• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemasaran Tahu Dan Tempe Di KotaMadya Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pemasaran Tahu Dan Tempe Di KotaMadya Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMASARAN TAHU DAN TEMPE

DI KOTAMADYA MEDAN

(Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang)

SKRIPSI

Oleh :

JUNI DEWI E. SIMBOLON

040304044

SEP – AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PEMASARAN TAHU DAN TEMPE DI KOTAMADYA MEDAN

Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang)

SKRIPSI

Oleh :

JUNI DEWI E. SIMBOLON 040304044

SEP – AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Asmi Tiurland Hutajulu, MS) (Dr.Ir. Rahmanta Ginting, M.Si)

(3)

RINGKASAN

Juni Dewi Electrica Simbolon (040304044) dengan judul Analisis Pemasaran Tahu Dan Tempe Di KotaMadya Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang) Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April 2008 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Asmi Tiurland

Hutajulu, MS dan Bapak Dr.Ir Rahmanta Ginting, M.Si.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, mengolah dan menganalasis data tentang:

1. Saluran pemasaran tahu dan tempe

2. Fungsi-fungsi pemasara yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran

3. Besar biaya pemasaran, sebaran harga (Price Spread), margin pemasaran dan share margin

4. Efisiensi sistem pemasaran

5. Masalah yang dihadapi oleh produsen dalam memasarkan tahu dan tempe 6. Upaya –upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut.

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah sensus, dimana semua populasi di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel, jumlah keseluruhan sampel adalah 8 industri. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh :

1. Saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian terdapat 3 saluran.

Saluran I adalah Produsen Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen. Saluran II adalah Produsen Pedagang Besar

Konsumen. Saluran III adalah Produsen Pedagang Pengecer Konsumen.

2. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran dalam memasarkan tahu dan tempe. Fungsi pemasaran yang paling banyak dilakukan oleh produsen tahu dan tempe ada 7 yaitu: Pembelian, penjualan, packing, penyimpanan, pembiayaan, pengolahan, rist taking.

3. Biaya pemasaran, Price Spread dan Share Margin produsen lebih tinggi daripada lembaga pemasaan tahu dan tempe.

(4)

6. Upaya-upaya yang dilakukan industri pengolahan kedelai dalam mengatasi kenaikan harga kedelai adalah :

a. Pada produsen tahu melakukan upaya adalah menaikkan harag tahu, mengurangi penggunaan jumlah bahan baku kedelai, mengurangi penggunaan tenaga kerja dan menaikkan harga tahu.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Juni Dewi Electrica Simbolon dilahirkan di Medan, pada tanggal 24 Juni

1986, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari keluarga ayahanda tercinta Ir. S. M.P. Simbolon, IP.MBA dan ibunda tercinta T. Napitupulu SPd.

Jenjang Pendidikan yang Ditempuh Penulis :

1. Tahun 1991 masuk SD Budi Murni-6 Medan Jln. Pelita 4 Medan

2. Tahun 1998 masuk SLTP Budi Murni-1 1 Medan Jln. Timor

3. Tahun 2001 masuk SMUBudi Murni-3 Medan Jln. Medan Ested Medan

4. Tahun 2004 masuk Fakultas Pertanian USU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

5. Tahun 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelurahan Tiga Runggu

Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

6. Tahun 2008 melakukan penelitian skripsi di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan

Medan Selayang

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

Tulisan ini merupakan hasil penelitian tarhadap industri pengolahan kedelai yaitu industri tahu, industri tempe, dan industri kecap di kota Medan, yang merupakan salah satu syarat agar dapat meraih gelar saajana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati ingin

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: ibu

Ir. Asmi Tiurland Hutajulu, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing, dan bapak

Dr.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Seluruh

(7)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat.

(8)

DAFTAR ISI

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 19

Kerangka Pemikiran ... 24

Hipotesis Penelitian ... 27

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 28

Metode Pengambilan Sampel ... 28

Metode Pengumpulan Data ... 29

Metode Analisis Data ... 29

Defenisi dan Batasan Operasional ... 31

Defenisi ... 31

Batasan Operasional ... 32

(9)

Keadaan Penduduk ... 33

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 34

Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 35

Sarana dan Prasarana ... 36

Karakteristik Sampel Produsen Tahu dan Kedelai ... 37

Karakteristik Pedagang Sampel Tahu dan Tempe ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN Saluran Pemasaran Tahu di Kecamatan Medan Selayang ... 41

Saluran Pemasaran Tempe di Kecamatan Medan Selayang ... 43

Fungsi-Fungsi Pemasaran ... 46

Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tahu pada Pola Saluran 1, 2 dan 3 ... 48

Rekapitulasi Volume Penjualan, Harga Beli, Biaya Pemasaran, Profit Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tahu pada Pola Saluran Pemasaran 1, 2 dan 3 ... 49

Rekapitulasi Share Margin Produsen Tahu, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer dan Share Biaya Pemasaran pada Saluran Pemasaran 1, 2 dan 3 ... 50

Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tempe pada Pola Saluran 1, 2 dan 3 ... 51

Rekapitulasi Volume Penjualan, Harga Beli, Biaya Pemasaran, Profit Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tahu pada Pola Saluran Pemasaran 1, 2 dan 3 ... 52

Rekapitulasi Share Margin Produsen Tahu, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer dan Share Biaya Pemasaran pada Saluran Pemasaran 1, 2 dan 3 ... 53

Efisiensi Pemasaran Tahu dan Tempe ... 55

Masalah yang Dihadapi Oleh Pengusaha Tahu dan Tempe ... 56

Upaya-upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah ... 56

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 59

(10)

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal 1 Jumlah Usaha Pembuatan Tahu dan Tempe

di Koata Medan, 2007 ... 3 2 Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Pada Usaha Tahu

dan Tempe di Kecamatan Medan Selayang, 2007 ... 4 3 Komposisi Zat Gizi adalam 100 gram Tahu, 2007 ... 8 4 Komposisi Zat Gizi adalam 100 gram Tempe, 2007 ... 14 5. Jumlah Sampel Saluran Pemasaran Tahu dan Tempe

di Daerah Penelitian, 2008 ... 28 7. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 29 8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kelurahan Tanjung Sari, 2007 ... 34 9. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Formal di Kelurahan Tanjung Sari, 2007 ... 35 10. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis mata Pencaharian

di Kelurahan Tanjung Sari, 2007 ... 35 11. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tanjung Sari, 2007 ... 36 12. Karakteristik Pemilik Usaha Pengolahan Tahu dan Tempe

di Kecamatan Medan Selayang, 2008 ... 38 13. Karakterisrik Lembaga Pemasaran Tahu dan Tempe

Di Kecamatan Medan Selayang, 2008 ... 39 14. Fungsi-Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Oleh Produsen

Dan Lembaga Pemasaran Tahu dan Tempe, 2008 ... 46 15. Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran

(12)

16. Rekapitulasi Volume Penjualan, Harga Beli, Biaya Pemasaran, Profit, Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tahu pada

Pola Saluran 1, 2 dan 3, 2008 ... 49 17. Rekapitulasi Share Margin Produsen Tahu, Pedagang Besar,

Pedagang Pengecer dan Share Biaya Pemasaran pada Pola

Saluran 1, 2 dan 3, 2008 ... 50 18. Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran

Tempe pada Pola Saluran 1, 2 dan 3, 2008 ... 51 19. Rekapitulasi Volume Penjualan, Harga Beli, Biaya Pemasaran,

Profit, Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tempe pada

Pola Saluran 1, 2 dan 3, 2008 ... 52 20. Rekapitulasi Share Margin Produsen Tempe, Pedagang Besar,

Pedagang Pengecer dan Share Biaya Pemasaran pada Pola

Saluran 1, 2 dan 3, 2008 ... 53 21. Nilai Efisiensi Pemasaran Tahu dan tempe pada

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Pengusaha Pabrik Tahu dan Tempe Di Kecamatan Medan Selayang

