• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini mengemukakan kesimpulan dari hasil analisis data dan pembahasan, keterbatasan penelitian yang dihadapi penulis, serta saran-saran yang dianggap perlu dan berguna bagi perusahaan yang bersangkutan.

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengendalian

1. Pengertian Pengendalian

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara anggaran dan realisasi sehingga dapat ditemukan selisihnya sebagai penyimpangan yang dapat digunakan sebagai dasar evaluasi atau penilaian prestasi serta menjadi dasar bagi penyusunan anggaran untuk periode yang akan datang.

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2011: 6), “Proses pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses mengukur dan mengevaluasi kinerja aktual dari setiap bagian organisasi perusahaan, kemudian melaksanakan tindakan perbaikan apabila diperlukan”. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2009: 423), “Pengendalian melihat ke belakang, yaitu menilai apa yang telah dihasilkan dan membandingkannya dengan rencana yang telah disusun”.

2. Karakteristik Pengendalian

Anggaran merupakan alat pengawasan atau pengendalian

(controlling). Nafarin (2007: 30), menjelaskan bahwa pengendalian

berarti mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara:

a. Membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran).

b. Melakukan tindakan perbaikan bila dipandang perlu atau bila terdapat penyimpangan yang merugikan.

3. Fungsi Pengendalian

Pengendalian bertujuan untuk melihat apakah organisasi berjalan sesuai dengan rencana. Menurut Adisaputro dan Anggarini (2011: 6), fungsi pengendalian meliputi empat kegiatan diantaranya:

a. Menentukan standar prestasi.

b. Mengukur prestasi yang telah dicapai.

c. Membandingkan prestasi yang telah dicapai dengan standar prestasi. d. Melakukan perbaikan jika ada penyimpangan dari standar prestasi

yang telah ditentukan, dan kemudian kembali ke fungsi perencanaan untuk periode berikutnya.

4. Macam Pengendalian

Menurut Welsch (2000: 16), pengendalian terbagi atas tiga macam yaitu pengendalian awal, pengendalian berjalan dan pengendalian umpan balik.

a. Pengendalian awal (preliminary control)

Pengendalian yang dipergunkaan sebelum kegiatan atau tindakan dilaksanakan untuk menjamin bahwa perusahaan telah siap untuk melaksanakan kegiatan.

b. Pengendalian berjalan (concurrent control)

Pengendalian terhadap aktivitas yang sedang berjalan untuk menjamin bahwa tujuan dapat dicapai, dan kebijakan serta prosedur telah diterapkan dengan benar selama operasi perusahaan berlangsung. c. Pengendalian umpan balik (feedback control)

Pengendalian pasca operasi, memfokuskan pada hasil periode sebelumnya untuk mengendalikan aktivitas dimasa datang.

B. Biaya

1. Pengertian Biaya

Menurut Hansen dan Mowen (2009: 47), “Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi”.

Menurut Munandar (2007: 23), “Biaya adalah suatu kontra prestasi yang diberikan oleh perusahaan atas sesuatu yang telah diterimanya dari pihak lain, atau atas jasa-jasa yang telah diterimanya dari pihak lain”. Menurut Mulyadi (2005: 16), “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.

Ada empat unsur pokok dalam biaya, yaitu :

a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

b. Biaya diukur dalam satuan uang.

c. Yang terjadi atau secara potensial akan terjadi. d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

2. Penggolongan Biaya

Penggolongan biaya menurut Mulyadi (2005: 13), yaitu:

a. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan atau aktifitas perusahaan

1) Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual.

Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipment, biaya

bahan baku, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung yang

berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek

pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku disebut pula dengan istilah biaya utama, sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut dengan istilah biaya konversi yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi.

2) Biaya pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi dan biaya angkutan dari gudang perusahaan kegudang pembeli.

3) Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan dan biaya photocopy.

b. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

1) Biaya langsung, adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah di indentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai.

2) Biaya tidak langsung, adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overheadpabrik.

c. Penggolongan biaya menurut prilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

1) Biaya variabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 2) Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar

volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.

3) Biaya semi variabel, yaitu biaya yang berubah tidak sebanding

dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel

4) Biaya semifixed, yaitu biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

d. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktunya

1) Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akutansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap untuk promosi besar-besaran dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk.

2) Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.

3. Pengertian Biaya Bahan Baku

Pengertian biaya bahan baku antara lain sebagai berikut:

Menurut Nafarin (2007: 497), “Biaya bahan baku adalah bahan langsung atau bahan utama yang dipakai untuk membuat produk tertentu”.

