• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Landasan Teori

2.1.1.1 Pasar Modal

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai

instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam

bentuk utang ataupun modal sendiri (Husnan,1998).

2.1.1.1.1. Definisi Pasar Modal

Prof. Hugh T. Patrick dan U Tun Wai (Jurnal oleh Urip Suprodjo,

1990) memberikan 3 batasan mengenai pengertian pasar modal yaitu :

a. Definisi dalam arti luas

Pasar Modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir

termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang

keuangan, surat-surat berharga/klaim jangka panjang-pendek primer

dan yang tidak langsung.

b. Definisi dalam arti menengah

Pasar Modal adalah semua pasar yang terorganisir dan

lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya

obligasi-obligasi, pinjaman berjangka, hipotik dan tabungan serta

deposito berjangka.

c. Definisi dalam arti sempit

Pasar Modal adalah tempat pasar terorganisir yang memperdagangkan

saham-saham atau obligasi dengan memakai jasa makelar atau

underwriter.

2.1.1.1.2 Alasan-alasan Go Public

Wardoyo (2002) ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan

untuk melakukan go public baik dengan cara menjual saham di pasar

modal atau dengan menerbitkan obligasi. Adapun alasan yang paling

menonjol adalah :

a. Untuk meningkatkan modal dasar perusahaan, dengan alasan untuk

memperbaiki struktur permodalannya atau debt to equity ratio.

b. Untuk keperluan diversifikasi usaha, melalui cara ini para persero

pendiri akan mendapatkan keuntungan melalui penjualan saham.

Selanjutnya dengan keuntungan yang didapat tersebut, para persero

pendiri dapat menginvestasikannya ke bidang usaha yang lain.

c. Memudahkan dalam melakukan ekspansi. Jika saham yang dikuasai

adalah likuid, maka saham tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan

untuk mendapatkan kredit. Atau dengan cara lain yaitu dengan

share-swap yaitu membeli perusahaan lain dengan saham yang telah didaftarkan di bursa.

d. Untuk mengetahui nilai perusahaan, nilai tersebut akan tercermin

melalui kekuatan tawar menawar saham. Jika perusahaan itu

mempunyai prospek yang baik, maka nilai sahamnya akan tinggi

demikian sebaliknya.

2.1.1.1.3 Penilaian Investasi

Komaruddin (1996) Investasi adalah menempatkan uang atau dana

dengan harapan untuk memperoleh tambahan keuntungan tertentu atas

uang atau dana tersebut. Adapun beberapa alasan seseorang melakukan

investasi, antara lain :

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan

datang.

b. Untuk mengurangi resiko merosotnya nilai harta atau kekayaan

miliknya karena inflasi.

c. Untuk menghemat pajak.

Seorang investor didalam melakukan keputusan investasi, harus

dapat melihat kinerja keuangan emiten yang menerbitkan saham. Analisis

terhadap kinerja perusahaan mutlak dilakukan agar investor atau calon

investor dapat mengetahui kondisi perusahaan yang akan menjadi sarana

investasinya atau untuk menentukan perusahaan yang dapat memberikan

keuntungan atas penanaman modal mereka. Perusahaan yang kinerjanya

juga sebaliknya, perusahaan yang kinerjanya kurang baik akan

menimbulkan kerugian bagi investornya.

2.1.1.2 Laporan Keuangan Perusahaan

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi.

Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi

keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan waktu serta kepastian

dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber

daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta

kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk

menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin

dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas

perusahaan dalam menghasilkan kas serta untuk merumuskan efektivitas

perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.

Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk

menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama

dalam menghasilkan kas, informasi ini juga berguna untuk menilai

kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut.

Laporan keuangan yang disusun untuk memenuhi tujuan-tujuan

tersebut memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Meskipun

demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang

mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi

mereka. Selain untuk tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan juga

menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) atau

menggambarkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang

dipercayakan kepadanya.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca

(menggambarkan informasi posisi keuangan perusahaan), laporan rugi-laba

(menggambarkan informasi kinerja perusahaan), laporan lain dan catatan

serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan. Selain itu, laporan keuangan juga menampung skedul dari

informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan, seperti

informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan

2.1.1.3 Peramalan Bisnis

Sugiarto (2000), dalam dunia bisnis, hasil dari suatu peramalan yang

akurat mampu memberikan gambaran tentang masa depan suatu

perusahaan. Atas dasar gambaran yang diperoleh, pihak manajemen

perusahaan akan semakin dimampukan untuk meningkatkan kinerjanya

melalui perencanaan yang baik dalam kaitannya dengan penciptaan peluang

bisnis maupun pengaturan pola investasi. Semakin tinggi tingkat akurasi

suatu peramalan, semakin meningkat pula peran peramalan dalam

mengarahkan perencanaan perusahaan, produk dan pasar, penjualan produk,

keuangan serta perencanaan lainnya.