2. Karakteristik Pedagang Besar Tahu dan Tempe Di Kecamatan Medan Selayang

3. Karakteristik Pedagang Pengecer Tahu dan Tempe Di Kecamatan Medan Selayang

4. Pemasaran Tahu Pada Pola Saluran I, II dan III 5. Pemasaran Tempe Pada Pola Saluran I, II dan III 6a. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Besar Tahu/bulan 6b. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Besar Tempe/bulan 7a. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer Tahu/bulan 7b. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer Tempe/bulan 8a. Efisiensi Pemasaran Tahu Pada Saluran I, II dan III

(14)

RINGKASAN

Juni Dewi Electrica Simbolon (040304044) dengan judul Analisis Pemasaran Tahu Dan Tempe Di KotaMadya Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang) Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April 2008 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Asmi Tiurland

Hutajulu, MS dan Bapak Dr.Ir Rahmanta Ginting, M.Si.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, mengolah dan menganalasis data tentang:

1. Saluran pemasaran tahu dan tempe

2. Fungsi-fungsi pemasara yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran

3. Besar biaya pemasaran, sebaran harga (Price Spread), margin pemasaran dan share margin

4. Efisiensi sistem pemasaran

5. Masalah yang dihadapi oleh produsen dalam memasarkan tahu dan tempe 6. Upaya –upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut.

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah sensus, dimana semua populasi di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel, jumlah keseluruhan sampel adalah 8 industri. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh :

1. Saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian terdapat 3 saluran.

Saluran I adalah Produsen Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen. Saluran II adalah Produsen Pedagang Besar

Konsumen. Saluran III adalah Produsen Pedagang Pengecer Konsumen.

2. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran dalam memasarkan tahu dan tempe. Fungsi pemasaran yang paling banyak dilakukan oleh produsen tahu dan tempe ada 7 yaitu: Pembelian, penjualan, packing, penyimpanan, pembiayaan, pengolahan, rist taking.

3. Biaya pemasaran, Price Spread dan Share Margin produsen lebih tinggi daripada lembaga pemasaan tahu dan tempe.

(15)

6. Upaya-upaya yang dilakukan industri pengolahan kedelai dalam mengatasi kenaikan harga kedelai adalah :

a. Pada produsen tahu melakukan upaya adalah menaikkan harag tahu, mengurangi penggunaan jumlah bahan baku kedelai, mengurangi penggunaan tenaga kerja dan menaikkan harga tahu.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai di Indonesia mulai ada pada zaman Rumphius (abad ke-17). Pada waktu itu kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Sampai saat ini di Indonesia kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air, misalnya di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawesi Utara), Sulawesi Tenggara dan Lampung serta Selatan dan Bali (AAK, 1989).

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kedelai telah dikenal sejak lama sebagai salah satu tanaman sumber protein nabati dengan kandungan 39-41% yang diolah menjadi bahan makanan, minuman serta penyedap cita rasa makanan, misalnya yang sangat terkenal adalah tempe, tahu, kecap, tauco dan tauge. Bahkan diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari kedelai yang dikemas dalam karton khusus atau botolan. Selain itu kedelai berperan penting dalam beberapa kegiatan industri dan peternakan (Santoso, 1993).

Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia ini, tidaklah dapat dihindarkan. Karena Indonesia beranjak dari negara agraris menuju negara Industri yang maju, maka peranan sektor pertanian masih tetap mewarnai kemajuan di sektor industri, karena itulah diperlukan suatu kondisi struktur ekonomi yang seimbang antara bidang industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang tangguh (Soekartawi,1999).

(17)

negara-negara maju lain, misalnya Jepang. Di Indonesia, 99% dari total unit usaha yang mandiri (sekitar 35 juta) juga berupa unit usaha kecil. Sayangnya kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) baru 14% saja. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi para pengusaha kecil untuk lebih meningkatkan usahanya (Sarwono dan Saragih, 2001).

Salah satu usaha kecil yang potensial dikembangkan adalah industri pembuatan tahu dan tempe. Kalau usaha itu dijalankan serius pasti akan menguntungkan karena konsumen tahu dan tempe sangat luas, mencakup semua strata sosial. Tahu dan tempe tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah dan menengah saja, tetapi juga kelas atas. Ini terlihat telah masuknya produk tahu dan tempe di pasar swalayan. Selain itu, tahu dan tempe termasuk lauk yang bergizi tinggi dan rendah kolesterol (Sarwono dan Saragih, 2001).

Pemasaran adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan usaha memasarkan produk, termasuk juga jalur pemasaran/ tata niaganya. Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat dengan mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha tahu dan tempe, pasar merupakan tempat melempar hasil produksinya (Soekartawi, 1993).

(18)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap pemasaran tahu dan tempe.

Adapun jumlah usaha pembuatan tahu dan tempe di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Usaha Pembuatan Tahu dan Tempe di Kota Medan

NO. KECAMATAN PENGUSAHA JUMLAH

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan Tahun 2007

Dari Tabel 1 terlihat bahwa kota Medan memiliki 29 usaha tahu dan tempe yang terdiri dari 17 unit usaha tahu, 8 unit usaha tempe dan 4 unit usaha tahu dan tempe, yang tersebar di 13 Kecamatan. Untuk menjadi sasaran penelitian adalah Kecamatan Medan Selayang karena di daerah tersebut terdapat usaha pembuatan tahu dan tempe yang paling banyak yaitu 2 usaha tahu, 5 usaha tempe dan 1 usaha tahu dan tempe.

(19)

Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Pada Usaha Tahu dan Tempe di

(20)

Dari Tabel 2, di atas dapat dilihat bahwa pada kecamatan Medan Selayang paling banyak mengusahakan tahu dan tempe. Dimana jumlah produksi ynag dihasilkan oleh pengusaha tahu dan tempe di kecamatan Medan Selayang lebih besar di bandingkan dengan kecamatan yang lain. Jumlah tenaga kerja terkecil yaitu 4 orang dan terbanyak yaitu 12 orang. Jumlah produksi terkecil untuk tahu yaitu sebesar 80.000 potong/ hari dan untuk tempe sebesar 300 bungkus/ hari. Jumlah produksi terbesar untuk tahu yaitu sebesar 194.000 potong/ hari, dan untuk tempe sebesar 2.500 bungkus/ hari.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian ?

2. Bagaimana fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran ?

3. Berapa besar biaya pemasaran, sebaran harga (Price spread), margin pemasaran dan share margin di daerah penelitian ?

4. Apakah sistem pemasaran sudah efisien di daerah penelitian ?

(21)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian. 2. Mengetahui fungsi-fungsi pemasaran di daerah penelitian.

3. Mengetahui besar biaya pemasaran, sebaran harga (price spread), margin pemasaran dan share margin di daerah penelitian.

4. Mengetahui efisiensi pemasaran di daerah penelitian.

5. Mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan oleh produsena tahu dan tempe dalam memasarkan tahu dan tempe di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pembuat Kebijakan, terutama dalam bidang industri pembuatan tahu dan tempe.

2. Sebagai bahan informasi dan bahan refrensi bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

I. TAHU

Tahu pertama kali dibuat oleh masyarakat Thionghoa di daratan Cina. Tahu sudah mulai dikenal masyarakat Thionghoa sejak 2200 tahun yang lalu, tepatnya sejak Dinasti Han memegang kekuasaan. Kata ”tahu” sendiri sesungguhnya berasal dari bahasa Cina, yakni : ”tao-hu” atau ”teu-hu”. Suku kata “tao“ atau “teu“ berarti kacang kedelai, sedangkan “hu” berarti hancur menjadi bubur. Dengan demikian secara harafiah, tahu adalah makanan yang bahan bakunya kedelai yang dihancurkan menjadi bubur (Santoso, 1993).

Karena itu, hingga kini tahu selalu identik dengan masyarakat Thionghoa. Di cina, tahu sudah merakyat dan menjadi makanan yang sangat populer. Pembuatan tahu di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang dan imigran Cina yang datang dan menetap di Indonesia. Sebelum populer di Asia Tenggara, tahu terlebih dahulu menyebar ke Jepang dan dikenal dengan nama ”tofu” (Agromedia, 2007).

