• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjelasan atas pos-pos Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Dalam dokumen CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (Halaman 12-179)

BAB IV Penjelasan Pos - Pos Laporan Keuangan

4.2 Penjelasan atas pos-pos Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

4.4 Penjelasan atas pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas 4.5 Penjelasan atas pos-pos Laporan Operasional 4.6 Penjelasan atas pos-pos Laporan Arus Kas 4.7 Penjelasan atas Dana Non-APBD Kota Semarang

4.7.2 Dana Tugas Pembantuan

4.7.3 Dana-dana Non APBD RSUD dan Dinas Kesehatan Kota Semarang

4.7.4 Dana Non APBD Dinas Pendidikan a. Dana Block Grant

b. Dana Hibah Aset Yang Diperoleh Dari Pihak Ketiga BAB V Penjelasan atas Informasi – Informasi Non Keuangan Pemerintah

Kota Semarang BAB VI Penutup

BAB II

EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

2.1 EKONOMI MAKRO

Ekonomi Makro adalah studi tentang ekonomi yang menjelaskan perubahan ekonomi yang dapat mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target kebijakan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.

Perencanaan dan Penganggaran APBD Tahun 2019 dipengaruhi kondisi tahun 2018 karena proses perencanaan dan penganggaran tahun 2019 dilaksanakan pada tahun 2018.

Kondisi pada semester 2 Tahun 2018, perekonomian di Indonesia (termasuk Kota Semarang) diperkirakan didominasi oleh sektor Konsumsi Rumah Tangga yang secara tidak langsung akan meningkatkan konsumsi di masyarakat. Faktor pendorong lain adalah adanya pertumbuhan investasi serta proyek-proyek infrastruktur pemerintahan yang terus didorong percepatan penyelesaiannya sehingga dampaknya akan segera dapat dirasakan bagi pertumbuhan ekonomi. Sampai dengan akhir tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Kota Semarang diproyeksikan masih akan cukup tinggi pada kisaran 5,98%. Angka tersebut masih sejalan dengan target laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah di RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) yang berada di kisaran 5,9 s/d 6,2% dan target laju pertumbuhan ekonomi nasional yang berada dikisaran angka 5,4%. Dari sisi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), di tahun 2018 PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) ditargetkan akan dapat mencapai Rp177.876,35 milyar. Sedangkan PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) 2010 ditargetkan akan mencapai nilai sebesar Rp129.301,34 milyar. Di Tahun 2018, inflasi di Kota Semarang ditargetkan akan berada pada kisaran angka 3 + 1%, mengingat inflasi 2018 sampai dengan bulan April sudah mencapai angka 3,25%. Target ini masih berada di bawah target inflasi di Provinsi Jawa Tengah (4 ± 1%) dan Nasional (3,5%). Perbaikan sistem pengendali harga dari pemerintah daerah yang menjamin ketersediaan komoditi serta terus didorongnya penggunaan transaksi non tunai diharapkan akan membuat inflasi tetap terjaga.

Sedangkan di tahun 2019, Perekonomian di Kota diperkirakan masih akan didominasi oleh sektor Konsumsi Rumah Tangga. Banyaknya even tingkat nasional dan internasional yang diselenggarakan di Kota Semarang pada semester kedua Tahun 2019 diharapkan juga menjadi pendorong ekonomi dari sisi pariwisata, meskipun di sisi lain masih terdapat kekhawatiran terhadap dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina.

Faktor pendorong lain yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan investasi adalah dengan akan dan telah selesainya proyek-proyek infrastruktur strategis di Kota Semarang serta adanya regulasi untuk mempermudah perijinan melalui Online Single Submission (OSS). Pengembangan potensi ekspor melalui pembinaan usaha mikro dan kecil terus diupayakan untuk dapat memanfaatkan ceruk pasar ekspor. Kebijakan Pemerintah Kota Semarang yang akan berfokus kepada sektor pariwisata diharapkan juga akan ikut menyumbang peningkatan pertumbuhan ekonomi mengingat sektor pariwisata adalah sektor yang dirasakan paling besar dampak lanjutannya (multiplier

effect). Sampai dengan akhir tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Kota Semarang diproyeksikan masih akan cukup tinggi pada kisaran 5,5 s/d 5,9%. Angka tersebut masih sejalan dengan target laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah di RKPD yang berada di kisaran 5,4 s/d 5,8% dan target laju pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di kisaran angka 5,3 s/d 5,5 %.

