• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjatuhan sanksi merupakan langkah yang diambil setalah ditemukannya hal yang dianggap melanggar. Setiap pemberian sanksi kepada pelaku tindak pidana pada dasarnya harus memiliki prosedur yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk pemidanaan masih perlu ada syarat untuk penjatuhan pidana, yaitu orang yang melakukan perbuatan itu

128

Kutipan wawancara dengan Kabid. Adm. Keamanan dan Ketertiban Lapas kelas 1 Tanjung Gusta, Bpk E. Manurung, Pada 4 Juli 2015.

mempunyai kesalahan atau bersalah.129 Para ahli hukum pidana mengartikan kesalahan secara beragam, tetapi secara umum, pengertian yang dikemukakan mengarah pada dua macam, yaitu kesalahan psikologis, dan kesalahan normatif.

130

Hal yang sama juga dilakukan pada narapidana yang melakukan pelanggaran. Seorang narapidana harus dibuktikan pelanggaran apa yang dilakukannya. Pemberian tindakan disiplin atau sanksi disiplin dilakukan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.

1. Penjatuhan tindakan disiplin

Prosedur pemberian tindakan disiplin dilakukan dengan membuat laporan kepada Kepala Lapas tentang adanya narapidana yang akan diberikan tindakan disiplin oleh Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP). Laporan tersebut kemudian diterima dan dipelajari oleh Kalapas dan pabila bila dipandang perlu, Kepala KPLP dapat mengajukan usulan kepada Kalapas untuk dilakukan tindakan disiplin sebagai langkah pengamanan dan kepentingan proses pemeriksaan bagi narapidana yang telah melakukan pelanggaran keamanan dan ketertiban dan berdasarkan pertimbangan keamanan dan ketertiban tersebut, penempatan narapidana yang bersangkutan dapat dipisahkan dengan narapidana yang lain.131 Kalapas kemudian memutuskan perlu tidaknya dilakukan tindakan disiplin. Apabila Kalapas setuju, maka Kalapas kemudian memerintahkan Kepala KPLP untuk melakukan tindakan disiplin dan menerima laporan tentag pelaksanaan tindakan disiplin tersebut. Keputusan Kalapas tersebut kemudian di

129

Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana , Sinar Grafika, Jakarta , 2012, hal.156. 130

Ibid. Hal 157.

131

sampaikan kepada Unit Pembinaan unutk dicatat dalam buku register.132 Jika terdapat keadaan yang mendesak, Kepala KPLP dapat melakukan tindakan disiplin terhadap narapidana yang melakukan pelanggaran dan menempat pada kamar pengasingan. 133 Pengawasan terhadap narapidana yang menjalani tindakan disiplin dilakukan oleh Karupam.

2. Penjatuhan sanksi disiplin bagi narapidana

Untuk penjatuhan sanksi disiplin ini sudah secara rinci diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013. Pasal 12 Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013 menerangkan bahwa narapidana yang diduga melakukan pelanggaran wajib diperiksa terlebih dahulu oleh KPLP. Hasil pemeriksaan ini kemudian dilaporkan kepada Kalapas untuk dijadikan dasar dalam penanganan selanjutnya.

Penindakan selanjutnya dilakukan dengan membentuk tim pemeriksa oleh Kalapas untuk memeriksa hasil pemeriksaan awal. Hasil pemeriksaan yang diperolah tim pemeriksa lalu dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan dan ditanda tangai oleh narapidana dan tim pemeriksa tetapi sebelum ditanda tangani, narapidana diberi kesempatan untuk membaca terlebih dahulu isi berita acara pemeriksan. Pasal 14 Peraturan Menteri Nomor 6 tahun 2013 kemudian menegaskan bahwa berita acara pemeriksaan tersebut kemudian harus disampaikan kepada KaLapas dan Kepala Lapas dalam waktu 2 x 24 jam (dua kali 24 jam) wajib menyampaikannya kepada anggota Tim Pengamat Pemasyarakatan untuk dilakukan sidang. Selanjutnya tim pengamat pemasyarakatan melakukan persidangan terkait pelanggaran yang dilakukan narapidana tersebut.

