• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMPE 1 Energi 149,0 kalor

8. Penirisan dan Pendinginan

Kedelai diambil dari dandang, lalu diletakkan di atas tampah dan diratakan tipis-tipis. Biarkanlah dingin sampai permukaan keping kedelai kering dan airnya menetes habis.

9. Peragian

Laru atau ragi diusap-usapkan atau dicampur dan diaduk bersama kedelai hingga merata benar. Setelah itu, diangin-anginkan sebentar.

10.Pembungkusan

Kedelai yang sudah bercampur merata dengan larutan ragi kemudian dibungkus. Ada yang membungkus dengan daun pisang ataupun dengan plastik.

11.Pemeraman

Bila pembungkusnya daun pisang, maka pemeraman dilakukan di dalam tenggok yang ditutup dengan karung goni. Namun, bila pembungkusnya plastik, maka pemeraman dilakukan di atas kajang-kajang bambu yang diletakkan pada rak-rak. Setelah diperam semalam, biasanya kita lakukan penusukan dengan lidi pada plastik pembungkus. Bertujuan agar udara segar dapat masuk dalam bahan tempe. Setelah itu diperam satu malam lagi, dan esok pagi jadilah tempe yang siap dikonsumsi atau dijual (Santoso, 1993).

Penyortiran Pencucian I Perebusan I Perendaman Pengupasan Kulit Kedelai Pencucian II Perebusan II Penirisan & Pendinginan Peragian Pembungkusan Pemeraman TEMPE

Secara Skematis proses pembuatan tempe dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

= Bahan baku = Proses = Produk

Landasan Teori

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Defenisi ini didasarkan pada konsep inti berikut yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan (Kotler, 1993).

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan harga yang layak bagi petani maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan oleh karena daerah produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang, atau hanya ada satu pembeli. Kondisi ini merugikan pihak produsen. Hal ini berarti efisiensi di bidang pemasaran masih rendah.

Sistem pemasaran dikatakan efisien bila :

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya serendah-rendahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang (Daniel, 2002).

Fungsi pemasaran merupakan suatu aktivitas yang penting yang dispesialisasi dan dilaksanakan dalam bidang pemasaran. Fungsi tersebut adalah : 1. Fungsi Pertukaran, yaitu pembelian (buying) dan penjualan (selling).

2. Fungsi Pengadaan secara Fisik, yaitu pengangkutan (transportation) dan penyimpanan (storage).

3. Fungsi Pemberian Jasa-Jasa, yaitu permodalan (financing), resiko, standarisasi dan informasi pasar (market information).

Saluran pemasaran selalu diperlukan karena produsen tidak mampu menjual sendiri produk yang dihasilkan. Produsen memerlukan patner yang lokasinya berbeda dan kapasitasnya yang juga berbeda (Soekartawi, 1993).

Semakin panjang saluran pemasaran maka sistem pemasaran semakin tidak efisien. Masing-masing perantara akan mengambil keuntungan atas jasa yang mereka korbankan atau disebut profit margin, kemudian pada akhirnya akan membuat harga di tingkat konsumen tinggi. Selain itu juga akan memperlambat arus barang ke konsumen. Ketidakefisienan ini juga akan memperlambat arus barang ke konsumen. Ketidakefisienan ini juga akan berdampak buruk kepada petani karena berpengaruh terhadap pendapatan petani dimana harga yang diterima petani akan berbeda jauh dengan harga yang diberikan oleh konsumen semakin rendah dan permintaan semakin menurun, harga dari petani juga menurun sehingga pendapatan petani menurun (Mubyarto, 1994).

Lembaga pemasaran adalah orang atau badan atau perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran hasil pertanian. Lembaga pemasaran bisa merupakan salah satu alternatif untuk memperkecil margin pemasran dan memperkecil harga yang harus dibayarkan konsumen atau memperbesar harga yang diterima produsen. Masing-masing lembaga pemasaran mengeluarkan biaya pemasaran dan akan memperoleh keuntungan yang disebut bagian dari margin pemasaran (Daniel, 2002).

Pemasaran memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan berkembangnya pertanian dan dengan makin kompleksnya pemasaran. Konsumen

yang makin tinggi tingkat pendapatan dan kemakmurannya menginginkan hasil- hasil pertanian yang makin banyak macam ragamnya dan ini berarti proses pengolahan yang makin kompleks dan jasa-jasa sistem pemasaran yang makin banyak. Karena itu, nilai hasil pertanian yang sampai pada konsumen sudah memperoleh nilai tambahan yang relatif besar dan persentase yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil (Mubyarto, 1994).

Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lainnya tergantung pada hal berikut :

1. Macam komoditas yang dipasarkan

Ada komoditi yang bobotnya besar tapi nilainya kecil sehingga biaya pemasarannya besar. Sebaliknya untuk komoditi bobotnya ringan dan kecil tetapi nilainya tinggi maka biaya pemasarannya lebih rendah.

