• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR GERAK TARI BALADEWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR GERAK TARI BALADEWAN"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS STRUKTUR GERAK TARI BALADEWAN

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nama : Ngesty Yogi Utami

NIM : 2501413085

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Jurusan : Seni Drama Tari dan Musik

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

“Tari tak terbatas, dan tari adalah tubuh yang berbicara” (Mr. Wiggles dan Storm)

PERSEMBAHAN:

1. Universitas Negeri Semarang

2. Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang

3. Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik Universitas Negeri Semarang

(6)

vi

dan Dosen Pembimbing II Restu Lanjari, S.Pd, M.Pd.

Kata Kunci: Struktur Gerak, Tari, Baladewan

Tari Baladewan merupakan tarian yang menggambarkan pertokohan raja Mandura dalam cerita Mahabarata. Tariannya berkarakter dengan menggambarkan seseorang yang gagah, bergas, tegas, bijaksana, jujur, dan pemberani namun juga pemarah dengan gerakannya yang enerjik dan lincah. Sedangkan dalam hal gerak, Tari Baladewan memiliki suatu bentuk dari keseluruhan bagian yang tiap-tiap bagian-bagian yang sudah bisa dibagi sesuai unsur dan bentuk geraknya. Rumusan masalah yang diambil yaitu bagaimana struktur gerak Tari Baladewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata hubungan dalam struktur gerak Tari Baladewan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menggunakan pendekatan struktural untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi. Data penelitian ini bersifat kualitatif sehingga untuk menganalisis sebuah data-data menggunakan secara deskriptif. Analisis data-data menggunakan menggunakan teori Adshead. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di dapat Tari Baladewan terbentuk dari elemen-elemen tubuh yang membentuk suatu unsur gerak yang terkecil sampai terbesar, sehingga membentuk sebuah unsur tari. Pada dasarnya bentuk Tari Baladewan mempunyai beberapa tataran gramatikal yang merupakan serentetan dan serangkaian dari tataran gerak tari yang dimulai dari tataran satuan yang terkecil hingga tataran satuan gerak terbesar dari sebuah tari yang saling berkaitan dan menjadi bentuk tari. Satuan gramatikal meliputi satuan terkecil yang disebut dengan motif yang secara langsung barada dalam satuan yang lebih besar yaitu frase gerak. Frase gerak terikat oleh bagian yang lebih besar yaitu kalimat gerak hingga membentuk gugus gerak, seluruh tataran gerak tersebut terhimpun menjadi satu kesatuan struktur yang utuh. Seluruh tataran gerak tersebut mempunyai sistem tata hubungan linier (penjajaran) yang runtut, saling terkait dan saling melengkapi. Mengenai struktur gerak Tari Baladewan yang mempunyai struktur gerak dengan memiliki ciri khas pada geraknya, diharapkan strukturnya tertata kembali sehingga keindahan pada gerak Tari Baladewan terlihat dengan jelas.

(7)

vii

karunia, kekuatan, keselamatan, dan kesehatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Struktur Gerak Tari

Baladewan” sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Program

Studi Pendidikan Seni Tari. keberhasilan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, bantuan, dan bimbingan dari pihak yang terkait.

Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rakhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh kuliah di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian. 3. Drs. Udi Utomo, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS

UNNES atas segala fasilitas yang telah diberikan.

4. Drs. Bintang Hanggoro Putra, M.Hum., Dosen pembimbing satu yang telah memberi arahan demi keberhasilan penyusunan laporan penelitian. 5. Restu Lanjari, S.Pd, M.Pd., Dosen pembimbing dua telah memberi arahan

demi keberhasilan penyusunan laporan penelitian.

6. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu yang berguna dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

viii

motivasi dan semangat baik secara moral maupun material selama ini. 9. Adik saya Gagat Novianto yang saya sayangi.

10. Fiqri Aflada yang selalu memberikan semangat.

11. Teman-teman Sendratasik angkatan 2013 dan teman-teman kost Widuri Puri Kencana 2 yang selama ini sudah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi selama ini.

Demikian skripsi yang penulis sajikan untuk syarat kelulusan untuk mendapat gelar Sarjana.