2.1.1.3.1 Arti Penting Peramalan Bisnis

Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk

menemukan hubungan, kecenderungan dan pola yang sistematis. Apabila

direnungkan secara mendalam, banyak orang akan terkejut karena

menyadari bahwa kenyataannnya keputusan-keputusan penting yang

dilakukan secara pribadi maupun perusahaan mengarah kepada

kejadian-kejadian di masa mendatang sehingga memerlukan ramalan tentang

keadaan lingkungan masa mendatang tersebut. Ketika seorang investor

memutuskan untuk menanamkan modalnya, keputusan tersebut pada

umumnya didasarkan pada peramalan bahwa investasinya akan

2.1.1.3.2 Skala Rasio

Skala Rasio adalah skala pengukuran yang mempunyai semua sifat

skala interval ditambah satu sifat lain yaitu memberikan keterangan

tentang nilai absolut obyeknya. Skala rasio merupakan skala pengukuran

yang ditujukan pada hasil pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan,

mempunyai jarak tertentu dan bisa dibandingkan.

Skala rasio menggunakan titik baku mutlak (titik nol mutlak).

Angka pada skala rasio menunjukkan nilai sebenarnya dari obyek yang

diukur, sedangkan besar satu satuan ukur ditetapkan dengan perjanjian.

Pada skala rasio, jarak, dan waktu pengukuran mempunyai titik nol sejati

dan rasio antara dua titik skala tidak tergantung pada unit pengukuran

(Sugiarto, 2000).

2.1.1.4 Rasio Keuangan

Prastowo (2002) suatu rasio mengungkapkan hubungan matematik

antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu

pos dengan pos lainnya. Rasio antara angka 20 dan 10 dapat dituliskan

menjadi 2:1 atau 2. Meskipun rasio hanyalah merupakan hubungan

matematik, akan tetapi penjabarannya dapat menjadi lebih kompleks.

Rasio akan menjadi bermanfaat, bila rasio memang memperlihatkan

suatu hubungan yang mempunyai makna. Misalnya: rasio yang

Rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling

banyak digunakan. Rasio ini merupakan alat analisis yang dapat

memberikan jalan keluar dan menggambarkan gejala-gejala yang tampak

pada suatu keadaan. Jika diterjemahkan secara tepat, rasio juga dapat

menunjukkan area-area yang memerlukan penelitian dan penanganan yang

lebih mendalam. Analisis rasio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus

menjadi dasar perbandingan yang menunjukkan kondisi atau

kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat

komponen-komponen rasio itu sendiri. Namun demikian, fungsi rasio

seringkali disalahartikan dan akibatnya manfaatnya terlalu

dibesar-besarkan.

Ang (1997), dalam hubungannya dengan keputusan yang diambil oleh

perusahaan, analisis rasio ini bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan

yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas

usahanya. Untuk dapat menilai efektivitas keputusan tersebut, yang pada

akhirnya dapat menjabarkan informasi mengenai kekuatan dan kelemahan

perusahaan, maka analisis laporan keuangan perlu diarahkan pada empat

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan apakah sebuah perusahaan memiliki

aktiva lancar likuid cukup untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo atau

kewajiban jangka pendek. Jadi rasio ini berfungsi untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam jangka pendek (kurang dari 1 tahun) dari

sisi likuiditas keuangan. Rasio likuiditas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah current ratio dan net working capital.

2. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas menunjukkan kemampuan serta efisiensi

perusahaan di dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau

perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva tersebut. Oleh sebab itu rasio

aktivitas (activity ratios) ini disebut juga assets activity ratio atau

turnover ratio. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total assets turnover dan inventory turnover.