Dari sisi PDRB, di Tahun 2019 PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHB ditargetkan akan dapat mencapai Rp195.753,36 milyar. Sedangkan PDRB ADHK 2010 ditargetkan akan mencapai nilai sebesar Rp136.938,85 milyar. Di Tahun 2019, inflasi di Kota Semarang ditargetkan akan berada pada kisaran angka 2,9 + 1%, mengingat inflasi 2019 sampai dengan bulan April sudah mencapai angka 2,63%. Target ini masih berada di bawah target inflasi di Provinsi Jawa Tengah (4 ± 1%) dan Nasional (3,5%).

Kebijakan untuk terus menjaga daya beli masyarakat dan menjamin ketersediaan komoditi dengan monitoring secara berkala dilakukan untuk menjaga agar inflasi tetap terjaga.

Selain ekonomi makro, hal yang dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan di kota Semarang dipengaruhi oleh data penduduk, ketenagakerjaan, kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia. Sejalan dengan laju perkembangan dan pertumbuhan penduduk, untuk sektor tenaga kerja ini diprioritaskan pada penciptaan perluasan dan pemerataan kesempatan kerja serta perlindungan tenaga kerja. Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk berumur 10 tahun ke atas dan dibedakan sebagai Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Disisi lain, bukan Angkatan Kerja, yaitu mereka yang kegiatan utamanya mengurus rumah tangga, sekolah atau mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan karena usia tua atau alasan fisik (cacat). Perkembangan Angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Semarang sebagai berikut:

No Keterangan 2017 2018 2019

1 Angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

69.87 65.56 66.42

2 Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

6.61 5.29 4.54

Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Jumlah Penduduk miskin suatu wilayah, diartikan banyaknya penduduk miskin yang terdapat di wilayah tersebut. Perkembangan indikator kemiskinan di Kota Semarang sebagai berikut:

No Keterangan 2017 2018 2019

1 Angka Garis Kemiskinan 402,297. 427,511. 474,930.

2 Jumlah Penduduk Miskin 80.9 73.65 72.

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM merupakan

indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk), dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Semarang adalah sebagai berikut:

No Keterangan 2017 2018 2019

1 Angka Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) 82.01 82.72 .

a. Laki-laki 84.03 84.71 .

b. Perempuan 80.41 81.17 .

2.2 KEBIJAKAN KEUANGAN

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah dalam kerangka pendapatan, belanja dan pembiayaan. Hal tersebut menjadikan keuangan daerah merupakan salah satu faktor penentu dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Kebijakan Keuangan diarahkan untuk meningkatkan struktur keuangan yang lebih baik melalui peningkatan target penerimaan serta peningkatan efektifitas dan efisiensi belanja.

Kebijakan Keuangan meliputi komponen-komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan pada setiap kewenangan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.

2.2.1 Kebijakan Pendapatan Daerah

Dalam rangka mendukung pembangunan daerah yang berkesinambungan maka pendapatan daerah tiap tahun diupayakan dapat terus meningkat dengan penetapan target penerimaan yang terukur secara rasional serta mempertimbangkan ketersediaan sumber daya untuk mencapai peningkatan kebutuhan untuk pembangunan derah yang hasil akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Semarang. Kebijakan-kebijakan tersebut terpedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan serta Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.