Menurut Rudiyanto (2006: 17), “Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang telah digunakan untuk menghasilkan suatu produk jadi tertentu dalam volume tertentu”.

C. Anggaran

1. Pengertian Anggaran

Menurut Hansen dan Mowen (2009: 423), “Anggaran adalah rencana keuangan untuk masa depan; rencana tersebut mengidenifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya”.

Menurut Munandar (2007: 1), “Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam satuan keuangan (unit moneter), dan berlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan datang”.

Menurut Rudianto (2009: 3), “Anggaran adalah rencana kerja organisasi di masa mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal dan sistematis”.

Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan anggaran merupakan perencanaan yang disusun oleh manajemen secara tertulis tentang perencanaan keuangan yang akan dilakukan dimasa depan agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada ahkir periode anggaran akan dibandingkan dengan realisasinya untuk mengetahui apakah terjadi varians atau tidak dan jika terjadi varians dapat diantisipasi pada periode berikutnya.

2. Tujuan Penyusunan Anggaran

Setiap perusahaan memerlukan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian didalam melaksanakan fungsi-fungsi organisasi. Anggaran berfungsi bagi perusahaan karena akan memberi banyak manfaat bagi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Darsono dan Purwanti (2008: 8), menyebutkan tujuan anggaran sebagai berikut:

a. Memaksa para manajer untuk membuat rencana kerja

Hal ini berarti manajer harus selalu berpikir proaktif tentang perubahan yang akan terjadi di masa depan. Kemampuan memprediksi masa depan itu dituangkan dalam bentuk angka-angka satuan fisik dan satuan uang yang berorientasi pada kelangsungan hidup perusahaan.

b. Tolak ukur mengevaluasi kinerja

Tolak ukur mengevaluasi kinerja berarti kinerja manajemen harus dibandingkan dengan anggaran. Hasilnya adalah varian, varian dihitung dan dianalisis untuk koreksi rencana, anggaran, dan pelaksanaan kerja. Penyusunan anggaran akan meliputi seluruh kegiatan yang ada, dengan demikian akan melibatkan seluruh bagian dalam perusahaan.

c. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar manajer

Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang selalu menilai dan mengetahui kinerja setiap bagian-bagian yang ada pada perusahaan tersebut. Adanya anggaran dapat mengkomunikasikan rencana organisasi kepada semua level manajemen. Selanjutnya manajer mengadakan koordinasi untuk merealisasikan rencana tersebut.

d. Membantu pengambilan keputusan

Hal ini berarti anggaran mengarahkan perhatian manajer untuk pengambilan keputusan.

3. Ciri-ciri Anggaran

Menurut Rudianto (2009: 4), tidak setiap rencana kerja organisasi dapat disebut sebagai anggaran karena anggaran memiliki beberapa ciri khusus yang membedakannya dengan sekedar rencana, antara lain:

a. Dinyatakan dalam satuan moneter

Penulisan dalam satuan moneter tersebut juga dapat didukung oleh satuan kuantitatif lain, misalnya unit. Penyusunan rencana kerja dalam satuan moneter, bertujuan untuk mempermudah membaca dan usaha untuk memahami rencana tersebut.

b. Umumnya mencakup kurun waktu satu tahun

Bukan berarti anggaran tidak dapat disusun untuk kurun waktu lebih pendek, tiga bulanan misalnya atau untuk kurun waktu lebih panjang, seperti lima tahunan.

c. Mengandung komitmen manajemen

Anggaran harus disertai dengan upaya pihak manajemen dan seluruh anggota organisasi untuk mencapai apa yang telah ditetapkan.

d. Usulan anggaran disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari pelaksanaan anggaran

Anggaran tidak dapat disusun sendiri-sendiri oleh setiap bagian organisasi tanpa persetujuan dari atasan pihak penyusun.

e. Anggaran hanya diubah jika ada keadaan khusus

Anggaran boleh diubah jika situasi internal dan eksternal organisasi memaksa untuk mengubah anggaran tersebut. Perubahan asumsi

internal dan eksternal memaksa untuk mengubah anggaran karena jika dipertahankan akan membuat anggaran tidak relevan lagi dengan situasi yang ada.

f. Harus dianalisis penyebabnya jika terjadi penyimpangan di dalam pelaksanaanya

Karna tanpa ada analisis yang lebih mendalam tentang penyimpangan tersebut, maka potensi untuk terulang lagi di masa mendatang menjadi besar.

