• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

c. Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah.

34

e. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khasanah kesustraaan Indonesia (Departemen Agama RI, 2004: 103).

2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

a. Mendengarkan, seperti: mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khutbah, pidato, pembicaraan narasumber, dialog/percakapan, pengumuman serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengaprestasi dan mengapresiasikan sastra melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita rakyat, cerita anak-anak, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak.

b. Berbicara, seperti: mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, sesuatu, proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, perristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan

35

hasil sastra berupa dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama anak. c. Membaca, seperti: membaca huruf, suku kata, kata, kalimat,

paragraph, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, dan pantun. Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya membaca.

d. Menulis, seperti: menulis karangan naratif dan non naratif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tenda abaca, dan kosakata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk serta mengapresiasikan dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi. Kompetensi menulis juga diarahkan menumbuhkan kebiasaan menulis (Departemen Agama RI, 2004: 104)

C. Menyimak Cerita

1. Pengertian Menyimak

Aspek-aspek kemampuan berbahasa meliputi menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Menyimak dan membaca berhubungan erat karena kedua ya merupakan sarana untuk menerima informasi dalam

36

kegiatan komunikasi; perbedaanya terletak dalam hal jenis komunikasi: menyimak berhubungan komunikasi lisan sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan, yaitu memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, memahami makna komunikasi ( Tarigan, 1986: 9-10 ). Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apersiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan ( Tarigan, 1987: 28 ).

Sedangkan menurut Slamet (2007: 11-12) menyimak merupakan kegiatan berbahasa reseptif, maksudnya menyimak adalah kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, menginterpretasi, mengidentifikasi, menilai dan mereaksi terhadap makna yang terkandung didalam bahan simakan. Kegiatan menyimak sangat fungsional di dalam kehidupan sehari-hari. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak berperan sebagai landasan belajar bahasa, penunjang keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan berbicara, membaca, dan menulis; memperlancar komunikasi lisan; dan menambah informasi. Untuk dapat menyimak dengan baik diperlukan sejumlah kemampuan penunjang. Kemampuan-kemampuan penunjang tersebut antara lain kemampuan memusatkan perhatian, kemampuan linguistik dan nonlinguistik, kemampuan menilai, dan kemampuan menanggapi.

37 a. Tahapan dalam menyimak

Menurut Hermawan (2012: 36-41) orang sering berfikir bahwa menyimak semata-mata merupakan kegiatan mendengarkan suara-suara, tetapi sesungguhnya lebih dari itu. Tahapan dalam menyimak adalah:

1) Penerimaan

Menyimak dimulai dengan penerimaan pesan-pesan yang dikirim pembicara baik yang bersifat verbal maupun non verbal, apa yang dikatakan dan apa yang diucapkan. Tahapan ini dibentuk oleh dua elemen pokok, yakni pendengaran dan perhatian. Aktivitas pendengaran merupakan suatu proses yang tidak selektif terhadap gelombang-gelombang suara yang mengenai telinga. Sedangkan perhatian dikaitkan dengan proses penyaringan terhadap pesan-pesan yang masuk.

2) Pemahaman

Pemahaman sering tergantung pula pada kemampuan untuk mengorganisasikan informasi yang kita dengar ke dalam bentuk yang dapat diterima. Keberhasilan pemahaman berhubungan dengan faktor-faktor kemampuan, kecerdasan, dan motivasi. Keberhasilan-keberhasilan dalam memahami pesan-pesan percakapan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengerti dan untuk lebih mahir dalam berpikir.

38 3) Pengingatan

Selama proses mengingat kita perlu mengingat berbagai pesan. Kemampuan untuk mengingat informasi ini berkaitan dengan seberapa banyak informasi yang ada dalam benak dan apakah informasi bisa diulang atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manusia hanya dapat mengingat setengah dari apa yang mereka dengar segera setelah mendengarnya. Jadi sebenarnya sejumlah informasi yang kita proses dan kita ingat setiap hari merupakan sebuah fraksi kecil dari apa yang kita dengar.

4) Pengevaluasian

Pengevaluasian terdiri dari penilaian dan pengkritisan pesan. Kadang-kadang kita dapat mencoba mengevaluasi setiap motif dan niat pokok pembeicara. Seringkali proses evaluasi ini berjalan tanpa banyak disadari.