132

Ibid. 133

“Sidang itu dilakukan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan berjumlah 13 orang, yang terdiri dari ketua sidang, anggota dan notulen. Sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku bahwa anggota Tim Pengamat Pemasyarakatan merupakan petugas Lapas, Bapas atau pejabat lainnya yang telah ditetapkan melalui SK. Selama pemeriksaan sipelaku dapat diberikan kesempatan untuk membela dirinya. Sidang pemeriksaan tersebut juga dapat menghadirkan saksi-saksi jika memang diperlukan untuk memberikan keterangan tambahan. Secara umum persidangan ini mirip dengan persidangan di pengadilan, namun yang menjadi pembeda adalah bahwa Tim Pengamat Pemasyarakatan ini hanya bertugas sebagai pemeriksa saja, bukan untuk memberikan hukuman kepada narapidana pelaku pelanggaran. Sidang TPP yang dilaksanakan tersebut dibuatkan BAP.”134

Tim Pemangamat Pemasyarakat kemudian membuat putusan dari hasil pemeriksaan sidang sebagi rekomendasi kepada KaLapas untuk bahan pertimbangan dalam menjatuhkan sanksi disiplin kepada narapidana pelaku pelanggaran. Atas dasar rekomendasi tersebut, Kalapas selanjutnya menetapkan keputusan mengenai jenis hukuman disiplin apa yang diberikan terhadap narapidana pelaku pelanggaran. Selanjutnya KPLP melaksanakan hukuman yang telah ditetapkan oleh Kalapas serta menyampaikan putusan tersebut kepada Unit Pembinaan untuk dilakukan dicatat dalam buku register. Sebelum dijatuhi hukuman disiplin, narapidana pelaku pelanggaran dapat dijatuhi tindakan disiplin.135

“Pemberian sanksi kepada narapidana-narapidana yang telah dijatuhi sanksi pidana tidak perlu diberitahukan kepada pihak keluarga. Terhadap sanksi disiplin yang telah diberikan tidak dapat dilakukan pencabutan. Namun jika bertepatan keluarga datang untuk berkunjung, baru kita beritahukan.”136

134

Kutipan wawancara dengan salah satu anggota TPP Lapas Kelas 1 Tanjung Gusta, Ibu H. Simanjuntak, pada 4 Juli 2015.

135

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, Pasal 16 ayat (1).

136

Kutipan wawancara dengan Kabid. Adm. Keamanan dan Ketertiban Lapas kelas 1 Tanjung Gusta, Bpk E. Manurung, pada 4 Juli 2015.

Sanksi yang dijatuhkan kepada nadapidana pelaku pelanggaran adalah tutupan sunyi dan penundaan atau peniadaan hak-hak narapidana. Khusus untuk penjatuhan sanksi disiplin berupa pencabutan dan peniadaan hak-hak narapidana, syarat dan ketentuannya telah diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.Pencabutan hak-hak narapidana dapat dilakukan jika narapidana melakukan:

a. Mengulangi Tindak Pidana

b. Menimbulkan keresahan dalam masyarakat

c. Melanggar ketentuan mengenai pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, atau cuti bersyarat.