Semarang, 29 Agustus 2017

(9)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

SARI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

(10)

x

2.2.4 Motif Gerak ... 13

2.2.5 Frase Gerak ... 14

2.2.6 Kalimat Gerak ... 14

2.2.7 Gugus Gerak ... 15

2.2.8 Tata Hubungan Antar Elemen Dasar ... 15

2.2.9 Hubungan Struktur Gerak dengan Struktur Iringan ... 17

2.2.10 Kerangka Berpikir ... 24

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian ... 27

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.3.1 Teknik Observasi... 28

3.3.2 Teknik Wawancara ... 29

3.3.3 Teknik Dokumentasi ... 31

3.4 Teknik Analisis Data ... 31

3.5 Teknik Keabsahan Data ... 33

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.1.1 Lokasi Penelitian ... 36

(11)

xi

4.2.2 Gerak Beksan ... 44

4.2.3 Gerak Mundur Beksan ... 55

4.3 Tataran Gramatikal ... 55

4.3.1 Unsur Gerak ...55

4.3.1.1 Unsur Gerak Kepala ... 56

4.3.1.2 Unsur Gerak Badan ... 57

4.3.1.3 Unsur Gerak Tangan ... 57

4.3.1.4 Unsur Gerak Kaki... 59

4.3.2 Motif Gerak Tari Baladewan... 60

4.3.3 Frase Gerak Tari Baladewan ... 61

4.3.4 Kalimat Gerak Tari Baladewan ... 63

4.3.5 Gugus Gerak Tari Balaewan ... 65

4.4 Tata Hubungan Tari Baladewan ... 66

4.5 Hubungan Struktur Gerak dengan Struktur Iringan ... 74

4.6 Skema Iringan dan Birama ... 76

BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 94

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

xii

Gambar 4.2 Lokasi Penelitian Bale Seni Wasana Nugraha ... 38

Gambar 4.3 Wawancara dengan Bapak Supriyadi ... 39

Gambar 4.4 Tari Baladewan ... 43

Gambar 4.5 Gerak Lumaksono Nglombo Ngracik ... 44

Gambar 4.6 Gerak Sindhetan Encot ... 44

Gambar 4.7 Gerak Tebahan Asto ... 45

Gambar 4.8 Gerak Bang Dunuk Bublang ... 46

Gambar 4.9 Gerak Bapangan ... 46

Gambar 4.10 Gerak Teposan... 47

Gambar 4.11 Gerak Sindhet Ulap-ulap Trecet ... 48

Gambar 4.12 Gerak Baworan ... 48

Gambar 4.13 Gerak Obah Lambung ... 50

Gambar 4.14 Gerak Lembean Encot ... 50

Gambar 4.15 Gerak Lembean Kanan ... 51

Gambar 4.16 Gerak Trap Jamang ... 52

Gambar 4.17 Gerak Ukel Baladewan... 53

Gambar 4.18 Gerak Tebahan Ngisor Nduwur ... 53

Gambar 4.19 Gerak Ngeler ... 54

(13)

xiii

Tabel 4.2 Deskripsi Ragam Gerak Beksan ... 45

Tabel 4.3 Deskripsi Ragam Gerak Mundur Beksan... 55

Tabel 4.4 Unsur Gerak Kepala ... 56

Tabel 4.5 Unsur Gerak Badan ... 57

Tabel 4.6 Unsur Gerak Tangan ... 58

(14)
(15)

xv

2. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 103

3. Surat Keterangan Penelitian ... 104

4. Instrumen Penelitian... 105

5. Transkip Wawancara ... 109

6. Biodata Penulis ... 113

7. Data Diri Narasumber ... 114

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah (Soedarsono 1978: 17), sedangkan menurut Bagong Kussudiardjo, tokoh tari kreasi di Jawa dalam Jazuli (2016: 35) mengatakan, bahwa tari adalah keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa harmonis. Tari yang substansinya baku adalah gerak, gerak merupakan salah satu media ungkap ekspresi jiwa manusia yang mempunyai karakteristik struktur tertentu disamping cabang kesenian lainnya. Gerak merupakan salah satu unsur utama dalam tari, gerak merupakan peralihan tempat atau kedudukan, gerakan dalam tari merupakan unsur pokok atau dasar dimana tubuh berpindah posisi dari satu posisi ke posisi berikutnya, rangkaian-rangkaian gerak ditata sedemikian rupa hingga membentuk suatu tari yang utuh (Jazuli 2008: 8). Gerak merupakan unsur penunjang yang paling besar perannya dalam seni tari. Suatu tari mempunyai rangkaian-rangkaian gerak dari bagian terkecil hingga bagian yang terbesar dari keseluruhan bagian tersebut disebut struktur. Struktur adalah seperangkat tata hubungan di dalam kesatuan keseluruhan (Brown dalam Suharto 1987: 1).

