• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berisi simpulan dan saran Struktur Gerak tari Baladewan. Serta bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian mengenai Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan dilakukan, peneliti telah mencari penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian yang peneliti lakukan, sehingga peneliti dapat menentukan dan menemukan sudut pandang maupun objek yang berbeda dari penelitian yang sebelumnya, serta digunakan sebagai acuan dan referensi. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:

Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan belum pernah diteliti, namun penelitian sejenis pernah dilakukan. Pertama, Dewi Kristiana (Skripsi UNNES 2015) yang berjudul “Analisis Struktur Gerak Tari Trayutama”. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana struktur gerak Tari Trayutama. Tari Trayutama merupakan tari yang berasal dari Kabupaten Pati lebih tepatnya berasal dari SMA Negeri 1 Tayu. Tari Trayutama yang dulu dinamakan Bedhoyo Trayutama yang menceritakan tentang perjuangan seorang putra-putri atau siswa dalam mencapai tujuan dan cita-cita dengan berpegang teguh pada makna yang ada di dalam Tari Bedhoyo sebagai pengendali emosi dan hawa nafsu. Hasil penelitian oleh Dewi Kristiana Tari Trayutama digunakan sebagai tari penyambutan tamu pada acara-acara sekolah dan sebagai identitas sekolah. Persamaan penelitian Dewi Kristiana dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti struktur gerak tari. Sedangkan perbedaan analisis struktur gerak Tari

Trayutama dengan analisis struktur gerak Tari Baladewan adalah analisis Tari Trayutama yaitu terletak pada objek penelitian yang diteliti.

Kedua, Anisa Dita Rahmawati (Skripsi UNY 2014) judul penelitian “Analisis Struktur Gerak Tari Lenggasor Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana analisis struktur gerak Tari Lenggasor. Hasil penelitian ini adalah struktur gerak dan deskripsi gerak Tari Lenggasor, selain itu juga membahas mengenai fungsi Tari Lenggasor, tata rias dan busana, dan properti Tari Lenggasor.

Persamaan penelitian analisis struktur gerak Tari Lenggasor Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah dengan analisis struktur gerak Tari Baladewan yaitu sama-sama membahas tentang analisis struktur gerak, sedangkan perbedaan analisis struktur gerak Tari Lenggasor dengan analisis struktur gerak tari Baladewan adalah pada analisis Tari Lenggasor ditinjau dari watak geraknya, sedangkan penganalisaan dalam Tari Baladewan dilakukan untuk mengetahui tata hubungan dalam struktur gerak Tari Baladewan.

Ketiga, Iva Catur Agustina (Skripsi ISI SURAKARTA 2017) judul penelitian “Reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa dalam Pertunjukan Lengger”. Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ide garap serta proses reinterprestasi Supriyadi pada Tari Baladewa dalam pertunjukan Lengger. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengalamannya sebagai penari maupun koreografer, kreativitas tersebut diwujudkan dalam motif gerak tari Baladewan.

Persamaan penelitian Reinterpretasi pada Tari Baladewa dalam Pertunjukan Lengger dengan Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan yaitu

sama-sama membahas objek tentang Tari Baladewan karya Supriyadi, sedangkan perbedaan Reinterpretasi pada Tari Baladewa dalam Pertunjukkan Lengger dengan Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan adalah penelitian Reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa dalam petunjukan Lengger membahas tentang ide garap Supriyadi pada Tari Baladewa sedangkan penganalisaan Tari Baladewan dilakukan untuk mengetahui tata hubungan dalam struktur gerak Tari Baladewan.

Keempat, jurnal penelitian “Harmonia Jurnal tahun 2011.Vol XI. Nomor 1. Semarang: Universitas Negeri Semarang” ditulis oleh Indriyanto dengan judul “Pengaruh Tari Jawa Pada Tari Baladewan Banyumasan”. Jurnal yang ditulis oleh Indriyanto membahas tentang pengaruh tari Jawa pada Tari Baladewan Banyumasan. Tari Jawa sebagai tradisi besar berpengaruh pada Tari Baladewan Banyumasan sebagai tari tradisional kerakyatan dan sebagai tradisi kecil. Pengaruh tari Jawa pada Tari Baladewan dapat ditelaah melalui gerak tarinya. Norma dasar menari pada Tari Baladewan mempunyai kesamaan dengan norma dasar menari pada tari Jawa yaitu sikap mendak, pupu mlumah, kaki malang, dada ndegég, perut ngempis dan pantat ditarik ke belakang. Kategori tari Baladewan mirip dengan kategori tari putera Gagah pada tari Jawa. Pengaruh tari Jawa pada gerak Tari Baladewan terdapat pada unsur-unsur gerak kepala, tangan, badan, dan kaki yang membentuk ragam-ragam gerak tari Baladewan. Unsur-unsur gerak tersebut mempunyai banyak kesamaan dengan unsur-unsur gerak pada tari Jawa.

