BAB IV HASIL PENELITIAN
4.3. Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu dengan
crassipes)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penurunan tingkat pencemaran
air limbah tahu dengan parameter TSS, pH, BOD dan COD secara biofiltrasi
dengan menggunakan perlakuan variasi enceng gondok menutupi luas permukaan
bak, yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0%, 25%, 50% dan 75%. Dan adanya perlakuan
waktu 3 taraf yaitu hari ketiga, keenam dan kesembilan dan setiap perlakuan
diulang sebanyak 3 kali.
4.3.1. Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu untuk Parameter TSS (Total Suspended Solid) dengan Perlakuan BiofiltrasiMenggunakan Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
Penelitian yang telah dilakukan tentang penurunan tingkat pencemaran air
limbah tahu untuk parameter TSS secara biofiltrasi dengan menggunakan enceng
gondok dengan variasi 0%, 25%, 50% dan 75% dan lama hari pengamatan yaitu
hari ketiga, keenam dan kesembilan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan maka
Tabel 4.2. Hasil Parameter TSS (Total Suspended Solid) pada Limbah Cair Tahu dengan Perlakuan Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
No Perlakuan
Parameter TSS pada
Limbah Cair Tahu Rata-rata (mg/l) Besar Penurunan Nilai TSS (%) Pengulangan 1 2 3 Sebelum Perlakuan 1. Kadar awal 1066 1064 1062 1064 0 Sesudah Perlakuan
2. Hari ke-3 Kontrol (0%) 795 794 793 794 25,38
25% 431 427 426 428 59,77
50% 128 127 126 127 88,06
75% 186 183 180 183 82,80
3 Hari ke-6 Kontrol (0%) 780 779 777 779 26,79
25% 211 208 207 209 80,36
50% 215 212 212 213 79,98
75% 152 151 151 151 85,81
4 Hari ke-9 Kontrol (0%) 345 345 342 344 67,67
25% 309 308 304 307 71,15
50% 317 316 316 316 70,30
75% 237 237 234 236 77,82
Pada tabel 4.2 diatas terlihat bahwa parameter TSS (Total Suspended Solid) pada dua belas perlakuan biofiltrasi menggunakan enceng gondok menunjukkan hsil yang berbeda. Pada perlakuan hari ketiga, parameter TSS yang
paling tinggi terdapat pada variasi kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar 794
mg/l dan mengalami penurunan sebesar 25,38%. sedangkan parameter TSS paling
rendah terdapat pada variasi 50% yaitu dengan rata-rata sebesar 127 mg/l dan
mengalami penurunan sebesar 88,06%.
Selain itu pada tabel 4.2 juga terlihat parameter TSS pada perlakuan
biofiltrasi menggunakan enceng gondok pada hari keenam. Parameter TSS yang
paling tinggi terdapat pada variasi kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar 779
mg/l dan mengalami penurunan sebesar 26,79%. sedangkan parameter TSS paling
rendah terdapat pada variasi 75% yaitu dengan rata-rata sebesar 151 mg/l dan
Pada perlakuan hari ke-9, parameter TSS yang paling tinggi terdapat pada
variasi kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar 344 mg/l dan mengalami
penurunan sebesar 67,67%. sedangkan parameter TSS paling rendah terdapat pada
variasi 75% yaitu dengan rata-rata sebesar 236 mg/l dan mengalami penurunan
sebesar 77,82%.
Gambar 4.1. Perbandingan Penurunan Parameter TSS (Total Suspended Solid) pada Limbah Cair Tahu
Pada Gambar 4.1 diatas menunjukkan perbandingan penurunan parameter
TSS pada limbah cair tahu dengan perlakuan biofiltrasi menggunakan enceng
gondok. Pada variasi kontrol (0%) terjadi penurunan yang paling signifikan yaitu
menurunnya kadar TSS sampai 67,67% pada hari kesembilan. Pada variasi 25%
penurunan yang paling signifikan sampai 80, 36% terjadi pada hari keenam. Pada
variasi 50% penurunan yang paling signifikan terjadi pada hari ketiga dan pada
variasi 75% penurunan yang paling signifikan terjadi pada hari keenam.
