• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjaringan Kelas 10

Dalam dokumen BAB I. A. Latar Belakang (Halaman 39-71)

83.71 93.73

CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN

KESEHATAN KELAS I, 7 DAN 10 PROVINSI BALI

TAHUN 2018

pengukuran antropometri, pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan boratorium untuk anemia dan kecacingan, pengukuran kebugaran jasmani dan deteksi dini masalah

KELAS 1, 7 DAN

Dari tabel diatas cakupan pelayanan kesehatan/penjaringan kesehatan tahun 2018 di Provinsi Bali sudah diatas target nasional yaitu 70%, kendala tetap ada namun sudah melaksanakan penjaringan ekolah siswa kelas 1, 7 dan 10 secara rutin setiap tahun ajaran dan

Masuknya penjaringan kesehatan dalam RPJMN, Renstra dan SPM Bidang sebagai salah satu indicator, menjadikan penjaringan kesehatan merupakan kegiatan prioritas dalam pembangunan kesehatan di

60 Hal tersebut mendorong daerah untuk membuat kebijakan-kebijakan daerah yang mendukung pelaksanaan penjaringan kesehatan, serta mendukung Puskesmas dalam menjalankan kegiatan-kegiatan lainnya terkait kesehatan usia sekolah di wilayah kerja.

2. Tersedianya biaya operasional

Adanya APBN Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang dialokasikan untuk seluruh puskesmas, sangat mendukung Petugas Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan penjaringan kesehatan karena biaya transportasi dari puskesmas ke sekolah dapat diakomodir melalui APBN BOK tersebut.

Faktor Penghambat

1. Keterbatasan SDM Puskesmas dibandingkan dengan jumlah sekolah/peserta didik di wilayah kerja

2. Keterbatasan biaya pengadaan/pencetakkan formulir penjaringan kesehatan / Buku Rapor Kesehatanku

3. Kurangnya koordinasi/ komitmen Lintas Sektor TP UKS di Kab/Kota, Kecamatan, Puskesmas dan Sekolah dalam mendukung dan melaksanakan penjaringan kesehatan

Upaya Pencapaian

1. Penguatan koordinasi Tim Pembina UKS/M Pusat dan daerah melalui Pertemuan Evaluasi Akselerasi UKS/M

2. Bimbingan Teknis dan Supervisi Pembinaan dan Pelaksanaan UKS di daerah melalui kegiatan Lomba Sekolah Sehat 2017

3. Peningkatan kapasitas petugas puskesmas melalui Pelatihan terintegrasi pelayanan kesehatan usia sekolah dan remaja bagi tenaga kesehatan di puskesmas

d) Persentase puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja Pencapaian puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja sudah melebihi target yang diharapkan dalam perjanjian kinerja (45%) yakni sebesar : 100 %

Faktor Pendukung

1. Tersedianya biaya operasional

Adanya APBN Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang dialokasikan untuk seluruh puskesmas, sangat mendukung Petugas Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan remaja karena biaya transportasi dari puskesmas ke

60 sekolah dapat diakomodir melalui APBN BOK tersebut baik saat penyuluhan maupun pembinaan konselor sebaya

Faktor Penghambat

a. Keterbatasan SDM Puskesmas dibandingkan dengan jumlah sekolah/peserta didik di wilayah kerja

b. Seringnya perpindahan pemegang program remaja di kabupaten/kota c. Keterbatasan dana baik dari APBN maupun APBD dalam melatih

petugas program remaja (karena banyak pemegang program baru ) dan melatih konselor sebaya

Upaya Pencapaian

1. Bimbingan Teknis dan Supervisi Pembinaan dan Pelaksanaan program remaja dan konselor sebaya dikabupaten/kota tahun 2018

2. Rencana Pelatihan Peningkatan kapasitas petugas puskesmas yakni Puskesmas SN PKPR bagi tenaga kesehatan di puskesmas ditahun 2019 melalui dana APBD dengan sasaran baru bisa 60 orang/puskesmas dari 120 puskesmas yang dimiliki.

e) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil

Pelaksanaan kelas ibu hamil di puskesmas yang ada di wilayah bali (100%) sudah bisa memenuhi target yang dituangkan dalam perjanjian kinerja (90%).

