• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Pembelajaran

4.8.4 Peningkatan Curiosity Siswa Berdasarkan Tinjauan setiap Indikator Curiosity

Curiosity atau rasa ingin tahu yang mendalam, merupakan salah satu sikap ilmiah yang perlu dikembangkan pada proses pembelajaran fisika. Rasa ingin tahu termasuk dalam salah satu karakter yang harus dikembangkan dalam proses bembelajaran. Indikator curiosity atau rasa ingin tahu yang terdapat dalam pedoman Pengenbangan Budaya dan Karakter Bangsa adalah siswa memiliki kemampuan bertanya yang baik. Kemampuan bertanya siswa dapat dijadikan sebagai indikator curiosity, karena dengan bertanya dapat menunjukkan bahwa rasa ingin tahu yang dimiliki siswa tinggi. Penelitian yang dilakukan menggunakan beberapa indikator rasa ingin tahu dalam buku Pedoman Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa, sebagai pedoman penilaian peningkatan curiosity siswa. Selain itu, indikator curiosity yang digunakan mengambil dari indikator curiosity oleh Harlen (Anwar, 2010).

Sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan, siswa diberi pretest untuk mengetahui curiosit siswa sebelum pembelajaran. Saat pelaksanaan pembelajaran, dilakukan observasi untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa pada setiap kegiatan pembelajaran. Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai, siswa diberi posttest curiosity untuk mengetahui bagaimana peningkatan curiosity siswa. Hasil analisis pretest dan posttest curiosity ditunjukkan pada Gambar 4.3. dan 4.4. dan hasil observasi pada setiap pertemuan ditunjukkan pada Tabel 4.1. Hasil observasi yang diuji peningkatannya hanya pada pertemuan pertama dan ketiga, agar diperoleh informasi peningkatan curiosity di awal dan akhir pembelajaran. Secara umum curiosity siswa kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen, tapi

peningkatan curiosity pada setiap indikator siswa kelas eksperimen pada setiap pertemuan lebih baik dari kelas kontrol. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang disajikan pada Tabel 4.1.

Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator pertama lebih baik dari kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.6. Siswa kelas eksperimen selalu diberi lembar kerja individu pada setiap kegiatan pembelajaran, kegiatan ini mendorongn antusiasme mencari jawaban siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari siswa kelas kontrol. Hasil observasi peningkatan curiosity kelas eksperimen menunjukkan bahwa, tingkat curiosity paling tinggi diperoleh saat pertemuan ketiga (terakhir), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.1. Pada pertemuan terakhir materi yang disampaikan adalah pemuaian gas. Demonstrasi yang diberikan adalah pembuatan roket alkohol dengan menggunakan prinsip kerja konsep pemuaian gas. Pembelajaran yang menarik membuat antusiasme siswa untuk mencari jawaban LKS individu menjadi lebih tinggi. Siswa kelas kontrol hanya diberi LKS kelompok saat kegiatan eksperimen, dan dikerjakan dengan cara berkelompok. Temuan tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menyampaikan pembelajaran dengan model pembelajaran CUPs. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dapat mempengaruhi curiosity siswa. Demonstrasi menggunakan roket alkohol sederhana dapat membuat siswa tertarik pada materi pelajaran. Litman & Spierlberger (2003) sebagaimana dikutip oleh Reiro et al., (2006) menyatakan bahwa curiosity siswa dapat distimulasi dengan memberikan informasi visual. Curiosity siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan informasi visual yang menarik.

Hasil uji gain curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada indikator kedua, menunjukkan hasil yang sama. Observasi peningkatan curiosity pada indikator kedua, diperoleh informasi bahwa curiosity siswa pada setiap pertemuan sudah sangat baik. Aktivitas fokus pada objek yang diamati, dapat diamati observer saat siswa kelas eksperimen memperhatikan demonstrasi, dan siswa kelas kontrol fokus mendengarkan ceramah. Harlen (1996) sebagaimana dikutip oleh Anwar (2009), menyatakan bahwa fokus atau perhatian pada objek yang diamati merupakan salah satu indikator curiosity. Fokus pada objek yang diamati dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang mendalam tentang objek pengamatan.