2.2.1.1 Kebijakan Pendapatan Murni

Kebijakan Pendapatan Daerah Kota Semarang Tahun 2019 adalah sebagai berikut:

1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:

1) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing;

2) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah harus didasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusi daerah di masing-masing pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota serta memperhatikan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2019 yang berpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya;

3) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah daerah harus melakukan kegiatan penghimpunan data obyek dan subyek pajak daerah dan retribusi daerah, penentuan besaran pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutang sampai dengan kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusi daerah kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah serta pengawasan penyetorannya;

4) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit 10%, termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dialokasikan untuk mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum;

5) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50%

untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang;

6) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan;

7) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dialokasikan untuk mendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dari perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, dan kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal dan diatur dalam peraturan daerah;

8) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dialokasikan untuk mendanai peningkatan kinerja lalu lintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum;

9) Retribusi pelayanan kesehatan yang diterima oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan

Layanan Umum Daerah (PPK BLUD), dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan;

10) Pemerintah Daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang diatur dalam undang-undang sebagaimana di maksud Pasal 286 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

11) Pemerintah daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, dan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor/ekspor.

b) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memperhatikan potensi penerimaan Tahun Anggaran 2019 dengan memperhitungkan rasionalitas nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu;

c) Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:

1) Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan pada akun Pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, rincian obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masyarakat Penerima;

2) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan pada akun Pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan sesuai peruntukannya;

3) Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerah dianggarkan pada akun Pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rekening berkenaan;

4) Pendapatan dari pengembalian dianggarkan pada akun Pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rekening.

2. Dana Perimbangan

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH)

1) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak Bumi dan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan dan Perdesaan, dan DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) yang terdiri dari DBH-PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21 dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan

Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2019;

2) Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota Tahun Anggaran 2019;

3) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA) yang terdiri dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Mineral dan Batubara, DBH-Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi, dan DBH-Pengusahaan Panas Bumi dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2019;

4) Pendapatan DBH-Pajak, DBH-CHT dan DBH-SDA untuk daerah induk dan daerah otonom baru karena pemekaran, didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

b) Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU) dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019. Dalam hal Peraturan Presiden dimaksud belum ditetapkan, penganggaran DAU didasarkan pada alokasi DAU Tahun Anggaran 2018;

c) Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau informasi resmi mengenai alokasi DAK Tahun Anggaran 2019 yang dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.

3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Pendapatan Hibah Dana BOS yang diterima langsung oleh Satuan Pendidikan Negeri yang diselenggarakan kabupaten/kota pada APBD Tahun Anggaran 2019;

b) Pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada penganggaran belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari pemerintah provinsi Tahun Anggaran 2019;

c) Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima dari pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnya dianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjang sudah dianggarkan dalam APBD pemberi bantuan;

d) Pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak

ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan dimaksud. Untuk kepastian pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah daerah lainnya tersebut didasarkan pada perjanjian hibah antara Kepala Daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku pemberi dengan Kepala Daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku penerima, sedangkan untuk penerimaan hibah yang bersumber dari pihak ketiga juga didasarkan pada perjanjian hibah antara pihak ketiga selaku pemberi dengan Kepala Daerah/pejabat yang diberi kuasa selaku penerima.

2.2.1.2 Kebijakan Pendapatan Perubahan

Pendapatan daerah pada semester kedua Tahun 2019 diupayakan dapat meningkat terutama dari pos Pendapatan Asli Daerah. Untuk pendapatan yang berasal dari dana transfer pemerintah pusat, dilakukan penyesuaian sesuai dengan kebijakan dari Pemerintah Pusat. Pada Perubahan APBD TA 2019, kebijakan pendapatan diarahkan pada hal-hal sebagai berikut :

1. Melakukan optimalisasi semua sumber-sumber pendapatan melalui perkiraan yang terukur secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi pendapatan asli daerah sampai dengan semester I tahun 2019;

2. Penyesuaian kebijakan dana perimbangan yang bersumber dari Pemerintah Pusat maupun Provinsi serta pada pos Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Penyesuaian dilakukan dengan menambah atau mengurangi sesuai dengan alokasi yang ditransfer ke Pemerintah Kota Semarang.

3. Penyesuaian terhadap alokasi Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah yang belum dimasukkan pada Perubahan APBD TA 2019 karena APBD TA 2019 Kota Semarang yang ditetapkan lebih dulu daripada Perubahan APBD TA 2018 Provinsi Jawa Tengah.

2.2.2 Kebijakan Belanja Daerah

Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah disusun dengan berbasis kinerja dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kota. Kebijakan belanja daerah pada tahun 2019 disusun dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.