3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi

penggunaan aktiva perusahaan (atau mungkin sekelompok aktiva

perusahaan). Rasio ini mengukur kemampuan aktiva perusahaan

memperoleh laba dari operasi perusahaan. Rasio profitabilitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah operating profit margin dan

4. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas (solvency ratios) berfungsi untuk menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

panjangnya. Rasio ini disebut juga leverage ratios, karena merupakan

rasio pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman (debt) untuk

memperoleh keuntungan. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah leverage ratios (debt ratios) dan debt to equity

ratios.

2.1.1.5 Earning Per Share

Widioatmojo (1996), EPS merupakan perbandingan antara laba

bersih setelah pajak pada saat tahun buku dengan jumlah saham yang

diterbitkan.

EPS mengalami kenaikan, berarti perusahaan sedang dalam tahap

pertumbuhan atau kondisi keuangannya sedang mengalami peningkatan

dalam penjualan dan laba, atau dengan kata lain semakin besar EPS

menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

bersih setiap lembar saham.

Perusahaan dalam jangka pendek, rencana pembelian kembali saham

mungkin dapat menutupi kondisi perusahaan yang sebenarnya. Namun hal

itu akan mengurangi kepercayaan pemodal terhadap perusahaan. Meskipun

akibatnya permintaan akan saham tersebut akan menurun dan harga saham

juga mengalami penurunan.

EPS mengalami penurunan merupakan tanda yang tidak baik, karena

EPS yang rendah mencerminkan penjualan yang rendah atau biaya yang

dikeluarkan perusahaan terlalu tinggi sehingga laba yang diperoleh juga

rendah. Penurunan EPS dapat berasal dari stock split, right issue dan

kebijakan perusahaan yang lain.

2.1.2 Penelitian Terdahulu

Studi hubungan rasio laporan keuangan dengan return saham didasarkan

pada asumsi bahwa rasio keuangan berguna bagi investor. Agar berguna,

rasio harus memberikan informasi yang membantu di dalam proses

pembuatan keputusan (Houghton dan Woodliff, 1987). Kekuatan studi

hubungan rasio keuangan dipelopori oleh O’Connor (1973). Dia mempelajari

kegunaan rasio keuangan dan return saham di masa mendatang. O’Connor

menguji secara empiris apakah rasio keuangan yang menggunakan data

keuangan yang dipublikasikan berguna bagi pembuat keputusan eksternal

terhadap perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bukti yang

diberikan oleh analisis kekuatan hubungan dari variasi model rasio rate of

return memproyeksikan adanya keraguan akan kegunaan rasio keuangan bagi investor saham biasa.

Penelitian yang terdahulu menunjukkan berbagai kemampuan rasio

keuangan sebagai alat prediksi yang memadai. Kemampuan prediksi laporan

keuangan diukur dengan alat prediksi statistik yang dihubungkan dengan

berbagai fenomena ekonomi, diantaranya return saham (Ou dan Penmann,

1989, dan Machfoedz, 1994).

Penelitian tentang manfaat rasio keuangan dalam memprediksi laba

perusahaan di Indonesia telah dilakukan oleh Machfoedz (1994) terhadap 68

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan

menganalisis 47 rasio keuangan. Hasil stepwise regression menunjukkan

bahwa terdapat 13 rasio keuangan yang secara statistis signifikan dalam

memprediksi pertumbuhan laba. Machfoedz juga menemukan bukti empiris

bahwa kekuatan predikasi rasio keuangan untuk periode satu tahun lebih

tinggi dibanding 2 tahun. Dan untuk periode dua tahun ditemukan tidak

signifikan.

Triyono (1998) meneliti hubungan informasi arus kas, komponen arus

kas, dan laba akuntansi dengan return saham. Penelitian tersebut

menggunakan sampel 54 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta periode 1995 dan 1996. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total

arus kas yang dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

tidak mempunyai hubungan positif dengan return saham, namun komponen

arus kas dan laba akuntansi mempunyai hubungan positif dengan return

Yustina Sandiyani dan Titik Aryati (2001) menguji kemampuan rasio

keuangan sebagai prediktor laba dan arus kas. Penelitian ini mengambil

sampel 30 perusahaan manufaktur serta menggunakan enam rasio keuangan

sebagai variabel bebas untuk menguji hubungannya dengan perubahan laba

dan arus kas. Dari hasil pengujian teknik statistik regresi multipel

menunjukkan bahwa secara simultan rasio keuangan dapat memprediksi

perubahan laba dan arus kas. Sedangkan melalui pengujian T-test

disimpulkan bahwa :

1. Variabel independen yang signifikan mempengaruhi perubahan laba satu

tahun ke depan adalah laba, piutang, biaya administrasi dan penjualan,

serta rasio laba kotor terhadap penjualan.