4.3.2. Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu untuk Parameter pH dengan Perlakuan BiofiltrasiMenggunakan Enceng Gondok (Eichornia Crassipes)
Penelitian yang telah dilakukan tentang penurunan tingkat pencemaran air
gondok dengan variasi 0%, 25%, 50% dan 75% dan lama hari pengamatan yaitu
hari ketiga, keenam dan kesembilan dan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan
maka diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3. Hasil Parameter pHpada Limbah Cair Tahu dengan Perlakuan Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
No Perlakuan
Parameter pH pada Limbah Cair Tahu
Rata-rata Besar Peningkatan Nilai pH (%) Pengulangan 1 2 3 Sebelum Perlakuan 1 Kadar awal 4,6 4,6 4,9 4,7 0 Sesudah Perlakuan
2 Hari ke-3 Kontrol (0%) 5,6 5,6 5,6 5,6 16,07
25% 5,6 5,6 5,6 5,6 16,07
50% 6,2 6,1 6,0 6,1 22,95
75% 6,1 5,9 5,8 5,9 20,34
3 Hari ke-6 Kontrol (0%) 5,6 5,6 5,6 5,6 16,07
25% 6,9 6,6 6,5 6,7 29,85
50% 6,8 6,7 6,6 6,7 29,85
75% 6,9 6,9 6,9 6,9 31,88
4 Hari ke-9 Kontrol (0%) 6,3 6,3 6,3 6,3 25,40
25% 7,1 6,9 6,9 7,0 32,86
50% 6,9 6,9 6,9 6,9 31,88
75% 7,1 7,0 6,8 7,0 32,86
Pada tabel 4.3 diatas terlihat bahwa parameter pH pada dua belas
perlakuan biofiltrasi menggunakan enceng gondok menunjukkan hasil yang
berbeda. Pada perlakuan hari ketiga, parameter pH yang paling tinggi terdapat
pada variasi kontrol (50%) yaitu dengan rata-rata sebesar 6,1 dan mengalami
peningkatan sebesar 22,95%. sedangkan parameter pH paling rendah terdapat
pada variasi kontrol (0%) dan 25% yaitu dengan rata-rata sebesar 5,6 dan
mengalami peningkatan sebesar 16,07%.
Selain itu pada tabel 4.3 juga terlihat parameter pH pada perlakuan
paling tinggi terdapat pada variasi 75% yaitu dengan rata-rata sebesar 6,9 dan
mengalami peningkatan sebesar 31,88%. sedangkan parameter pH paling rendah
terdapat pada variasi kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar 5,6 dan
mengalami peningkatan sebesar 16,07%.
Pada perlakuan hari ke-9, parameter pH yang paling tinggi terdapat pada
variasi 25% dan 75% yaitu dengan rata-rata sebesar 7,0 dan mengalami
peningkatan sebesar 32,86%. sedangkan parameter pH paling rendah terdapat
pada variasi kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar 6,3 dan mengalami
peningkatan sebesar 25,40%.
Gambar 4.2. Perbandingan Peningkatan Parameter pH pada Limbah Cair Tahu
Pada Gambar 4.2 diatas menunjukkan perbandingan peningkatan
parameter pH pada limbah cair tahu dengan perlakuan biofiltrasi menggunakan
enceng gondok.Pada semua variasi yaitu kontrol 0%, 25%, 50% dan 75% terjadi
peningkatan pH yang signifikan. Peningkatan tertinggi ada pada variasi 75%,
meningkat lagi pada hari keenam yaitu 31,88% dan kemudian meningkat lagi
menjadi 32,86% pada hari kesembilan.