Pembuatan tahu dan tempe membutuhkan bahan baku kedelai. Dalam hal ini, Indonesia merupakan penghasil kedelai yang cukup besar, bahkan terbesar di ASEAN. Meskipun begitu Indonesia masih memerlukan impor kedelai. Diperkirakan separuh lebih produksi kedelai dan kedelai impor diolah menjadi tahu dan tempe (Santoso,1993).

(23)

dengan kedelai lokal yang persediaannya hanya musiman, sehingga menyulitkan para pembuat tahu dan tempe (Agromedia, 2007).

Tahu seringkali disebut daging tidak bertulang karena kandungan gizinya, terutama mutu protein, setara dengan daging hewan. Tahu dapat dimanfaatkan menjadi aneka ragam masakan, mulai dari sekedar digoreng begitu saja sampai dengan dijadikan masakan istimewa bagi kaum elit seperti : tahu burger, lapis tahu gulung, cake pisang tahu dan sebagainya (Santoso, 1993).

Komposisi zat gizi tahu dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Tahu

NO. ZAT GIZI JUMLAH

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI Tahun 1993

(24)

Jika dikonsumsi, Formalin bisa menyebabkan iritasi pada lambung dan usus, alergi, diare, serta mual. Konsumsi makanan yang mengandung Formalin dalam jumlah banyak juga bisa memicu timbulnya beberapa jenis kanker karena Formalin bersifat karsinogenik. Karena itu, kita harus cermat dalam memilih tahu yang bebas pengawet. Tahu yang tidak berformalin jika ditekan akan hancur dan rasanya agak asam (Agromedia, 2007).

(25)

Adapun langkah-langkah pembuatan tahu adalah sebagai berikut :

1. Penyortiran

Siapkan biji kedelai yang tua. Biji-biji tersebut perlu disortir agar nantinya memperoleh produk tahu kualitas baik. Caranya, biji-biji kedelai diletakkan pada tampah kemudian ditampi.

2. Pencucian

Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berisi air, lebih baik lagi pada air yang mengalir. Dengan pencucian ini, kotoran-kotoran yang melekat maupun tercampur di antara biji dapat hilang.

3. Perendaman

Setelah dicuci bersih, kedelai direndam dalam bak air selama sekitar 6-12 jam. Dengan perndaman ini, kedelai akan menyerap air sehingga lebih lunak dan kulitnya mudah dikupas.

4. Pengupasan Kulit

Pengupasan kulit ini dilakukan dengan cara : kedelai diremas-remas dalam air, kemudian dikuliti dan terjadilah keping-keping kedelai.

5. Penggilingan

(26)

6. Pendidihan

Bubur kedelai dimasukan ke dalam wajan lalu dipanaskan di atas tungku. Namun mengingat bubur kedelai itu masih kental, harus ditambah dengan air panas (satu bagian bubur kedelai ditambah dengan satu bagian air panas). Besarnya api selama pendidihan harus dijaga tetap stabil. Selama pendidihan ini akan mengeluarkan busa, maka agar busa tidak tumpah, bubur diaduk-aduk. Lama pendidihan ini berlangsung sekitar 15-30 menit.

7. Penyaringan

Bubur kedelai diletakkan di atas kain screen atau kain saringan tahu, yang berada di dalam panci. Kemudian disaring dan diperas sehingga menghasilkan sari kedelai. Penyaringan ini dapat dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh sari kedelai secara optimal. Sari kedelai inilah yang nantinya akan menjadi tahu.

8. Penggumpalan

Sari kedelai yang masih hangat dan berwarna kekuning-kuningan itu ditambah dengan choko atau asam cuka dan batu tahu lalu diaduk-aduk. Ukuran 1 kg kedelai dicampur dengan 60 gram batu tahu. Dengan penambahan batu tahu tersebut akan terjadi penggumpalan atau timbul jonjot-jonjot putih.

9. Pencetakan

(27)

Kedelai

Penyortiran

Pencucian

Perendaman

Pengupasan Kulit

Penggilingan

Pendidihan

Penyaringan

Penggumpalan

Pencetakan

Perebusan

TAHU

Secara Skematis proses pembuatan tahu dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

= Bahan baku

= Proses

= Hasil olahan sementara/ bahan pembantu

= Produk

(Santoso, 1993)

Bubur Kedelai

(28)

II. TEMPE

Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang yang berupa padatan dan berbau khas serta berwarna putih keabu-abuan. Seiring perkembangan pengetahuan dan kemajuan teknologi, maka kini tempe tidak hanya dibuat dari kedelai, tetapi juga dari bahan-bahan lain seperti : kecipir maka dikenal tempe kecipir, kemudian lamtoro (tempe lamtoro), kara bengkuk (tempe kara benguk), ampas kacang tanah (tempe bungkil), ampas tahu (tempe gembus), turi (tempe turi) dan sebagainya (Santoso, 1993).

Sudah sejak lama tempe dan tahu merupakan salah satu makanan favorit rakyat Indonesia. Karena harganya yang relatif murah, kedua makanan berbahan dasar kedelai ini akhirnya menjadi salah satu alternatif makanan untuk memenuhi protein selain daging, ikan, dan telur. Harganya yang murah menjadikan tahu dan tempe melekat dengan julukan makanan rakyat.

(29)

Tempe semakin digemari orang bukan hanya rasanya yang gurih dan lezat, juga karena memang sarat gizi. Kadar protein dalam tempe 18,3 gram per 100 gram tempe merupakan alternatif sumber protein nabati, yang kini semakin populer dalam gaya hidup manusia modern (Santoso, 1993).

Proses peragian merupakan kunci keberhasilan dalam pembuatan tempe. Fermentasi ini mengubah biji kedelai menjadi tempe dengan perantaraan jamur jenis Rhizopus oligosprorus yang diperoleh dari laru. Proses peragian dilakukan setelah kedelai dingin dan air rebusan telah tuntas turun ke bawah, Jika kedelai masih dalam kondisi cukup panas dan peragian dipaksakan, niscaya tempe yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan ada kemungkinan peragian gagal total (Haryoto, 1995).

Komposisi zat gizi tempe dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Tempe

NO. ZAT GIZI JUMLAH

(30)

Dari kandungan gizi tersebut membuktikan bahwa tempe merupakan makanan yang sarat gizi. Di daerah pertanian di pelosok Jawa, ketika terjadi paceklik, masyarakat biasanya memakan nasi jagung dan tiwul yang lauknya tempe agar kebutuhan gizinya tercukupi. Kandungan gizi yang lengkap pada tempe ini juga sangat mudah dicerna oleh sistem pencernaan anak-anak dan balita, kandungan asam amino esensial yang terdapat pada tempe sangat penting bagi pertumbuhan balita terutama dalam merangsang kerja dan pertumbuhan otaknya.

Adapun langkah-langkah pembuatan tempe adalah sebagai berikut :

1. Penyortiran

Siapkan biji kedelai yang tua. Biji-biji tersebut perlu disortir agar nantinya memperoleh produk tahu kualitas baik. Caranya, biji-biji kedelai diletakkan pada tampah kemudian ditampi.

2. Pencucian I

Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berisi air, lebih baik lagi pada air yang mengalir. Dengan pencucian ini, kotoran-kotoran yang melekat maupun tercampur di antara biji dapat hilang.

3. Perebusan I

Perebusan pertama ini hanya berlangsung sekitar 30 menit. Kemudian biji kedelai dimasukkan ke dalam panci, lalu direbus di atas tungku sampai biji kedelai tersebut mendekati setengah matang.

4. Perendaman

(31)

melunakkan kedelai untuk mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk selama fermentasi.

5. Pengupasan Kulit

Keesokan harinya dilakukan pengupasan kulit ari, dengan cara kedelai diremas-remas dalam air kemudian dikuliti dan jadilah keping-keping kedelai.

