BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Individualization (TAI) lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis
21
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu SMP Negeri Tangerang Selatan, Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 dengan lama penelitian 7 kali pertemuan.
B. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode quasi eksperimen atau eksperimen semu yaitu suatu jenis eksperimen yang menyadari bahwa kontrol secara kondisional tidak dapat dilakukan secara tuntas atau secara penuh terhadap faktor lain yang mempengaruhi. 1 Dalam hal ini kelompok sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Randomized Pre-test
Post-test Control Group Design, yaitu pemilihan dan penempatan kelompok
dilakukan secara acak.2 Dipilih dua kelompok secara acak, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan berupa pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI), serta kelompok kontrol dengan menggunakan
pembelajaran konvensional. Namun sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu diamati (pretest) dan kemudian dilakukan pengamatan kembali (posttest) setelah diberi perlakuan. Kemudian hasil pengamatan sesudah perlakuan (posttest) dari kedua kelompok dibandingkan dengan memperhitungkan hasil pengamatan sebelum perlakuan (pretest).
Skemanya adalah : R O X O
R O O
1
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), Cet.6, (Bandung: Afabeta, 2008), h.114
2
Dimana:
R = Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara acak O = Pre-test dan Post-test yang diberikan pada kedua kelompok
X = Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di salah satu SMP Negeri di Tangerang Selatan semester genap pada Tahun Ajaran 2014/2015. Teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling, yaitu dengan mengambil dua kelas secara acak dari seluruh kelas VII yang memiliki karakteristik yang sama.3 Satu kelas digunakan sebagai kelompok eksperimen dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI), dan satu kelas lainnya digunakan sebagai kelompok
kontrol dengan pembelajaran konvensional, maka sampel yang terpilih kelas VII-2 dengan jumlah siswa 46 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-5 dengan jumlah siswa 45 sebagai kelas kontrol. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VII-2 dan kelas VII-5.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data skor berpikir kritis siswa dan data peningkatannya. Data tersebut diperoleh dari pemberian tes yang diberikan sebelum dan setelah perlakuan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa soal tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang terdiri dari 6 butir soal essay yang diberikan dalam bentuk pretest dan posttest. Instrumen tes ini
3
Bambang Suharjo, Statistika Terapan Disertai Contoh Aplikasi dengan SPSS, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.10
pada pokok bahasan perbandingan dan diberikan kepada kedua kelas tersebut. Sebelum membuat instrumen terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal yang disesuaikan dengan indikator berpikiri kritis matematis maupun pada pokok bahasan perbandingan, kemudian menentukan pedoman penskoran untuk menilai kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Kisi-kisi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Indikator Berpikir
Kritis Indikator Kompetensi
No Butir Soal 1. Elementary Clarification (mengidentifikasi permasalahan) a. Mengidentifikasi permasalahan dengan cara membandingkan dua perbandingan
1 b. Mengidentifikasi permasalahan
yang berkaitan dengan faktor pembesaran
5
2. Strategic and Tactics
(membuat langkah penyelesaian)
a. Membuat langkah penyelesaian yang berkaitan dengan
perbandingan senilai 6 3. Advance Clarification (mengklarifikasi suatu pernyataan) a. Mengklarifikasi suatu pernyataan dengan cara membandingkan dua perbandingan
3
b. Mengklarifikasi pernyataan dengan menentukan jarak sebenarnya dari suatu skala
4
4. Inference (membuat
kesimpulan)
a. Membuat kesimpulan yang berkaitan dengan perbandingan senilai
2
Jumlah Soal 6
Pedoman penskoran untuk kemampuan berpikir kritis matematis siswa ini diadaptasi dari Muin4 dan disesuaikan dengan indikator kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini
4Abdul Muin, “Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Matematika Siswa SMA”, Tesis pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2005, h.33, tidak dipublikasikan.