Pasal 24 ayat (3) Peraturan Menteri tersebut, menerangkan bahwa pencabutan Asimilasi dapat dilakukan oleh Kepala Lapas atau kepala Rutan. Selanjutnya pada ayat (4) menerangkan bahwa pencabutan pembebasan bersyarat dilakukan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas usul kepala BAPAS melalui kantor wilayah Departemen Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat. Pencabutan Cuti Menjelang Bebas atau Cuti Bersyarat dilakukan oleh Kepala Kantor Kementerian Hukum dan HAM setempat atas usul kepala Bapas. Pasal 29 kemudian menerangkan bahwa setiap petugas Lapas dan Rutan yang melakukan penyimpangan atau tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ini akan dikenakan sanksi disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun

1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.137 Harus diketahui bahwa pemberian tindakan disiplin dan sanksi disiplin wajib memperlakukan Warga Binaan Pemasyarakatan secara adil dan tidak bertindak sewenang-wenang dan mendasari tindakannya pada peraturan tata tertib Lapas yang ada. Berikut merupakan contoh sanksi yang dijatuhkan kepada narapidana pelaku pelanggaran

Tabel.3

Narapidana yang pernah terkena sanksi disiplin di Lapas Tanjung Gusta

No Nama Pelanggaran sanksi Pelaksanaan

sanksi 1 M. Salman Bin Renfilmar Diduga memiliki, menyimpan narkotika jenis sabu 1. Peniadaan Remisi Khusus 2014 2. Tutupan sunyi selama 6 hari 23/8/2014 sampai dengan 29/8/2014 2 Andiyiono Diduga melakukan Judi Bola Online 1. Tutupan Sunyi selama 12 hari 10/01/2-15 sampai dengan 22/01/20115

3 Ayoh G. Berselisih paham/

bertengkar 1. Tutupan sunyi selama 12 hari 4 Gunawan Sitepu Diduga memiliki, menyimpan narkotika jenis sabu 1. Peniadaan remisi khusus 2014 2. Tutupan sunyi selama 6 hari 23/08/2014 sampai dengan 29/08/2014

5 Suwanto Berselisih paham/

bertengkar

1. Diberikan kegiatan moralitas 2. Kerja bakti sosial

23/3/2015 6 Edison Togatorop Berselisih paham/bertengkar 1. Diberikan kegiatan Moralitas 2. Kerja bakti sosial

23/03/2015

7 Adek Irnanda Berselisih paham/bertengkar 1. Tutupan sunyi selama 12 hari 20/01/2015 sampai dengan 01/02/2015 8 Uzay Lebay Berselisih

paham/bertengkar 1. Tutupan sunyi selama 12 hari 20/01/2015 sampai dengan 01/02/2015 137

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat dalam Pasal 29.

9 Dedek Irawan Berselisih paham/bertengkar 1. Tutupan sunyi selama 12 hari 19/01/2015 sampai dengan 31/01/2015

10 Sanipan Diduga sedang

menggunakan narkotika jenis sabu 1. Tutupan sunyi selama 29 hari 2. Peniadaan remisi Khusus 02/02/2015 sampai dengan 02/03/2015 11 Bahrun Nazar Berselisih paham 1. Tutupan sunyi

selama 12 hari

12/02/2015 sampai dengan 24/02/2015 12 Efendi Pohan Berselisih paham 1. Tutupan sunyi

selama 12 hari

12/02/2015 sampai dengan 24/02/2015 13 Deni Haryadi Berselisih paham 1. Tutupan Sunyi

selama 12 Hari

14/02/2015 sampai dengan 26/02/2015

14 Willy Berselisih paham 1. Tutupan sunyi

selama 12 hari 14/02/2015 sampai dengan 26/02/2015 15 Budiansyah Putra

Berselisih paham 1. Tutupan Sunyi selama 12 hari

23/02/2015 sampai dengan 07/03/2015

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1Tanjung Gusta Medan, Tahun 2015

Pencabutan hak-hak narapidana tersebut dapat mempengaruhi pemberian hak-haknya sebagai narapidana dikemudian hari. Bagi narapidana yang dicabut asimilasinya untuk tahun pertama setelah dilakukan pencabutan tidak dapat diberikan remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Mengunjungi Keluarga dan untuk pencabutan kedua kali yang bersangkutan tidak diberikan hak Asmilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, atau Cuti Bersyarat.138 Bagi Narapidana yang dicabut Pembebasan Bersyaratnya Untuk tahun pertama setelah dilakukan pencabutan tidak dapat diberikan remisi,

