BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Peningkatan Hasil Belajar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Landasan Teori
1. Peningkatan Hasil Belajar
a. Peningkatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diketahui bahwa,
“Peningkatan berasal dari kata dasar tingkat mendapat awalan pe dan akhiran an yang berarti keadaan yang menjadi meningkat dari tidak tahu
menjadi tahu dari pasif menjadi aktif atau dari jelek menjadi baik dan
sebagainya” (Poerwadarminto, 1990:995).
Yang dimaksud peningkatan dalam penelitian ini adalah suatu
usaha atau melakukan tindakan untuk menuju suatu tindakan yang lebih
tingi dari usaha sebelumnya.
b. Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991:2). Belajar juga dapat
dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas atau proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki
perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian, dalam konteks menjadi
18
kontak manusia dengan dengan alam diistilahkan dengan pengalaman
(Suyono, 2014:9). Berdasarkan definisi belajar dari para ahli, maka
belajar merupakan suatu aktivitas dan kegiatan belajar seseorang dalam
upaya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan perubahan tingkah
laku dari yang awalnya tidak tau menjadi tahu dan dari tidak busa
menjadi bisa.
Menurut Susanto (2013: 5), hasil belajar yaitu perubahan
perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Implementasi dari belajar adalah hasil belajar. Hasil belajar
merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009: 3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari definisi di atas peneliti simpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu hasil yang telah dicapai setelah mengalami proses belajar
mengajar atau setelah mengalami interaksi dengan lingkungannya guna
memperoleh ilmu pengetahuan dan akan menimbulkan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap dan tahan lama.
Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognifif,
aspek afektif, dan aspek psikomotorik. (1) Aspek kognitif, kemampuan
kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
19
penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan
pembentukan pola hidup. (3) Aspek psikomotorik, kemampuan
psikomotorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas
(Hamalik, 2003: 160).
c. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi 2 jenis (Slameto, 1991:56), yaitu:
1) Faktor Internal
Faktor intern dibagi menjadi 3, yaitu :
a) Faktor jasmaniah
1. Faktor kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya,
proses belajar mengajar akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu. Oleh karena itu, agar dapat belajar
dengan baik seseorang harus selalu menjaga kesehatan
badannya.
2. Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar, siswa
yang cacat belajarnya akan terganggu dengan keadaan itu.
Hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau
diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi
20
b) Faktor psikologis
1. Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menyesuaikan ke dalam situasi yang
baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan
konsepkonsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi
dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang
sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi
akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat
intelegensi yang rendah.
2. Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itu semata-mata tertuju pada suatu obyek (benda/hal) atau
sekumpulan obyek.
3. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat
sangat berpengaruh terhadap proses belajar, bila bahan
pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak
akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya
21
4. Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa
sejak lahir (Ahmadi, 2004:82). Apabila bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasilnya lebih
baik karena ia senang belajar dan selanjutnya lebih giat lagi
dalam belajar.
5. Motif
Motif merupakan suatu pendorong untuk melakukan
sesuatu dan motif erat sekali hubungannya dengan tujuan
yang akan dicapai.
6. Kematangan
Suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang,
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru.
7. Kesiapan.
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau
bereaksi.
c) Faktor kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan
jasmanidan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan
lemah lunglainya tubuh dan kecenderungan untuk membaringkan
22
kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang.
2) Faktor Eksternal
Faktor ini dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a) Faktor keluarga
1. Cara orang tua mendidik
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajarnya.
2. Relasi antar keluarga
Relasi antar keluarga yang terpenting adalah relasi
orang tua dan anaknya, hubungan yang terbaik dalam
keluarga adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih
sayang.
3. Suasana rumah.
Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan
suasana rumah yang tenang, sehingga anak akan betah tinggal
di rumah dan anak dapat belajar dengan baik.
4. Keadaan ekonomi keluarga.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan
kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar
23
5. Pengertian orang tua.
Dalam belajar anak perlu dorongan dan perhatian dari
kedua orang tua.
6. Latar belakang kebudayaan.
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi belajar, dalam keluarga anak perlu
ditanamkan kebiasaan-kebiasaaan yang baik, agar mendorong
anak giat belajar.
b) Faktor sekolah
(1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu jalan atau cara yang
harus dilalui di dalam mengajar. Dalam proses belajar
mengajar guru harus bisa menggunakan metode yang
bervariasi, agar suasana pembelajaran menjadi efektif dan
efisien, sehingga siswa tidak akan merasa bosan.
(2) Kurikulum.
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa.
(3) Relasi guru dengan siswa.
Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara
akrab, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang
lancar. Siswa akan merasa jauh dari guru, maka akan segan
24
(4) Relasi siswa dengan siswa
Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah
perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
belajar siswa.
(5) Disiplin sekolah.
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan
kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Agar
siswa disiplin, gurubeserta staf yang lain harus disiplin pula
(6) Alat pelajaran.
Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap
adalah perlu, agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga
siswa dapat menerima pelajaran dan dapat belajar dengan
baik pula.
(7) Waktu sekolah.
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah. Jika siswa terpaksa masuk sekolah sore
hari sebenarnya itu kurang baik, karena pada sore hari
seharusnya waktu siswa untuk istirahat, tetapi terpaksa masuk
sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil
25
(8) Standard pelajaran di atas ukuran.
Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai
dengan kemampuan masing-masing, yang terpenting tujuan
yang telah dirumuskan dapat tercapai.
(9) Keadaan gedung.
Dengan sejumlah siswa yang banyak serta variasi
karakteristik siswa menuntut keadaan gedung harus memadai
di dalam setiap kelas.
(10)Metode belajar.
