• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian

4.2.1.1 Peningkatan Keterampilan Guru

Guru menurut Rusman (2012: 58) merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran yang merupakan inti dari proses pendidikan secara menyeluruh. Hal ini menghendaki guru memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh.

Keterampilan guru dalam pembelajaran IPA menggunakan model STAD dengan media crossword puzzle mengalami peningkatan tiap siklus. Siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 23 dengan kriteria baik/B. Pada siklus I pertemuan 2 terjadi peningkatan skor menjadi 29 dengan kriteria baik/B. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 skor meningkat menjadi 31 dengan kriteria sangat baik/A, dan meningkat lagi pada pertemuan 2 menjadi 33 dengan kriteria sangat baik/A.

Pada indikator mempersiapkan prapembelajaran siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 3, pertemuan 2 skor tetap, siklus II pertemuan 1 meningkat menjadi 4, pada pertemuan 2 skor tetap 4. Peningkatan terjadi karena guru sudah

melaksanakan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, misalnya dengan menggunakan multi sumber belajar. Sumber belajar tidak hanya dari buku pegangan siswa tetapi juga dari internet, buku paket dari penerbit lain, buku tentang model pembelajaran inovatif, dan sebagainya. Dalam pembelajaran dengan model STAD, sebagaimana pendapat Trianto (2010: 69) membutuhkan persiapan yang matang, diantaranya yaitu mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, silabus, media dan sumber belajar.

Indikator membuka pembelajaran pada pertemuan 1 siklus I memperoleh skor 2, pertemuan 2 skor meningkat menjadi 3. Pada siklus II pertemuan 1 terjadi peningkatan skor menjadi 4, dan pada pertemuan 2 skor tetap 4. Keterampilan membuka pembelajaran merupakan salah satu keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai guru. Sesuai pendapat Sanjaya (2012: 33) keterampilan membuka pelajaran atau set induction dilakukan guru untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan.

Pelaksanaan indikator menyampaikan materi pelajaran dengan power point memperoleh skor 3 pada siklus I pertemuan 1, meningkat menjadi skor 4 pada pertemuan 2. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 skor diperoleh 3 dan pada pertemuan 2 skor diperoleh 4. Refleksi serta revisi yang dilakukan setelah melaksanakan tindakan bertujuan memperbaiki kekurangan guru selama pembelajaran. Menurut pendapat Rusman (2012: 215), salah satu langkah umum pembelajaran dengan model STAD adalah presentasi dari guru. Guru

menyampaikan materi pelajaran dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator keterampilan guru membimbing pembentukan kelompok memperoleh skor 3 pada siklus I pertemuan 1 dan 2, serta skor tetap 3 pada siklus II pertemuan 1 dan 2. Skor yang diperoleh guru sudah mendapat kriteria baik, guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok STAD. Kelompok yang dibentuk guru heterogen berdasarkan tingkat kemampuan dan jenis kelamin. Menurut Slavin dalam Huda (2011: 116) bahwa model ini melibatkan “kompetisi” antarkelompok. Siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan kemampuan, gender, ras dan etnis.

Keterampilan guru dalam memberikan masalah berupa soal yang didesain dengan media crossword puzzle pada siklus I pertemuan 1 mendapat skor 3, kemudian mengalami peningkatan pada pertemuan 2 dengan perolehan skor 4. Siklus II pertemuan 1 dan 2 skor yang diperoleh 4. Media crossword puzzle

menurut Zaini (2007: 71) dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Media ini dapat melibatkan partisipasi siswa secara aktif sejak awal. Pendapat ini diperkuat Nisak (2011: 158) bahwa salah satu tujuan permainan ini yaitu menumbuhkan rasa kebersamaan sesama siswa.

Pelaksanaan keterampilan guru membimbing siswa melakukan diskusi kelompok pada siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 2, kemudian meningkat menjadi skor 3 pada pertemuan 2. Skor yang diperoleh pada pertemuan 1 dan 2 siklus II tetap, yaitu 3. Ketika siswa sedang berdiskusi dalam kelompok, guru

berkeliling untuk memantau jalannya diskusi dan membimbing semua kelompok agar aktif berpartisipasi. Sebagaimana yang diungkapkan Anitah dkk (2009: 8.18), keterampilan mebimbing diskusi kelompok kecil merupakan keterampilan dasar mengajar yang diperlukan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Indikator membimbing siswa melaksanakan presentasi dan tanya jawab pada siklus I memperoleh skor 3, kemudian meningkat menjadi skor 4 pada siklus II pertemuan 1 dan 2. Setelah selesai berdiskusi, guru menunjuk perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan menunjuk perwakilan dari kelompok lain untuk menanggapi. Dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan berjalan terus. Sesuai pendapat Rusman (2012: 57), guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Oleh karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai konteks materinya.

Keterampilan guru dalam memberikan penguatan kepada siswa pada siklus I pertemuan 1 guru memperoleh skor 2, penguatan yang diberikan berupa penguatan verbal dengan mengucapkan kata “pintar”, “betul” dan penguatan gestural dengan memberi tepuk tangan dan jempol. Pada pertemuan 2 dan siklus II pertemuan 1 skor meningkat menjadi 3, karena guru juga memberikan sertifikat pengahrgaan kelompok untuk “good team”, “great team” dan ”super team”. Pada siklus II pertemuan 2 skor meningkat menjadi 4, karena selain memberi penguatan

guru juga memberikan semangat bagi kelompok yang masih lemah atau belum mendapatkan penghargaan. Penguatan (reinforcement) menurut Anitah dkk (2009: 7.25) adalah respons yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya perilaku tersebut. Penguatan mempunyai peran penting dalam meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu melatih diri sehingga terampil dan terbiasa memberikan penguatan.

Indikator menutup pembelajaran, memperoleh skor 2 pada siklus I pertemuan 1, kemudian terjadi peningkatan skor menjadi 3 pada siklus I pertemuan 2, siklus II pertemuan 1 dan 2. Sebagaimana pendapat Sanjaya (2012: 33) keterampilan menutup pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud memberikan gambaran menyeluruh apa yang dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman yang dimiliki, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Keterampilan dasar mengajar penting dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran berkualitas. Sesuai pendapat Rusman (2012: 19) guru yang professional merupakan penentu proses pendidikan yang berkualitas. Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya.

Dokumen terkait