Persamaan penelitian Pengaruh Tari Jawa Pada Tari Baladewan Banyumasan dengan Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan yaitu sama-sama membahas objek tentang Tari Baladewan, sedangkan perbedaan penelitian

Pengaruh Tari Jawa Pada Tari Baladewan Banyumasan dengan Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan yaitu Pengaruh Tari Jawa pada Tari Baladewan Banyumasan membahas tentang pegaruh gerak tari Jawa pada tari Baladewan Banyumasan sedangkan penganalisaan Tari Baladewan dilakukan untuk mengetahui tata hubungan dalam struktur gerak Tari Baladewan.

Kelima, adalah jurnal skripsi “E-Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang Vol 2 No 1 2013 Seri E” ditulis oleh Susmiarti dkk dengan judul “Analisis Struktur Gerak Tari Piring Pijak Kaco di Daerah Lipe Pageh Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumati Kabupaten Solok”. Penelitian ini membahas tentang analisis struktur gerak Tari Piring Pijak Kaco. Hasil penelitian analisis struktur gerak Tari Piring Pijak Kaco adalah mengenai tentang struktur gerak Tari Piring Pijak Kaco, dan keunikan gerak pada Tari Piring Pijak Kaco. Selain itu juga mejelaskan bahwa Tari Piring Pijak Kaco adalah tari tradisi masyarakat Lipek Pageh Alahan Panjang Nagari Sungai Nanam yang menggambarkan aktifitas orang kesawah. Karena tarian ini menceritakan bagaimana orang-orang melakukan pekerjaan dan kegiatan saat berada di sawah.

Persamaan penelitian analisis struktur gerak Tari Baladewan dengan analisis struktur gerak Tari Piring Pijak Kaco yaitu sama-sama membahas tentang analisis struktur gerak. Sedangkan perbedaan analisis struktur gerak Tari Baladewan dengan analisis struktur gerak Tari Piring Pijak Kaco yaitu analisis struktur gerak Tari Baladewan bertujuan untuk mengetahui tata hubungan dalam struktur gerak Tari Baladewan sedangkan pada analisis struktur gerak Tari Piring

Pijak Kaco untuk menganalisis struktur geraknya dan untuk mengetahui mengapa gerakan-gerakan yang ada didalam tarian terlihat unik.

2.2 Landasan Teoretis 2.2.1 Analisis

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Indriyanto (2010: 4) mengatakan bahwa analisis berasal dari bahasa Yunani “analusis” yang artinya analisa, yaitu pemeriksaan terhadap keseluruhan untuk mengungkap unsur-unsur dan hubungan-hubungannya. Kegiatan berpikir pada saat mengkaji bagian-bagian, komponen-komponen, atau elemen-elemen dari suatu totalitas untuk memahami ciri-ciri masing-masing bagian komponen atau elemen dan kaitannya.

Tasman (2008: 73) dalam analisa gerak adalah kegiatan “pencarian” sesuatu makna nilai karakter berada pada bentuk gerak non verbal tidak mudah ditangkap indra maupun pikir dimana bentuk gerak berubah pelakunya menjadi berubah dan atau berganti waktu. Berdasarkan pada definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu penganalisaan atau pemeriksaan terhadap objek tertentu yaitu pemeriksaan dari masing-masing unsur atau elemen-elemen yang ada serta lebih terperinci.

2.2.2 Struktur Gerak Tari

Bila mana struktur dihubungkan dengan gerak tari, maka yang dimaksud dengan struktur tari adalah kupasan, rincian gerak-gerak tari yang berawal dari deskripsi bentuk. Suatu gerak tari apapun selalu memiliki bagian-bagian tersendiri, sehingga bila makna keseluruhan telah hadir maka bigian-bagian tersebut akan menyatu. Sesuatu dikatakan mempunyai struktur apabila terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lain.