Faktor pendukung :

1) Orientasi kelas ibu pada tenaga kesehatan puskesmas, IBI dan RS baik swasta maupun negeri

2) Tersedianya dana BOK dan ADD yang mensuprort kegiatan kelas Ibu 3) Pelaksanaan kelas ibu juga dijalankan pada Praktek Mandiri bidan dan

RS swasta sehingga menjadi daya tarik masyarakat 4) Keaktifan peran serta masyarakat

Faktor penghambat :

1) Masih terdapat bidan desa yang belum terlatih 2) Keterbatasan Anggaran BOK

3) Kehadiran ibu hamil tidak 100 % dalam pelaksanaan kelas ibu

4) Dukungan dan komitmen manajemen puskesmas untuk kualitas kelas ibu

60 f) Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

Persentase puskesmas yang melakukan orientasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) sudah 100 %. Hal ini sudah dapat melampaui target yang diharapkan dalam perjanjian kinerja (100%). Faktor pendukung :

1) Pada setiap buku KIA sudah berisikan stiker P4K, sehingga dari awal ibu hamil sudah disosialisasikan dan disiapkan seperti yang terdapat dalam stiker

2) Dukungan dana BOK baik pengadaan maupun pemasangan stiker P4K

Faktor penghambat :

1) Terdapat salah satu kabupaten yang masih sulit dalam pemamfaatan dana BOK

3. Indikator Program Upaya kesehatan Kerja dan olahraga

a) Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan Kerja Dasar Target Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan Kerja Dasar sebesar 80%. Capaian di Provinsi Bali sebesar 100% oleh karena semua puskesmas sudah melaporkan LBKP

Grafik.11

b) Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI

Target Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI sebesar 38 pos UKK. Di Provinsi Bali telah terbentuk 38 pos UKK namun untuk daerah PPTI hanya terbentuk 2 Pos UKK dari 3 daerah PPI/TPI yang ada. Secara keseluruhan jumlah pos UKK yang terbentuk di Kabupaten adalah sebagai berikut : 100 100100 100 100 100 100 100 100 100 0 20 40 60 80 100 120

60 Grafik 12

Faktor Pendukung

1) Adanya dukungan pendanaan melalui dana APBD, APBN (Dekonsentrasi), DAK Provinsi, DAK Kabupaten dan BOK Puskesmas

2) Adanya dukungan puskesmas melalui pengembangan puskesmas yang melaksanakan program kesehatan kerja terutama SDM/ Tenaga yang sudah dilatih

Faktor Penghambat

1) Masih rendahnya minat kelompok pekerja untuk membentuk pos UKK 2) Petugas pemegang program kesehatan kerja di puskesmas sering

berganti-ganti karena adanya mutasi

3) Kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pembentukan pos UKK Upaya Pencapaian

1) Melakukan bimbingan teknis ke Kabupaten/ Kota dan Puskesmas 2) Melakukan monitoring dan evaluasi ke Pos UKK

c) Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar Target Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar sebesar 100%. Capaian di Provinsi Bali sebesar 100%. RS yang melakukan pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar ditunjuk oleh Kemenkes yaitu RS. Sanglah, RS. Sanjiwani Gianyar, RS. Bross dan Klinik Padma Denpasar 2 8 4 2 23 1 0 1 10 51 0 10 20 30 40 50 60

60 d) Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga

pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya

Target Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya 60%. Capaian di Provinsi Bali sebesar 100%.

Grafik.13

4. Indikator Penyehatan Lingkungan

a) Jumlah Desa/ Kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

Untuk mendorong peningkatan akses sanitasi layak di Provinsi Bali di lakukan Strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Target jumlah/ kelurahan yang melaksanakan STBM adalah 222.

