• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1.2. Penonjolan Aspek Tertentu Dari Suatu Isu

Penonjolan sebuah aspek yang tertentu ini sangat berkaitan dengan penulisan fakta. Proses tersebut sangat berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas untuk dibaca khalayak. Pilihan kata – kata tertentu yang dipakai tidak sekadar teknik jurnalistik, melainkan sebagai politik bahasa. Bagaimana sebuah bahasa – yang dalam hal ini umumnya pilihan kata – kata yang dipilih, dapat menciptakan realitas tertentu kepada khalayak. Kata – kata tertentu tidak hanya memfokuskan perhatian khalayak pada masalah tertentu, namun juga membatasi persepsi dan mengarahkannya pada cara berpikir dan keyakinan tertentu. Dengan kata lain kata – kata yang dipakai dapat membatasi seseorang melihat dari sudut pandang lain,

menyediakan aspek tertentu dari suatu peristiwa dan mengarahkannya untuk memahami suatu peristiwa. Hilang sudah kesempatan untuk menilai apa yang sebenarnya terjadi.

II.2. BERITA

Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia. Dalam gambaran yang sederhana, seperti yang dilukiskan oleh para pakar jurnalistik, berita adalah apa yang ditulis oleh surat kabar, apa yang disiarkan oleh radio, dan apa yang ditayangkan oleh televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak semua fakta merupakan berita. Berita biasanya menyangkut orang – orang, tetapi tidak setiap orang dapat dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan (AS Haris Sumadiria, 2005 : 63).

Menurut Paul De Massener, berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak (Errol Jonathans dalam Mirza, 2000:68-69). Namun, bagaimanakah wartawan mempersepsikan fakta/peristiwa yang akan diliput?

Seperti yang dikatakan MacDougall, setiap hari ada jutaan peristiwa yang terjadi di dunia ini, dan semuanya dapat dijadikan berita. Karenanya, berita adalah peristiwa yang telah ditentukan sebagai berita, bukan peristiwa itu sendiri. Harus dinilai terlebih dahulu semua peristiwa itu. Lalu dengan nilai – nilai tersebut lah,

akan dapat ditentukan bagian mana saja dari peristiwa yang layak diberitakan, dan dapat pula ditentukan bagaimana bentuk serta cara mengemasnya.

Adapun bentuk – bentuk berita yang sering ditampilkan pada media – media, seperti straight news report, depth news report, comprehensive news,

interpretative report, feature story, depth reporting, investigative reporting, dan editorial writing.

Straight news report adalah laporan langsung mengenai sebuah peristiwa.

Biasanya berita yang disajikan adalah apa – apa yang terjadi dalam waktu yang singkat. Berita dalam jenis ini ditulis dengan unsur – unsur yang dimulai dari

what,who, when, where, why, dan how (5W1H).

Depth news report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan stragiht news report. Wartawan menghimpun informasi dengan fakta – fakta mengenai

peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan informasi, bukan opini wartawan. Fakta – fakta yang nyata masih besar.

Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat

menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh sesungguhnya merupakan jawaban terhadap kritik sekaligus kelemahan yang terdapat pada berita

straight. Berita langsung bersifat sepotong – potong, tidak utuh, hanya merupakan

serpihan fakta setiap hari. Tidak peduli dengan hubungan atau keterkaitan antara berita yang satu dengan berita yang lain. Namun, berita menyeluruh mencoba untuk menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.

Interpretative report lebih dari straight dan depth news. Berita jenis ini

biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa – peristiwa kontroversial. Namun fokus laporannya masih mengenai fakta, bukan opini. Jenis laporan ini bergantung pada pertimbangan nilai dan fakta, maka sebagian pembaca menyebutnya sebagai “opini”. Laporan interpretatif ini biasanya dipusatkan pada pertanyaan “mengapa”. Pendeknya berita interpretatif bersifat bertanya, apa makna sebenarnya dari peristiwa tersebut.

Feature story berbeda dengan jenis – jenis yang di atas. Dalam laporan –

laporan jenis berita sebelumnya, reporter menyajikan informasi yang penting untuk para pembaca. Sedangkan dalam feature, penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca/pemirsanya. Penulis berita jenis ini menyajikan suatu pengalaman pembaca (reading experiences) yang lebih bergantung pada gaya penulisan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.

Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam,

lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomena atau aktual. Dengan membacanya orang akan mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai sudut pandang. Laporan ini, dalam tradisi pers kita sering disajikan dalam rubrik khusus seperti laporan utama, bahasan

utama, fokus. Berita yang dibagi ke dalam beberapa judul ini, ditulis oleh sebuah

tim liputan, yang harus disiapkan secara matang. Biasanya penulisan memakan waktu beberapa hari atau minggu, dan membutuhkan biaya peliputan yang cukup besar.