Struktur gerak tari merupakan rangkaian atau susunan dari gerak-gerak tari yang tersusun menjadi satu, selanjutnya yang dimaksud dengan struktur tari adalah suatu organisasi keseluruhan dari hubungan antara karakteristik di dalam tari. penganalisaan struktur gerak agar lebih jelas maka struktur gerak tersebut diuraikan dengan tataran-tataran geraknya hingga tersusun suatu bentuk tari secara utuh dimulai dari motif gerak, frase gerak, kalimat gerak, dan gugus gerak (Dwidjowinoto dalam Dewi 2015: 8). Struktur gerak tari, maka aneka macam gerak tersebut akan mewujudkan suatu kesatuan yang disebut dengan kesatuan bentuk gerak (Soemaryatmi 2007: 4).

Struktur menunjuk pada tata hubungan antar bagian-bagian dari suatu keseluruhan. Berbicara tentang struktur, orang biasanya menggunakan analogi organis. Salah satu analogi yang banyak dipetik. Orgasme merupakan sebuah aktualisasi dari sel-sel dan pembentukan jaringan yang diatur hubungannya satu dengan yang lainnya bukan secara kolektif tetapi sebagai sistem terpadu yang rumit dari molekul-molekul. Sistem hubungan unit-unitnya dijalin dalam sebuah struktur organik. Istilah-istilah yang digunakan disini bukanlah strukturnya

sendiri; ini adalah kumpulan dari unit-unit (sel atau molekul) yang diatasi oleh sebuah struktur, misalnya: dalam tata hubungan; orgasme memiliki struktur. Jadi struktur ini didefinisikan sebagai satuan tata hubungan diantara entitas yang ada (Brown dalam Anya Peterson terjemahan Widaryanto 2007: 69).

Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan mengacu pada tulisan Ben Suharto, dalam pengamatan Tari Gambyong melalui pendekatan struktural dalam bidang linguistik. (“Kertas kerja yang disajikan dalam temu wicara etnomusikologi III di Medan, 2 s/d 5 Februari 1987). Suharto menganalogkan tataran gramatikal dalam sebuah wacana atau karangan dengan sebuah bentuk tari. sebuah bentuk karangan terbentuk melalui gabungan beberapa tataran gramatikal dari yang terkecil sampai yang terbesar, yaitu dari suku kata, kata, kalimat, alinea, dan bentuk keseluruhan. Ben Suharto kemudian dalam analisis Tari Gambyong membaginya dari bagian terkecil sampai bagian yang terbesar seperti berikut: unsure gerak, motif gerak, frase gerak, kalmiat gerak, gugus gerak dan bentuk keseluruhan. Analisis suatu gerak berdasarkan tataran-tataran yang tersurat dalam tata hubungan hierarkis, serta dijumpai pula beberapa tata hubungan gerak, seperti tata hubungan tumpang tindih dan silih berganti, sintagmatis, dan paradigmatis yang membantu dalam anaisis secara struktural.

2.2.3 Unsur Gerak Sebagai Elemen Dasar

Suharto dalam Dewi (2015: 11) menjelaskan bahwa unsur-unsur gerak tari dalam sebuah tari merupakan suatu unsur elemen-elemen yang terdapat pada struktur gerak tari. Unsur gerak sebagai elemen dasar pembentukan adalah bagian terkecil gerak tari yang paling kecil atau paling sederhana atas bagian tubuh yang

belum terorganisir, belum bermakna dan belum dapat berdiri sendiri sebagaimana suku kata dalam bahasa. Selain itu, menurut Suharto (1987) menjelaskan untuk menetapkan pola gerak dan sikap pada suatu gerak tarian, ia menggunakan analisis kontrastif yang mirip dengan proses dalam bahasa untuk mendapatkan fonem. Berdasarkan struktur gerak tari yang diketahui dengan subtansi dasar tari yaitu gerak, yang merupakan gerak-gerak yang dilakukan atau diperoleh dari tubuh manusia tersebut. Unsur gerak terdiri dari dua macam bagian, yaitu unsur gerak dan unsur sikap. Kedua bagian tersebut dilakukan oleh empat sub sistem yang terdiri dari sub sistem kepala, badan, tangan, dan kaki. Bagian-bagian tubuh manusia yang disebutkan diatas masih merupakan pembagian secara garis besar, sebab masing-masing bagian masih mempunyai bagian-bagian yang lebih spesifik lagi, misalnya kaki masih terdiri atas tungkai atas, tungkai bawah, kaki, serta jari-jarinya. Badan terdiri atas badan bagian bawah yang menyangkut cethik atau panggul, kemudian badan bagian atas adalah lambung. Tangan juga terdiri dari lengan atas, lengan bawah, tangan dan jari-jari. Sedangkan kepala meliputi leher, kepala, muka, dan pandangan mata. Unsur gerak merupakan unit atau kesatuan terkecil yang membentuk bagian yang lebih besar atau disebut juga dengan motif gerak (Suharto 1987: 2).