Tabel 3.2
Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Indikator yang
diukur Kriteria Skor
Elementary clarification (Kemampuan mengidentifikasi permasalahan)
Tidak menjawab / salah dalam menjawab 0 Mengidentifikasi kurang tepat 1 Mengidentifikasi kurang lengkap 2 Mengidentifikasi dengan benar dan lengkap 3
Strategies and tactics (Kemampuan membuat langkah penyelesaian masalah)
Tidak menjawab / memberikan jawaban salah 0 Membuat langkah penyelesaian kurang tepat dan melakukan perhitungan dengan benar 1 Membuat langkah penyelesaian dengan benar namun melakukan perhitungan kurang tepat /lengkap
2 Membuat langkah penyelesaian masalah dan melakukan perhitungan dengan tepat hingga menemukan solusi dari masalah tersebut
3 Advanced clarification (Kemampuan Mengklarifikasi suatu pernyataan)
Tidak menjawab / salah dalam mengklarifikasi 0 Benar dalam mengklarifikasi suatu pernyataan, dan memberikan alasan kurang tepat 1 Benar dalam mengklarifikasi suatu pernyataan namun terdapat kekurangan dalam penjelasannya
2 Dapat mengklarifikasi suatu pernyataan dan memberikan penjelasan secara jelas 3 Inference
(Kemampuan membuat
kesimpulan secara generalisasi)
Tidak menjawab / salah dalam menyimpulkan 0 Membuat kesimpulan dengan benar namun memberikan alasan kurang tepat 1 Membuat kesimpulan dengan benar namun memberikan alasan kurang lengkap 2 Memberi kesimpulan dengan benar dan memberikan alasan dengan lengkap 3 F. Analisis Instrumen
Instrumen terlebih dahulu di uji cobakan sebelum digunakan untuk mengetahui instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah memenuhi persyaratan kelayakan sebagai pengumpul data. Uji coba yang dimaksudkan adalah validitas, reliabilitas instrumen, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
1. Validitas Instrumen
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Menghitung validitas tes essay dengan korelasi product
moment: 5
r hitung =
X = skor butir Y = skor total
N = jumlah responden
Uji validitas instrumen dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan dengan pada taraf signifikansi 5%, dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of freedom atau derajat kebebasan yaitu dk = n. Dengan kriteria validasi,
Jika r hitung ≥ r tabel maka butir valid Jika r hitung < r tabel maka butir tidak valid
Peneliti membuat 7 butir soal kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Setelah dilakukan analisis dengan perhitungan korelasi product moment jumlah butir soal yang valid ada 6 butir dan 1 butir soal yang tidak valid yaitu nomer 4b (lampiran 12). Keenam instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
2. Daya Pembeda
Pengujian daya pembeda soal digunakan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan untuk pengujian daya pembeda adalah sebagai berikut: 6
∑ ∑ 5
E. Mulyasa, Analisis, Validitas, Relibilitas dan INTERPRETASI HASIL TES Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009) h.58
6 Ibid, h.31
] ) ( ].[ ) ( . [ ) ).( ( . . 2 2 2 2 X N Y Y X N Y X Y X NKet:
∑ A = Jumlah skor peserta kelompok atas ∑ B = Jumlah skor peserta kelompok bawah Sm = Skor maksimum
NA = Banyaknya peserta kelompok atas NB = Banyaknya peserta kelompok bawah
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:7
Tabel 3.3
Klafisifikasi Indeks Daya Pembeda
D Keterangan
0,00 – 0,20 Jelek 0,20 – 0,40 Cukup 0,40 – 0,70 Baik 0,70 – 1,00 Baik Sekali
Berdasarkan hasil perhitungan dari uji daya pembeda butir soal instrumen (lihat lampiran 14), ditemukan 4 soal memiliki daya beda “cukup’, 2 soal memiliki daya pembeda “baik”, 1 soal memiliki daya beda “jelek”. (lampiran 18).
3. Tingkat Kesukaran
Uji taraf kesukaran instrumen penelitian dihitung dengan menghitung indeks besarannya dengan rumus8
∑
Ket:
∑ x = Jumlah skor siswa pada soal tersebut N = jumlah seluruh siswa peserta tes
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 225
8
Sm = Skor Maksimum P = indeks kesukaran
Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal digunakan kriteria sebagai berikut :9
Tabel 3.4
Klasifikasi Indeks Kesukaran
P Keterangan
0,00 – 0,30 Sukar 0,30 – 0,70 Sedang 0,70 – 1,00 Rendah
Berdasarkan hasil perhitungan uji tingkat kesukaran butir soal instrumen, dari 7 soal yang diujikan diperoleh 5 soal dengan tingkat kesulitan “sedang”, dan 2 soal dengan tingkat kesulitan “mudah”. (lampiran 16)
Rekapitulasi hasil uji validitas, daya pembeda dan taraf kesukaran adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Daya Pembeda, dan Taraf Kesukaran No.