4.3.3. Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Industri Tahuuntuk Parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand) dengan Perlakuan Biofiltrasi Menggunakan Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
Penelitian yang telah dilakukan tentang penurunan tingkat pencemaran air
limbah tahu untuk parameter BOD secara biofiltrasi dengan menggunakan enceng
gondok dengan variasi 0%, 25%, 50% dan 75% dan lama hari pengamatan yaitu
hari ketiga, keenam dan kesembilan dan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan
maka diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4. Hasil Parameter BODpada Limbah Cair Tahu dengan Perlakuan Enceng Gondok (Eichornia Crassipes)
No Perlakuan
Parameter BOD pada
Limbah Cair Tahu Rata-rata (mg/l) Besar Penurunan Nilai BOD (%) Pengulangan 1 2 3 Sebelum Perlakuan 1 Kadar awal 57,99 58,00 58,04 58,01 0 Sesudah Perlakuan
2 Hari ke-3 Kontrol (0%) 57,00 56,50 56,39 56,63 2,38
25% 47,34 47,24 46,66 47,08 18,84
50% 42,48 42,24 42,24 42,32 27,05
75% 41,46 41,30 41,23 41,33 28,75
3 Hari ke-6 Kontrol (0%) 42,30 42,30 42,30 42,30 27,08
25% 40,00 40,00 39,31 39,77 31,44
50% 39,00 38,50 38,06 38,52 33,60
75% 38,05 38,03 37,99 38,02 34,46
4 Hari ke-9 Kontrol (0%) 35,30 35,29 35,25 35,28 39,18
25% 31,43 31,43 31,43 31,43 45,82
50% 32,57 32,50 32,49 32,52 43,94
75% 29,45 29,45 29,45 29,45 49,23
Pada tabel 4.4 diatas terlihat bahwa parameter BOD pada dua belas
berbeda. Pada perlakuan hari ke-3, parameter BOD yang paling tinggi terdapat
pada variasi kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar 56,63 mg/l dan
mengalami penurunan sebesar 2,38%. sedangkan parameter BOD paling rendah
terdapat pada variasi 75% yaitu dengan rata-rata sebesar 41,33 mg/l dan
mengalami penurunan sebesar 28,75%.
Selain itu pada tabel 4.4 juga terlihat parameter BOD pada perlakuan
biofiltrasi menggunakan enceng gondok pada hari keenam. Parameter BOD yang
paling tinggi terdapat pada variasi kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar
42,30 mg/l dan mengalami penurunan sebesar 27,08%. sedangkan parameter BOD
paling rendah terdapat pada variasi 75% yaitu dengan rata-rata sebesar 38,02 mg/l
dan mengalami penurunan sebesar 34,46%.
Pada perlakuan hari kesembilan, parameter BOD yang paling tinggi
terdapat pada variasi kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar 35,28 mg/l dan
mengalami penurunan sebesar 39,18%. sedangkan parameter BOD paling rendah
terdapat pada variasi 75% yaitu dengan rata-rata sebesar 29,45 mg/l dan
Gambar 4.3. Perbandingan Penurunan Parameter BOD pada Limbah Cair Tahu
Pada Gambar 4.3 diatas menunjukkan perbandingan penurunan parameter
BOD pada limbah cair tahu dengan perlakuan biofiltrasi menggunakan enceng
gondok. Pada semua variasi yaitu kontrol 0%, 25%, 50% dan 75% terjadi
penurunan kadar BOD yang signifikan. Penurunan tertinggi ada pada variasi 75%,
yaitu 49,23% pada hari kesembilan dan penurunan terendah ada pada variasi
kontrol (0%) pada hari ke-3 sebesar 2,38%.
4.3.4. Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu untuk Parameter COD (Chemical Oxygen Demand) dengan Perlakuan Biofiltrasi Menggunakan Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
Penelitian yang telah dilakukan tentang penurunan tingkat pencemaran air
limbah tahu dengan parameter COD secara biofiltrasi dengan menggunakan
enceng gondok dengan variasi 0%, 25%, 50% dan 75% dan lama hari pengamatan
yaitu hari ketiga, keenam dan kesembilan dan dilakukan sebanyak 3 kali
Tabel 4.5. Hasil Parameter CODpada Limbah Cair Tahu dengan Perlakuan Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
No Perlakuan
Parameter COD pada
Limbah Cair Tahu Rata-rata (mg/l) Besar Penurunan Nilai COD (%) Pengulangan 1 2 3 Sebelum Perlakuan 1 Kadar awal 161,13 161,10 161,07 161,10 0 Sesudah Perlakuan
2 Hari ke-3 Kontrol (0%) 157,50 157,40 157,00 157,30 2,36
25% 130,80 130,80 130,50 130,70 18,87
50% 117,50 117,50 117,50 117,50 27,06
75% 115,00 114,80 114,60 114,80 28,74
3 Hari ke-6 Kontrol (0%) 118,00 117,70 116,80 117,50 27,06
25% 110,60 110,50 110,40 110,50 31,41
50% 110,00 106,00 105,00 107,00 33,58
75% 105,80 105,6 105,40 105,60 34,45
4 Hari ke-9 Kontrol (0%) 150,00 98,00 96,00 98,00 39,17
25% 87,50 87,30 87,10 87,30 45,81
50% 90,45 90,30 90,24 90,33 43,93
75% 82,00 81,80 81,60 81,80 49,22
Pada tabel 4.5 diatas terlihat bahwa parameter COD pada dua belas
perlakuan biofiltrasi menggunakan enceng gondok menunjukkan hsil yang
berbeda. Pada perlakuan hari ketiga, parameter COD yang paling tinggi terdapat
pada variasi kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar 157,30 mg/l dan
mengalami penurunan sebesar 2,36%. sedangkan parameter COD paling rendah
terdapat pada variasi 75% yaitu dengan rata-rata sebesar 114,80 mg/l dan
mengalami penurunan sebesar 28,74%.