5) Penanggapan

Penanggapan terjadi dalam fase (1) tanggapan yang kita buat sementara pembicara berbicara, dan (2) tanggapan yang kita buat setelah pembicara berhenti berbicara. Tanggapan-tanggapan ini merupakan umpan balik yang menginformasikan bahwa kita mengirim balik kepada pembicara bagaimana kita merasakan dan apa yang kita pikirkan tentang pesan-pesan pembicara.

39 b. Tujuan menyimak

Menurut Slamet (2007: 20), tujuan menyimak yaitu: 1) Mendapatkan informasi, data, dan fakta

2) Membedakan bunyi-bunyi bahasa.

3) Mendapat model lafal, tekanan kata, pemenggalan kalimat, intonasi kalimat, dan pola dasar kalimat yang baik.

4) Memperlancar komunikasi

5) Menunjang keterampilan berbicara dan membaca. c. Jenis-jenis menyimak

Menurut Hermawan (2012: 43) jenis-jenis menyimak meliputi 1) Menyimak secara pasif

Menyimak secara pasif merupakan sebuah alat penerima informasi yang memiliki kekuatan tertentu. Melalui aktivitas menyimak secara pasif sebenarnya kita sedang membangun sebuah lingkungan komunikasi yang sifatnya menerima dan mendukung. Umumnya, menyimak pasif terjadi ketika penyimak ingin mendengar sejumlah informasi, jawaban atas pertanyaan, opini, arahan tertentu, atau informasi-informasi yang dapat membuat kita santai, senang atau yang dapat meningkatkan pemahaman emosional dan budaya kita.

2) Menyimak secara kritis

Menyimak jenis ini menekankan kepada kemampuan berfikir kritis. Para penyimak kritis umumnya berupaya untuk

40

mencari kesalahan, kekeliruan atau kekurangan dari sesuatu yang dibicarakan oleh pembicara. Jadi, pada dasarnya menyimak kritis merupakan proses seleksi terhadap apa yang kita dengar.

3) Menyimak secara aktif

Menyimak secara aktif melibatkan diri secara total seperti penginderaan, sikap, kepercayaan, perasaan, dan intuisinya. Menyimak secara aktif tidak hanya dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kita sedang menyimak, dan peduli terhadap apa yang dikemukakan pembicara, tetapi juga memahami dan mengingat apa yang didengar, untuk memberikan kesan yang positif dan menjaga hubungan baik dengan pembicara.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak

Menurut Hermawan (2012: 49-54) ada beberapa faktor yang menghambat proses penyimakan yaitu :

1) Faktor Internal

a) Masalah pendengaran, jikalau seseorang menderita kerusakan alat pendengaran yang dapat menghambat masuknya gelombang dalam volume tertentu atau menderita kelainan dalam menerima frekuensi tertentu, maka proses menyimak akan terganggu.

b) Adanya kelebihan masukan (input) akibat keterbatasan diri untuk menyimak secara serentak semua yang kita dengar.

41

c) Minat pribadi, karena kita sering mengaitkan sesuatu dengan hal-hal yang bersifat pribadi dan dianggap penting untuk diri kita dibandingkan dengan pesan-pesan yang disampaikan orang lain

d) Menyimak dipengaruhi oleh motivasi dan perasaan kita saat itu. Ketika sedang menyimak, betapa pun efektifnya, motif dan kebutuhan kita pun turut memainkan peranan yang besar. e) Berfikir terlalu cepat disebabkan karena egoisme atau sikap mementingkan diri sendiri, maka akan mempengaruhi keektifan berfikir ketika ada pendapat yang berbeda antara diri sendiri dengan orang lain atau pembicara.

2) Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan yang sering menghadirkan gangguan berupa rangsangan-rangsangan yang bertentanga dan mengalihkan perhatian dari informasi pokok yang diinginkan. Gangguan itu bersumber dari suara-suara kebisingan lalu lintas, suara musik yang keras, suara-suara dari percakapan, dan hal-hal lain yang tidak menyenangkan dapat mengganggu kemampuan untuk menyimak dengan baik.

b) Disamping itu gaya, penampilan dan teknik penyajian materipun dapat dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyimakan, seperti visualisasi dan

42

teknologi yang digunakan, cara berpakaia, serta pengenalan konsep-konsep secara bertahap disertai contoh-contohnya. 2. Pengertian cerita

Menurut Aziz (2002: 8) Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca.