Soal Validitas Daya Pembeda
Taraf
Kesukaran Kesimpulan
1 Valid Cukup Sedang Dipakai
2 Valid Cukup Sedang Dipakai
3 Valid Baik Sedang Dipakai
4a Valid Cukup Sedang Dipakai
4b Tidak Valid Jelek Mudah Dibuang
5 Valid Cukup Mudah Dipakai
6 Valid Baik Sedang Dipakai
9
4. Realibilitas Instrumen
Realibilitas suatu instrumen adalah ukuran sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Realibilitas berkenaan dengan tingkat ketetapan hasil pengukuran. Rumus realibilitas Alpha Cronbach10:
r ii =
2
21
1
St Sik
k
Ket : r ii = koefisien reliabilitask = banyaknya butir (yang valid) Si = varians skor butir
St 2 = varians skor total
Koefisien reliabilitas sebesar 0,5 menunjukkan bahwa tes itu memiliki reliabilitas yang kurang baik. Kebanyakan tes-tes yang standar untuk pengukuran di bidang pendidikan umumnya memiliki koefisien reliabilitas minimal 0,8 untuk populasi yang sesuai. Sedangkan menurut Nunnaly, Kaplan, dan Saccuzo koefisien reliabilitas antara 0,7 sampai 0,8 cukup tinggi untuk suatu penelitian dasar.11 Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas, diperoleh nilai rii = 0,730 maka dari 6 butir soal yang valid tersebut memiliki derajat reliabilitas cukup tinggi (Lampiran 14).
G. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul baik dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen diolah dan dianalisis untuk dapat menjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Keseluruhan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 20.
10
E.Mulyasa, op.cit., h.114
11
1. Analisis Peningkatan
Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas kontrol dan eksperimen dari skor pretest dan postes dengan menggunakan normalized gain by Hake di dalam jurnal D.E.Meltzer12, yaitu :
Adapun kategori skor gain menurut Hake adalah sebagai berikut :
N- Gain Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah
2. Uji Prasyarat
Untuk membandingkan rata-rata pretest, posttest dan skor gain kedua kelompok akan dilakukan uji perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis dengan menggunakan analisis Independent Samples t Test.. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis, yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan uji chi square. Pengujian normalitas menggunakan rumus chi square sebagai berikut13:
∑
Dengan derajat kebebasan = (k – 1). Dimana:
12
David E. Meltzer, The relationship between mathematics preparation and conceptual learning gains in physics: A possible ‘‘hidden variable’’ in diagnosticbpretest scores, Department of Physics and Astronomy, (Lowa State University, Ames, Iowa 50011,2002), h.3
13
Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) h. 188
= frekuensi data yang diamati (observerd frequencies) = frekuensi harapan (expected frequencies)
K = banyaknya kategori
Namun sebelumnya ditetapkan terlebih dahulu hipotesis statistiknya, yaitu sebagai berikut:
H0: data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1: data sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Pengujian normalitas dengan uji chi square pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS. Oleh karena itu untuk menentukan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang ditunjukan oleh Asymp.Sig pada output yang dihasilkan setelah pengolahan data. Nilai ini biasa disebut p-value
dan biasa disimbolkan dengan “p”. Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika nilai p-value ≤ (α = 0,05) maka H0 ditolak, yaitu berarti sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Jika nilai p-value > (α = 0,05) maka H0 diterima. Yaitu berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji Levene atau lengkapnya Levene Test for Equality of Variances untuk mengetahui apakah kedua sampel memiliki varians yang sama atau tidak. Pengujian homogenitas menggunakan rumus Levene’s test sebagai berikut:14
∑
̅
̅
∑ ∑
̅
Bila diketahui suatu variabel Y dengan besar sampel N yang dibagi menjadi k subgroup, dimana Ni merupakan besar sampel dari subgroup ke-i dan Zij dedefinisikan sebagai berikut:
|
̅
|
14
Keterangan:
̅ = mean grup ke-i
̅ = mean keseluruhan data
̅ = mean dari subgroup ke-i
Pengujian uji homogenitas dengan uji Levene dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS. Hasil uji Levene akan muncul pada output jika kita menganalisis dengan Independent Sample t Test. Namun sebelumnya telah ditetapkan hipotesis statistik yaitu sebagai berikut:
H0 = varians nilai kemampuan berpikir kritis matematis kedua kelompok sama atau homogen
H1 = varians nilai kemampuan berpikir kritis matematis kedua kelompok berbeda atau tidak homogen
Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, dapat dilihat dari nilai Sig. pada output yang dihasilkan setelah pengolahan data. Nilai ini biasa disebut p-value dan biasa disimbolkan dengan “p”. Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika nilai p-value ≤ α (0,05) maka Ho ditolak, yaitu berarti varians kedua kelompok berbeda atau tidak homogen.