Selain itu pada tabel 4.5 juga terlihat parameter COD pada perlakuan
biofiltrasi menggunakan enceng gondok pada hari keenam. Parameter COD yang
paling tinggi terdapat pada variasi kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar
COD paling rendah terdapat pada variasi 75% yaitu dengan rata-rata sebesar
105,60 mg/l dan mengalami penurunan sebesar 34,45%.
Pada perlakuan hari kesembilan, parameter COD yang paling tinggi
terdapat pada variasi kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar 98,00 mg/l dan
mengalami penurunan sebesar 39,17%. sedangkan parameter COD paling rendah
terdapat pada variasi 75% yaitu dengan rata-rata sebesar 81,80 mg/l dan
mengalami penurunan sebesar 49,22%.
Gambar 4.4. Perbandingan Penurunan Parameter COD pada Limbah Cair Tahu
Pada Gambar 4.4 diatas menunjukkan perbandingan penurunan parameter
COD pada limbah cair tahu dengan perlakuan biofiltrasi menggunakan enceng
gondok. Pada semua variasi yaitu kontrol (0%), 25%, 50% dan 75% terjadi
penurunan kadar COD yang signifikan. Penurunan tertinggi ada pada variasi 75%,
yaitu 49,22% pada hari kesembilan dan penurunan terendah ada pada variasi
4.4. Analisa Statistik PerbedaanTingkat Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu pada Parameter TSS, pH, BOD dan COD dengan Perlakuan BiofiltrasiMenggunakan Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
Hasil penelitian tersebut kemudian dianalisis dengan uji statistik sidik
ragam untuk rancangan acak lengkap faktorial (Anova dua arah) pada taraf nyata
5%. Dari uji statistik ini dapat diketahui apakah ada perbedaan /penurunan tingkat
pencemaran limbah cair tahu secara biofiltrasi dengan menggunakan enceng
gondok secara signifikan atau tidak (Hartono, 2008) dengan hasil seperti yang
tertera pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.6. Hasil Analisis Sidik Ragam Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu pada Parameter TSS secara Biofiltrasi dengan Menggunakan Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sumber Kerag aman Jumlah Kuadrat (JK) Derajat bebas (db) Rata-rata Kuadrat F Hitung F tabel (α=5%) Waktu (T) 40636,17 2 20318,08 5898,80 3,40 Variasi (N) 1144279,19 3 381426,40 110736,7 3,01 Waktu*Variasi 488352,72 6 81392,12 23629,97 2,51 Galat 82,67 24 3,44 Total 5849243,00 36 Keterangan :
F tabel (α=5%) : dilihat dari tabel nilai kritis distribusi F
Pada tabel 4.6 diatas terlihat hasil Analisis Sidik Ragam, ternyata F hitung
perlakuan lama waktu (T) lebih besar daripada F tabel (5898,80>3,40) artinya Ho
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan waktu
perlakuan/pengukuran air limbah tahu terhadap penurunan kadar TSS. Hasil F
hitung perlakuan variasi enceng gondok menutupi luas permukaan (N) lebih besar
signifikan variasi enceng gondok menutupi luas permukaan bak terhadap
penurunan kadar TSS pada air limbah industri tahu. Hasil F hitung perlakuan lama
waktu interaksi variasi enceng gondok menutupi luas permukaan lebih besar dari
F tabel (23629,97>2,51). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan perlakuan lama waktu interaksi variasi enceng gondok menutupi luas
permukaan secara bersama - sama terhadap penurunan kadar TSS pada limbah
cair tahu.