6. Pencucuian II

Sekali lagi keping kedelai dicuci, caranya mirip seperti mencuci beras yang hendak ditanak.

7. Perebusan II

Perebusan tahap kedua ini dilakukan seperti menanak nasi, sampai keping kedelai menjadi matang. Tujuannya adalah untuk membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh selama perendaman.

8. Penirisan dan Pendinginan

Kedelai diambil dari dandang, lalu diletakkan di atas tampah dan diratakan tipis-tipis. Biarkanlah dingin sampai permukaan keping kedelai kering dan airnya menetes habis.

9. Peragian

Laru atau ragi diusap-usapkan atau dicampur dan diaduk bersama kedelai hingga merata benar. Setelah itu, diangin-anginkan sebentar.

10.Pembungkusan

(32)

11.Pemeraman

Bila pembungkusnya daun pisang, maka pemeraman dilakukan di dalam tenggok yang ditutup dengan karung goni. Namun, bila pembungkusnya plastik,

(33)

Penyortiran

Pencucian I

Perebusan I

Perendaman

Pengupasan Kulit Kedelai

Pencucian II

Perebusan II

Penirisan & Pendinginan

Peragian

Pembungkusan

Pemeraman

TEMPE

Secara Skematis proses pembuatan tempe dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

= Bahan baku

= Proses

= Produk

(34)

Landasan Teori

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Defenisi ini didasarkan pada konsep inti berikut yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan (Kotler, 1993).

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan harga yang layak bagi petani maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan oleh karena daerah produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang, atau hanya ada satu pembeli. Kondisi ini merugikan pihak produsen. Hal ini berarti efisiensi di bidang pemasaran masih rendah.

Sistem pemasaran dikatakan efisien bila :

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya serendah-rendahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang (Daniel, 2002).

Fungsi pemasaran merupakan suatu aktivitas yang penting yang dispesialisasi dan dilaksanakan dalam bidang pemasaran. Fungsi tersebut adalah : 1. Fungsi Pertukaran, yaitu pembelian (buying) dan penjualan (selling).

(35)

3. Fungsi Pemberian Jasa-Jasa, yaitu permodalan (financing), resiko, standarisasi dan informasi pasar (market information).

Saluran pemasaran selalu diperlukan karena produsen tidak mampu menjual sendiri produk yang dihasilkan. Produsen memerlukan patner yang lokasinya berbeda dan kapasitasnya yang juga berbeda (Soekartawi, 1993).

Semakin panjang saluran pemasaran maka sistem pemasaran semakin tidak efisien. Masing-masing perantara akan mengambil keuntungan atas jasa yang mereka korbankan atau disebut profit margin, kemudian pada akhirnya akan membuat harga di tingkat konsumen tinggi. Selain itu juga akan memperlambat arus barang ke konsumen. Ketidakefisienan ini juga akan memperlambat arus barang ke konsumen. Ketidakefisienan ini juga akan berdampak buruk kepada petani karena berpengaruh terhadap pendapatan petani dimana harga yang diterima petani akan berbeda jauh dengan harga yang diberikan oleh konsumen semakin rendah dan permintaan semakin menurun, harga dari petani juga menurun sehingga pendapatan petani menurun (Mubyarto, 1994).

Lembaga pemasaran adalah orang atau badan atau perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran hasil pertanian. Lembaga pemasaran bisa merupakan salah satu alternatif untuk memperkecil margin pemasran dan memperkecil harga yang harus dibayarkan konsumen atau memperbesar harga yang diterima produsen. Masing-masing lembaga pemasaran mengeluarkan biaya pemasaran dan akan memperoleh keuntungan yang disebut bagian dari margin pemasaran (Daniel, 2002).

(36)

yang makin tinggi tingkat pendapatan dan kemakmurannya menginginkan hasil-hasil pertanian yang makin banyak macam ragamnya dan ini berarti proses pengolahan yang makin kompleks dan jasa-jasa sistem pemasaran yang makin banyak. Karena itu, nilai hasil pertanian yang sampai pada konsumen sudah memperoleh nilai tambahan yang relatif besar dan persentase yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil (Mubyarto, 1994).

Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lainnya tergantung pada hal berikut :

1. Macam komoditas yang dipasarkan

Ada komoditi yang bobotnya besar tapi nilainya kecil sehingga biaya pemasarannya besar. Sebaliknya untuk komoditi bobotnya ringan dan kecil tetapi nilainya tinggi maka biaya pemasarannya lebih rendah.

2. Lokasi/ daerah produsen

Jika lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya transportasi menjadi besar. Jika lokasi yang terpencil menjadi salah satu penyebab rendahnya harga di tingkat produsen.

3. Macam dan peranan lembaga pemasaran

Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat semakin panjang rantai pemasaran dan semakin besar biaya pemasarannya.

(37)

Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasarn. Makin panjang pemasaran maka semakin besar margin pemasaran. Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai pemasaran hasil pertanian maka :

1. Biaya pemasaran semakin rendah. 2. Margin pemasaran semakin rendah.

3. Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah. 4. Harga yang diterima produsen semakin tinggi.

(Daniel, 2002).

Share margin (Sm) adalah persentase price spread terhadap harga beli

konsumen.

Sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat :

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran produk tersebut.

(Mubyarto,1991).

(38)

%

Strategi merupakan usaha untuk menumbuh kembangkan kekuatan perusahaan dengan mengeksploitasi peluang bisnis guna untuk mencapai tujuan perusahaan.

Analisis internal dapat mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan dan analisis eksternal mengungkapkan ancaman dan peluang. Profil dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dituangkan dalam suatu matriks SWOT yang dapat digunakan sebagai strategi dalam pengembangan suatu usaha.

Tabel 5. Matriks SWOT

Internal

Ekternal

O (Opportunities) = Peluang S (Strenghts) = Kekuatan T (Threarts) = Ancaman W (Weaknesses) = Kelemahan (Silalahi, 2002).

(39)

pemahaman tentang peluang serta hambatan dan kendala dalam hubungannya dengan pilihan atau proses produksi nyata menguntungkan organisasi

(Cahyono, 1999).

Kerangka Pemikiran

Produsen memerlukan bahan baku kedelai yang akan dioleh menjadi tahu dan tempe yang diperoleh dari dari petani kedelai atau kedelai impor. Kebutuhan kedelai di dalam negeri sangat besar, bahkan untuk memenuhi permintaan ini dari tahun ke tahun impor kedelai cenderung meningkat. Selain impor meningkat karena meningkatnya permintaan di dalam negeri, ternyata produksi kedelai Indonesia juga masih relatif sangat rendah.

Hasil produksi disalurkan kepada konsumen melalui lembaga perantara. Beberapa produsen tahu dan tempe menjual produknya kepada pedagang besar. Pedagang besar kemudian menjualnya kepada konsumen. Untuk sampai ke tangan konsumen, produsen juga menjual tahu dan tempe ke pedagang pengecer.

(40)

pemasaran tahu dan tempe, maka sistem pemasaran tahu dan tempe semakin tidak efisien.

Biaya pemasaran suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan share margin. Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

(41)

Produsen

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dilihat dalam skema kerangka pemikran sebagai berikut :

Keterangan :

= Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pemasaran

(42)

Hipotesis Penelitian

1. Biaya pemasaran, Margin Pemasaran dan Share Margin berbeda di setiap saluran pemasaran.

(43)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara, dengan alasan bahwa di Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang banyak mengusahakan pengolahan tahu dan tempe.

Metode Pengambilan Sampel

Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah pengusaha pengolahan tahu dan tempe, dimana terdapat 3 unit produsen tahu dan 5 unit produsen tempe, sehingga jumlah seluruhnya 8 unit. Metode penentuan sampel adalah metode sensus karena semua populasi dijadikan sampel.