138

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

untuk pencabutan kedua kalinya tidak dapat diberikan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, atau Cuti Bersyarat selama menjalani sisa masa pidananya.139 Bagi Narapidana yang dicabut cuti menjelang bebasnya, selama menjalani bimbingan BAPAS diluar Lapas ataupun RUTAN dihitung sebagai menjalani masa pidananya dan selama menjalani masa pidananya tidak dapar diberikan remisi, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Atau Cuti Menjelang Bebas.140 Bagi Narapidana yang dicabut Cuti bersyaratnya, selama menjalani masa pidana diluar Lapas atau Rutan tidak dihitung sebagai menjalani masa pidana.141

Hukuman narapidana pelaku pelaku pelanggaran tersebut lalu ditulis dalam buku register dan ditanda tangani oleh kepala Lapas. Untuk narapidana yang melakukan suatu pelanggaran dimana pelanggaran tersebut merupakan suatu tindak pidana, maka kasusnya akan diserahkan kepada pihak kepolisian.

3. Penjatuhan Sanksi Pidana.

Ketika seseorang disangka melakukan suatu tindak pidana, maka ia akan masuk kedalam sistem peradilan pidana untuk menjalani proses pemeriksaan guna memastikan sejumlah pertanyaan terjawab yang meliputi apakah orang ini melakukan perbuatan yang disangkakan padanya dan apakah ia dapat diminta pertanggungjawaban pidana atas perbuatan tersebut.142 Ini juga berlaku pada

139

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi manusia Nomor: M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat, Pasal 26 ayat (2).

140

Ibid, Pasal 26 ayat (4).

141

Ibid, Pasal 26 ayat (5).

142

narapidana yang menjalani pembinaan dan kemudian melakukan perbuatan pidana.

Untuk kepentingan penyidikan, narapidana dapat dipindahkan ke Rutan untuk dilakukan penahanan. Sebab sesuai dengan Pasal 21 ayat (1) KUHAP menentukan bahwa seseorang tersangka dapat ditahan bila terdapat keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa ia akan melarikan diri, menghilangkan barang bukti atau menghilangkan barang bukti.143 Bila proses penyidikan dianggap cukup, maka kewenangan beralih kepada penuntut umum. Proses penuntutan adalah proses pelimpahan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang berdasarkan KUHAP dengan tujuan supaya perkara tersebut dapat diperiksa dan diputus oleh hakim disidang pengadilan.144 Penahanan narapidana juga dapat dilakukan pada tingkat penyidikan bahkan pada proses persidangan. Apabila masa penahanan telah habis, maka narapidana pelaku tindak pidana tersebut harus dikembalikan kedalam Rutan. Meskipun statusnya sebagai narapidana, namun ketikan dia disangka melakukan pelanggaran ketika menjalani pembinaan, asas-asas hukum pidana tetap berlaku terhadap narapidana tersebut. Salah satu asas-asas yang tidak dapat dilepaskan adalah asas praduga tak bersalah (presumptiont of

innocence). Asas praduga tak bersalah (presumptiont of inncence), yang pada

dasarnya ingin mensyaratkan bahwa seorang terdakwa harus dianggap tidak bersalah, yaitu sebelum kesalahannya dinyatakan telah terbukti oleh pengadilan

143

Ibid.

144 Ibid.

dan putusan pengadilan telah berkekuatan hukum yang tetap atau mempunyai suatu inkracht van gewijsde.145

Salah satu bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh narapidana adalah kepemilikan barang yang dilarang digunakan didalam Lapas.

Untuk pelanggaran berupa tindak pidana yang paling sering terjadi di Lapas ini adalah kepemilikan narkotika, dan penganiayaan. Berdasarkan data yang tertera dalam buku register Lapas Tanjung Gusta, dalam jangka waktu dari bulan Februari 2015 sampai dengan Maret 2015, terdapat 9 kasus yang diduga sebagai kepemilikan narkotika jenis sabu.