Tabel 4.7. Hasil Analisis Sidik Ragam Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu pada Parameter pH secara Biofiltrasi dengan Menggunakan Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat (JK) Derajat bebas (db) Rata-rata Kuadrat F Hitung F tabel (α=5%) Waktu (T) 5,937 2 2,969 288,838 3,40 Variasi (N) 3,421 3 1,140 110,946 3,01 Waktu*Variasi 1,185 6 0,198 19,216 2,51 Galat 0,247 24 0,010 Total 1463,670 36 Keterangan :
F tabel (α=5%) : dilihat dari tabel nilai kritis distribusi F
Pada tabel 4.7 diatas terlihat hasil Analisis Sidik Ragam, ternyata F hitung
perlakuan lama waktu (T) lebih besar daripada F tabel (288,838>3,40) artinya Ho
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan perlakuan
lama waktu air limbah tahu terhadap penurunan kadar pH. Hasil F hitung
perlakuan variasi enceng gondok menutupi luas permukaan (N) lebih besar dari F
tabel (110,946>3,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
menutupi luas permukaan bak terhadap penurunan kadar pH pada air limbah
industri tahu. Hasil F hitung perlakuan lama waktu interaksi variasi enceng
gondok menutupi luas permukaan lebih besar dari F tabel (19,216>2,51). Hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan perlakuan lama waktu
interaksi variasi enceng gondok menutupi luas permukaan secara bersama –
samaterhadap penurunan kadar pH pada air limbah tahu.
Tabel 4.8. Hasil Analisis Sidik Ragam Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu pada Parameter BOD secara Biofiltrasi dengan Menggunakan Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat (JK) Derajat bebas (db) Rata-rata Kuadrat F Hitung F tabel (α=5%) Waktu (T) 1291,427 2 645,714 11793,858 3,40 Variasi (N) 367,256 3 122,419 2235,960 3,01 Waktu*Variasi 158,954 6 26,492 438,878 2,51 Galat 1,314 24 0,055 Total 58142,107 36 Keterangan :
F tabel (α=5%) : dilihat dari tabel nilai kritis distribusi F
Pada tabel 4.8 diatas terlihat hasil Analisis Sidik Ragam, ternyata F hitung
perlakuan lama waktu (T) lebih besar daripada F tabel (11793,858>3,40) artinya
Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan perlakuan
lama waktu air limbah tahu terhadap penurunan kadar BOD. Hasil F hitung
perlakuan variasi enceng gondok menutupi luas permukaan (N) lebih besar dari F
tabel (2235,960>3,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan variasi enceng gondok menutupi luas permukaan bak terhadap
penurunan kadar BOD pada limbah cair industri tahu. Hasil F hitung perlakuan
waktu interaksi variasi enceng gondok menutupi luas permukaan lebih besar dari
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan perlakuan lama
waktuinteraksi variasi enceng gondok menutupi luas permukaan secara bersama -
sama terhadap penurunan kadar BOD pada air limbah tahu.
Tabel 4.9. Hasil Analisis Sidik Ragam Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu pada Parameter COD secara Biofiltrasi dengan Menggunakan Enceng Gondok (Eichornia crassipes) Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat (JK) Derajat bebas (db) Rata-rata Kuadrat F Hitung F tabel (α=5%) Waktu (T) 99,48,994 2 4974,497 5114,419 3,40 Variasi (N) 2836,362 3 945,454 972,047 3,01 Waktu*Variasi 1228,054 6 204,676 210,433 2,51 Galat 23,343 24 0,973 Total 448535,250 36 Keterangan :
F tabel (α=5%) : dilihat dari tabel nilai kritis distribusi F
Pada tabel 4.9 diatas terlihat hasil Analisis Sidik Ragam, ternyata F hitung
perlakuan lama waktu (T) lebih besar daripada F tabel (5114,419>3,40) artinya
Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan perlakuan
lama waktu air limbah tahu terhadap penurunan kadar COD. Hasil F hitung
perlakuan variasi enceng gondok menutupi luas permukaan (N) lebih besar dari F
tabel (972,047>3,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
variasi enceng gondok menutupi luas permukaan bak terhadap penurunan kadar
COD pada air limbah industri tahu. Hasil F hitung perlakuan lama waktu interaksi
variasi enceng gondok menutupi luas permukaan lebih besar dari F tabel
(210,433>2,51). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
perlakuan lama waktuinteraksi variasi enceng gondok terhadap penurunan kadar
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Hasil Pemeriksaan Parameter Limbah Cair Industri Tahu di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdangserta Dampak Resiko yang Ditimbulkan.