Jika nilai p-value > α (0,05) maka H0 diterima, yaitu berarti varians kedua kelompok sama atau homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah uji persyaratan analisis dilakukan apabila sebaran distribusi rata-rata skor pretest, posttest dan skor n-gain kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen maupun kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka untuk menguji perbedaan dua rata-rata digunakan uji t dengan rumus:15
15
̅ ̅ √
Dengan derajat kebebasan:
Dimana keterangan:
̅ = nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
̅ = nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol = jumlah sampel kelompok eksperimen
= jumlah sampel kelompok kontrol = varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol
Namun apabila rata-rata skor pretest, posttest dan skor n-gain kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen maupun kontrol berdistribusi tidak normal, maka untuk menguji perbedaan dua rata-rata menggunakan analisis non parametrik tipe Mann-Whitney U dengan rumus:16
dan dengan: √ Keterangan:
= jumlah peringkat sampel pertama = jumlah sampel 1
= jumlah sampel 2
16
Uji t dan uji Mann-Whitney U dalam penelitian ini menggunakan
Independet Samples t Test dan Two Independent Samples Test dengan test type
Mann-Whitney U pada perangkat lunak SPSS. Namun sebelumnya telah ditetapkan hipotesis statistik terlebih dahulu.
4. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah: a. H0 :
R1
R2 H1 :
R1
R2 Keterangan :
1 R
Rata - rata pre-test kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen.2
R
= Rata- rata pre-test kemampuan berpikir kritis matematis kelas kontrol. b. H0 : S1S2 H1 : S1 S2 Keterangan : 1 S Rata - rata post-tes kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen.
2
S
= Rata- rata post-tes kemampuan berpikir kritis matematis kelas kontrol. c. H0 :
1
2 H1 :
1
2 Keterangan :
1
Rata - rata gain kemampuan berpikir kritis matematis dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted2
= Rata- rata gain kemampuan berpikir kritis matematis dengan menggunakan pembelajaran konvensionalUntuk mengetahui hipotesis mana yang akan dipilih, dapat dilihat dari Sig. (2-tailed) pada output yang dihasilkan setelah pengolahan data. Adapun kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis pertama adalah sebagai berikut: Jika nilai p-value ≤ (α = 0,05) maka H0 ditolak, yaitu kemampuan berpikir
kritis matematis kedua kelompok berbeda.
Jika nilai p-value > (α = 0,05) maka H0 diterima, yaitu kemampuan berpikir kritis matematis kedua kelompok sama.
Hipotesis kedua dan ketiga adalah bentuk hipotesis satu ekor sehingga untuk mendapatkan nilai Sig.(1-tailed) adalah dengan membagi dua nilai sig.(2-tailed). Adapun kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis kedua adalah sebagai berikut:
Jika nilai p-value ≤ (α = 0,05) maka H0 ditolak, yaitu kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis matematis kelas kontrol.
Jika nilai p-value > (α = 0,05) maka H0 diterima, yaitu kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen lebih rendah sama dengan kemampuan berpikir kritis matematis kelas kontrol.
Adapun kriteria pengambilan keputusan pada hipotesis ketiga adalah sebagai berikut:
Jika nilai p-value ≤ (α = 0,05) maka H0 ditolak, yaitu peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis kelas kontrol.
Jika nilai p-value > (α = 0,05) maka H0 diterima, yaitu peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen lebih rendah sama dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis kelas kontrol
35
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri Tangerang Selatan di kelas VII, yaitu kelas VII 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII 5 sebagai kelas kontrol. Kelas VII 2 melakukan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dan kelas VII 5 melakukan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional. Materi matematika yang diajarkan adalah Perbandingan. Data hasil pretest, posttest dan
n-gain kemampuan berpikir kritis matematis yang diperoleh pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol, disajikan sebagai berikut: Tabel 4.1
Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Statistik
Kelas
Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest N-Gain Pretest Posttest N-Gain
Jumlah Siswa 46 46 46 45 45 45 Skor Ideal 18 18 1 18 18 1 Maksimun (Xmax) 13 17 .923 14 17 .900 Minimun (Xmin) 1 7 .167 1 6 .000 Rata-rata 4,78 12,37 .590 5,02 10,51 .434 Simpangan Baku 2,73 3,006 .188 3,12 3,094 .193 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa selisih rata-rata pretest dengan posttets kelas eksperimen yaitu 7.59 lebih besar dari pada selisih rata-rata
pretest dengan posttets kelas kontrol yaitu 5.49.