Untuk barang-barang hasil penggeledahan tersebut, kemudian ditindak lanjuti dengan penyitaan oleh petugas Lapas. Untuk pengaturan barang-barang sitaan dari narapidana tersebut, tidak ada pengaturannya secara jelas didalam KUHP maupun pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995. Tindak Lanjut barang-barang sitaan ini, baru diatur dengan dikeluarkannya Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-30.PK.01.04.01 Tahun 2013 Tentang Tindak Lanjut Hasil Penggeledahan Barang-Barang Terlarang Di Lapas, Rutan dan Cabang Rutan. Isi dari surat edaran tersebut adalah menginstruksikan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Terhadap barang-barang terlarang hasil penggeledahan dilakukan pendataan yang dituangan kedalam Berita Acara Hasil Penggeledahan dan dilakukan pemetaan terkait kepemilikan dan indikasi pegawai yang terlibat terhadap adanya barang terlarang.

2. Temuan hasil penggeledahan berupa handphone dan simcard, selanjutnya diserahkan kepada Badan Narkotika Nasional (BNN)/Kepolisian dengan berita acara penyerahan barang bukti, dan

145

P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana Dan Yurisprudensi, Sinar Grafikasi, Jakarta, 2010, hal. 31.

barang terlarang lainnya disita petugas untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut sebelum dimusnahkan.

3. Temuan hasil penggeledahan berupa narkoba, sebelum diserahkan kepada BNN/Kepolisian agar terlebih dahulu ditimbang/dihitung serta dipastikan jenisnyadengan tester narkoba disaksikan oleh pihak BNN/Kepolisian.

4. Terhadap narapidana/tahanan yang diindikasikan memiliki atau terlibat dalam kepemilikan barang terlarang, dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan jika terbukti dapat dijatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. 5. Terhadap pegawai yang diindikasikan terlibat dalam kepemilkan

dan/atau penggunaan barang terlarang, dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan jika terbukti selanjutnya diusulkan untuk dijatuhi hukuman disiplin sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

6. Membuat laporan hasil kegiatan dan tindak lanjut hasil penggeledahan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan.

Poin kelima dalam surat tersebut, merupakan instruksi dan juga dasar bertindak bagi petugas Lapas untuk melibatkan aparat yang terkait untuk memberikan sanksi bari narapidana yang diindikasikan terlibat dalam kepemilikan barang yang dilarang dalam Lapas. Sanksi juga diberikan kepada petugas Lapas yang diindikasikan terlibat dalam kepemilikan barang terlarang tersebut..

Narapidana pelaku pelanggaran yang merupakan tindak pidana dan telah divonis oleh pengadilan negeri akan tetap berada didalam Lapas. Ketika masa hukuman yang lama telah habis, maka hukuman dilanjutkan dengan masa hukuman yang baru.

“Untuk pembinaan yang baru tersebut, hak-hak narapidana yang telah ditiadakan oleh karena perbuatan tindak pidana yang lalu akan dipulihkan kembali, sehingga narapidana tersebut yang dipidana dapat kembali menjalankan pembinaan dengan hak yang penuh sama seperti ketika masuk pada pertama kali.”146

146

Kutipan wawancara dengan Kabid. Adm. Keamanan dan Ketertiban Lapas kelas 1 Tanjung Gusta, Bpk E. Manurung, Pada 4 Juli 2015.

Narapidana yang telah mendapat vonis yang berkekuatan hukum dan tetap oleh pengadilan, maka pembinaannya akan dilanjutkan setelah pembinaan yang lama berakhir. Pembinaan lama dan baru dijalankan langsung, tanpa ada jeda waktu.

BAB IV

UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP NARAPIDANA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA SELAMA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN.

Dokumen terkait