Pemeriksaan parameter – parameter limbah cair industri tahu dilakukan
sesuai dengan metode Standar Nasional Indonesia (SNI) yang sudah diaplikasikan di Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata kandungan TSS, pH, BOD dan COD pada
limbah cair industri tahu di Desa Marindal melebihi dari baku mutu limbah cair
bagi kegiatan industri.
Limbah cair industri tahu mengandung bahan – bahan organik kompleks
yang tinggi terutama protein dan asam – asam amino (EMDI – Bapedal, 1994)
dalam bentuk padatan tersuspensi maupun terlarut (BPPT, 1997a). Adanya
senyawa – senyawa organik tersebut menyebabkan limbah cair industri tahu
mengandung nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) , COD (Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid ) yang tinggi ( Husin, 2008)
Dalam proses pembuatan tahu penggilingan, perebusan, dan penyaringan
bubur tahu akan menyisakan padatan – padatan tersuspensi yang tidak tersaring,
proses inilah yang menyebabkan tingginya total padatan tersuspensi pada limbah
cair tahu sehingga air yang dihasilkan menjadi keruh, kekeruhan air membatasi
pencahayaan ke dalam air untuk proses fotosintesis dan respirasi organisme
perairan yang berdampak menurunnya kehidupan akuatik di dalam air (Pohan,
Kandungan bahan organik pada limbah cair tahu jika langsung di buang ke
badan air akan menyebabkan persediaan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)
berkurang sehingga nilai BOD dan COD semakin besar. Tidak tersedianya
oksigen terlarut dalam jumlah yang cukup diakibatkan pencemaran yang relatif
tinggi maka akan terjadi proses penguraian dalam suasana anaerobik oleh bakteri
anaerob yang menimbulkan bau busuk dan warna abu – abu sampai hitam pada air
(Darsono, 2007). Proses pembusukan terjadi oleh aktivitas mikroba dalam air
yang mengubah bahan organik mudah terurai menjadi asam, karena hal itulah
limbah industri tahu memiliki nilai pH yang tinggi pada keadaan asam (BPPT,
1997a)
Kondisi Anosik (tanpa oksigen) di badan perairan menciptakan kondisi
yang sangat sesuai untuk pertumbuhan bakteri termasuk bakteri patogen, hal ini
berdampak terhadap gangguan kesehatan masyarakat karena limbah cair tersebut
menjadi media berkembangnya mikroorganisme patogen yang dapat
menimbulkan penyakit diare, disentri dan penyakit lainnya (Notoatmodjo, 2003).
Limbah Cair Tahu yang terus – menerus dibuang tanpa pengolahan
terlebih dahulu akan meningkatkan Penurunan Kehidupan Akuatik di dalam air,
Berkembangnya mikroorganisme patogen di dalam air serta berkurangnya
pemanfaatan air untuk konsumsi dan kebutuhan sanitasi hingga menurunkan
5.2.Penurunan/Perbedaan Parameter TSS (Total Suspended Solid) pada Pengolahan Limbah Cair Tahu dengan Perlakuan Biofiltrasi Menggunakan Enceng Gondok (Eichornia Crassipes)
Nilai parameter TSS pada limbah cair tahu menunjukkan bahwa pengolahan
dengan perlakuan enceng gondok yang bervariasi dapat menurunkan nilai
parameter TSS dengan tingkat yang bervariasi pula.