Pedagang sampel ditetapkan dengan metode snowball sampling, yaitu survey penelusuran dengan mengikuti arus pemasaran dan langsung kepada pelaku pasar. Berdasarkan penelusuran ditetapkan untuk tahu ada 3 pedagang besar dan 3 pedagang pengecer. Sementara untuk tempe ada 4 pedagang besar dan 6 pedagang pengecer. Jumlah seluruh sampel pengusaha, pedagang besar, dan pedagang pengecer untuk tahu dan tempe dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Sampel Saluran Pemasaran Tahu dan Tempe Di Daerah Penelitian, tahun 2008.

Uraian Tahu Tempe

1. Produsen 3 6

2. Pedagang Besar 3 4

3. Pedagang Pengecer 3 6

JUMLAH 9 16

(44)

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara ke responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (Kuesioner) yang dibuat terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari instansi/ lembaga terkait seperti Kantor dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan. Jenis dan sumber data yang akan dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Spesifikasi Pengumpulan Data

No. Jenis Data Sumber Metode Alat yang

digunakan 1 Identitas Pengusaha Responden Wawancara Kuesioner 2 Komponen Biaya Responden Wawancara Kuesioner 3 Jumlah Tenaga Kerja Responden Wawancara Kuesioner 4 Volume Produk Responden Wawancara Kuesioner 5 Volume Produk yang terjual Responden Wawancara Kuesioner 6 Penerimaan Responden Wawancara Kuesioner 7 Pendapatan Responden Wawancara Kuesioner

Metode Analisis Data

Masalah 1, mengamati dan menelusuri saluran pemasaran tahu dan tempe mulai dari pengusaha sampai kepada konsumen.

Masalah 2, dianalisis secara deskriptif, yang menjelaskan fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran tahu dan tempe.

Masalah 3 atau hipotesis 1, dianalisis dengan metode perhitungan yaitu : Mji = Ps1 – Pb1 ... (1)

Mji = bti + 1 ... (1a) l = mji – bt1 ... (1b)

(45)

Dimana : mji = margin pada lembaga pemasaran ke-I

Ps1 = biaya penjualan pada lembaga pemasaran ke-I Pb1 = harga pembelian lembaga pemasaran ke-I Bt1 = biaya pemasaran lembaga ke-I

l = keuntungan lembaga pemasaran ke-I Mji = margin pemasaran

Untuk menghitung bagian yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran (share margin) digunakan rumus :

%

Pp = Harga yang diterima produsen dan pedagang (Rp) Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen (Rp)

(Soekartawi, 2002).

Masalah 4 atau hipotesis 2, dianalisis dengan metode perhitungan yaitu : %

Dimana Ep = Efisiensi Pemasaran (Soekartawi, 2002).

Bila nilai Ep<50% maka pemasaran akan semakin efisien. Dan sebaliknya nilai Ep >50% maka pemasarannya tidak efisien.

(46)

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

Defenisi

1. Produsen adalah pengusaha sampel yang mengolah kedelai menjadi tahu dan tempe.

2. Konsumen adalah pembeli tahu dan tempe yang merupakan konsumen akhir yang langsung membeli tahu dan tempe dari produsen, pedagang besar ataupun pedagang eceran.

3. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli tahu dan tempe dari produsen untuk dijual dalam jumlah kecil (eceran) kepada konsumen.

4. Pemasaran adalah proses aliran barang dari produsen ke konsumen akhir yang disertai penambahan guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyampaian.

5. Saluran pemasaran adalah seluruh channel atau bagian dari pemasaran yang terdiri dari lembaga-lembaga pemasaran yang berperan dalam penyampaian barang atau jasa dari produsen hingga sampai ke konsumen akhir.

6. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan tahu dan tempe dari produsen ke konsumen akhir.

7. Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.

(47)

9. Share margin adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen. 10.Efisiensi pemasaran adalah nisbah antara biaya yang dikeluarkan untuk

memasarkan tiap unit produk dibagi dengan nilai produk yang dipasarkan.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan. 2. Penelitian dilakukan pada tahun 2008.

3. Sampel penelitian adalah produsen yang mengusahakan tahu dan tempe. 4. Banyaknya produsen yang akan diteliti adalah sebanyak 8 unit.

(48)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

Luas dan Kondisi Geografis Kelurahan Tanjung Sari

Kelurahan Tanjung Sari termasuk dalam Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 5,20 Km2. Kelurahan Tanjung Sari berada pada ketinggian 16 meter di atas permukaan laut. Jumlah penduduk di Kelurahan Tanjung Sari sebesar 36.853 jiwa.

Jarak orbitasi Kelurahan Tanjung Sari sebesar 6 Km dari pusat kota Medan. Adapun batas-batas Kelurahan Tanjung Sari sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan PB. Selayang II 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Sempakata 3. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan PB. Selayang I 4. Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Beringin.

KEADAAN PENDUDUK

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

(49)

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2007.

No. Kelompok Umur Jumlah Penduduk Persentase

(Tahun) (Jiwa) (%)

Sumber: Data Monografi Kelurahan Tanjung Sari 2007

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa usia 0-14 tahun yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja berjumlah 9.468 jiwa (26,67%). Jumlah usia di atas 15-54 tahun yaitu sebesar 27.385 jiwa (73,33%) dan penduduk di atas 15 tahun yaitu sebesar 27.385 jiwa (73,33%) artinya penduduk usia produktif cukup tersedia di daerah penelitian.

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(50)

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kelurahan Tanjung Sari, 2007.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Sumber: Data Monografi Kelurahan Tanjung Sari, Tahun 2007

Tabel 9 menunjukkan bahwa penduduk Kelurahan Tanjung Sari yang berpendidikan tamat SLTA ke atas yaitu sebanyak 22.310 orang (60,53%), berpendidikan SLTP sebanyak 3.455 orang (9,37%), tamat SD 4.530 orang (12,29%) dan belum sekolah dan tidak tamat SD 6.558 orang (17,79%). Penduduk di daerah penelitian nampaknya sudah maju dilihat dari tingkat pendidikannya sebagian besar tamat SLTA. Maka diasumsikan akan lebih cepat menerima inovasi baru yang berkaitan dengan usahanya.

Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di Kelurahan Tanjung Sari terdiri dari Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, TNI/POLRI, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kelurahan Tanjung Sari, 2007.

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1

Sumber: Data Monografi Kelurahan Tanjung Sari, Tahun 2007

(51)

Pegawai Negeri Sipil sebanyak 463 orang (14,34%), Pegawai Swasta 894 orang (127,69%), TNI/POLRI 56 orang (1,73%), Pedagang 366 orang (11,33%), Tenaga Kesehatan 68 orang (2,10%), dan mata pencaharian lainnya yaitu gabungan dari berbagai macam pekerjaan yang tidak dapat disebutkan satu per satu sebesar 1.381 orang (42,78%).

Sarana dan Prasarana Kelurahan Tanjung Sari

Sarana dan prasarana di Kelurahan Tanjung Sari dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tanjung Sari, Tahun 2007

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sekolah : 2 Fasilitas Kesehatan :

a. Puskesmas Pembantu 3 Tempat Peribadatan :

a. Mesjid

(52)

Dari Tabel 11 dapat dikemukakan bahwa sarana dan prasarama di daerah penelitian sudah dapat dianggap memadai karena telah memenuhi kebutuhan masyarakat dalam semua aspek.

Karakteristik Pemilik Usaha Pengolahan Tahu

Karakteristik seseorang sangat mempengaruhi tindakan, pola pikir, serta wawasan yang dimilikinya. Karakteristik pemilik usaha pengolahan tahu di daerah penelitian meliputi karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial ekonomi dalam penelitian ini terdiri atas : umur, lama pendidikan, pengalaman berusaha, dan jumlah produksi. Pada Tabel 12 menjelaskan tentang karakteristik sosial ekonomi pemilik usaha pengolahan tahu di daerah penelitian.

Tabel 12. Karakteristik Pemilik Usaha Pengolahan Tahu dan Tempe Di Kecamatan Medan Selayang, Tahun 2008.

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa rataan umur rata-rata pengusaha tahu 40,67 tahun dan pengusaha tempe 44,67 tahun. Artinya para pengusaha tersebut masih dalam usia produktif sehingga diasumsikan para pengusaha tersebut akan terus mencari terobosan-terobosan dalam mengembangkan usahanya.

