• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA DAN PEDOMAN PRINSIP

Pengantar, Konsep dan Tipe Sistem Perbenihan Berbasis

PELAJARAN 2: PENTINGNYA DAN PEDOMAN PRINSIP

Tujuan

1. Membahas isu yang berkaitan dengan sumber benih, jaminan kualitas, dan ketersediaan

2. Memahami bagaimana SPBM dapat berkontribusi memecahkan permasalahan benih padi gogo di wilayah sub-optimal

SPBM bertujuan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidak amanan benih dan erosi keragaman sumber daya genetik padi.

Masalah yang terkait dengan ketersediaan benih 1. Benih yang tersedia berkualitas buruk.

2. Petani menggunakan varietas tradisional yang hasilnya rendah, tetapi mungkin memiliki sifat-sifat yang diinginkan petani.

3. Petani menggunakan benih dari hasil panen sendiri untuk musim tanam berikutnya.

4. Petani menggunakan benih dari gabah yang disimpan untuk konsumsi rumah tangga mereka.

5. Petani mengalami kesulitan mengakses benih baru yang mereka inginkan. 6. Kekeringan, kebanjiran, dan fasilitas penyimpanan yang tidak memadai

memberikan tekanan pada pasokan/suplai benih. Keamanan benih = keamanan pangan

7. Pertukaran benih terbatas hampir terjadi di sebagian besar tempat dan waktu di desa atau antardesa, tapi benih biasanya diberikan hanya sebagai hadiah, dan sebagian besar terjadi di antara anggota keluarga dekat. 8. Perempuan di desa memainkan peran penting dalam produksi, kesehatan,

pemeliharaan, dan penyimpanan benih, tetapi peran mereka kurang diakui.

9. Area yang ditanami varietas tradisional cenderung menurun, padahal ini penting bagi petani sebagai sumber mata pencaharian, ketahanan pangan, dan keragaman spesies tanaman bermanfaat.

10.Pertukaran benih dari petani ke petani berjalan lambat karena infrastruktur

jalan yang buruk, biasanya hanya dapat diakses oleh kuda atau sepeda mo-tor.

Kekhawatiran terkait dengan upaya pelestarian keanekaragaman hayati 1. Erosi keragaman genetik padi gogo karena penggunaan varietas modern

yang menggantikan varietas tradisional.

2. Kemiskinan mengikis kuantitas dan keragaman benih.

3. Semakin meningkatnya tuntutan untuk mempertahankan keragaman hayati pertanian.

4. Varietas padi yang ada di desa sebagian besar varietas lokal tradisional. Peran masyarakat dalam membangun dan memperkuat sistem

perbenihan

1. Menjaga banyak pilihan varietas yang tersedia bagi petani dan masyarakat, mempertahankan keamanan benih dan melestarikan keragaman hayati pertanian.

2. Mendorong masyarakat untuk memproduksi benih berkualitas.

3. Melestarikan dan mengonservasi varietas tradisional yang memiliki karakteristik penting bagi petani sebagai sumber koleksi plasma nutfah. 4. Memahami efek negatif dari mengonversi pola tanam ke monokultur dan

kehilangan keanekaragaman tumbuhan di lingkungan mereka.

5. Memperkuat sistem perbenihan informal masyarakat yang dapat memberikan nilai ekonomi.

Keluaran dari kegiatan

1. Peningkatan produksi varietas tradisional bernilai tinggi untuk konsumsi dan sesuai permintaan pasar.

2. Peningkatan pendapatan dari penjualan benih dan produksi tanaman yang penting secara ekonomis.

“Sistim Perbenihan Berbasis Masyakarat” dipandang sebagai mekanisme yang efektif untuk meningkatkan konservasi in situ benih

3. Peningkatan sistem ketahanan pangan melalui praktek-praktek manajemen dan teknologi tepat guna.

4. Peningkatan keragaman plasma nutfah padi dalam usahatani. 5. Peningkatan karakterisasi sifat dari landraces.

6. Peningkatan keamanan pangan melalui peningkatan produksi.

7. Peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pemilihan varietas dan tanaman

Manfaat yang bisa diperoleh dari komponen SPBM

Akses terhadap informasi dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas padi melalui SPBM dapat memberikan manfaat bagi petani sbb:

o Penggunaan varietas padi toleran perubahan iklim bisa memberikan keuntungan 100-300 kg/ha gabah lebih banyak dari varietas tradisional, berdasarkan umpan balik petani selama diskusi kelompok terfokus (FGD). o SPBM berkontribusi terhadap konservasi in situ varietas padi gogo

tradisional bernilai tinggi yang mempunyai harga premium di pasar. o Diperoleh keuntungan 10-15% dengan menerapkan praktek pengelolaan

kesehatan benih (Mew et al., 2004).