4. Fungsi Anggaran

Menurut Rudianto (2009: 6), terdapat dua fungsi dari anggaran antara lain:

a. Alat Perencanaan

Anggaran merupakan rencana kerja yang menjadi pedoman bagi anggota organisasi untuk bertindak. Anggaran merupakan rencana yang diupayakan untuk direalisasikan. Anggaran memberikan sasaran dan arah yang harus dicapai disetiap bagian organisasi di dalam suatu periode waktu tertentu. Di dalam fungsi anggaran sebagai alat perencanaan, terdapat beberapa manfaat anggaran yang terkait satu dengan yang lainnya yaitu:

1) Memberikan pendekatan yang terarah dan terintegrasi kepada seluruh anggota organisasi.

2) Menciptakan suasana organisasi yang mengarah kepada tujuan umum, yaitu pencapaian laba usaha.

3) Mendorong seluruh anggota organisasi untuk memiliki komitmen mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

4) Mengarah penggunaan seluruh sumber daya pada kegiatan yang paling menguntungkan.

5) Mendorong pencapaian standar prestasi yang tinggi bagi seluruh anggota organisasi.

b. Alat Pengendalian

Di dalam fungsi pengendalian anggaran berguna sebagai alat penilai apakah setiap bagian organisasi telah sesuai rencana atau tidak. Dalam hal ini anggaran berfungsi sebagai suatu standar atau tolak ukur manajemen. Sebagai suatu standar, anggaran digunakan untuk menilai kegiatan yang dilaksanakan setiap bagian manajemen telah sesuai dengan standar yang ditetapkan atau tidak. Jika realisasi pelaksanaan setiap bagian manajemen lebih dari baik anggaran, maka dapat dinilai bagian tersebut telah berhasil mencapai rencana yang telah ditetapkan. Di dalam fungsi anggaran sebagai alat pengendalian, terdapat beberapa manfaat anggaran yang terkait satu dengan yang lainnya yaitu:

2) Memberikan kesempatan untuk menilai dan mengevaluasi secara sistematis setiap segi atau setiap aspek organisasi.

3) Mendorong pihak manajemen secara dini mengadakan penelaahan terhadap masalah yang dihadapi.

5. Kelebihan dan Kelemahan Anggaran

Dalam penyusunannya anggaran memiliki beberapa kelebihan bagi pengguna, namun disamping kelebihan tersebut anggaran juga memiliki beberapa kelemahan yang harus dipahami oleh penggunanya.

Menurut Hansen dan Mowen (2009: 424), sistem anggaran memberikan beberapa kelebihan untuk suatu organisasi, antara lain: a. Memaksa para manajer untuk melakukan perencanaan.

b. Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pembuatan keputusan.

c. Menyediakan standar untuk evaluasi kinerja. d. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi.

Menurut Nafarin (2007: 19), anggaran di samping mempunyai kelebihan juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

a. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan sehingga mengandung unsur ketidakpastian.

b. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan tenaga yang tidak sedikit sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif) dan akurat.

c. Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat mengakibatkan mereka menggerutu dan menentang sehingga anggaran tidak akan efektif.

Adanya kelemahan-kelemahan tersebut sering sulit dihindari atau dihilangkan sama sekali. Tentunya dampak dari munculnya kelemahan ini akan mengurangi manfaat anggaran. Oleh karena itu dalam menyusun

anggaran harus diperhitungkan manfaat yang diperoleh dan

meminimalkan kelemahan anggaran itu sendiri.

D. Ramalan Penjualan

1. Pengertian Ramalan Penjualan

Menurut Nafarin (2007: 96), “Ramalan penjualan (sales forecasting)

merupakan proses aktivitas memperkirakan produk yang akan dijual dimasa mendatang dalam keadaan tertentu dan dibuat berdasarkan data yang pernah terjadi dan/atau mungkin akan terjadi”.

Menurut Darsono dan Purwanti (2008: 18), “Ramalan penjualan adalah proyeksi jumlah komoditi yang diminta oleh konsumen dan proyeksi harga yang mampu dijangkau oleh konsumen”.

Sehingga dapat disimpulkan ramalan (forecasting) adalah proses

aktivitas meramalkan suatu kejadian yang mungkin terjadi di masa mendatang dengan cara mengkaji data yang ada. Ramalan penjualan merupakan faktor penting dalam perencanaan perusahaan karena ramalan penjualan menentukan anggaran penjualan, dan anggaran penjualan

tersebut menentukan produk, anggaran biaya pabrik, anggaran beban usaha, anggaran kas, anggaran laba rugi dan anggaran neraca.