2.2.4 Motif Gerak

Suatu tari pada dasarnya merupakan rangkaian dari tataran gerak yang meliputi suatu gerak yang paling kecil sampai pada satuan gerak yang paling besar. Martin dan Pesovar dalam Suharto (1987: 5) menyebut motif merupakan unit organik terkecil dalam tari, yaitu unit dimana pola ritme dan kinetik

membentuk suatu struktur yang secara relatif mirip dan berulang, atau muncul kembali. Definisi tersebut di atas dapat ditegaskan bahwa motif gerak merupakan tingkatan gerak terkecil dan paling sederhana dari seluruh gerak tari yang merupakan perpaduan antara unsur sikap dan gerak yang sudah bermakna dan sudah dapat berdiri sendiri sebagaimana kata dalam bahasa.

2.2.5 Frase Gerak

Frase gerak merupakan kesatuan dari motif gerak yang telah dikembangkan, baik melalui pengulangan maupun yang divariasikan. Frase gerak dapat terdiri atas satu motif saja atau beberapa motif gerak. Frase gerak dapat dibedakan atas frase angkatan dan frase seleh. Frase angkatan yaitu berupa kesatuan beberapa motif gerak yang belum berakhir atau semacam koma dalam sebuah kalimat, sedangkan frase seleh adalah kesatuan dari satu atau beberapa motif gerak sebagai penyelesaian dari frase angkatan (Suharto dalam Anisa 2014: 16). Dengan kata lain, gerak yang menyatakan berhentinya suatu kalimat gerak pada akhir sebuah lagu, yakni penetapan frase gerak dapat dilakukan melalui penekanan bagian atas dasar yang sama tetapi berbeda cara penyajiannya. Jadi, untuk mengetahui frase gerak satu dengan yang lainnya perlu dipertimbangkan terlebih dahulu mengenai ritme geraknya, hal ini dikarenakan di dalam tari akan mengalami urutan gerak yang berbeda.

2.2.6 Kalimat Gerak

Kalimat gerak merupakan kesatuan dari frase angkatan dan frase seleh yang merupakan satu rangkaian gerak yang sudah selesai dalam satu periode. Kalimat gerak dapat terdiri atas satu atau beberapa frase angkatan dan frase seleh.

Kalimat gerak erat kaitannya dengan musik pengiringnya. Maka, kalimat dalam hal ini dapat dikonotasikan seperti kalimat dalam bahasa. Istilah kalimat juga terkait dengan pengertian periode pada musik, serta kalimat lagu pada karawitan Jawa (Indriyanto 2010: 26).

2.2.7 Gugus Gerak

Gugus gerak merupakan sekelompok kalimat gerak atas dasar pembagian dari pola iringan. Gugus adalah kumpulan beberapa kalimat yang saling berkaitan karena mepunyai ciri tertentu yang disebut dengan istilah paragraf dalam bahasa. Dalam menganalisis tari, gugus dimaksudkan sebagai penyebutan sekelompok kalimat yang saling berkaitan karena mempunyai ciri tertentu serta keutuhan sebagai kelompok, baik dari segi pola gerak maupun pola iringannya (Suharto 1987: 19).

2.2.8 Tata Hubungan Antar Elemen Dasar

2.2.8.1 Tata Hubungan Tumpang Tindih

Menurut Suharto (1987: 18) tata hubungan tumpang tindih silih berganti yaitu tata hubungan antar unsur gerak dalam membentuk sebuah motif gerak dimana unsur gerak yang dilakukan oleh masing-masing elemen tubuh terjadi secara bersamaan dalam satu waktu. Tata hubungan tumpang tindih berada pada tataran pertama yaitu tataran antar unsur dalam membentuk motif gerak.