2.2.2.1 Kebijakan Belanja Daerah Murni Kebijakan belanja di tahun 2019 diarahkan pada:

1. Belanja daerah disusun berdasarkan prioritas pembangunan tahun 2019 yang tercantum dalam RKPD Tahun 2019 yang merupakan penjabaran dari RPJMD Tahun 2016-2021.

2. Belanja daerah disusun dengan memperhatikan target pencapaian RPJMD Tahun 2016-2021, dengan upaya untuk meningkatkan belanja langsung

yang berdampak langsung kepada peningkatan kesejahteraan masyrakat serta penyelesaian permasalahan perkotaan yang ada.

3. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi kepada pencapaian indikator kinerja yang direncanakan untuk meningkatkan akuntabilitas serta efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

4. Dana DAK yang telah disalurkan oleh Pemerintah kepada Pemerintah Kota Semarang dan belum seluruhnya digunakan atau dihabiskan akan dianggarkan kembali dalam APBD Tahun Anggaran 2019 dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Apabila target kinerja kegiatan DAK sudah tercapai, sisa DAK dimaksud dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2019 untuk menambah volume/target capaian program dan kegiatan pada bidang DAK yang sama dan/atau untuk mendanai kegiatan pada bidang DAK tertentu sesuai prioritas nasional dengan menggunakan petunjuk teknis tahun anggaran sebelumnya atau petunjuk teknis Tahun Anggaran 2018;

b) Apabila target kinerja kegiatan DAK belum tercapai, sisa DAK dimaksud dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2019 untuk mendanai kegiatan yang sesuai pada bidang DAK yang sama sesuai prioritas nasional dengan menggunakan petunjuk teknis yang berlaku sesuai ketentuan.

5. Dana yang berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Bantuan Keuangan Provinsi yang telah disalurkan oleh Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kota Semarang dan belum seluruhnya digunakan atau dihabiskan akan dianggarkan kembali dalam APBD Tahun Anggaran 2019.

2.2.2.2 Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan dan bersifat penunjang bagi pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan. Kelompok belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga. Kebijakan untuk belanja tidak langsung di tahun 2019, diarahkan pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penganggaran untuk gaji Pegawai Aparatur Sipil Negara dianggarkan dengan berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Di tahun 2019 belanja gaji PNSD disusun dengan mengantisipasi accress dan kenaikan gaji pokok/tunjangan-tunjangan serta pemberian gaji ketiga belas dan gaji keempat belas, disamping itu juga penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan calon PNSD sesuai formasi pegawai yang dibutuhkan di tahun 2019;

2. Penganggaran untuk belanja pegawai dan tunjangan Pimpinan dan Anggota DPRD mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2018 tentang hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD;

3. Anggaran untuk Tunjangan Perbaikan Penghasilan di tahun 2019 direncanakan naik dengan berpedoman pada ketetapan tentang tambahan penghasilan bagi PNS dan CPNS di lingkungan Pemerintah Kota Semarang.

TPP ini diberikan kepada PNS dengan memperhatikan kinerja pegawai yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Pemberian TPP ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja PNS;

4. Penganggaran insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah mempedomani Peraturan Pemerintah nomor 69 Tahun 2010 tentang tata cara

pemberian dan pemanfaatan insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

5. Bantuan keuangan kepada partai politik harus dialokasikan dalam APBD Tahun Anggaran 2019 dan dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partai politik penerima bantuan keuangan. Besaran penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik;

6. Belanja Tidak Terduga merupakan anggaran penyediaan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh Pemerintah.

Penganggaran belanja Tahun Anggaran 2019 dan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya yang disebabkan oleh bencana alam atau bencana lainnya;

7. Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial dilaksanakan berdasarkan Peraturan Walikota Kota Semarang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan Serta Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Semarang Nomor 38 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Kota Semarang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan dan

Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan Serta Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Penganggaran hibah dan bansos di tahun

Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan Serta Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Penganggaran hibah dan bansos di tahun

Dalam dokumen CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (Halaman 12-179)

Dokumen terkait