(53)

Kapasitas produksi rata-rata per hari untuk tahu adalah 273 kotak dan tempe mencapai 2.027 bungkus/batang.

Karakteristik Pedagang Sampel

Pedagang Besar

Pedagang besar adalah pedagang yang membeli tahu dan tempe dari produsen, kemudian menjualnya kepada pedagang pengecer dan konsumen.

Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli tahu dan tempe dari pengusaha tahu dan tempe dan menjual kepada konsumen. Tempat penjualan adalah pasar tradisional maupun warung. Karakteristik pedagang besar dan pedagang pengecer yang menjadi sampel dalam penelitian ini meliputi umur, lama pendidikan, pengalaman berdagang, dan volume penjualan.

Selanjutnya gambaran karakteristik pedagang sampel dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik Lembaga Pemasaran Tahu dan Tempe Di Daerah Penelitian, Tahun 2008.

d. Volume Pembelian/Penjualan 16.519 5.509-5.500 185.219 33.414-56.305

(54)

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa umur rata-rata pedagang besar dan pedagang pengecer tahu adalah 41 Tahun demikian tingkat pendidikan, pengalaman berdagang hampir sama. Sementara volume pembelian dan penjualan tahu per bulan untuk pedagang besar 16.519 kotak dan pedagang pengecer 8.901 kotak.

Sampel Pedagang Besar juga membeli tahu dari pengusaha lain yang berada di luar lokasi penelitian sementara data yang diambil hanya volume pembelian tahu dari produsen tahu yang ada di lokasi penelitian saja.

Demikan juga karakteristik (umur, pendidikan dan pengalaman berdagang) pedagang besar dan pedagang pengecer tempe tidak begitu bervariasi namun volume pembelian dan penjualan tempe sangat bervariasi.

(55)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Saluran Pemasaran Tahu di Kecamatan Medan Selayang

Saluran pemasaran tahu di daerah penelitian terdiri dari beberapa lembaga pemasaran yaitu pedagang besar dan pedagang pengecer. Lembaga pemasaran ini berperan untuk mendistribusikan tahu hingga sampai ke konsumen akhir. Saluran pemasaran ini di peroleh dari informasi produsen sampel kepada siapa mereka menjualnya.

Saluran pemasaran tahu di Kecamatan Medan Selayang ada 3 saluran, yaitu :

1. Saluran I yaitu : Produsen Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen

2. Saluaran II yaitu : Produsen Pedagang Besar Konsumen 3. Saluran III yaitu : Produsen Pedagang Pengecer Konsumen

(56)

Pedagang Besar

Gambar 2. Skema Saluran Pemasaran Tahu Secara Keseluruhan di Daerah Penelitian

Terdapat 4 jenis saluran pemasaran tahu di daerah penelitian yaitu: 1. Saluran 1 adalah Produsen Pedagang Besar Pedagang

Gambar 3. Skema Saluran I Pemasaran Tahu

(57)

Saluran pertama ini, produsen menjual tahu kepada pedagang besar. Volume penjualan tahu dari produsen ke pedagang besar rata-rata 8.901 kotak/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 16.333/kotak, dari pedagang besar ini selanjutnya ada dibeli oleh pedagang pengecer. Volume pembelian pedagang pengecer dari produsen dan pedagang besar rata-rata 13.977 kotak/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 18.500/kotak, dan selanjutnya pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga jual rata-rata Rp 26.000/kotak.

2. Saluran II adalah Produsen Pedagang Besar Konsumen

8.901 Kotak

2.542 Kotak

Gambar 4. Skema Saluran II Pemasaran Tahu

Saluran kedua pedagang besar membeli tahu langsung ke produsen. Volume penjualan produsen ke pedagang besar rata-rata 8.901 kotak/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 16.333/kotak. Pedagang besar membelinya ke produsen yang ada di Kecamatan Medan Selayang. Pedagang besar kemudian menjualnya ke konsumen dengan harga rata-rata Rp 18.500/kotak.

Produsen

Pedagang Besar

(58)

3. Saluran III adalah Produsen Pedagang Pengecer Konsumen.

Saluran ketiga ini, produsen menjual tahu ke pedagang pengecer. Volume penjualan rata-rata petani ke pedagang pengecer adalah 13.977 kotak/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 18.500/kotak. Selanjutnya pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga jual rata-rata Rp 26.000/kotak.

B. Saluran Pemasaran Tempe di Kecamatan Medan Selayang

Saluran pemasaran tempe di daerah penelitian terdiri dari beberapa lembaga pemasaran yaitu pedagang besar dan pedagang pengecer. Lembaga pemasaran ini berperan untuk mendistribusikan tempe hingga sampai ke konsumen akhir. Saluran pemasaran ini di peroleh dari informasi produsen sampel kepada siapa mereka menjualnya.

Saluran pemasaran tempe di Kecamatan Medan Selayang, yaitu :

(59)

Pedagang Besar

Gambar 6. Skema Saluran Pemasaran Tempe Secara Keseluruhan

di Daerah Penelitian

Terdapat 4 jenis saluran pemasaran tempe di daerah penelitian yaitu: 1. Saluran 1 adalah Produsen Pedagang Besar Pedagang

Gambar 7. Skema Saluran I Pemasaran Tempe

(60)

Saluran pertama ini, produsen menjual tempe kepada pedagang besar. Volume penjualan tahu dari produsen ke pedagang besar rata-rata 284.952 bungkus/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 2.444/bungkus, dari pedagang besar ini selanjutnya ada dibeli oleh pedagang pengecer. Volume pembelian pedagang pengecer dari produsen dan pedagang besar rata-rata 99.733 kotak/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 3.265/bungkus, dan selanjutnya pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga jual rata-rata Rp 3.713/bungkus.

2. Saluran II adalah Produsen Pedagang Besar Konsumen

148.175 Bungkus

37.044 Bungkus

Gambar 8. Skema Saluran II Pemasaran Tempe

Saluran kedua pedagang besar membeli tahu langsung ke produsen. Volume penjualan produsen ke pedagang besar rata-rata 148.175 bungkus/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 2.444/bungkus. Pedagang besar membelinya ke produsen yang ada di Kecamatan Medan Selayang. Pedagang besar kemudian menjualnya ke konsumen dengan harga rata-rata Rp 3.713/ bungkus.

Produsen

Pedagang Besar

(61)

3. Saluran III adalah Produsen Pedagang Pengecer Konsumen.

Saluran ketiga ini, produsen menjual tahu ke pedagang pengecer. Volume penjualan rata-rata petani ke pedagang pengecer adalah 99.733 bungkus/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 3.265/bungkus. Selanjutnya pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga jual rata-rata Rp 3.713 bungkus/bulan.

Berdasarkan keterangan tersebut maka ada 4 jenis saluran pemasaran tahu dan tempe sehingga identifikasi masalah 1 terjawab.

Fungsi-Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran penting diketahui dalam upaya memasarkan tahu dan tempe, supaya tahu dan tempe tersebut dapat diterima konsumen dalam keadaan segar. Fungsi pemasaran ini dipengaruhi oleh adanya biaya-biaya pemasaran, setiap lembaga pemasaran akan melakukan beberapa fungsi pemasaran.

Fungsi pemasaran yang ada di daerah penelitian yaitu: fungsi pembelian, fungsi penjualan, fungsi transportasi, fungsi packing, fungsi penyimpanan, fungsi pembiayaan, fungsi pengolahan, fungsi penanggung resiko (rist taking), dan fungsi informasi pasar.

Produsen

Pedagang Pengecer

(62)

Banyaknya pedagang perantara yang berperan pada satu saluran pemasaran, maka dapat mempengaruhi besarnya biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh pedagang tersebut.

Tabel 14. Fungsi-Fungsi Pemasaran yang dilakukan Oleh Produsen dan Lembaga Pemasaran Tahu dan Tempe di Daerah Penelitian, 2008.