Cara belajar yang tepat akan efektif pada hasil belajar
siswa, demikian juga dalam pembagian waktu untuk belajar.
(11) Tugas rumah.
Waktu belajar yang paling utama adalah di sekolah,
disamping untuk belajar di rumah juga digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang lain. Oleh karena itu, guru seharusnya
tidak memberikan tugas terlalu banyak.
c) Faktor masyarakat.
(1) Kegiatan siswa dalam masyarakat.
Siswa harus dapat membatasi kegiatannya dalam
masyarakat agar belajarnya tidak terganggu.
(2) Media.
Media yang baik dapat memberikan pengaruh yang
26
akan memberi pengaruh jelek pada siswa. Maka siswa perlu
mendapat bimbingan dan kontrol yang bijaksana dari pihak
orang tua dan pendidik, baik dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
(3) Teman bergaul.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu
diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan
pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang
tua dan pendidik.
(4) Bentuk kehidupan masyarakat.
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri
dari orang yang tidak terpelajar dan mempunyai kebiasaan
tidak baik akan berpengaruh terhadap siswa. Sebaliknya, jika
lingkungan siswa adalah orang yang terpelajar, maka akan
berpengaruh pula dengan hal-hal yang dilakukan oleh
orang-orang di lingkungannya.
d. Prinsip-Prinsip Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan
para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga
perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa
27
dalam upaya pembelajaran. Prinsip belajar menurut
(Dimyati,2006:42-49)
1) Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan
belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan. Disamping
perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar.
2) Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa
anak adalah makhluk yang aktif. Dalam setiap belajar, siswa selalu
menampakkan keaktifannya.
3) Keterlibatan langsung
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar jangan
diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama
keterlibatan mental emisional, kognitif, dan perolehan
pengetahuan.
4) Pengulangan
Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang. Pengulangan untuk melatih daya-daya
jiwa, pembentukan respons namun prinsip pengulangan masih
28
5) Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari
bahan belajar. Maka timbullah motif untukmengatasi hambatan
itu dengan mempelajari bahan ajar tersebut.
6) Balikan dan penguatan
Siswa belajar dengan sungguh-sungguh dan mendapat
nilai yang baik dalam ulangan.Inilah yang disebut penguatan
negatif.Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar
melalui penggunaan metode- metode
e. Tujuan Belajar
Menurut Sardiman (2014: 25-28), tujuan belajar secara umum
ada tiga jenis, yaitu:
1) Untuk Mendapatkan Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berpikir akan memperkarya pengetahuan.
2) Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga
29
3) Pembentukan Sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi
peserta didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam
pendekatannya.
f. Penilaian keberhasilan belajar
Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
belajar siswa. Menurut Yamin (2005: 146-148), penilaian
keberhasilan belajar siswa dapat dilakukan dengan:
1) Pertanyaan Lisan di Kelas
Materi yang ditanyakan berupa pemahaman konsep,
prinsip, atau teori. Pertanyaan ini kita lemparkan kepada siswa
siswa, kemudian diberikan kesempatan mereka untuk berpikir,
kemudian kita pilih secara acak untuk menjawab pertanyaan tadi.
Jawaban tersebut diberi kebebasan mereka mengeluarkan
gagasannya, benar atau salah jawaban yang didapat dari siswa,
selanjutnya kita lempar lagi kepada siswa untuk mendapat
klarisifikasi jawaban yang pertama. Setelah itu guru dapat
menyimpulkan tentang jawaban siswa yang benar.
2) Kuis
Kuis adalah pertanyaan yang diajukan kepada siswa dalam
waktu yang terbatas, kurang lebih 15 menit, pertanyaan tersebut
30
gambaran materi sebelumnya, yang telah diajarkan kepada
mereka. Waktu pelaksanaan kuis pada umumnya di awal
pembelajaran. Jika sebagian siswa masih ada yang belum
menguasainya, sebaiknya guru menjelaskan kembali secara
singkat materi tersebut.
3) Ulangan Harian
Ulangan harian ini dapat dilakukan secara periodik,
Misalnya 1 atau 2 setiap materi pokok yang selesai diajarkan.
Dalam ulangan harian guru dapat membuat soal dalam bentuk
objektif dan non objektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya
mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.
4) Ulangan Semester
Ulangan semester merupakan ujian yang dilakukan pada
akhir semester. Cakupan materi dalam ulangan ini lebih luas dari
ulangan harian. Adapun bentuk soal dalam ujian semester ini bisa
berupa pilihan ganda atau uraian.
5) Tugas Individu
Tugas individu adalah tugas yang dibeerikan pada setiap
siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman materi pelajaran
yang telah diberikan oleh guru. Tugas individu dapat diberikan
setiap minggu dengan bentuk tugas untuk kerja lapangan atau soal
tertulis. Tugas individu dalam bentuk kerja bisa berupa tugas
31
tugas individu dalam bentuk soal tertulis, dapat berupa soal uraian
objektif maupun non objektif.
6) Tugas Kelompok
Tugas kelompok adalah tugas yang diberikan untuk menilai
kemampuan kerja kelompok. Bentuk soal yang digunakan adalah
uraian dengan tingkat berpikir yang tinggi yaitu aplikasi sampai
evaluasi.
g. Ciri-ciri Belajar
Dari definisi-devinisi belajar Menurut Baharudin dan Wahyuni
(2008: 15) menyimpulkan adanya beberapa ciri belajar, yaitu:
1) Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku (change behavior)
ini berarti, bahwa hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah
laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu
menjadi tahu.
2) Perubahan tingkah laku dari hasil belajar relatif permane. Ini
berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar
untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.
3) Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat
berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa
jadi bersifat potensial.
4) Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau
32
penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan
semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.