• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM

6.2. Analisis Prioritas Pengembangan Kebijakan

6.2.1 Peningkatan Sarana Pelayanan

Pada kebijakan Peningkatan Sarana Pelayanan, sub kriteria yang memiliki bobot tertinggi adalah Penambahan/Perbaikan Sarana Operasional dengan nilai bobot 0,548, kemudian berikutnya Optimalisasi TPA Eksisting dengan nilai bobot 0,230, dan Penyediaan TPA Alternatif dengan nilai bobot 0,222 (Gambar 5).

Penambahan/Perbaikan Sarana Operasional dinilai sebagai aspek utama dalam keberhasilan peningkatan cakupan pelayanan sampah karena berhubungan langsung dengan operasional di masyarakat.

Sumber : Data Olah AHP dengan Expert Choice 2000

Gambar 5. Grafik Prioritas Aspek yang Dipertimbangkan pada Kebijakan Peningkatan Sarana Pelayanan

Pada aspek Penambahan/Perbaikan Sarana Operasional, rata-rata responden lebih memilih memprioritaskan langkah strategis Penambahan Kendaraan Pengangkut Sampah (bobot 0,687) kemudian berikutnya adalah Penambahan Alat Berat (bobot 0,157) dan Perbaikan Kendaraan Pengangkut Sampah (bobot 0,156). Urutan prioritas langkah-langkah strategis pada kriteria Penambahan/Perbaikan Sarana Pelayanan ditunjukkan pada Gambar 6.

Sumber : Data Olah AHP dengan Expert Choice 2000

Gambar 6. Grafik Prioritas Langkah Strategis pada Aspek Penambahan/Perbaikan Sarana Operasional

Penambahan Kendaraan Pengangkut Sampah dinilai sangat diperlukan untuk meningkatkan cakupan pelayanan sampah perumahan, mengingat jumlah kendaraan angkutan yaitu dump truck dan arm roll tidak sebanding dengan jumlah timbulan sampah yang harus diangkut di Kabupaten Bogor.

Pada aspek Optimalisasi TPA Eksisting, langkah strategis yang lebih diprioritaskan adalah Peningkatan Teknis Pembuangan (bobot 0,565) daripada penerapan pengelolaan sampah di TPA dengan bobot 0,435 (Gambar 7), karena saat ini sistem yang digunakan di TPA Galuga adalah controlled landfill sehingga perlu ditingkatkan menjadi sanitary landfill. Selain itu perlu untuk ditunjang dengan penerapan pengelolaan sampah di TPA. Sampah di Galuga yang berasal dari Kabupaten Bogor belum ada upaya penanganan lain seperti pengomposan atau pemisahan sampah.

Gambar 7. Grafik Prioritas Langkah Strategis pada Aspek Optimalisasi TPA Eksisting

Pada aspek Penyediaan TPA Alternatif, langkah strategis yang lebih diprioritaskan adalah penyediaan TPA disetiap wilayah barat, tengah dan timur

Sumber : Data Olah AHP dengan Expert Choice 2000

(bobot 0,622) daripada Penyediaan TPA di lokasi strategis untuk semua wilayah dengan bobot 0,378 (Gambar 8). Hal tersebut untuk mempersingkat ritasi pengangkutan sampah bagi setiap wilayah sehingga akan lebih banyak jumlah timbulan sampah yang dapat diangkut dan meningkatkan cakupan pelayanan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

Sumber : Data Olah AHP dengan Expert Choice 2000

Gambar 8. Grafik Prioritas Langkah Strategis pada Aspek Penyediaan TPA Alternatif

Berdasarkan analisis prioritas secara global menggunakan Expert Choice 2000, didapat bahwa distribusi prioritas langkah strategis yang memiliki prioritas tertinggi pada kebijakan Peningkatan Sarana Pelayanan adalah langkah-langkah strategis dalam aspek penambahan/perbaikan sarana operasional, baru kemudian aspek Optimalisasi TPA Eksisting dan Penyediaan TPA Alternatif (Tabel 23).