Dalam penelitian husin (2008) zat padat tersuspensi merupakan kumpulan
dari senyawa – senyawa asam amino, zat penggumpal yang ada pada limbah cair
tahu menyebabkan limbah tahu mengandung nitrogen, glukosa, ca, na dan
berbagai macam zat kimia lainnya. unsur – unsur dalam TSS tersebut mampu
diserap enceng gondok untuk pertumbuhannya ( Jauhari, 2002). Susunan akar
padaenceng gondok mampu mengumpulkan lumpur ataupun partikel – partikel di
dalam air. Enceng gondok memiliki zat hijau daun ( Chlorophyll) dalam sel epidermis yang berguna untuk proses fotosintesis, dipermukaan atas daun
dipenuhi oleh mulut daun (stomata) dan bulu daun sebagai alat penampung
oksigen dan menyalurkannya ke tangkai dan akar tanaman, hal ini menyebabkan
persediaan oksigen di dalam air meningkat sehingga bakteri aerobik mampu
mengoksidasi bahan – bahan organik di dalam air Penyerapan oleh eceng gondok
sekaligus penguraian oleh bakteri aerob menyebabkan terjadi penurunan TSS
yang signifikan pada limbah cair tahu (Lud Waluyo, 2009).
Teori ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan bahwa terjadi penurunan
signifikan nilai TSS pada limbah cair tahu dengan perlakuan (variasi 25%, 50%,
Pengaturuan variasi enceng gondok yang menutupi luas permukaan bak
mempengaruhi penetrasi cahaya ke dalam air. Jika enceng gondok terlalu banyak
menutupi luas permukaan air, maka penetrasi cahaya ke dalam air pun berkurang
dan proses fotosintesis ikut berkurang. Dalam penelitian menunjukkan bahwa
variasi yang signifikan untuk menurunkan nilai TSS adalah variasi 50% pada hari
ketiga dengan rata – rata nilai TSS yang paling kecil yaitu 127 mg/l.
Di dalam penelitian pada hari kesembilan terjadi timbal balik penurunan
nilai TSS, pada variasi 25%, 50%, dan 75% terjadi penurunan yang lebih kecil
dari hari ketiga dan keenam. Nilai TSS yang dihasilkan pun lebih besar
dibandingkan hari ketiga dan keenam. Menurut Setiawati (2004), makanan yang
diserap oleh akar tanaman sudah disalurkan ke bagian – bagian tumbuhan seperti
daun dan batang sampai tercapai masa kesetimbangan dimana enceng gondok
tidak lagi melakukan akumulasi di akar. Pada penelitian ini kesetimbangan enceng
gondok terjadi pada hari kesembilan, hal ini dapat dipengaruhi dari enceng
gondok itu sendiri dimana pertumbuhan enceng gondok tidak lagi secepat
sebelumnya atau mencapai fase tua, di dalam penelitian hal ini didukung dengan
terlepasnya ikatan akar pada tumbuhan dan adanya pembusukan pada sebagian
enceng gondok yang justru meningkatkan kekeruhan air dan padatan tersuspensi,
sementara pada kontrol padatan tersuspensi semakin hari mengalami pengendapan
ke dasar bak. Maka variasi enceng gondok 50% dengan waktu retensi 3 hari
merupakan interaksi yang paling efektif untuk menurunkan nilai parameter TSS
5.3.Penurunan/PerbedaanParameter pH pada Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Biofiltrasi dengan Menggunakan Enceng Gondok (Eichornia Crassipes)
Nilai parameter pH pada limbah cair tahu menunjukkan bahwa pengolahan
dengan perlakuan enceng gondok yang bervariasi dapat meningkatkan nilai
parameter pH dengan tingkat yang bervariasi pula.pH air limbah tahu secara
keseluruhan mengalami perbaikan atau dengan kata lain air limbah menjadi lebih
bersifat netral dan mengarah ke suasana basa selama perlakuan dengan
menggunakan eceng gondok. Kontrol setiap perlakuan juga mengalami perbaikan
dalam nilai pH tetapi dalam skala perbaikan yang kecil. Meningkatnya pH dalam
air limbah cair tahu pada perlakuan disebabkan oleh kemampuan atau daya serap
eceng gondok yang besar terhadap unsur-unsur kimia baik organik maupun
anorganik. Di dalam limbah cair tahu terjadi proses - proses mikrobiologik oleh
mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah cair tahu yang relatif untuk
menguraikan senyawa organik dan anorganik menjadi senyawa lain yang lebih
sederhana, setelah terjadi proses penguraian oleh mikroba secara bersamaan
enceng gondok menyerap senyawa organik dan anorganik yang bersifat asam dan