Grafik 14 100 100100 100 100 100 100 100 100 100 0 20 40 60 80 100 120 51 125 62 70 50 72 78 125 43 676 0 100 200 300 400 500 600 700 800

60 Grafik tersebut menggambarkan peningkatan jumlah desa yang diintervensi setiap tahunnya melalui pemicuan yang dilakukan oleh sanitarian Puskesmas. Hingga tahun 2019 total jumlah desa yang dipicu oleh sanitarian sebanyak 676 desa. Namun dari 676 desa yang ada hanya 252 desa yang dinyatakan berstatus Open Defecation Free (ODF).

Faktor Pendukung

1) Adanya dukungan pendanaan melalui dana APBD, DAK Provinsi, DAK Kabupaten dan BOK Puskesmas

2) Adanya intervensi Pamsimas yang mendorong kepala desa untuk mencapai status ODF

3) Adanya aturan adat dalam bentuk perarem yang mendukung implementasi STBM

4) Adanya sinergi lintas sektor dengan TNI yang membantu pembangunan jamban di masyarakat

5) Tersedianya sanitarian terlatih di 120 puskesmas untuk melakukan pemicuan

6) Tersedianya sarana untuk melakukan pelaporan secara real time Faktor Penghambat

1) Sanitarian kesulitan melakukan update data secara online/ sms dikarenakan web STBM sering mengalami gangguan.

2) Tidak semua sanitarian terlatih dapat terampil dalam melakukan pemicuan 3) Banyak sanitarian yang lupa cara mengupdate data STBM

Upaya Pencapaian

1) Melakukan bimbingan teknis ke Kabupaten/ Kota dan Puskesmas 2) Melakukan monitoring dan evaluasi STBM

3) Advokasi pada pihak desa untuk menggunakan dana desa dalam kegiatan STBM

4) Advokasi pada lembaga adat dalam penyusunan perarem di desa

5) Advokasi pada camat untuk mendorong desa ODF terutama bagi desa penerima PAMSIMAS

6) Memperkuat sinergi lintas sektor (Majelis adat, TNI, Pramuka, PKK, Universitas Udayana dan Poltekes)

7) Pembekalan STBM kepada mahasiswa kesling di Universitas Udayana dan Poltekes

8) Sinergi lintas program dengan gizi melalui STBM Stunting 9) Pelatihan STBM stunting melalui dana DAK Kabupaten

60 45.0 32.0 58.8 32.2 77.1 3.4 13.6 19.1 32.0 38.1 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

b) Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan

Target yang Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan adalah 50%. Penyelenggara air minum merupakan badan/usaha milik pemerintah atau swasta yang menyediakan air minum bagi penduduk. Penting dilakukan pengawasan secara berkala untuk menghindari terjadinya KLB akibat air minum yang tidak layak.Untuk mengetahui kualitas air minum secara bakteriologis dan kimia dilakukan pemeriksaan kualitas air pada badan penyelenggara air minum di 9 Kabupaten/ Kota.

Grafik 15 Faktor Pendukung

1) Adanya dukungan pendanaan melalui dana APBD, DAK Provinsi, DAK Kabupaten dan BOK Puskesmas

2) Tersedianya sanitarian terlatih di 120 puskesmas untuk melakukan pengawasan air minum

3) Tersedianya sarana untuk melakukan pelaporan melalui e monev PKAM

Faktor Penghambat

1) Keterbatasan SDM yang ada tidak sebanding dengan jumlah sarana yang diawasi

2) Tidak semua sanitarian melakukan pelaporan hasil pengawasan air minum kedalam web PKAM

3) Tidak semua puskesmas memiliki sanitarian kit dalam melakukan pengawasan

60 Upaya Pencapaian

1) Melakukan bimbingan teknis ke Kabupaten/ Kota dan Puskesmas

2) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan Pengawasan Kualitas Air Minum

3) Mendorong kelompok-kelompok pengelola air minum di tingkat desa seperti BPSPAM untuk bisa melakukan pengawasan internal terhadap sarana air minum yang dikelola

c) Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan

TargetPersentase Tempat-tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan yang tertuang dalam perjanjian kinerja adalah 58%. Tempat-Tempat Umum (TTU) yang diawasi adalah Hotel, Tempat Ibadah, Sarana Pendidikan, dan lainnya. Pada tahun 2019 TTU yang dapat diawasi dan memenuhi syarat sebesar 85,5%.