Menurut Poerwadarminta (2006: 233) Cerita merupakan tuturan yang membentangkan bagimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb).

Cerita merupakan satu alat kognisi yang paling ampuh yang dimiliki oleh para siswa, yang tersedia untuk keterlibatan imajinatif dengan ilmu pengetahuan . Cerita membentuk pemahaman emosional kita terhadap isi. Cerita dapat membentuk isi dunia nyata dan juga materi yang fiksional. Pembentukan cerita dunia nyata inilah yang menjanjikan nilai paling besar dari pengajaran ( Egan, 2009: 3).

Dari pengertian di atas, cerita pada hakikatnya, menurut Egan (2009: 12) jenis makna yang disampaikan oleh cerita-cerita itu berkaitan dengan emosi. Cerita adalah instrumen untuk mengoreantasikan emosi manusia kepada isi cerita itu. Atau cerita itu harus sekedar menyampaikan informasi tentang kejadian dan karakter, atau hanya sekedar menyampaikan informasi dengan cara melibatkan emosi kita, cerita mengarahkan, atau membentuk emosi kita terhadap kejadian dan karakter dengan cara terrtentu, cerita mengatakan pada kita cara untuk

43

merasakan isi cerita itu. Tidak ada bentuk bahasa lain yang dapat melakukan hal ini, dan begitu juga tidak ada bentuk bahasa yang dapat mencapai kadar dan jenis efek yang disebabkan oleh cerita-cerita. Cerita itu seperti notasi musik dan emosi manusia adalah instrumen yang didesain untuk memainkannya.

Lalu kekuatan besar dari cerita adalah bahwa mereka dapat melakukan dua tugas sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

1. Cerita-cerita itu sangat sangat efektif dalam mengkomunikasikan informasi dengan bentuk yang mudah diingat

2. Cerita-cerita dapat mengarahkan perasaan pendengarannya tentang informasi yang dikomunikasikan.

Menurut Egan (2009: 14), nilai sebuah cerita untuk diajarkan tepatnya merupakan kekuatannya melibatkan emosi siswa, dan juga, secara terkait, imajinasi-imajinasi mereka, dengan materi dari kurikulum. Cerita lebih berkaitan dengan bentuk yang diberikan pada isi daripada berurusan dengan benar atau tidaknya.

Dari pengertian di atas, menyimak sangat diperlukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama untuk melihat IQ siswa-siswi SD kelas III yang masih dalam fase awal untuk menerima suatu informasi yang pernah mereka lihat dan dengar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa menyimak cerita merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan sebuah peristiwa atau kejadian dengan penuh perhatian, pemahaman untuk memperoleh dan

44

menerima informasi dari pesan yang terimanya. Dengan kegiatan menyimak cerita peserta didik dapat menangkap informasi secara akurat sesuai dengan apa yang dilihatnya dan didengarnya sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan oleh gurunya untuk mrndapatkan hasil belajar yang lebih baik.

D. Media Audio Visual

1. Pengertian Media Audio Visual

Media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. (Arsyad, 1996: 4). Sedangkan menurut Porwadarminta (2006: 756), media adalah alat (sarana) untuk menyebarluaskan informasi. Association of Education and Communication Technology (AECT) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Adapun National Education Association (NEA) mengartikan media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut ( Sukiman, 2012: 28 ).

Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar

45

dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Disamping menyenangkan, media harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan (Arsyad, 1997: 21)

Menurut Kustandi (2013: 57) media audio adalah suatu alat atau perantara yang berkaitan dengan indra pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambing-lambang auditif, baik baik verbal maupun nonverbal. Dan media visual merupakan suatu alat atau perantara yang berkaitan dengan indra penglihatan. Sedangkan menurut Sukiman (2012: 184) Media audiovisual adalah media penyalur pesan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan. Secara umum media audiovisual menurut teori kerucut pengalaman Edgar Dale memiliki efektifitas yang tinggi dari pada media visual atau audio.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, media audio visual juga dapat menjadi media komunikasi. Media audiovisual merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penerapannya melalui pendengaran dan pengelihatan, sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

2. Jenis-jenis Media Audio Visual

Jenis-jenis media audiovisual menurut Sukiman (2012: 184) a. Media Film

Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Film merupakan komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua

46

indra, penglihatan dan pendengarann, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungkapkan realita sosial yang terjadi disekitar lingkungan tempat di mana film itu sendiri tumbuh. Film kini diartikan sebagai genre (cabang) seeni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.

b. Media Video

Video adalah seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Pada dasarnya hakikat video adalah mengubah suatu ide atau gagasan menjadi sebuah tayangan gambar dan suara yang proses perekamannya dan penayangannya melibatkan teknologi tertentu.

c. Media Televisi

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Dewasa ini televisi dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dihubungkan melalui satelit. Dengan demikian, ada dua jenis pengiriman (penyiaran) gambar dan suara, yaitu penyiaran langsung kejadian atau peristiwa yang kita saksiskan sementara ia terjadi dan penyiaran program yang telah direkam diatas pita film atau pita video atau penyiaran digital.

47

Televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak hanya menghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Media Audio Visual

Dale (1969: 180) mengungkapkan bahwa bahan-bahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa-apa saja agar bermanfaat, berikut ini dapa tereleasisasi:

a) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas. b) Memberikan perubahan signifikan tingkah laku siswa.

c) Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran, kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa.

d) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa. e) Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan

jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar.

f) Memberikan umpan balik yang diperlukan dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari.

g) Melengkapi pengalaman yang kaya dengan konsep-konsep bermakna untuk dikembangkan.

48

h) Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran non verbalistik dan membuat generalisasi yang tepat.

49 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Tempat Penelitian

Menurut Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tegalrejo 01 tengaran Kabupaten Semarang, Tahun pelajaran 2014/2015 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar dalam menyimak cerita menggunakan media audio visual pada siswa kelas III yang jumlahnya 16 siswa.

2. Sejarah berdirinya SDN Tegalrejo 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 01. Yang sering ditulis SDN Tegalrejo 01, berdiri sekitar tahun lima puluhan. Pada waktu berdiri masih bernama sekolah rakyat. Sekolah rakyat Tegalrejo ini berdiri bukan karena didirikan oleh Negara, tetapi oleh kehendak masyarakat Desa Tegalrejo sendiri. Yang dipelopori oleh Bapak Kepala Desa, yang bernama Sastro Sudarmo . Maka pada waktu itu bernama Sekolah Rakyat Usaha Desa ( SRUD ) Tegalrejo. Yang pelaksanaan :

Kegiatan Belajar Mengajarnya bertempat di Balai Desa Tegalrejo pada tanggal : 22 September 1958 , Sekolah Rakyat ( SR ) Tegalrejo mendapat surat pengukuhan yang atau surat keputusan dari Kepala Dinas Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan ( PP dan K ), Provinsi Jawa

50

Tengah. Surat tersebut ditanda tangani oleh Bp. Admosoegondo. Dengan surat keputusan ini SRUD Teralrejo berubah nama menjadi SR Tegalrejo.

Pada tanggal, 13 Oktober 1984, Kepala Desa Tegalrejo Bapak Soemosuharjo menyerahkan sepenuhnya Balai Desa Tegalrejo kepada Sekolah. Sehingga Balai Desa Tegalrejo itu remi menjadi gedung Sekolah. Penyerahan ini dibuatkan surat yang ditandatangani oleh : Bp Soemosuharjo Kepala Desa Tegalrejo dan Bp. M. Diyono , BA, Kepala Dinas P dan K Ranting Tengaran.

Kemudian pada tanggal, 1 Agustus 1987, melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Tengah No : 421.2 / 002 / XIII / 49 / 87, yang ditandatangani Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah : Drs. Karseno. Sekolah Rakyat Tegalrejo, berubah nama menjadi Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 01.

Sampai saat ini SD Negeri Tegalrejo 01, telah banyak meluluskan siswa-siswi, serta gedungnya pun telah mengalami beberapa kali rehab, baik bentuk maupun ukuran. Bahkan yang terakhir satu ruang dibuat tingkat.

3. Visi, Misi, dan Tujuan SDN Tegalrejo 01 Tengaran Kabupaten Semarang

Visi SDN Tegalrejo 01 Tengaran : menjadi sekolah terpercaya di masyarakat, utnuk mencerdaskan bangsa dalam rangka mensukseskan wajib belajar.

51

Misi SDN Tegalrejo 01 Tengaran :

1. Menyiapkan generasi unggul yang memiliki potensi di bidang IMTAQ dan IPTEK.

2. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif sesuai dengan perkembangan zaman.

3. Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya di masyarakat. Tujuan Sekolah SDN Tegalrejo 01 Tengaran, berdasarkan Visi dan Misi Sekolah yang diuraikan diatas maka diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahklak mulia.

2. Siswa sehat jasmani dan rohani.

3. Siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan dan kertampilan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

4. Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat dan kebudayaan.

5. Siswa kreatif, terampil bekerja untuk mengembangkan diri secara terus menerus.

6. Siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahklak mulia.

52

8. Siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan dan kertampilan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

9. Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat dan kebudayaan. 10. Siswa kreatif, terampil bekerja untuk mengembangkan diri secara

terus menerus.

4. Data Jumlah Guru dan Karyawan SDN Tegalrejo 01 Tengaran Berikut ini adalah jumlah keseluruhan guru dan karyawan SDN Tegalrejo 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada tahun ajaran 2014/2015.

Tabel 3.1 Daftar Guru dan Karyawan SDN Tegalrejo 01 Tengaran

No Nama Jabatan

1. Yohanes Sarno, S.Pd Kepala Sekolah

2. Amini, S.Pd Guru Kelas VI

3. Qomari ,S.Pd Guru Kelas V

4. Kotimah ,S.Pd.SD Guru Kelas IV 5. Benti R, S.Pd.SD Guru Kelas III 6. Sri Hariyati, S.Pd.SD Guru Kelas II 7. Siti Asning, S.Pd Guru Kelas I

8. Siti Muyasaroh, S.Ag Guru Bahasa Inggris

9. Adliroh, S.Pd Guru PJOK

10. Tamami ,S.Pd.I Guru Agama

11. Suparno Penjaga Sekolah

53

5. Profil Sekolah Dasar Negeri Tegalrejo 01 Tengaran Kabupaten Semarang

1. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SD Negeri TEGALREJO 01

Status : Negeri

Tahun Berdiri : 1973

Nomor Statistik Sekolah : 101032202019

NPSN : 20320341 NSB : 11804200402 Terakreditasi : B Nilai Akreditasi : 83 No.SK Akreditasi : - Tanggal : -

Alamat Sekolah : Rt 05 Rw 03 Tegalrejo

Desa : Tegalrejo

Kecamatan : Tengaran

Kabupaten : Semarang

Provinsi : Jawa Tengah

Kode Pos : 50775

Telepon : -

54

6. Rincian Data Jumlah Siswa SDN Tegalrejo 01 Tengaran

Berikut ini adalah jumlah keseluruhan siswa SDN Tegalrejo 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada tahun ajaran 2014/2015.

Tabel 3.2 Data Siswa SDN Tegalrejo 01 Tengaran

NO TINGKAT JUMLAH JUMLAH L / P L P JUMLAH 1 I 1 6 10 16 2 II 1 9 7 16 3 III 1 9 7 16 4 IV 1 9 10 19 5 V 1 8 9 17 6 VI 1 10 14 24 JUMLAH 6 51 57 108

7. Kurikulum SDN Tegalrejo 01 Tengaran Kabupaten Semarang a. Program Intrakulikuler

Kegiatan belajar mengajar di SDN Tegalrejo 01 Kecamatan Tengaran dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul 13.00. Kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan oleh sekolah.

Mata pelajaran yang diajarkan di SDN Tegalrejo 01 Kecamatan Tengaran adalah Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan

55

Alam, Bahasa Indonesia, Matematika, Oalahraga, Seni Budaya dan Keterampilan, dan pendidikan Muatan Lokal meliputi Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa.

b. Program Ekstrakulikuler

Kegiatan ekstrakulikuler dilaksanakan setelah jam pelajaran selesai, adapun kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan di SDN Tegalrejo 01 adalah Pramuka. Kegitan Pramuka diwajibkan bagi siswa kelas III-V yang dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul 10.00 sampai 11.00.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SDN Tegalrejo 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 2014/2015. Data responden ini berjumlah 16 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

Berikut ini adalah data siswa kelas III SDN Tegalrejo 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Tabel 3.3 Data siswa kelas III SDN Tegalrejo 01 Tengaran

No. Nama siswa Keterangan

Laki-laki Perempuan

1. Beni Anada 

2. Afif Choirul saputra 

56

4. Choirul Umam Alfredo 

5. Ira Sefi Septina 

Dokumen terkait