• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jika dalam penulisan berita pada media cetak yang menggunakan rumus 5W + 1H, dalam penulisan berita media televisi mengunakan rumus-rumus 5”C”. Sebenarnya, dalam penulisan berita televisi pun masih tetap menggunakan rumus 5W + 1H, namun ada beberapa istilah yang jarang, atau bahkan tidak pernah kita dengar sebelumnya yang digunakan dalam penulisan berita televisi, seperti yang dikutip dalam buku Jurnalistik

Televisi, diantaranya:

1. Compelling

Dalam membuat sebuah berita untuk televisi hendaknya seorang reporter menulis berita yang menarik (compelling) : bentuk kalimat aktif. Susunan berita dengan menggunakan kalimat aktif karena lebih kuat dan lebih menarik. Selain itu, kalimat aktif juga lebih pendek daripada kalimat pasif.

Dalam kalimat berita TV batasi untuk satu gagasan saja. Hal tersebut akan memudahkan para pemirsa untuk menangkap dan memahami isi berita. Jangan menggunakan bahasa jargon atau slang, yang hanya dikenal di kalangan tertentu saja. Hindari sususan kalimat yang rumit.

3. Concise

Gunakan kalimat-kalimat pernyataan (deklaratif). Kalimat-kalimatnya pendek. Menurut hasil riset, kalimat pendek lebih mudah dipahami dan lebih kuat, ketimbang kalimat-kalimat panjang. Ukuran kalimat pendek tidak lebih dari 20 kata.

4. Cliché free

Jangan gunakan kalimat klise. Kalimat klise sulit dihindari oleh para reporter. Klise yang dimaksud adalah kalimat yang sudah terlalu sering digunakan. Seperti kalimat “Kasus itu masih dalam penyelidikan”. Kalimat klise seperti ini tidak memberi informasi tambahan apapun kepada pemirsa.

5. Conversational

Televisi jelas bukan media cetak. Reporter TV melaporkan dalam bentuk audio- visual, maka naskah berita harus ditulis agar mudah untuk didengar dan diingat. Pemirsa televisi melihat (gambar/visual) dan sekaligus mendengar (suara/audio). Jadi, reporter disini tidak perlu menjelaskan apa yang sedang terjadi, jika kejadian itu terekam dalam kamera. Reporter hanya boleh menjelaskan kejadian yang tidak telihat oleh mata pemirsa dalam liputan tersebut. Jika di belakang reporter sedang terjadi kebakaran dan penduduk sekitar membantu memadamkan api, maka jangan sebutkan hal itu. Karena penonton dapat melihatnya dari televisi. Yang

perlu dijelaskan adalah berapa banyak pemadam kebakaran yang membantu memadamkan api, apa penyebab kebakaran, dimana kejadiannya, dan sebagainya.

E.3. Teori Media - Masyarakat

Sebuah media massa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Harold D. Laswell dalam The Structure and Function of Communication in

Society menyebutkan bahwa fungsi media massa adalah :

 Korelasi antarbagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan

 Pengawasan lingkungan

 Warisan sosial dari satu generasi ke generasi lain

 Hiburan

Selain itu, dalam buku Teori Komunikasi Massa milik John Vivian dijelaskan bahwa, media massa mempunyai peran dalam kebudayaan yang berkembang di masyarakat. Dengan dijadikannya media massa sebagai media penyalur ide-ide yang berkembang itulah orang-orang kreatif mempunyai tempat untuk menyalurkannya pada orang lain. Masyarakat tidak akan pernah lepas dari media massa. Karena segala macam kebutuhan informasi, hiburan, dan pendidikan ada di dalamnya.