Grafik 16 Faktor Pendukung

1) Adanya dukungan pendanaan melalui dana APBD, DAK Provinsi, DAK Kabupaten dan BOK Puskesmas

2) Tersedianya sanitarian terlatih di 120 puskesmas untuk melakukan pengawasan TTU

3) Adanya kerjasama lintas sektor dengan Dinas Perizinan yang mengsyaratkan bahwa setiaphotel yang akan akan mengajukan klasifikasi harus menyertakan hasil pengujian lab kesling

52.4 76.7 95.5 92.0 99.8 82.6 82.7 92.0 93.3 85.5 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

60 4) Adanya upaya dari pihak hotel dan sekolah untuk melakukan penilaian

kesehatan lingkungan di wilayahnya sendiri

Faktor Penghambat

1) Keterbatasan SDM yang ada tidak sebanding dengan jumlah sarana TTU yang diawasi

2) Tidak semua puskesmas memiliki sanitarian kit dalam melakukan pengawasan

3) Salah satu yang diawasi adalah pasar. Namun saat ini sebagian pasar tradisional masih tidak memenuhi syarat kesehatan.

4) Masih ditemukan adanya kasus KLB Legionella

Upaya Pencapaian

1) Melakukan bimbingan teknis ke Kabupaten/ Kota dan Puskesmas 2) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan Pengawasan TTU 3) Melaksanakan praktek implementasi pasar sehat

4) Dalam upaya menekan KLB telah dilakukan koordinasi dengan Dinas Pariwisata dan Dinas Perijinan bahwa salah satu syarat perpanjangan ijin hotel dan sertifikasi hotel harus melampiri hasil laboratorium pemeriksaan legionella

d) Persentase RS yang melakukan pegelolaan Limbah Medis sesuai standar Target Persentase RS yang melakukan pegelolaan Limbah Medis sesuai standar sesuai dengan perjanjian kinerja sebesar 36% sedangkan capaian di Provinsi Bali saat ini sebesar 100%. Semua Puskesmas sudah bekerja sama dengan pihak ketiga yang sudah memiliki ijin. Hingga saat ini belum ada RS yang memiliki ijin incenerator sehingga RS dan puskesmas bekerja sama dengan pihak ke tiga

e) Persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan

Persentase TPM yang memenuhi syarat di Provinsi Bali dapat dilihat pada grafik berikut :

60 Grafik 17

Target persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) adalah 32%. Pada tahun 2015 ditetapkan TPM yang memenuhi syarat harus memiliki sertifikat hygene (laik sehat), namun di Provinsi Bali banyak rumah makan dan sentra makanan jajanan tidak memiliki laik sehat. Terutama kantin sekolah dan makanan jajanan tidak ada regulasi (Permenkes) dalam mengeluarkan laik sehat, sehingga untuk saat ini pemeriksaan kantin sekolah hanya memberikan surat keterangan bahwa kantin tersebut sudah dibina dan diawasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hal lain yang menjadi hambatan adalah pelaporan online TPM yang harus diinput oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hingga saat ini hanya beberapa Puskesmas yang melakukan pelaporan TPM secara online karena keterbatasan sarana sanitarian.

Faktor Pendukung

1) Adanya dukungan pendanaan melalui dana APBD, DAK Provinsi, DAK Kabupaten dan BOK Puskesmas

2) Tersedianya sanitarian terlatih di 120 puskesmas untuk melakukan pengawasan air minum

3) Tersedianya sarana untuk melakukan pelaporan melalui e monev HSP 4) Adanya lomba kantin sehat yang mendorong sekolah mewujudkan kantin

yang memenuhi syarat

5) Adanya tools yang dapat digunakan oleh sekolah, restaurant/ rumah makan dan jasa boga untuk melakukan IKL sendiri