Dengan demikian perlu dipertimbangkan untuk menambah jumlah kendaraan angkutan sampah.

Tabel 23. Urutan Elemen yang Diprioritaskan Secara Global dalam Peningkatan Sarana Pelayanan

Urutan ELemen Level Bobot

Prioritas

1 Peningkatan Sarana Pelayanan 2 0,450

1 Penambahan/Perbaikan Sarana Operasional 3 0,246

2 Optimalisasi TPA Eksisting 3 0,104

3 Penyediaan TPA Alternatif 3 0,100

1 Penambahan Kendaraan Angkutan 4 0,169

2 Penyediaan TPA di Setiap Wilayah Barat, Tengah, Timur

4 0,062

3 Peningkatan Teknis Pembuangan 4 0,059

4 Penerapan Pengelolaan Sampah 4 0,045

5 Penambahan Alat Berat di TPA 4 0,039

6 Perbaikan Kendaraan Angkutan 4 0.038

7 Penyediaan TPA di Lokasi Strategis untuk Semua Wilayah

4 0,038

Sumber : Data Primer (diolah) 6.2.2 Peningkatan Peran Masyarakat

Pada kebijakan Peningkatan Peran masyarakat, aspek yang memiliki bobot tertinggi adalah Penerapan 3R (bobot 0,809) dan berikutnya adalah Ketaatan Pembayaran Retribusi dengan bobot 0,191 (Gambar 9). Kedua kriteria ini merupakan faktor yang mempengaruhi Peran Masyarakat dalam meningkatkan pelayanan persampahan. Penerapan 3R merupakan bentuk keterlibatan langsung masyarakat dalam mengurangi sampah dari sumbernya dan Ketaatan Pembayaran Retribusi dapat membantu pemerintah daerah memperoleh anggaran untuk pelayanan dan pengelolaan sampah.

Sumber : Data Olah AHP dengan Expert Choice 2000

Gambar 9. Grafik Prioritas Aspek yang Dipertimbangkan pada Kebijakan Strategi Peningkatan Peran Masyarakat Aspek Penerapan 3R sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan peningkatan pelayanan persampahan dan juga sudah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, untuk itu langkah

strategis yang lebih diprioritaskan oleh responden adalah Sosialisasi dan Edukasi (bobot 0,468), disusul Bantuan Sarana dan Pendampingan (bobot 0,345) dan berikutnya Insentif dan disinsentif dengan bobot 0,187 (Gambar 10). Agar Penerapan 3R dapat berjalan baik dimasyarakat maka langkah yang diprioritaskan adalah Sosialisasi dan Edukasi, karena untuk mengubah pola pikir dan prilaku masyarakat mengenai keberadaan dan penanganan sampah bukanlah hal yang mudah karena masyarakat sudah terbiasa menganggap sampah adalah barang yang tidak bermanfaat dan harus dienyahkan dari pandangannnya. Untuk memberi pemahaman dan pengetahuan penerapan 3R maka prioritas utama adalah diberikan sosialisasi dan edukasi baik berupa seminar ataupun pelatihan-pelatihan kepada masyarakat. Setelah adanya keinginan dari warga masyarakat sendiri untuk menerapkan 3R maka barulah pemerintah daerah memberikan bantuan berupa sarana dan pendampingan. Penghargaan juga perlu diberikan atas usaha masyarakat dalam pengurangan sampah.

Sumber : Data Olah AHP dengan Expert Choice 2000

Gambar 10. Grafik Prioritas Langkah Strategis pada Aspek Penerapan 3R

Pada aspek Ketaatan Pembayaran Retribusi, peran serta masyarakat yang lebih diprioritaskan adalah Ketaatan Pembayaran Sesuai Tarif Retribusi (bobot 0,582) lalu berikutnya Ketaatan Waktu Pembayaran dengan bobot 0,418 (Gambar 11). Pembayaran retribusi sampah harus sesuai tarif yang ditetapkan dalam peraturan daerah karena ada warga masyarakat yang membayar masih di bawah tarif retribusi.