2. Teknik Ramalan Penjualan

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2011: 134), secara sistematik teknik-teknik atau metode-metode ramalan (forecast) dikelompokkan

menjadi:

a. Forecastingberdasarkan pendapat(Judgemental Method)

Forecast secara kualitatif sering digunakan untuk membuat ramalan

penjualan maupun ramalan kondisi bisnis secara umum. Sumber-sumber pendapat yang biasanya dipakai sebagai dasar melakukan

forecasting,adalah:

1) Salesman.

2) Manager area. 3) Konsultan.

4) Survei konsumen.

b. Forcasting dengan perhitungan secara statistik

Beberapa teknik perhitungan statistik dalam peramalan meliputi: 1) Analisis Trend

a) Trend secara bebas.

b) Trendsetengah rata-rata.

2) Analisis Growth.

3) Analisis Regresi Korelasi.

4) Analisis Dengan Teknik-teknik Khusus.

E. Anggaran Penjualan

1. Tujuan Penyusunan Anggaran Penjualan

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2011: 110), tujuan penyusunan anggaran penjualan adalah:

a. Mengurangi ketidakpastian tentang pendapatan di masa yang akan datang.

b. Memasukkan kebijakan dan keputusan manajemen ke dalam proses perencanaan.

c. Memberikan informasi penting bagi pembentukan elemen lain dari rencana laba yang komprehensif.

d. Memudahkan pengendalian manajemen atas kegiatan penjualan yang dilakukan.

e. Dasar penugasan bagi personalia yang bertanggungjawab atas rencana penjualan.

2. Menyusun Anggaran Penjualan

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2011: 117), terdapat tujuh langkah yang diperlukan untuk menyusun rencana penjualan, antara lain:

a. Membuat pedoman manajemen untuk perencanaan penjualan. b. Menyiapkan ramalan/forecastpenjualan.

c. Menyusun semua data yang relevan.

d. Informasi tentang pesaing utama perusahaan.

e. Kebijakan tentang berbagai upaya pemasaran untuk memenangkan persaingan.

f. Membuat anggaran penjualan yang strategis dan taktis.

g. Menjamin komitmen manajerial untuk mencapai tujuan anggaran penjualan yang menyeluruh.

F. Anggaran Produksi

1. Tujuan Penyusunan Anggaran Produksi

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2011: 162), tujuan penyusunan anggaran produksi adalah:

a. Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang jadi dapat disediakan sesuai dengan yang telah direncanakan.

b. Menjaga tingkat persediaan yang memadai, karena persediaan terlalu tinggi meningkatkan biaya-biaya dan risiko-risiko yang membebani

mengakibatkan banyaknya gangguan, kekurangan persediaan bahan mentah dapat mengganggu proses produksi.

c. Mengatur produksi sehingga biaya-biaya produksi menjadi minimal.

2. Menyusun Anggaran Produksi

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2011: 162), Rencana produksi merupakan penjabaran rencana pemasaran ke dalam program produksi yang konsisten dengan kebijakan manajerial dan sesuai batasan yang berlaku.

Anggaran produksi disusun dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Volume penjualan xxx

Tingkat persediaan akhir barang jadi xxx +

Jumlah xxx

Tingkat persediaan awal barang jadi xxx

G. Anggaran Biaya Bahan Baku

1. Pengertian Anggaran Biaya Bahan Baku

Bahan baku sering disebut juga sebagai bahan mentah maupun bahan langsung. Bahan baku diperlukan bagi kelancaran proses produksi terutama bagi perusahaan manufaktur karena bahan baku adalah bahan utama atau bahan pokok dan merupakan komponen utama dari suatu produk. Berikut pengertian anggaran biaya bahan baku:

Menurut Munandar (2007: 103), “Anggaran biaya bahan mentah (cost of direct materials budget), merupakan anggaran yang merencanakan secara sistematis dan lebih terperinci tentang besarnya biaya bahan baku untuk berproduksi dari waktu ke waktu (bulan ke bulan) selama periode tertentu yang akan datang”.

Menurut Rudianto (2009: 8), “Anggaran biaya bahan baku adalah rencana besarnya biaya bahan baku yang akan dikeluarkan perusahaan di dalam suatu periode tertentu di masa mendatang”.