Faktor Penghambat

1. Tidak semua TPM mengajukan laik sehat sebagaimana diatur dalam Permenkes

2. Tidak semua puskesmas melaporakan hasil laik sehat kedalam sistem pelaporan e monev 91.7 64.5 95.5 36.8 80.8 7.3 31.8 79.6 40.1 55.3 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

60 Upaya Pencapaian

1) Melakukan bimbingan teknis ke Kabupaten/ Kota dan Puskesmas 2) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan Pengawasan TPM

3) Orientasi kepada guru sekolah dan Dinas Pendidikan untuk pengisian rapor sekolah sehat

4) Bintek penginputan e monev HSP

f) Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat Target jumlah kab/ kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat adalah 9 Kabupaten. Program Kabupaten/Kota Sehat (KKS) adalah program pemerintah pusat yang bertujuan mencapai kondisi suatu Kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduknya. Dasar Penyelenggaran Kab / Kota Sehat adalah:

 UU Nomor : 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah  UU Nomor: 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

 UU Nomor: 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional  Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor :

34 Tahun 2005 Nomor : 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat

Tim Pembina KKS Provinsi melibatkan Lintas Sektor seperti Bappeda, Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Kehutanan, Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informasi, Dinas PU, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Sosial, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta melibatkan LSM terkait. Provinsi Bali mulai mengikuti verifikasi sejak tahun 2007 diwakili oleh Kabupaten Gianyar, sejak 2007 sampai dengan 2015 KKS hanya diikuti oleh 3 Kabupaten/Kota saja. Pada tahun 2019 semua Kabupaten/Kota sudah melaksanakan KKS namun yang siap untuk maju diverifikasi hanya 8 Kabupaten/Kota. Kota Denpasar tidak mengajukan verifikasi wistara yang ke tiga dikarenakan belum berstatus ODF.

60 No Kabupaten/

Kota

Keterangan

2009 2011 2013 2015 2017 2019

1 Denpasar Padapa Wiwerda Wistara Wistara -

2 Badung Wiwerda Wistara Wistara Wistara (verifikasi) Wistara

3 Gianyar Padapa Wiwerda Wiwerda (verifikasi) Wistara

4 Tabanan (verifikasi) Padapa

5 Bangli Padapa Wiwerda

6 Klungkung Padapa Wiwerda

7 Jembrana Padapa

8 Karangasem Padapa

9 Buleleng Padapa

Tabel 9

Faktor Pendukung

1) Adanya dukungan pendanaan melalui dana APBD, DAK Provinsi, DAK Kabupaten 2) Adanya dukungan kepala daerah untuk melaksanakan Kabupaten /Kota Sehat

Faktor Penghambat

1) Kurangnya keterlibatan lintas sektor dalam implementasi KKS, dalam proses pembinaan dan verifikasi masih didominasi dari sektor kesehatan.

Upaya Pencapaian

1) Melakukan bimbingan teknis ke Kabupaten/ Kota dan Puskesmas 2) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan KKS

60 5. Indikator Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

a) Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS

Prosentase kabupaten/kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan ( Kebijakan yang mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat/PHBS/perilaku sehat ) adalah rancangan kebijakan berupa Peraturan Bupati/Walikota, Surat Keputusan Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan Bupati/Walikota pada tahun tersebut. Provinsi Bali sudah melakukan pendataan terkait dengan capaian kebijakan PHBS yang telah dibuat povinsi maupun kabupaten/kota. Adapun kabupaten/kota yang telah membuat kebijakan PHBS pada tahun 2019 adalah 8 kabupaten yaitu :

1) Kabupaten Tabanan, 2) Kabupaten Badung, 3) Kabupaten Gianyar, 4) Kabupaten Klungkung. 5) Kabupaten Bangli 6) Kabupaten Karangasem 7) Kabupaten Buleleng 8) Kota Denpasar

Sedangkan kabupaten yang belum membuat kebijakan ber-PHBS pada tahun ini adalah kabupaten Jembrana

Kebijakan yang dibuat dalam bentuk surat himbauan, surat edaran, surat keputusan baik dari Bupati maupun Gubernur terkait ; Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, STBM, Upaya penanggulangan stunting dan penanggulangan sampah.