Struktur tari adalah suatu sistem kupasan, perincian gerak tari yang berawal dari deskripsi bentuk lalu dikualifikasikan dengan pendekatan linguistic kedalam bagian yang dimulai dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi. Bisa

(17)

dimulai dari unsur gerak, motif gerak, frase gerak, kalimat gerak dan gugus gerak. Maksudnya adalah gerak-gerak yang kecil sampai dengan gerak-gerak yang lebih besar dapat diketahui keberadaannya. Bagaimana gerak-gerak tari terkecil tersusun hingga terbentuk gerak-gerak tari yang lebih besar yang akhirnya terwujud menjadi satu bentuk tari, tetapi yang terpenting mencari sistematis hubungan gerak yang tersusun dalam keterkaitan keseluruhan sehingga merupakan seperangkat tata hubungan yang teratur dan bermakna, berdasarkan tujuan dan fungsi yang sama (Suharto 1983: 18-19).

Menganalisis bentuk tari harus memisah-misahkan bagian-bagian atau elemen-elemen yang terkait di dalamnya. Keterkaitan yang merupakan tata hubungan antara bagian di dalam bentuk tari secara menyeluruh ini biasanya disebut dengan struktur. Bentuk dan struktur merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Bentuk merupakan organisasi keseluruhan dari hubungan antar karakteristik dalam tari, maksudnya adalah pengorganisasian seluruh tatanan gerak yaitu mulai dari morif gerak atau kesatuan unsur gerak baik unsur gerak kepala, badan, tangan dan kaki. keselurihan gerak tari tersebut merupakan perwujudan dari tataran gerak dengan sebuah bentuk tari yang merupakan rangkaian gerak yang terdiri dari unsur gerak, motif, frase, kalimat, gugus sampai pada bentuk keseluruhan dalam tari (Suharto 1983: 18-19).

Adapun gerak tari yang digunakan dalam tari ini merupakan gerak khas Banyumasan yang telah dikembangkan. Gerak tangan, gerak kaki dalam Tari Baladewan ini sangat enerjik, unik, lincah, dan juga memukau. Uraian gerak dalam Tari Baladewan seperti Tebakan Asto, Bang Dunuk Dublang, Teposan,

(18)

Lembehan Encot, Bapang, Obah Lambung, Baworan, dan Ukel Baladewan. Gerak-gerak tersebut terinspirasi dari ragam gerak tari Yogyakarta, sehingga Tari Baladewan mengesankan adanya perpaduan antara gaya Yogyakarta dengan Banyumasan yang diperhalus dengan unsur estetika keraton. Tari Baladewan mempunyai suatu struktur tertentu karena gerakan-gerakan dalam Tari Baladewan seperti kebanyakan tari lainnya, motif gerak dalam Tari Baladewan ditata sedemikian rupa agar terjadi hubungan yang serasi antara motif gerak yang satu dengan motif gerak yang lainnya guna mewujudkan totalitas gerak yang akhirnya terwujud satu bentuk tari. Bila ditinjau lebih dalam gerak Tari Baladewan tersusun dalam keterkaitan tata hubungan yang membangun satu kesatuan bentuk. Tata hubungan ini terjadi pada serentetan motif gerak yang saling berhubungan dengan rapi.

Tari Baladewan mempunyai struktur yang khas, berbeda dengan tari yang lainnya terlihat dari susunan motif yang saling kait-mengait karena dalam satuan motif gerak Tari Baladewan mempunyai arti dan makna tersendiri, maka dari itu penelit tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai Struktur Gerak Tari Baladewan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis akan mengupas bentuk Tari Baladewan dari segi struktural, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti Struktur Gerak tari Baladewan. Alasan memilih obyek Tari Baladewan karena hingga kini belum pernah ada penelitian secara jelas, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

(19)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis struktur gerak Tari Baladewan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata hubungan dalam struktur gerak Tari Baladewan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang Struktur gerak Tari Baladewan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini bagi peneliti, mampu menambah wawasan keilmuan dalam memahami serta menganalisis gerak Tari Baladewan yang akan ditelitinya.

b. Manfaat penelitian ini untuk pencipta Tari Baladewan adalah memberikan dorongan motivasi dalam menciptakan berbagai karya tari, sehingga menjadikan tokoh seniman tari ini dikenal oleh masyarakat umum melalui karya-karyanya.