Sumber : Data Olah AHP dengan Expert Choice 2000

Gambar 11. Grafik Prioritas Langkah Strategis pada Aspek Ketaatan Pembayaran Retribusi

Berdasarkan analisis prioritas secara global menggunakan Expert Choice 2000, didapat bahwa distribusi prioritas langkah strategis yang memiliki prioritas tertinggi pada kebijakan Peningkatan Peran Masyarakat adalah Sosialisasi dan Edukasi dan Bantuan Sarana dan Pendampingan (Tabel 24). Dengan demikian untuk meningkatkan peran masyarakat maka diperlukan rancangan program yang lebih berpihak pada kedua langkah tersebut.

Tabel 24. Urutan Elemen yang diprioritaskan secara Global dalam Peningkatan Peran Masyarakat.

Urutan Elemen Level Bobot

Prioritas

2 Peningkatan Peran Masyarakat 2 0,335

1 Penerapan 3R 3 0,271

2 Ketaatan Pembayaran Retribusi Sampah 3 0,064

1 Sosialisasi dan Edukasi 4 0,127

2 Bantuan Sarana dan Pendampingan 4 0,094

3 Insentif dan Disinsentif 4 0,051

4 Ketaatan Sesuai Besaran Tarif Retribusi 4 0,037

5 Ketaatan Waktu Pembayaran 4 0,027

Sumber : Data Primer (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap keenam-belas langkah untuk mencapai tujuan Peningkatan Cakupan Pelayanan Persampahan diperoleh bahwa Penambahan Kendaraan Angkutan sampah adalah langkah yang memiliki nilai tertingi (bobot 0,169), kemudian berikutnya adalah Sosialisasi dan Edukasi Penerapan 3R (bobot 0,127) serta Bantuan Sarana dan Pendampingan (bobot 0, 094) (Tabel 25).

Tabel 25. Urutan Prioritas Global Program Peningkatan Cakupan Pelayanan Sampah Perumahan di Kabupaten Bogor

Urutan Langkah Strategis/Program Bobot

Prioritas

1 Penambahan Kendaraan Angkutan 0,169

2 Sosialisasi dan Edukasi 3R 0,127

3 Bantuan Sarana dan Pendampingan 0,094

4 Industri Pengolah Sampah 0,074

5 Penyediaan Sarana Pewadahan/Pengumpulan oleh Pengembang 0,063 6 Penyediaan TPA di Setiap Wilayah (Barat, Tengah, Timur) 0,062

7 Peningkatan Teknis Pembuangan 0,059

8 Insentif dan Disinsentif 0,051

9 Penyediaan Organisasi Pengelola Sampah 0,047

10 Penerapan Pengelolaan Sampah di TPA 0,045

11 Penambahan Alat Berat di TPA 0,039

12 Ketaatan Sesuai Tarif Retribusi 0,037

13 Perbaikan Kendaraan Angkutan 0,038

14 TPA di Lokasi Strategis Untuk Semua Wilayah 0,038 15 Industri yang Mengelola Sampah Produknya Sendiri 0,032

16 Ketaatan Waktu Pembayaran 0,027

Jumlah 1,000

Sumber : Data Primer (Diolah)

Urutan prioritas di atas menggunakan modus Sintesis Distribusi (Distributive Synthesize) yaitu jika perancangan program yang akan disusun dipilih berdasarkan beberapa alternatif yang diprioritaskan. Grafik hasil sintesis menggunakan modus Sintesis Distribusi dapat dilihat pada Gambar 12.

Sumber : Data Olah AHP dengan Expert Choice 2000

Gambar 12. Grafik Hasil Sintesis Menggunakan Modus Sintesis Distribusi (Distribusi Synthesize)