2. Tujuan Penyusunan Anggaran Biaya Bahan Baku

Menurut Nafarin (2007: 205), tujuan penyusunan anggaran bahan baku, antara lain:

a. Dengan disusun anggaran bahan baku dapat diketahui kuantitas bahan baku dipakai maupun kuantitas bahan baku yang akan dibeli selama periode tertentu, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam memakai dan membeli bahan baku.

b. Dengan anggaran bahan baku dapat diketahui harga bahan baku, sehingga dapat dijadikan pedoman harga beli bahan baku.

c. Jumlah satuan uang bahan baku yang akan dibeli terdapat pada anggaran bahan baku, sehingga dapat diketahui kas yang disediakan untuk membeli bahan baku.

d. Dalam penyusunan anggaran bahan baku terdapat biaya bahan baku dan biaya bahan baku merupakan salah satu unsur biaya pabrik, sehingga dapat menentukan besarnya biaya pabrik dan biaya produksi. e. Secara keseluruhan, dengan anggaran bahan baku dimaksudkan untuk

menjaga kelancaran produksi.

3. Penyusunan Anggaran Biaya Bahan Baku a. Anggaran Kebutuhan Bahan Baku

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2011: 185), anggaran ini merencanakan secara terperinci tentang jumlah unit bahan mentah dan suku cadang yang dibutuhkan untuk berproduksi selama periode yang akan datang. Anggaran ini harus menentukan jumlah tiap bahan mentah menurut waktu, produk, dan pusat tanggung jawab.

Tujuan utama dari pembuatan anggaran kebutuhan bahan mentah ini adalah untuk meyediakan data dan menyusun anggaran bahan mentah yang lain, secara terperinci bertujuan untuk:

1) Memberi data kepada bagian pembelian, sehingga bagian

pembelian dapat melaksanakan fungsi perencanaan dan

2) Memberi data untuk penyusunan anggaran biaya bahan mentah setiap jenis produk.

3) Menentukan tingkat persediaan yang optimal.

4) Sebagai dasar perencanaan dan pengendalian pemakaian bahan mentah.

Untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan baku digunakan rumus: Kebutuhan bahan mentah = unit produksi x SUR (standar pemakaian

bahan mentah per unit)

b. Anggaran Pembelian Bahan Baku

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2011: 186), anggaran pembelian bahan mentah menentukan jumlah yang direncanakan untuk bahan mentah yang dibeli, biaya yang diperkirakan dan tanggal waktu pengiriman. Anggaran ini dapat diartikan sebagai rencana tentang kuantitas (jumlah) bahan mentah yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode mendatang.

Dalam anggaran pembelian terdapat (1) jumlah setiap bahan yang akan dibeli, (2) penentuan waktu pembelian, dan (3) perkiraan besarnya biaya bahan mentah yang dibeli (tiap pembelian dalam unit dan nilainya).

Untuk menyusun anggaran pembelian bahan mentah dibutuhkan formula sebagai berikut:

Kebutuhan bahan mentah xxx

Persediaan akhir bahan mentah xxx +

Jumlah kebutuhan sementara xxx

Persediaan awal bahan mentah xxx

-Unit bahan mentah yang dibeli xxx

Pembelian bahan baku = unit beli bahan baku x harga beli per unit.

c. Anggaran Pemakaian Bahan Baku

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2011: 197), anggaran ini menentukan biaya yang direncanakan untuk bahan mentah dan suku cadang yang akan dipakai dalam proses produksi. Jika dalam anggaran kebutuhan bahan baku merencanakan jumlah kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi, maka dalam anggaran biaya bahan baku merencanakan jumlah biaya bahan baku yang diperlukan untuk produksi. Anggaran ini dapat diartikan sebagai rencana tentang besarnya biaya bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi dimasa yang akan datang.

Dalam menyusun anggaran biaya bahan baku yang habis dipakai untuk produksi digunakan rumus:

Biaya bahan mentah = unit kebutuhan bahan mentah x harga bahan mentah per unit.

H. Varians Harga Bahan Baku

1. Penyebab Selisih Harga Bahan Baku

Selisih harga bahan baku menurut Supriyono (2000: 104), dapat disebabkan hal-hal sebagai berikut:

a. Fluktuasi harga pasar bahan baku yang bersangkutan.

b. Kontrak dan jangka waktu pembelian yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.

c. Pembelian dari suplier yang lokasinya lebih menguntungkan atau tidak menguntungkan.

d. Kegagalan di dalam memanfaatkan kesempatan potongan pembelian atau ketidaktepatan jumlah potongan pembelian yang diharapkan. e. Tambahan pembayaran harga bahan baku adanya pembelian khusus

yang harus dilakukan.

f. Pembelian dalam jumlah yang ekonomis atau tidak ekonomis.

g. Faktor-faktor internal yang mengakibatkan harus dilakukan pembelian bahan yang mendadak (rush purchases).

2. Manfaat Analisis Selisih Harga Bahan Baku

Manfaat analisis selisih harga bahan baku menurut Supriyono (2000:

Dokumen terkait