2. Lokasi/ daerah produsen

Jika lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya transportasi menjadi besar. Jika lokasi yang terpencil menjadi salah satu penyebab rendahnya harga di tingkat produsen.

3. Macam dan peranan lembaga pemasaran

Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat semakin panjang rantai pemasaran dan semakin besar biaya pemasarannya.

Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasarn. Makin panjang pemasaran maka semakin besar margin pemasaran. Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai pemasaran hasil pertanian maka :

1. Biaya pemasaran semakin rendah. 2. Margin pemasaran semakin rendah.

3. Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah. 4. Harga yang diterima produsen semakin tinggi.

(Daniel, 2002).

Share margin (Sm) adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen. % 100 x Pk Pp Sm=

Sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat :

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran produk tersebut.

(Mubyarto,1991).

Efisiensi pemasaran (Ep) adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dijual, dinyatakan dengan persen.

% 100 ProdukYangDipasarkanx Nilai aran BiayaPemas Ep= (Soekartawi, 2002).

Strategi merupakan usaha untuk menumbuh kembangkan kekuatan perusahaan dengan mengeksploitasi peluang bisnis guna untuk mencapai tujuan perusahaan.

Analisis internal dapat mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan dan analisis eksternal mengungkapkan ancaman dan peluang. Profil dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dituangkan dalam suatu matriks SWOT yang dapat digunakan sebagai strategi dalam pengembangan suatu usaha.

Tabel 5. Matriks SWOT

Internal

Ekternal

O (Opportunities) = Peluang S (Strenghts) = Kekuatan T (Threarts) = Ancaman W (Weaknesses) = Kelemahan (Silalahi, 2002).

Suatu usaha perlu melakukan analisi lingkungan (lingkungan luar dan lingkungan dalam) guna meramalkan perubahan lingkungan yang mempengaruhi usaha tersebut. Menurut Silalahi (2002), analisis lingkungan ini dapat dilakukan melalui apa yang dikenal sebagai analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threat). Analisis kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) ditujukan untuk lingkungan internal organisasi. Analisis ini membantu menetapkan satu dasar realistik untuk informasi strategi untuk semua tingkat organisasi. Sedangkan analisis peluang (opportunity), dan kendala (threat) ditujukan untuk lingkungan luar organisasi. Analisis ini memberikan manajer

pemahaman tentang peluang serta hambatan dan kendala dalam hubungannya dengan pilihan atau proses produksi nyata menguntungkan organisasi

(Cahyono, 1999).

Kerangka Pemikiran

Produsen memerlukan bahan baku kedelai yang akan dioleh menjadi tahu dan tempe yang diperoleh dari dari petani kedelai atau kedelai impor. Kebutuhan kedelai di dalam negeri sangat besar, bahkan untuk memenuhi permintaan ini dari tahun ke tahun impor kedelai cenderung meningkat. Selain impor meningkat karena meningkatnya permintaan di dalam negeri, ternyata produksi kedelai Indonesia juga masih relatif sangat rendah.

Hasil produksi disalurkan kepada konsumen melalui lembaga perantara. Beberapa produsen tahu dan tempe menjual produknya kepada pedagang besar. Pedagang besar kemudian menjualnya kepada konsumen. Untuk sampai ke tangan konsumen, produsen juga menjual tahu dan tempe ke pedagang pengecer.

Tiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan. Dengan adanya pelaksanaan fungsi pemasaran, maka akan terbentuk biaya pemasran. Besarnya biaya pemasaran menentukan tingkat harga yang diterima produsen dan lembaga pemasaran. Atas jasa lembaga-lembaga pemasaran maka tiap lembaga akan mengambil keuntungan (profit). Dari biaya pemasaran dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan pengukuran untuk efisiensi pemasaran. Berarti semakin banyak lembaga pemasaran yang berperan dalam

pemasaran tahu dan tempe, maka sistem pemasaran tahu dan tempe semakin tidak efisien.

Biaya pemasaran suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan share margin. Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Dalam arti sempit, biaya pemasaran seringkali dibatasi artinya sebagai biaya penjualan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual barang ke pasar. Biaya pemasaran yang tinggi dapat membuat sistem pemasaran kurang efisien. Dalam arti yang lebih luas, biaya pemasaran tidak hanya biaya penjualan tetapi biaya penyimpanan, pengemasan, transportasi dan pengolahan.

Produsen Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Marketing Margin Price Spread Share Margin Tingkat Efisiensi Pemasaran

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dilihat dalam skema kerangka pemikran sebagai berikut :

Keterangan :

= Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pemasaran Tahu dan Tempe

Fungsi-Fungsi Pemasaran : 1. Pembelian 2. Penjualan 3. Transportasi 4. Packing 5. Penyimpanan 6. Pembiayaan 7. Pengolahan 8. Rist Taking Biaya Pemasaran Strategi Pemasaran

Hipotesis Penelitian

1. Biaya pemasaran, Margin Pemasaran dan Share Margin berbeda di setiap saluran pemasaran.

Dokumen terkait