Dalam buku Teori Komunikasi Massa Dennis McQuail, teori masyarakat massa menekankan kesalingtergantungan lembaga yang menjalankan kekuasaan dan juga integrasi media kepada sumber kekuasaan sosial dan otoritas. Kontennya sering kali melayani kepentingan politik dan ekonomi dari pemegang kekuasaan. Media tidak dapat diharapkan untuk menawarkan definisi kritis atau alternatif kepada dunia dan mereka

cenderung membentuk akomodasi dalam ketergantungan publik pada takdir mereka. Ide dasarnya adalah bahwa media menawarkan pandangan mengenai dunia, sebuah lingkungan semu atau pengganti yang merupakan alat potensial untuk melakukan manipulasi terhadap masyarakat, tetapi juga membantu mereka bertahan dalam situasi yang sulit. Selain itu, penilaian teori masyarakat massa mengenai media adalah :

 Masyarakat diatur secara terpusat dan dalam skala besar

 Publik menjadi terpecah-belah

 Media tersentralisasi, dengan penyiaran satu arah

 Masyarakat menjadi bergantung pada media untuk mengetahui identitas mereka

 Media digunakan untuk manipulasi dan kontrol.

E.4. Undang-Undang Penyiaran Tentang Deversitas Isi Siaran

Di Indonesia, aktifitas penyiaran baik media televisi maupun radio di atur oleh Undang-undang penyiaran. Ini dilakukan agar semua aktifitas penyiaran memiliki dasar hukum yang jelas dan tidak merugikan pihak manapun, selain itu diharapkan dapat memberikan program-program acara yang dapat mencerdaskan bangsa. Undang-undang ini berlaku untuk semua televisi negara, atau swasta yang mencakup siaran nasional maupun lokal. Begitu juga dengan radio. Dalam Undang-undang penyiaran telah dijelaskan dan ditentukan bahwa konten acara, baik itu program berita maupun program acara tidak boleh mengandung unsur SARA. Seperti yang tercantum pada pasal di bawah ini :

1. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.

2. Isi siaran dan jasa penyiaran televisi, yang diselengarakan oleh lembaga penyiaran swasta dan lembaga penyiaran public, wajib memuat sekurang- kurangnya 60% (enam puluh per seratus) maka acara yang berasal dari dalam negeri.

3. Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.

4. Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu.

5. Isi siaran dilarang:

a. Bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;

b. Menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkoba dan obat terlarang; atau

c. Mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.

6. Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.

Selain menentukan keberagaman isi berita, Undang-undang penyiaran juga menetapkan tentang bahasa yang digunakan dalam suatu siaran televisi, dimana dalam pasal 37 disebutkan bahwa bahasa utama yang digunakan dalam program siaran harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti yang tercantum dalam pasal di bawah ini :

Pasal 37

Bahasa pengantar utama dalam penyelenggaraan program siaran harus Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Selain menggunakan bahasa Indonesia, penggunaan bahasa daerah maupun bahasa asing dalam suatu program siaran juga diperbolehkan, namun disesuaikan dengan kebutuhan dari konten program tersebut, seperti yang tercantum dalam pasal 38 ayat 1 dan 2:

Pasal 38

1. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam penyelenggaraan program siaran muatan lokal dan, apabila diperlukan, untuk mendukung mata acara tertentu.

2. Bahasa asing hanya dapat digunakan sebagai bahasa pengantar sesuai dengan keperluan suatu mata acara siaran.

E.5. Analisis isi

Analisis isi (content analysis) adalah suatu metode untuk mengamati dan mengukur isi komunikasi. Analisis isi sering dipakai untuk mengetahui frekwensi dalam komunikasi.

Banyak pakar yang mengatakan bahwa analisis isi lebih tepat menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebagaimana dikatakan oleh Barelson bahwa analisis isi adalah teknik penelitian untuk mendeskripsikan isi komunikasi (manifest) secara objektif, sistematik, dan kuatitatif (Ritonga: 2004).

E.5.1. Tujuan Dilakukannya Analisis Terhadap Isi Pesan Komunikasi

Menurut Denis Mcquail, analisis yang dilakukan dalam komunikasi memiliki beberapa tujuan, yaitu :

a. Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media b. Membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial

c. Isi media merupakan refleki nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat

d. Mengetahui fungsi dan efek media e. Mengevaluasi media performance f. Mengetahui apakah ada bias media

E.6. Definisi konseptual

Dokumen terkait