Peningkatan curiosity siswa pada indikator ketiga adalah fokus pada proses sains, pengamatan dilakukan oleh observer saat siswa melakukan eksperimen. Hasil uji gain curiosity pada indikator ketiga menunjukkan bahwa, peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen secara keseluruhan sama dengan kelas kontrol sebagaimana disajikan pada Gambar 4.6. dan berbeda pada setiap pertemuan. Peningkatan curiosity indikator ketiga siswa kelas eksperimen pada setiap pertemuan lebih tinggi dari kelas kontrol sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.2. Hasil kegiatan eksperimen kelompok pada kelas eksperimen disajikan pada kertas A3 untuk dipresentasikan dalam diskusi kelas, dan hasil kegiatan eksperimen siswa kelas kontrol disajikan dalam LKS seperti biasanya. Kegiatan penyajian hasil eksperimen dan diskusi kelompok pada pembelajaran CUPs dapat memacu antusias siswa pada proses sains, agar hasil yang mereka sajikan maksimal. Proses pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas eksperimen

terkendala dengan keterbatasan waktu. Siswa belum terbiasa menyajikan hasil kerja kelompok ke dalam kertas A3. Temuan pada penelitian ini dapat dijadikan koreksi pada penelitian selanjutnya, yaitu instruksi yang diberkan pada setiap fase pembelajaran CUPs harus jelas, karena model pembelajaran yang tidak biasa akan membuat siswa menjadi bingung. Nilai positif yang dapat diambil adalah siswa yang merasa bingung akan berani untuk mengajukan pertanyaan, sehingga dapat meningkatkan curiosity siswa. Harlen (1996) sebagaimana dikutip oleh Anwar (2009), menyatakan bahwa antusias pada proses sains merupakan salah satu indikator curiosity. Peningkatan fokus siswa saat kegiatan eksperimen dapat membuat siswa antusias pada proses sains, dan dapat meningkatkan curiosity siswa.

Peningkatan curiosity siswa pada indikator keempat adalah menanyakan setiap langkah kegiatan. Hasil observasi menunjukkan bahwa curiosity siswa pada indikator menanyakan setiap langkah kegiatan siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Model pembelajaran CUPs memiliki fase kegiatan yang lebih banyak dan siswa belum terbiasa dengan model CUPs. Siswa yang belum mengerti dapat mengajukan pertanyaan agar diperoleh penjelasan. Harlen (1996) sebagaimana dikutip oleh Anwar (2009), menyatakan bahwa kegiatan bertanya tentang langkah kegiatan merupakan salah satu indikator curiosity.

Berdasarkan hasil uji gain curiosity pada indikator kelima, tingkat curiosity siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri, dan guru bertindak

sebagai fasilitator. Siswa mengkonfirmasi pengetahuan yang mereka dapat dengan mengajukan pertanyaan pada guru dan teman tentang materi pemuaian.

Peningkatan curiosity pada indikator keenam lebih tinggi siswa kelas kontrol dibandingkan kelas eksperimen, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.6. Siswa kelas kontrol memperoleh konsep dari ceramah yang diberikan guru. Informasi yang diberikan guru mendorong siswa untuk menanyakan hubungan materi yang disampaikan dengan proses pemuaian dalam kehidupan nyata.

Indikator curiosity kelima dan keenam adalah bertanya pada guru dan teman tentang materi pelajaran dan indikator keenam adalah mengajukan pertanyaan pada guru mengenai peristiwa yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi pemuaian. Kedua indikator tersebut menunjukkan curiosity siswa yang berhubungan dengan kemampuan menganalisis materi dan peristiwa nyata tentang pemuaian, yang pernah diamati siswa. Curiosity atau rasa ingin tahu yang mendalam didefinisikan dalam buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Kemendiknas, 2010). Siswa yang memiliki curiosity tinggi lebih banyak mengajukan pertanyaan kepada guru, baik tentang materi pelajaran atau peristiwa lain yang berkaitan dengan materi pelajaran.