60

Tabel 1.Kebijakan ber- PHBS di Kabupaten /Kota Tahun 2019

NO KABUPATEN Bentuk Kebijakan Nomor, Tanggal, Tahun Uraian Sasaran Keterlibatan

LP/LS

1 JEMBRANA 0 - -

2 TABANAN SK Bupati 180/1167/03/HK/HDM/2019

Penetapan puskesmas ramah anak pada dinas kesehatan

Pegawai dan pengunjung

Dinas Kesehatan Tabanan Dinas Sosial

3 BADUNG SK Bupati SK No 3 Tahun 2019

Kawasan Khusus Bebas Sampah dan kantong

plastik masyarakat

4 GIANYAR Surat Edaran

3401 tahun 2019 Tanggal 12 Februari 2019

Percepatan Implementasi STBM Masyarakat OPD terkait

5 KLUNGKUNG Peraturan Bupati

NOMOR 32 th 2019, 21 Agst 2019

Tentang Pelaksanaan Kegiatan Gerakan

Masyarakat Hidup Sehat (Germas) Masyarakat OPD terkait

SK Bupati

261/04/HK/2019, 10 Juli 2019 Forum Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

masyarakat OPD terkait

6 BANGLI Surat Edaran

440/434/kesmas.Diskes, 10-4-2019

Implementasi Komunikasi Perubahan Perilaku

Masyarakat untuk Mencegah Stunting Masyarakat OPD

7 KARANGASEM Peraturan Bupati

NO. 35, Tanggal 26 Agustus

2019 Upaya penanggulangan Stunting masyarakat OPD

8 BULELENG Surat Edaran Nomor 11229 Tahun 2019 Implementasi Komunikasi Perubahan Perilaku

Masyarakat untuk Mencegah Stunting masyarakat OPD

Tanggal 26 Maret 2019 masyarakat OPD

Peraturan Bupati Nomor 26 Tahun 2019 Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Tanggal 26 Juni 2019

Surat Keputusan Bupati 440/549/HK/2019 Forum Komunikasi Germas Hidup Sehat masyarakat OPD

Tanggal 12 Juni 2019

9 DENPASAR

SE Gerakan jumat dengan PIL ,Sehat dan Cantik ( Gemar Tersyantik)

440/2690/dikes SE Gerakan jumat dengan PIL ,Sehat dan Cantik

( Gemar Tersyantik)

Anak SMA/SMK negeri dan Swasta di Kota Denpasar

60 Berdasarkan data yang disampaikan ke Provinsi, dapat diketahui prosentase kabupaten/kota yang telah memiliki/membuat kebijakan PHBS pada tahun 2019 adalah 8 (delapan) kabupaten/kota yaitu : 88,89 %. Hanya kabupaten Jembrana saja yang belum membuat kebijakan ber-PHBS pada tahun ini. Bila dibandingkan dengan target pencapaian indikator, maka pencapaian tahun 2019 telah memenuhi target sebesar 80% kab/kota yang memiliki kebijakan ber-PHBS dan dalam penerapannya diharapkan dapat berkoordinasi dengan lintas sektor maupun lintas program.

a. Faktor Pendukung

Tercapainya indikator kebijakan ber-PHBS sebesar 88,89 % pada tahun ini, didukung oleh komitmen para pemegang kebijakan di daerah untuk membuat kebijakan yang berpihak pada kesehatan masyarakat. Dengan dibuatnya kebijakan tersebut maka diharapkan menjadi kesepakatan bersama stakeholder untuk mewujudkan kebijakan tersebut. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan adanya upaya yang berkesinambungan dan dukungan dari berbagai pihak.

b. Faktor Penghambat

Kebijakan – kebijakan yang telah dibuat sebelumnya ataupun pada tahun ini masih mengalami kendala pada penerapannya di lapangan. Belum semua kebijakan yang telah dibuat dapat diterapkan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sangat terkait dengan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing daerah baik berupa dana, SDM maupun sarana yang dimiliki.

