait

Pupuk cair dari tumbuhan rawa petai air ( Neptunia prostrata ) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah di tanah pasang surut. Untuk dapat meningkatkan

Indonesia Power UPJP Kamojang dengan melakukan penilaian risiko (risk assessment) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar risiko yang akan diterima oleh

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1 1/PMK.011/2014 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang Dan

Hasil dari perhitungan menunjukkan nilai probabalita uji F adalah sebesar 0,0000 lebih kecil dari 0,05 atinya secara bersama-sama pembentukan modal tetap domestik

Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa daftar perusahaan sampel yang melakukan merjer dan akuisisi selama periode penelitian, tanggal

f) pengkajian bidang lalu lintas yang meliputi kegiatan keamanan dan keselamatan lalu lintas, pemetaan, inventarisasi, identifikasi wilayah, masalah maupun