2.2.8.2 Tata Hubungan Silih Berganti

Suharto (1987: 18) menjelaskan bahwa tata hubungan silih berganti adalah tata hubungan antar unsur gerak dalam membentuk satu motif gerak dimana unsur gerak yang dilakukan oleh masing-masing elemen tubuh dilakukan secara

bergantian. Sebuah tari terdapat sebuah proses pembentukan yang senantiasa tidak akan lepas dengan adanya unsur-unsur gerak yang dihasilkan oleh tubuh, karena dalam hal ini unsur gerak sebagai elemen dasar yang berfungsi sebagai penunjang utama di dalam menghadirkan suatu satuan yang terkecil dari tari atau motif. Jadi dapat diartikan bahwa unsur gerak adalah satuan gerak yang kompleks dan dipilahkan menjadi empat sub sistem seperti disebut diatas. Berhubungan dengan sub sistem tersebut, di dalam menghadirkan suatu motif gerak, tata hubungan antara sub-sub sistem itu tidak berupa penjajaran gerak yang satu dengan gerak yang lain, tetapi merupakan tata hubungan dan sikap yang saling tumpang tindih dan silih berganti yaitu gerakan yang dilakukan secara bersamaan atau bergantian. 2.2.8.3 Tata Hubungan Hierarkis Gramatikal

Tata hubungan hierarkis gramatikal berarti tata hubungan antara satuan-satuan gramatikal dari bagian yang terkecil hingga ke bagian yang terbesar. Pada dasarnya bentuk suatu tari merupakan serentetan dan serangkaian dari tataran gerak tari dan dimuali dari tataran satuan yang terkecil hingga tataran satuan yang terbesar dari sebuah tari yang saling berkaitan, satuan terkecil disini disebut motif gerak, yang secara langsung berada dalam satuan yang lebih besar yaitu frase gerak. Frase gerak terikat oleh bagian yang lebih besar yaitu kalimat gerak. Demikian seterusnya hingga seluruh tataran gerak terhimpun menjadi satu kesatuan struktur yang utuh. Tata hubungan hierarkis yang termasuk sistem tata hubungan linier (penjajaran) dalam penulisan ini berupa pengorganisasian gerak (Suharto 1987: 18).

2.2.8.4 Tata Hubungan Sintagmatis

Menurut Suharto (1987: 18) menyebutkan bahwa tata hubungan sintagmatis yaitu kaitan antar motif gerak yang menyerupai rangkaian mata rantai , yang satu mengait dengan yang lain, dan begitu seterusnya. Tata hubungan sintagmatis dapat dilihat dari tata hubungan pola gerak yang satu dengan pola gerak berikutnya yang berkesinambungan secara runtut dan rapi dalam satu keterkaitan.

2.2.8.5 Tata Hubungan Paradigmatis

Suharto (1987: 18) menyebutkan bahwa tata hubungan paradigmatis yaitu hubungan komponen yang satu dalam tingkat tertentu dengan komponen yang lain yang dapat dipertukarkan atau dapat saling menggantikan. Berpijak pada pengorganisasian gerak dalam tata hubungan hierarkis, maka tata hubungan yang terjadi secara linier yaitu satuan yang satu disusul satuan berikutnya, dapat dikombinasikan dalam tata hubungan paradigmatis.

2.2.9 Hubungan Struktur Gerak dengan Struktur Iringan

2.2.9.1 Hubungan Musik dengan Tari

Maryono (2015: 64) menjelaskan bahwa pertunjukan tari hampir tidak pernah terlepas dengan kehadiran musik. Keberhasilan pertunjukan tari sangat ditentukan unsur medium bantuannya yakni musik yang berfungsi sebagai iringan. Musik dalam tari mampu memberikan kontribusi kekuatan rasa yang secara komplementer menyatu dengan ekspresi tari sehingga membentuk suatu ungkapan seni atau ungkapan estetis. Maryono (2015: 65) juga menjelaskan bahwa

kedudukan musik dalam tari tidak hanya sekedar sebagai pengiring, akan tetapi merupakan mitra kerja.

2.2.9.1.1 Musik Sebagai Pengiring Tari

Jazuli (2008: 14) menjelaskan bahwa sebagai pengiring tari berarti peranan musik hanya untuk mengiringi atau menunjang penampilan tari, sehingga tak banyak ikut menentukan isi tarinya. Tetapi bukan berarti musik kurang mendapatkan perhatian yang serius. Fungsi musik dalam tari hanya untuk mengiringi tetapi juga harus bisa memberikan dinamika atau membantu member daya hidup tarinya.

Musik sebagai pengiring tari adalah musik yang disajikan sedemikian rupa sehingga tari dalam hal ini sangat mendominir musiknya. Penampilan dinamika musik sangat ditentukan oleh dinamika tarinya. Musik menyesuaikan kebutuhan tarinya. Biasanya gerak tari ada lebih dahulu baru musik menyesuaikan dengan tariya (Indriyanto 2010: 21).