c. Upaya pencapaian/ solusi

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan sosialisasi tentang kebijakan yang telah dibuat baik ke lintas sektor, lintas program maupun unsur masyarakat. Sosialisasi harus dilaksanakan terus menerus menggunakan berbagai media yang ada baik media cetak, media elektronik maupun media tradisional.

b) Persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM

Dana Desa merupakan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa. Dana ini diperuntukkan untuk mendukung program kegiatan pembangunan masyarakat desa dan pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Salah satunya pengembangan

60 kegiatan berbasis Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui jumlah dana desa yang dihibahkan untuk ke kabupaten/kota sebesar Rp. 1.906.322.758.964 . Jumlah dana yang dialokasikan untuk kegiatan pengembangan UKBM Rp 97.429.793.538. Prosentase Desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM sebanyak 617 desa/kelurahan dari 636 desa/kelurahan yang ada (97,01 %). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 10. Penggunaan Dana Desa Untuk UKBM Tahun 2019

N

O Kabupaten

Jumlah Kecamatan

Jumlah

Desa Jumlah Dana Desa

Jumlah Dana Desa Yang Dimanfaatkan untuk Kesehatan Jumlah Desa yang memanfaatk an dana desa untuk kesehatan Persentase Desa yang memanfaatkan dana desa untuk kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 1 JEMBRANA 5 41 47,040,866,363 2,947,634,331 41 100 2 TABANAN 10 133 118,067,879,345 15,404,670,796 133 100 3 BADUNG 6 46 1,217,604,789,376 9,176,662,645 46 100 4 GIANYAR 7 64 66,844,787,000 15,768,102,303 64 100 5 KLUNGKUNG 4 53 52,921,733,267 6,029,780,416 52 98.11 6 BANGLI 4 68 61,334,645,000 13,838,733,336 68 100 7 KARANGASEM 8 75 20,950,271,713 3,750,797,131 60 80 8 BULELENG 9 129 262,270,708,209 20,635,421,483 126 97.67 9 DENPASAR 4 27 59,287,078,691 9,877,991,097 27 100 TOTAL 57 636 1,906,322,758,964 97,429,793,538 617 97.01

Jika dilihat pada tabel di atas, belum semua desa memanfaatkan dana desa untuk UKBM yaitu 636 desa (97,01 %) dari 636 desa yang ada. Target pemanfaatan dana desa untuk tahun 2019 adalah 50 % sehingga pencapaian pada tahun 2019 telah memenuhi target nasional. Jumlah keseluruhan dana desa yang ada adalah Rp. 1.906.322.758.964,- sedangkan jumlah dana desa yang digunakan untuk UKBM adalah Rp. 97.429.793.538,-.

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung tercapainya indikator ini adalah mewujudkan komitmen aparat desa dalam mendukung program kesehatan melalui penggunaan dana desa. Penggunaan dana desa dimanfaatkan untuk kesehatan atau UKBM sesuai

60 dengan usulan dari petugas kesehatan yang bertugas di desa yaitu bidan desa maupun petugas puskesmas.

b. Faktor Penghambat

Masih ada desa yang belum menggunakan dana desa yang ada untuk mengembangkan UKBM maupun untuk kesehatan karena masih ada persepsi yang salah di aparat bahwa urusan kesehatan harus diselesaikan oleh petugas kesehatan saja dan bukan merupakan urusan pemerintah desa disamping karena dana yang ada masih diprioritaskan untuk pembangunan fisik di desa.

c. Upaya pencapaian/solusi

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah

melakukan sosialisasi dan advokasi kepada lintas sektor terkait misalnya dengan Dinas PMD untuk membantu mensosialisasikan kepada pihak desa karena desa berada di bawah dinas PMD. Upaya lain yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi kepada puskesmas dan bidan desa untuk membantu melakukan advokasi ke desa.

c) Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan

Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan adalah jumlah dunia usaha yang melakukan kerjasama (MoU) dengan Dinas Kesehatan

Dalam dokumen BAB I. A. Latar Belakang (Halaman 39-71)

Dokumen terkait