No Fungsi Pemasaran Produsen P. Besar P. Pengecer

1. Pembelian √ √ √

Keterangan: √ : Melakukan Fungsi Pemasaran - : Tidak Melakukan Fungsi Pemasaran

Tabel 14 menunjukkan bahwa setiap lembaga pemasaran paling sedikit melakukan 5 fungsi pemasaran dan paling banyak 7 fungsi pemasaran. Produsen melakukan 7 fungsi pemasaran yaitu: Pembelian, penjualan, packing, penyimpanan, pembiayaan, pengolahan, rist taking. Fungsi pemasaran packing yang dilakukan produsen yaitu membuat tempat tahu dan tempe, agar kualitasnya tidak rusak.

(63)

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer yaitu: Pembelian, penjualan, transportasi, packing, rist taking dan informasi pasar. Berdasarkan penjelasan tersebut maka identifikasi masalah 2 terjawab.

A. Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tahu

Adapun analisis margin, price spread dan share margin yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemasaran Tahu pada saluran I, II dan III adalah sebagai berikut :

Tabel 15.Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tahu pada Pola Saluran I, II dan III, Tahun 2008.

(64)

Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang adalah 430,91/kotak. Sedangkan jumlah profit keseluruhan pedagang perantara pada saluran I, II dan III adalah 26.403,09/kotak.

Dari Tabel 15 dapat dibuat rekapitulasi volume penjualan, harga beli, biaya pemasaran, profit margin, harga jual dan margin pemasaran.

Tabel 16.Rekapitulasi Volume Penjualan, harga Beli, Biaya Pemasaran, Profit Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tahu pada Saluran Pemasaran I, II dan III, Tahun 2008.

URAIAN

PRODUSEN PEDAGANG PEDAGANG PRODUSEN PEDAGANG PRODUSEN PEDAGANG

BESAR PENGECER BESAR PENGECER

Sumber : Data Primer Diolah

(65)

Biaya pemasaran pada saluran I sebesar 312,5 sedangkan pada saluran II sebesar 41,94 dan saluran III sebesar 76,47. Maka biaya pemasaran pada saluran I lebih besar daripada saluran II dan III.

Dari Tabel 16 dapat dibuat rekapitulasi share margin pemasaran tahu pada pola saluran I, II dan III.

Tabel 17.Rekapitulasi Share Margin Produsen Tahu, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer dan Share Biaya Pemasaran pada Saluran Pemasaran I, II dan III, Tahun 2008.

URAIAN

PERSENTASE

(%)

SALURAN I SALURAN II SALURAN III

Share Margin Produsen 62.81 62.81 71.15

Share Margin Pedagang 35.97 37.01 28.55

Share Margin Biaya Pemasaran 1.17 0.16 0.29

Sumber : Data Primer Diolah

(66)

B. Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tempe

Adapun analisis margin, price spread dan share margin yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemasaran Tempe pada saluran I, II dan III adalah sebagai berikut :

Tabel 18.Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tempe pada Pola Saluran I, II dan III, Tahun 2008.

Sumber : Data Primer Diolah

(67)

Dari Tabel 18 dapat dibuat rekapitulasi volume penjualan, harga beli, biaya pemasaran, profit margin, harga jual dan margin pemasaran.

Tabel 19.Rekapitulasi Volume Penjualan, harga Beli, Biaya Pemasaran, Profit Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tempe pada Saluran Pemasaran I, II dan III, Tahun 2008.

URAIAN

PRODUSEN PEDAGANG PEDAGANG PRODUSEN PEDAGANG PRODUSEN PEDAGANG

BESAR PENGECER BESAR PENGECER

Sumber : Data Primer Diolah

Dari Tabel 19 dapat dilihat volume penjualan, harga beli, biaya pemasaran, profit margin, harga jual dan margin pemasaran dari masing-masing saluran. Pada saluran I produsen memproduksi tempe sebesar 284.952 bungkus/bulan kemudian produsen menjual tempe kepada pedagang besar sebesar 99.733 bungkus/bulan dan kepada pedagang pengecer sebesar 156.724 bungkus/bulan. Pada saluran II produsen menjual tempe kepada pedagang besar sebesar 185.219 bungkus/bulan. Pada saluran III produsen menjual tempe kepada pedagang pengecer sebesar 99.733 bungkus/bulan. Harga beli pedagang besar kepada produsen sebesar Rp 2.444 /bungkus, kemudian pedagang pengecer membeli tempe dari pedagang besar sebesar Rp. 3.265 /bungkus, lalu pedagang pengecer menjualnya kepada konsumen dengan harga rata-rata Rp. 3.713 /bungkus.

(68)

Dari Tabel 17 dapat dibuat rekapitulasi share margin pemasaran tahu pad pola saluran I, II dan III.

Tabel 20.Rekapitulasi Share Margin Produsen Tempe, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer dan Share Biaya Pemasaran pada Saluran Pemasaran I, II dan III, Tahun 2008.

URAIAN

PERSENTASE

(%)

SALURAN I SALURAN II SALURAN III

Share Margin Produsen 65.82 65.82 87.94

Share Margin Pedagang 34.22 34.15 12.05

Share Margin Biaya Pemasaran 1.18 0.33 0.84

Sumber : Data Primer Diolah

Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa share margin produsen pada saluran I sebesar 65,82%, saluran II sebesar 65,82%, dan saluran III sebesar 87,94% sedangkan share margin pedagang saluran I sebesar 34,22%, saluran II sebesar 34,15% dan saluran III sebesar 12,05%. Share margin biaya pemasaran saluran I sebesar 1,18%, saluran II sebesar 0,33% dan saluran III sebesar 0,84%.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka identifikasi masalah 3 telah terjawab.

Efisiensi Pemasaran Tahu dan Tempe

(69)

mereka peroleh dianggap sebagai balas jasa atas upaya yang dilakukan dalam pemasaran.

Banyaknya pedagang perantara yang terlibat pada saluran pemasaran maka akan bertambahnya profit margin dan jasa sehingga harga yang ditawarkan ke konsumen lebih besar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisien tidaknya suatu saluran pemasaran yaitu:

1. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen. 2. Distribusi keuntungan yang diperoleh masing-masing pelaku pasar. 3. Besarnya biaya pemasaran.

4. Tersedianya fasilitas fisik yang memadai yang dapat menjamin kelancaran arus barang.

5. Adanya kompetisi pasar yang sehat.

Efisiensinya suatu saluran pemasaran pada penelitian ini dapat diketahui dengan membandingkan keuntungan dengan biaya dalam suatu saluran pemasaran. Perbandingan yang menunjukkan angka yang relatif sama maka saluran pemasaran dianggap efisien.

Untuk menghitung efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran tahu maka digunakan rumus sebagai berikut :

%

(70)

EFISIENSI PEMASARAN TAHU DAN TEMPE

Nilai efisiensi dari masing-masing lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I, II dan III tahu dan tempe tidak sama seperti tertera pada Tabel 21.

Tabel 21.Nilai Efisiensi Pemasaran Tahu dan Tempe pada Pola Saluran I, II dan III, tahun 2008.

SALURAN I TAHU TEMPE KETERANGAN

I 1,20% 1,12% Efisien

II 0,16% 0,35% Efisien

III 0,29% 0,84% Efisien

Sumber : Data Primer Diolah

Dari Tabel 21 dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian termasuk efisien, karena menurut Soekartawi bahwa semakin rendah persentase efisiensinya maka semakin tinggi tingkat efisiensi dari saluran pemasaran tersebut. Kriteria yang dikatakan efisien yaitu apabila efisiensi pemasarannya di bawah 50%. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi persentase efisiensinya, maka semkain rendah tingkat efisiensi dari saluran pemasaran tersebut.

Strategi yang Dilakukan Dalam Pengembangan Pemasaran Tahu dan Tempe

Strategi dalam pengembangan pemasaran tahu dan tempe dapat disusun dalam suatu strategi SWOT, dengan menentukan terlebih dahulu faktor-faktor internal dan eksternal dalam pemasaran tahu dan tempe.

