• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN CERITA ANAK SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH DASAR

KONSEP DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN MUTU GURU

D. PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK

pentingnya pendidikan, dan masyarakat dapat digerakkan untuk mendukung MPMBS.

3. Sekolah memiliki kemampuan membuat kebijakan, rencana, dan program sekolah untuk menyelenggarakan MPMBS. 4. Sekolah memiliki sistem untuk

mempromosikan akuntabilitas sekolah terhadap publik, sehingga sekolah akan merupakan bagian dari masyarakat dan bukannya sekolah berada dimasyarkat.

5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah yang ditunjukan oleh pemberian pengarahan dan pembimbingan, baik dalam bentuk pedoman pelaksanaan, petunjuk pelaksanan dan lain-lain yang diperlukan untuk kelancaran penyelenggaraan MPMBS.

D. PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK

1. Standar Mutu Tenaga Pendidik

Seperti yang tertuang dalam Higher Education Long-Term Strategy (HELTS) 2003-2010, tentang pembangunan masyarakat masa depan yang mampu menghargai keberagaman sebagai perekat integrasi bangsa merupakan salah satu sasaran utama program pendidikan tinggi, di samping peningkatan daya saing bangsa, melalui peletakan landasan bagi pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh, yang mampu bersaing baik di tingkat regional, nasional, maupun global.

Untuk mencapai sasaran tersebut, salah satu upaya yang sangat mendesak dilakukan adalah peningkatan mutu guru melalui profesionalisasi jabatan guru, yang memungkinkan guru mampu memberikan layanan ahli sesuai dengan profesinya, dan karena itulah, maka guru layak mendapat penghargaan yang lebih

baik. Sehubungan dengan upaya ini diperlukan perangkat undang-undang sebagai rujukan dasar dan tentu saja lembaga penyelenggara yang memiliki kapasitas pendukung yang memadai. Dari sisi perundangan, sudah ada PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Dengan diberlakukannya PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen tersebut, kualifikasi minimal guru SD ditetapkan sekurang-kurangnya lulusan sarjana (S1) atau D-IV, dan telah mendapat Sertifikat Pendidik sebagai guru SD melalui pendidikan profesi. PP No. 19/2005 dan UU No. 14/2005 berupaya menjadikan jabatan guru sebagai jabatan profesional dan sekaligus meningkatkan citra guru adalah dengan diadakannya pendidikan profesi yang memungkinkan guru menguasai kompetensi utuh sehingga berpeluang memberikan layanan ahli yang andal yang diharapkan mampu menyumbang kepada peningkatan kualitas pendidikan. Kepemilikan kompetensi yang tercermin dalam kemampuan memberikan layanan ahli ini akan ditandai dengan pemerolehan

Sertifikat Pendidik yang selanjutnya akan diikuti oleh penghargaan berupa tunjangan profesi. Ketentuan ini berlaku bagi semua guru, termasuk bagi guru sekolah dasar (SD). Menurut PP No. 19/2005, pasal 29, ayat (2), seorang guru SD/MI minimal harus mempunyai kualifikasi akademik sarjana (S1) atau D-IV, serta sertifikat profesi untuk guru SD/MI.

Sebagaimana lazim dipahami di kalangan pendidikan guru, Sosok Utuh Kompetensi Profesional Guru, dalam hal ini guru SD, terdiri atas kemampuan:

a. mengenal secara mendalam peserta didik SD yang hendak dilayani,

b. menguasai bidang ilmu sumber bahan ajaran lima mata pelajaran di SD, baik dari segi: (i) substansi dan metodologi bidang ilmu (disciplinary content knowledge), maupun (ii) pengemasan bidang ilmu menjadi bahan ajar dalam kurikulum SD (pedagogical content knowledge)

c. menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik yang mencakup: (i) perancangan program pembelajaran berdasarkan serentetan keputusan situasional, (ii) implementasi program pembelajaran termasuk penyesuaian sambil jalan (mid-course adjustments) berdasarkan on-going transactional decisions berhubung dengan reaksi unik (ideosyncratic response) dari peserta didik terhadap tindakan guru, (iii) meng-ases proses dan hasil pembelajaran, (iv) menggunakan hasil asesmen terhadap proses dan hasil pembelajaran dalam rangka perbaikan pengelolaan pembelajaran secara berkelanjutan, kesemuanya itu dengan selalu merujuk kepada ketercapaian tujuan utuh pendidikan sebagai Rujukan Normatif, dan (v)mengembangkan kemampuan professional secara berkelanjutan. 2. Upaya Peningkatan Mutu Tenaga

Kependidikan

Program Pendidikan yang Terdesentralisasi memiliki tiga bagian:

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kapasitas manajemen dan tata layanan yang lebih baik

2. Meningkatkan mutu proses belajar mengajar

3. Meningkatkan mutu pendidikan menengah pertama dan pendidikan luar sekolah bagi remaja yang berfokus pada pendidikan kecakapan hidup

Bagian Proses Belajar Mengajar bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen

67 Agama, pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota, serta mitra dari sektor publik dan swasta untuk mengembangkan sebuah sistem yang lebih lengkap dalam pengembangan kapasitas guru secara profesional. Sistem ini akan meningkatkan kemampuan pendidik dan kepala sekolah untuk menggagas, memfasilitasi, dan menggalakkan peningkatan pencapaian sekolah di tingkat lokal. Caranya adalah dengan: a. Memperkuat Pelatihan Guru

Bagian Proses Belajar Mengajar memberi kesempatan kepada pejabat pemerintah daerah dan pemangku kepentingan pendidikan untuk turut serta dalam sistem dan strategi pemberian program pelatihan guru yang efektif menuju pengajaran terdesentralisasi. Bagian ini bekerja dalam struktur organisasi sekolah yang sudah ada dan dikenal sebagai sebuah gugus. Setiap gugus terdiri dari enam sampai sepuluh sekolah. Pendekatan melalui gugus digunakan untuk mengatur dan melaksanakan kegiatan pelatihan. Gugus-gugus dipilih untuk menjadi pusat melaksanakan tugas dan kegiatan Proses Belajar Mengajar. Kepala sekolah, guru, dan anggota masyarakat akan mendapatkan kesempatan di dalam gugus untuk benar-benar terlibat dalam kegiatan dan memperkuat peran mereka masing-masing melalui keterlibatan dalam pembelajaran aktif.

Model pelatihan guru dalam jabatan yang terdesentralisasi didukung dengan paket pelatihan yang disusun oleh mitra universitas di setiap propinsi, serta didukung oleh guru-guru, kepala sekolah, pejabat pemerintah daerah, dan mitra universitas di luar negeri. Melalui kerjasama dengan mitra lokal dan pemangku kepentingan pendidikan setempat, bagian ini mampu mengidentifikasi dan menjawab secara tepat kebutuhan tenaga pendidik sekolah dasar. Bagian Proses Belajar Mengajar juga bekerja sama dengan Universitas

Terbuka (UT) untuk menyiapkan UT agar mampu menjawab kebutuhan pelatihan profesional yang beragam di lingkungan pendidikan yang semakin lama semakin terdesentralisasi.

Bagian Proses Belajar Mengajar juga mengembangkan pusat sumber belajar guna mendukung dan memfasilitasi berbagai kegiatan di setiap gugus sekolah. Pusat sumber belajar gugus akan digunakan oleh berbagai pemangku kepentingan pendidikan sebagai tempat pertemuan untuk mendiskusikan materi pelatihan, bagaimana penerapan dan inovasinya di kelas, serta mengembangkan materi proses belajar mengajar serta mengakses sumberdaya pembelajaran secara online. b. Peningkatan Lingkungan Belajar

Bagian Proses Belajar Mengajar dari program Pendidikan Dasar yang Terdesentralisasi mendukung kegiatan-kegiatan bagi peningkatan lingkungan belajar. Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) akan diperlengkapi dengan audio dalam sistem pengajaran sedang dan ditambah dengan tenaga terlatih dan materi pengajaran yang bermutu. Sebuah sistem perpustakaan sekolah yang menggunakan pusat sumber belajar gugus sedang dibentuk untuk menyediakan dan menyampaikan materi bacaan (bukan buku) yang bermutu tinggi.

Teknologi Informasi dan Komunikasi diarahkan untuk menginformasikan dan mempromosikan perubahan di sekolah, masyarakat dan kabupaten/kota. Teknologi Informasi dan Komunikasi juga menyediakan media pembelajaran dalam gugus sekolah dan kelas-kelas, sekaligus berfungsi sebagai referensi bagi kepala sekolah dan guru-guru guna mendukung dan menggalakkan proses belajar

mengajar. Bagian Proses Belajar Mengajar berusaha mendapatkan sumberdaya tambahan untuk

kegiatan-kegiatan proyek melalui kerjasama publik-swasta. Cara ini adalah sebuah bentuk inovatif dalam pengusaha, perusahaan multinasional dan domestik, lembaga swadaya masyarakat, serta institusi-institusi pendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Amir, Muhammad. 2006. Raising the Quality of Education with Radio MBS: Encouraging Student Creativity and Innovation. South Sulawesi: Celebes Journal

Brodjonegoro, Satryo Sumantri. 2006. Rambu-rambu Pemyelengggaraan Pendidikan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Ketenagaan Direktorat Pendidikan Tinggi.

Rose, Leslie. 2006. Prakarsa Pendidikan untuk Indonesia dari President

Bush. Jakarta: U.S Agency for International Development.

Satrio, Panji. 2006. Cetak Guru Teknologi Informasi. Jakarta: Suara Merdeka. Suryadarma, Daniel; Rogers, Halsey F.

2005. Penentu Kinerja Murid Sekolah Dasar di Indonesia: Peranan Guru dan Sekolah. Jakarta: Smeru Research Institute. Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan

Mutu Berbasis Sekolah: Sebuah pendekatan baru dalam pengelolaan sekolah untuk peningkatan mutu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

69

KAIDAH MORFOFONEMIK

Dokumen terkait