2. Variabel independen yang signifikan mempengaruhi perubahan arus kas

satu tahun ke depan adalah arus kas, piutang serta biaya administrasi dan

penjualan.

Penelitian juga dilakukan oleh Imam Ghozali dan Irwansyah (2002).

Penelitian dengan 20 sampel perusahaan manufaktur ini menguji pengaruh

EVA, MVA dan ROA terhadap return saham. Teknik analisis regresi

berganda yang digunakan menunjukkan, secara parsial hanya MVA yang

berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Sedangkan secara

simultan ketiga variabel kinerja perusahaan berpengaruh pada taraf

Penelitian selanjutnya oleh Ediningsih (2004) tentang rasio keuangan

dan prediksi pertumbuhan laba pada 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Jakarta. Pada penelitian ini, dengan 13 variabel rasio keuangan

hasil uji statistik menunjukkan adanya pengaruh signifikan secara simultan,

sedangkan secara parsial hanya 6 variabel rasio keuangan yang terbukti

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun dan dua

tahun kemudian.

2.2 Kerangka Pemikiran

Para pemegang saham, calon investor dan kreditor, pemerintah serta

pihak yang berkepentingan terhadap suatu perusahaan pada dasarnya

membutuhkan suatu alat dalam mengukur kinerja dan efisiensi manajemen

dalam menjalankan usaha perusahaan serta memprediksi fenomena ekonomi

yang terjadi di masa mendatang. Untuk kepentingan tersebut dilakukan analisis

rasio keuangan pada kurun waktu yang berbeda. Rasio keuangan tersebut

diduga memiliki pengaruh atas Earning Per Share.

Analisis pengaruh rasio keuangan terhadap Earning Per Share

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

CR NWC TAT IT OPM ROI LR DER EPS

2.3 Hipotesis

Lind (2003) mendefinisikan hipotesis sebagai suatu pernyataan mengenai

nilai suatu parameter populasi yang dimaksudkan untuk pengujian dan berguna

untuk pengambilan keputusan. Untuk menguji apakah rasio keuangan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Earning Per Share maka dalam penelitian

ini dikemukakan hipotesis alternatif sebagai berikut :

H1 : Rasio keuangan Current Ratio secara individual berpengaruh terhadap Earning Per Share.

H2 : Rasio keuangan Net Working Capital secara individual berpengaruh terhadap Earning Per Share.

H3 : Rasio keuangan Total Asset Turnover secara individual berpengaruh terhadap Earning Per Share.

H4 : Rasio keuangan Inventory Turnover secara individual berpengaruh terhadap Earning Per Share.

H5 : Rasio keuangan Operating Profit Margin secara individual berpengaruh terhadap Earning Per Share.

H6 : Rasio keuangan Return on Investment secara individual berpengaruh terhadap Earning Per Share.

H7 : Rasio keuangan Leverage Ratio secara individual berpengaruh terhadap Earning Per Share.

H8 : Rasio keuangan Debt to Equity Ratio secara individual berpengaruh terhadap Earning Per Share.

H9 : Rasio keuangan Current Ratio, Net Working Capital, Total Assets Turnover, Inventory Turnover, Operating Profit Margin, Return on Investment, Leverage Ratio dan Debt to Equity Ratio secara simultan berpengaruh terhadap Earning Per Share.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Penelitian ini merupakan penelitian empirik yang dilakukan dengan metode korelasional. Alasan menggunakan metode ini adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Independen

Variabel Kode Notasi Skala Current Ratio

Net Working Capital Total Asset Turnover Inventory Turnover Operating Profit Margin

Return on Investment Leverage Ratio Debt to Equity Ratio

CR NWC TAT IT OPM ROI LR DER X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 Rasio Juta Rupiah Rasio Rasio Rasio Persen Rasio Rasio Variabel Dependen

Variabel Notasi Notasi Skala Earning Per Share EPS Y Juta Rupiah

1. Current Ratio (CR). Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancarnya (current asset). Current Ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current liabilities).