o Percobaan partisipatif petani di Filipina dengan menggunakan benih yang berkualitas baik dibandingkan dengan benih petani sendiri dari varietas yang sama menunjukkan peningkatkan hasil hampir 20% (pada lingkungan produktivitas hasil rendah) (Diaz et al., 2001).

o Di Bangladesh, teknologi ramah lingkungan seperti pengeringan dan penyimpanan benih meningkatkan daya kecambah 20% dan mengurangi 41% jumlah benih yang dibutuhkan dibanding cara petani (Mia et al., 2008).

o Penurunan serangan hama/penyakit dari diversifikasi genetik memberikan kontribusi peningkatan hasil 5-7%.

o Keuntungan dari peningkatan hasil dan kenaikan harga cukup untuk memberi makan rata-rata 5 anggota keluarga di daerah padi gogo, dengan luas lahan 1,5 ha.

o Pendapatan dari tanaman non-padi dan keuntungan dari hasil padi membantu mengurangi kelaparan dari 4 menjadi 2 bulan selama musim paceklik di In-dia.

o Tanaman non-padi yang cocok untuk daerah dengan sistem berbasis padi berfungsi sebagai penyangga kerugian hasil tanaman padi, menyediakan makanan selama kekurangan beras pada saat pra-panen, atau bisa dijual untuk penghasilan tambahan.

o Teknologi konservasi tanah dapat mencegah degradasi lahan dan meningkatkan produktivitas.

o Konservasi sumber daya genetik yang beragam dalam sistem diversifikasi usahatani meningkatkan ketahanan pangan.

Diskusi kelompok petani (FGD) di Arakan Valley, Filipina, menunjukkan penggunaan varietas yang disukai petani, rata-rata hasil panen padi meningkat

dua kali dari 1,2-2,1 t/ha menjadi 2,4-4,2 t/ha. Dengan laba bersih yang diterima, petani mampu membeli bahan makanan dan membayar pengeluaran rumah tangga. Secara keseluruhan, keterlibatan mereka dalam adopsi teknologi SPBM telah mengurangi bulan “kelaparan” dari 6-8 bulan menjadi hanya 2-3 bulan (Zolvinski, 2008). Petani Arakan Community Seed Bank Organization (ACSBO) menunjukkan bahwa mereka diuntungkan dengan adanya sistem penanaman tanaman baru yang menggunakan sedikit tenaga kerja dan manajemen pengelolaan gulma dan hara yang lebih baik.

Prinsip-prinsip panduan SPBM

o Penekanan pada dimensi sosial sama pentingnya dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi kondisi biofisik.

o Pemahaman yang lebih besar dari kompleksitas pembangunan pertanian yang mengharuskan penggunaan pendekatan multidisiplin.

o Memastikan ada jaringan di antara warga yang dibangun atas kekuatan masing-masing individu atau kelompok menjadi kekuatan yang tangguh. o Partisipasi yang lebih besar dari perempuan dalam pembangunan dan perhatian yang sama/seimbang terhadap akses dan kontrol sumber daya.

Daftar Pustaka

Diaz, C., M. Hossain, S. Merca, T.W. Mew. 2001. Seed quality and effect on rice yield: findings from farmer participatory experiments in Central Luzon, Philippines, In: Mew, T.W. and B. Cottyn (eds), Seed health and seed-as-sociated microorganisms for rice disease management, Limited Proceed-ings, No, 6, 2001, International Rice Research Institute, Los Baños, La-guna, Philippines.

Aktivitas

Membentuk empat kelompok untuk mendiskusikan topik berikut: 1. Isu umum dan keprihatinan petani sehubungan dengan ketersediaan

varietas, benih, dan kualitasnya?

2. Bagaimana menangani masalah ini dan siapa aktor yang terlibat?

Gambar 3.3. FGD di Indramayu dalam mengumpulkan informasi primer mengenai kondisi sosial dan biofisik di lokasi target SPBM.

Mew T.W., H. Leung, S. Savary, C.M. Vera Cruz, J. E. Leach. 2004. Looking ahead in rice disease research and management. Crit. Rev Plant Sci, 23:1-25.

Mia, M.A.T., J. A. Begum, S.M.A. Haque, S.M.M. Rahman, C. Diaz, F. Elazegui, T.W. Mew. 2008. Improved methods of seed production, drying and pres-ervation at the farmers’ level, In: Mew, T.W. and M. Hossain (eds), Seed health improvement for pest management and crop production, Papers presented at the technical sessions of the final workshop on the rice seed health improvement project, Dhaka, Bangladesh, Limited Proceedings, No, 13, 2008, International Rice Research Institute, Los Baños, Laguna, Philippines.

Zolvinski, S. 2008. Listening to farmers: qualitative impact assessments in unfavorable rice environments, Technical Bulletin No, 12, IRRI.