Menentukan Faktor-Faktor Strategi Internal

(71)

a. Kekuatan (Strenghts)

1. Produk Memiliki Ciri Khas (bebas bahan kimia)

Tahu dan tempe adalah produk yang bebas dari bahan kimia. Inilah yang menjadi ciri khas dari tahu dan tempe. Ini merupakan suatu kekuatan untuk menghadapi persaingan dengan produk-produk lainnya dalam pemasaran tahu dan tempe.

2. Saluran Pemasaran Pendek

Berdasarkan hasil pengamatn yang diperoleh di daerah penelitian bahwa pemasaran tahu dan tempe memiliki saluran pemasaran yang pendek. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya tidak terlalu banyak yaitu, produsen, pedagang besar dan pedagang pengecer.

3. Ketersediaan Fasilitas Fisik Pemasaran yang Memadai

Diketahui bahwa di daerah penelitian, ketersediaan fasilitas fisik pemasaran ini memadai. Lembaga pemasaran dapat menggunakannya untuk menunjang kegiatan pemasaran tahu dan tempe sehingga aktivitas pemasaran dapat berjalan dengan lancar, seperti berupa pengangkutan, alat penyimpanan dan alat-alat lain yang digunakan untuk menunjang kegiatan pemasaran.

b. Kelemahan (Weaknesses)

1. Sifat Tahu dan Tempe Mudah Rusak dan Tidak Tahan Lama

(72)

2. Ketersediaan bahan baku kedelai dikurangi karena kenaikan harga kedelai. Bahan baku kedelai terpaksa dikurangi karena kenaikan harga kedelai yang tinggi yang mengakibatkan kelangkaan kedelai. Sehingga produsen mengurangi produksinya.

Menentukan Faktor-Faktor Strategi Eksternal

Faktor-faktor strategi eksternal dalam pemasran tahu dan tempe di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang.

a. Peluang (Opportunities)

1. Trend Tahu dan Tempe Semakin Meningkat

Masyarakat mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan dari pemakain bahan kima. Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi trend baru. Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen diketahui bahwa mereka mengkonsumsi tahu dan tempe karena alasan kesehatan.

2. Harga Tahu dan Tempe Murah.

Murahnya harga tahu dan tempe membuat masyarakat banyak membeli tahu dan tempe. Karena apabila harga sayur-sayuran naik dan harga ikan naik, maka tahu dan tempe digunakan sebagai alternatifnya.

b. Ancaman (Threats)

1. Kelangkaan Kedelai dan Mahalnya Harga Kedelai

(73)

2. Pemerintah Kurang Bereperan Dalam Hal Pemasaran Tahu dan Tempe Pemerintah masih kurang berperan dalam pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian. Padahal dengan adanya peranan Pemerintah melalui Dinas Pertanian maka akan dapat membantu produsen dalam hal pemasaran tahu dan tempe.

Berdasarkan factor-faktor eksternal dan internal yang diperoleh, maka dapat disusun matriks SWOT untuk mengetahui strategi-strategi yang dapat diimplementasikan dalam pemasaran tahu dan tempe. Matriks SWOT dapat ditunjukkan pada tabel 22 berikut ini :

Tabel 22.Penentuan Strategi dengan Matriks SWOT.

Internal

Ekternal

Peluang (Opportunities) Kekuatan (Strenghts)

1. Produk memiliki ciri

1. Trend tahu dan tempe (bebas bahan kimia). semakin meningkat. 2. Saluran pemasaran pendek. 2. Harga tahu dan tempe murah. 3. Ketersediaan fasilitas fisik

pemasaran yang memeadai.

Ancaman (Threats) Kelemahan (Weaknesses)

1. Sifat tahu dan tempe mudah

1. Kelangkaan kedelai dan rusak dan tidak tahan lama. mahalnya harga kedelai. 2. Ketersediaan bahan baku kedelai 2. Pemerintah kurang berperan

dikurangi karena kenaikan harga kedelai.

dalam hal pemasaran tahu

dan tempe.

(74)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

7. Terdapat 3 saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian. Saluran I dari produsen ke pedagang besar kemudian ke Pedagang Pengecer lalu ke Konsumen. Saluran II dari Produsen ke Pedagang Besar lalu ke Konsumen. Saluran III dari Produsen ke Pedagang Pengecer lalu ke Konsumen.

8. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran dalam memasarkan tahu dan tempe. Fungsi pemasaran yang paling banyak dilakukan oleh produsen tahu dan tempe ada 7 yaitu: Pembelian, penjualan, packing, penyimpanan, pembiayaan, pengolahan, rist taking.

9. Upaya-upaya yang dilakukan industri pengolahan kedelai dalam mengatasi kenaikan harga kedelai adalah :

c. Pada industri pengolahan tahu melakukan upaya seperti mengurangi penggunaan jumlah bahan baku kedelai dan menaikkan harga produk. d. Pada industri tempe upaya yang dilakukan adalah mengurangi penggunaan

(75)

Saran

Kepada Pemerintah

Pemerintah mendorong petani untuk menanam varietas kedelai yang sama dengan varietas impor supaya harga kedelai dapat stabil, karena varietas tersebut yang digunakan oleh industri pengolahan tahu dan tempe karena kualitasnya lebih unggul dibandingkan kedelai lokal.

Kepada Peneliti

(76)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.

Agromedia, Redaksi. 2007. Membuat Tahu dan Tempe, Jakarta.

Cahyono, Bambang Tri. 1999. Manajemen Strategi. Badan Penerbit IPWI, Jakarta.

Daniel. M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Hanafiah. A.M. dan Saefuddin. A. M., 1986. Tataniaga Hasil Perikanan.

UI Press, Jakarta.

Haryoto, 1995. Tempe dan Kecap Kecipir. Kanisius, Yogyakarta. Kotler. P., 1993. Manajemen Pemasaran Jilid I. Erlangga, Jakarta. Mubyarto., 1994, pengantar Ekonomi Pertanian, Pustaka LP3ES, Jakarta Rahardi. F., H. Indriani dan haryono, 1994. Agribisnis Tanaman Buah.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Santoso, H.B., 1993. Pembuatan Tempe dan Tahu Kedelai. Kanisius, Yogyakarta. Sarwono, B., dan Y.P. Saragih, 2001. Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Silalahi, U. 2002. Pemahaman Praktis Azas-Azas Manajemen Bandung : Mandar Maju.

Soekartawi, 1993, Agribisnis Manajemen Pemasaran Dalam Bisnis Modern, Pustaka

Harapan, Jakarta.

(77)

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Usaha Pembuatan Tahu dan Tempe di Kota Medan
Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Pada Usaha Tahu dan Tempe di Kecamatan Medan Selayang
Tabel 3. Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Tahu
Tabel 4. Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Tempe
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketidakseimbangan harga yang diterima petani dengan margin di tingkat pedagang perantara dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti banyaknya fungsi yang dilakukan lembaga

1.050.000/bulan dan kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita pada usaha pembuatan tempe terhadap pendapatan keluarga didaerah penelitian adalah kecil sebesar 29,66% serta motivasi

1.050.000/bulan dan kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita pada usaha pembuatan tempe terhadap pendapatan keluarga didaerah penelitian adalah kecil sebesar 29,66% serta motivasi

Seberapa besar kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita pada usaha pembuatan tempe terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.. Apa motivasi wanita bekerja pada usaha

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keterlibatan tenaga kerja wanita pada usaha pembuatan tempe dan kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga serta motivasi

Peranan Tenaga Kerja Wanita Dalam Industri Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga.. Fakultas Pertanian

Model saluran pemasaran yang dilalui oleh bunga hortensia dari produsen (petani) ke konsumen akhir ada empat model yaitu Saluran I: Petani  Pedagang Pengumpul  Pedagang kecil

Dengan demikian jelaslah bahwa dalam penyaluran barang-barang dari pihak produsen ke konsumen sampai kebeberapa pedagang perantara, dimana pedagang dapat dalam