2. Net Working Capital (NWC). Rasio ini menghitung selisih antara aktiva lancar (current asset) dengan kewajiban lancar (current liabilities). Net Working Capital ini bisa digunakan untuk melihat secara ekstrim apakah suatu perusahaan mengalami kesulitan likuiditas keuangan atau tidak. Jika Net Working Capital nilainya negatif, maka berarti perusahaan tersebut mengalami kesulitan likuiditas.

3. Total Assets Turnover (TAT). Rasio ini mengukur seberapa efisien seluruh aktiva perusahaan digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan. Total Assets Turnover dihitung dengan membagi Net Sales dengan Average Total Assets.

4. Inventory Turnover (IT). Rasio ini berfungsi untuk mengukur kecepatan perputaran (turnover) persediaan menjadi kas. Semakin cepat inventory (persediaan) terjual, semakin cepat investasi perusahaan berubah dari persediaan menjadi uang kas. Rasio inventory turnover ini dihitung dengan membagi cost of gods sold dengan average inventory.

5. Operating Profit Margin (OPM). Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian keuntungan yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Operating Profit Margin diukur dengan membagi Operating Profit dengan Sales.

6. Return on Investment (ROI). Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Investment diukur dengan membagi Net Income After Tax dengan Average Total Asset.

7. Leverage Ratio (LR). Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total assets yang dimiliki perusahaan. Tingkat rasio leverage dapat diukur dengan membagi Total Debts dengan Total Assets.

8. Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio ini diukur dengan membagi Total Debts dengan Total Shareholder’s Equity.

9. Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham. Rasio dalam penelitian ini menunjukkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Earning Per Share dapat diukur dengan membagi

Earning available for common stock dengan Number of share of common stock outstanding.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah data eksteren sekunder, yaitu data primer yang diperoleh dari pihak lain, atau telah diolah dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain.

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2004 serta sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Studi Pustaka

Data dan teori yang relevan dengan penelitian diperoleh dengan melakukan studi pustaka pada literatur dan bahan pustaka, seperti artikel, jurnal dan hasil penelitian terdahulu.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan pula dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari pojok BEJ untuk mengetahui variabel yang diteliti.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Perusahaan-perusahaan manufaktur merupakan kelompok emiten terbesar dari seluruh perusahaan yang terdaftar di BEJ dengan jumlah populasi perusahaan manufaktur 151 perusahaan.

Sampel yang diambil untuk keperluan penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dari populasi yang ada. Jumlah sampel yang digunakan adalah 48 perusahaan manufaktur, dengan tahun pengamatan antara tahun 2001 sampai tahun 2003 kualifikasi sampel yang diambil dengan kriteria sebagai berikut.

1. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode penelitian yaitu tahun 2001-2003.

2. Selama periode penelitian, perusahaan memiliki data rasio keuangan yang diperlukan dalam penelitian.

3. Selama periode penelitian, perusahaan memperoleh nilai rasio keuangan positif.

Tabel 3.2

Perusahaan Sampel Manufaktur di BEJ Tahun 2001 - 2003

No Code Emiten

1. DAVO PT. Davomas Abadi Tbk.

2. DLTA PT. Delta Djakarta Tbk

3. FAST PT. Fast Food Indonesia Tbk.

4. MYOR PT. Mayora Indah Tbk.

5. SHDA PT. Sari Husada Tbk.

6. STTP PT. Siantar Top Tbk.

7. ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.

8. BATI PT. BAT Indonesia Tbk.

9. GGRM PT. Gudang Garam Tbk.

10. HMSP PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk.

11. SSTM PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk.

12. PBRX PT. Pan Brothers Tex Tbk.

13. BATA PT. Sepatu Bata Tbk.

14. AKRA PT. Aneka Kimia Raya Tbk.

15. CLPI PT. Colorpak Indonesia Tbk.

16. LTLS PT. Lautan Luas Tbk.

17. SOBI PT. Sorini Corporation Tbk.

18. UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk.

19. EKAD PT. Ekadharma Tape Industries Tbk.

20. INCI PT. Intanwijaya Internasional Tbk.

21. BRNA PT. Berlina Tbk.

22. IIKP PT. Inti Indah Karya Plasindo Tbk.

23. IGAR PT. Kageo Igar Jaya Tbk.

24. LAPD PT. Lapindo International Tbk.

25. LION PT. Lion Metal Works Tbk.

Dokumen terkait