Jika dilihat dari simpangan baku, simpangan baku skor posttest kelas eksperimen lebih besar daripada skor pretest kelas eksperimen, ini menunjukan
bahwa skor kemampuan berpikir kritis matematis setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih bervariasi dan menyebar pada rata-rata kelas. Sedangkan simpangan baku skor
posttest kelas kontrol lebih kecil daripada skor pretest, ini menunjukan bahwa
skor kemampuan berpikir kritis matematis siswa sebelum diterapkan pembelajaran konvensional lebih menyebar terhadap rata-rata kelas.
1. Kemampuan Awal Berpikir Kritis Matematis
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa skor maksimum kelas kontrol yaitu 14 lebih tinggi satu angka daripada kelas eksperimen yaitu 13. Hal tersebut berarti siswa yang memiliki skor tertinggi terdapat pada kelas kontrol. Skor minimum pada kelas kontrol maupun eksperimen sama yaitu sebesar 1. Selisih rata-rata kedua kelas tersebut adalah 0,24.
Jika dilihat dari simpangan baku, simpangan baku kelas kontrol lebih besar daripada kelas eksperimen, ini menunjukan bahwa skor kemampuan berpikir kritis matematis pada kelas kontrol lebih bervariasi dan menyebar terhadap rata-rata kelas, sedangkan skor kelas eksperimen lebih mengelompok.
Secara visual perbandingan penyebaran data hasil pretest di kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Nilai Gambar 4.1
Grafik Perbandingan Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 5 10 15 20 KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL F re kue nsi (N)
Sebelum menguji perbedaan rata-rata kedua kelompok tersebut dengan menggunakana analisis Independent Samples T Test, diperlukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol Pre.Kontrol Pre.Eksperimen
Chi-Square 16.356a 14.261b
Df 10 10
Asymp. Sig. .090 .161
Hasil uji normalitas dengan analisis Chi-Square pada taraf signifikasi α = 0,05 menunjukan data skor hasil pretest kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal, hal ini didapat dengan membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan dengan α yang telah ditetapkan. Nilai signifikansi pretest kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kedua kelas tersebut (kontrol = 0,09 dan eksperimen 0,16) lebih besar dari pada α = 0,05
Tabel 4.3
Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol Levene's Test for Equality of
Variances
F Sig.
Pretest Equal variances
assumed .619 .433
Hasil uji homogenitas menggunakan uji Levene pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukan data skor pretest kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen, hal ini didapat dengan membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan α yang telah ditetapkan. Nilai signifikansi yang tertera pada hasil pengujian homogenitas tersebut (signifikansi = 0,433) lebih besar daripada harga α = 0,05.
Pengujian normalitas dan homogenitas telah menunjukan bahwa hasil
pretest kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kedua kelompok
karena itu pengujian perbedaan dua rata-rata dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Independent Samples t Test. Hasil pengolahan data tersebut disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Hasil uji perbedaan rata-rata pretest kelas eksperimen dan kontrol untuk kemampuan berpikir kritis menunjukan untuk menerima H0, artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kritis matematis siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini didapat berdasarkan nilai sig. (2-tailed) = 0,697 yang lebih besar dari nilai α = 0,05.
2. Kemampuan Akhir Berpikir Kritis Matematis
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa skor maksimum kedua kelas adalah sama yaitu 17. Skor minimum pada kelas kontrol yaitu sebesar 6 sedangkan skor terendah kelas eksperimen lebih besar 1 angka yaitu 7 hal tersebut berarti siswa yang memiliki skor terendah terdapat pada kelas kontrol. Skor rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Selisih rata-rata-rata-rata kedua kelas tersebut adalah 1,86.
Jika dilihat dari simpangan baku, simpangan baku kelas kontrol lebih besar daripada kelas eksperimen, ini menunjukan bahwa skor kemampuan berpikir kritis matematis pada kelas kontrol lebih bervariasi dan menyebar terhadap rata-rata kelas, sedangkan skor kelas eksperimen lebih mengelompok. Secara visual perbandingan penyebaran data hasil posttest di kelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
t-test for Equality of Means t Df Sig. (2-tailed)
Nilai Gambar 4.2
Grafik Perbandingan Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sebelum menguji perbedaan rata-rata kedua kelompok tersebut dengan menggunaakan analisis Independent Samples T Test, diperlukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu.
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Hasil uji normalitas pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukan data skor posttest kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen berdistribusi normal sedangkan kelas kontrol berdistribusi tidak normal, hal ini didapat dengan membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan dengan α yang telah ditetapkan. Nilai signifikansi skor posttest kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelas kontrol = 0,035 lebih kecil dari harga α = 0,05