Investigative reporting berisikan hal – hal yang tidak jauh dengan laporan

kontroversi. Namun demikian, dalam laporan investigatif ini para wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaan dalam proses peliputannya sering ilegal malah bahkan tidak etis.

Editorial writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang

pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita – berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum. Para penulis editorial bukan bekerja untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sebuah surat kabar, majalah, radio, ataupun stasiun televisi.

Bentuk – bentuk berita yang diteliti dalam penelitian ini adalah bentuk

straight news, depth news, dan bentuk feature story.

Contoh bentuk berita straight news adalah sebagai berikut :

“Kasus senjata api milik alm Brigjen Koesmayadi, wakil asisten logistik (Waaslog) kepala staf TNI Angkatan Darat, semakin berkembang. Jumlahnya membengkak menjadi 180 pucuk. Sebagian ternyata dititipkan di Kopassus, dan sebagian ditemukan di rumah Rafflesia Hill Cibubur.

Saat ini, sudah 31 orang diperiksa. Mereka berpangkat prajurit dua (prada) hingga kolonel. Salah satunya adalah menantu Koesmayadi, Kapten CPM Ahmad Irianto. Kini dia diamankan di Paspampres.

Pusat Polisi Militer AD (Puspom AD) juga akan memintai keterangan sejumlah jenderal, termasuk yang sudah pensiun. ‘Sekarang ini masih diperiksa asal – asul senjatanya dan siapa saja yang terlibat,’ ujar Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto kepada wartawan di Kantor Menkopolhukam kemarin.” (Sumut Pos, Rabu 5 Juli 2006)

Contoh bentuk depth news :

“Pasca eksekusi terhadap tiga terpidana kasus kerusuhan Poso, Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwa, aksi anarkis massa merebak di beberapa kota di Indonesia. Aksi itu dipicu ketidakpuasan atas eksekusi itu.

Keterangan yang dihimpun Kantor Pengadilan Negeri Maumere di Kabipaten Sikka, Pula Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat, sekitar pukul 18.30 Wita dibakar massa...

Sementara aksi anarkis massa juga terjadi di Atambua. Masssa menyerang Lembaga Pemasyarakatan (LP) Atambua juga disertai dengan memaksa warga binaan LP (Napi dan Tahanan) untuk meninggalkan LP, dengan rincian yakni gelombang pertama memaksa 190 napi dan tahan kabur, kemudian gelombang kedua memaksa 15 yang masih tertahan di LP tersebut keluar LP, sedangkan 10 orang di antaranya berhasil diungsikan petugas...

Sementara itu sekira 2.000 orang warga dari berbagai desa di Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, menyambut kedatangan jenazah Fabianus Tibo dan Marianus Riwu di Beteleme yang dievakuasi melalui Soroako,

Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan usai dieksekusi oleh regu tembak di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat dini hari...” (Waspada, Senin 25 September 2006)

Contoh bentuk feature story :

“Sejak awal, cerita sedih Ihsan sudah sering digemakan. Di awal kedatangannya ke Jakarta, Ihsan langsung mendapat simpati dari salah satu dewan juri, Titi Dwijayati. Juri yang terkenal baik hati ini memberinya dua pasang baju, lengkap dengan ikat pinggangnya.

Latar belakang kehidupannya semakin terekspose seiring berjalannya kompetisi. Simpati terus berdatangan. Mulai dari mantan wapres Hamzah Haz, Gubsu Rudolf Pardede, bupati hingga staf protokoler DPR/MPR Mara S Siregar ikut andil dalam kesuksesan Ihsan menjaring suara.

‘Saya sedih kalau dibilang memanfaatkan cerita keluarga saya. Tapi memang seperti itu kondisi keluarga kami,’ paparnya.” (Sumut Pos, Senin 21 Agustus 2006)

Berita harus memiliki unsur – unsur yang menjadikannya layak sebagai sebuah berita. Berdasar kepada Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia pasal 5 yang berbunyi: “Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dan ketepatan, serta tidak mencampurkan fakta dan opini. Tulisan berisi interpretasi dan opini wartawan agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya”, Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat dalam buku Jurnalistik : Teori dan Praktik (Hikmat Kusumaningrat 2005 : 47) mengatakan agar sebuah laporan layak disebut berita maka laporan tersebut harus akurat, lengkap adil, berimbang, tidak bercampur

antara opini dan fakta (objektif), serta ringkas, jelas dan hangat. Sifat – sifat

istimewa berita ini sudah terbentuk sedemikian kuatnya sehingga bukan saja membentuk khas praktik pemberitaan tetapi juga berlaku sebagai pedoman dalam menyajikan dan menilai layak tidaknya suatu berita untuk dimuat. Ini semua membangun prinsip – prinsip kerja yang mengkondisikan pendekatan profesional terhadap berita dan membimbing wartawan dalam pekerjaannya sehari – hari.

Dokumen terkait