2.2.9.1.2 Musik Sebagai Pengikat Tari

Musik sebagai pengikat tari adalah musik yang dibuat sedemikian rupa sehingga mengikat tarinya, dalam hal ini tari selalu menyesuaikan dengan bentuk atau pola musiknya. Pada umumnya kategori ini tari menyesuaikan dengan musik yang telah ada lebih dulu (Indriyanto 2010: 21).

2.2.9.1.3 Musik Sebagai Ilustrasi Tari

Musik sebagai ilustrasi tari adalah musik tari yang dalam penyajiannya hanya bersifat ilustratif atau hanya sebagai penopang suasana tari. musik dengan tari berjalan sendiri-sendiri tanpa ada ikatan dan tidak ketergantungan, namun

bertemu dalam satu suasana. Dalam kaitannya dengan analisis tari, fungsi musik sebagaimana sudah dijelaskan dapat digunakan untuk melihat sebuah tarian bagaimana aspek musik tersebut digunakan dalam koreografinya (Indriyanto 2010: 21).

Menurut Jazuli (2008: 15-16) musik sebagai ilustrasi atau pengantar tari musik yang dipergunakan sebagai pengiring tari atau pemberi suasana pada saat-saat tertentu, tergantung pada garapan tarinya. Musik digunakan pada bagian-bagian tertentu keseluruhan sajian tari, bisa saja sebagai pengantar sebelum tari disajikan, bisa hanya bagian depan dari keseluruhan tari maupun hanya bagian tengah dari keseluruhan bagi penyaji tari. Misalnya sebuah tarian hanya menghendaki musik pada bagian awal tari, sedangkan untuk selanjutnya tarian tersebut menggunakan penari untuk menggantikan musik atau iringan tari. Peranan musik tidak terlalu mengikuti gerak tarinya, musik hanya sekedar membantu membuat suasana tertentu seperti yang dikehendaki oleh garapan tarinya.

2.2.9.2 Hubungan Struktur Gerak pada Tari Jawa dengan Struktur Musik Tari Jawa

Ketukan-ketukan yang ada dalam tari Jawa berdasarkan pada gendhing-gendhing sesuai dengan bentuk gendhing-gendhingnya, misalnya:

2.2.9.2.1 Bentuk Gendhing Lancaran + + N + P + N + P + N + P + NG

Gendhing bentuk Lancaran dapat memberikan suasana lincah, ramai, gembira, riang, gaduh, tegang, ribut dan lain-lain (Indriyanto 2010: 19).

2.2.9.2.2 Bentuk Gendhing Ketawang

- + - - + - N - + - P - + - NG

. . . . . . . . . . . . . . . .

Gendhing bentuk Ketawang dapat memberikan suasana tenang, agung, sepi, sedih, romantis dan suasana sejenisnya. Misalnya menggambarkan keagungan seorang raja, sepinya suatu malam, sedihnya seorang putrid, romantisnya sepasang kekasih dan lain-lain. Setiap gendhing bentuk Ketawang mempunyai kaeakter sendiri-sendiri yang berbeda-beda, misalnya Ketawang Welasan mempunyai karakter sedih, Ketawang Kinanti Sandung mempunyai karakter romantis dan lain-lain. Suasana tenang, agung, sedih, romantis dan yang sejenisnya biasanya diwujudkan dalam Ketawang dengan irama II atau irama dados. Suasana untuk yang lebih ramai biasanya diwujudkan dalam irama tanggung (irama 1).

Gendhing bentuk Ketawang dalam irama satu (tanggung) mempunyai delapan ketukan irama gerak (delapan hitungan) dalam satu gongan dengan letak ketukan sebagai berikut:

1) Bentuk Ketawang irama satu (tanggung)

- + - - + - N - + - P - + - NG

. . . . . . . . . . . . . . . .

1 2 3 4 5 6 7 8 2) Bentuk Ketawang irama II (dados)

- + - - + - N - + - P - + - NG

. . . . . . . . . . . . . . . .

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

Untuk gendhing bentuk Ketawang irama dados (irama II) jumlah ketukan irama gerak dalam satu gongan ada enam belas (16) ketukan irama gerak

Dalam dokumen ANALISIS STRUKTUR GERAK TARI BALADEWAN (Halaman 20-138)

Dokumen terkait