(20)

c. Dapat menambah wawasan tentang anlisis struktur gerak Tari Baladewan, sekaligus sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama menjalani pendidikan program studi pendidikan seni tari.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I: Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Pada bagian Bab I merupakan langkah awal sebelum membahas Bab II Landasan Teori.

BAB II: Landasan Teori

Berisi tentang tinjauan pustaka, landasan teori yang meliputi tentang struktur gerak serta adanya kerangka berpikir.

BAB III: Metode penelitian

Berisi tentang pendekatan penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik keabsahan, dan teknik analisis data yang digunakan sebagai alat untuk membantu menyelesaikan dalam meneliti.

BAB IV: Hasil dan Pembahasan

Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang lokasi, serta tentang Struktur Gerak Tari Baladewan.

BAB V: Penutup

Berisi simpulan dan saran Struktur Gerak tari Baladewan. Serta bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.

(21)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian mengenai Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan dilakukan, peneliti telah mencari penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian yang peneliti lakukan, sehingga peneliti dapat menentukan dan menemukan sudut pandang maupun objek yang berbeda dari penelitian yang sebelumnya, serta digunakan sebagai acuan dan referensi. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:

Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan belum pernah diteliti, namun penelitian sejenis pernah dilakukan. Pertama, Dewi Kristiana (Skripsi UNNES 2015) yang berjudul “Analisis Struktur Gerak Tari Trayutama”. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana struktur gerak Tari Trayutama. Tari Trayutama merupakan tari yang berasal dari Kabupaten Pati lebih tepatnya berasal dari SMA Negeri 1 Tayu. Tari Trayutama yang dulu dinamakan Bedhoyo Trayutama yang menceritakan tentang perjuangan seorang putra-putri atau siswa dalam mencapai tujuan dan cita-cita dengan berpegang teguh pada makna yang ada di dalam Tari Bedhoyo sebagai pengendali emosi dan hawa nafsu. Hasil penelitian oleh Dewi Kristiana Tari Trayutama digunakan sebagai tari penyambutan tamu pada acara-acara sekolah dan sebagai identitas sekolah. Persamaan penelitian Dewi Kristiana dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti struktur gerak tari. Sedangkan perbedaan analisis struktur gerak Tari

(22)

Trayutama dengan analisis struktur gerak Tari Baladewan adalah analisis Tari Trayutama yaitu terletak pada objek penelitian yang diteliti.

Kedua, Anisa Dita Rahmawati (Skripsi UNY 2014) judul penelitian “Analisis Struktur Gerak Tari Lenggasor Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana analisis struktur gerak Tari Lenggasor. Hasil penelitian ini adalah struktur gerak dan deskripsi gerak Tari Lenggasor, selain itu juga membahas mengenai fungsi Tari Lenggasor, tata rias dan busana, dan properti Tari Lenggasor.

Persamaan penelitian analisis struktur gerak Tari Lenggasor Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah dengan analisis struktur gerak Tari Baladewan yaitu sama-sama membahas tentang analisis struktur gerak, sedangkan perbedaan analisis struktur gerak Tari Lenggasor dengan analisis struktur gerak tari Baladewan adalah pada analisis Tari Lenggasor ditinjau dari watak geraknya, sedangkan penganalisaan dalam Tari Baladewan dilakukan untuk mengetahui tata hubungan dalam struktur gerak Tari Baladewan.

Ketiga, Iva Catur Agustina (Skripsi ISI SURAKARTA 2017) judul penelitian “Reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa dalam Pertunjukan Lengger”. Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ide garap serta proses reinterprestasi Supriyadi pada Tari Baladewa dalam pertunjukan Lengger. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengalamannya sebagai penari maupun koreografer, kreativitas tersebut diwujudkan dalam motif gerak tari Baladewan.

Persamaan penelitian Reinterpretasi pada Tari Baladewa dalam Pertunjukan Lengger dengan Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan yaitu

(23)

sama-sama membahas objek tentang Tari Baladewan karya Supriyadi, sedangkan perbedaan Reinterpretasi pada Tari Baladewa dalam Pertunjukkan Lengger dengan Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan adalah penelitian Reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa dalam petunjukan Lengger membahas tentang ide garap Supriyadi pada Tari Baladewa sedangkan penganalisaan Tari Baladewan dilakukan untuk mengetahui tata hubungan dalam struktur gerak Tari Baladewan.

Keempat, jurnal penelitian “Harmonia Jurnal tahun 2011.Vol XI. Nomor 1. Semarang: Universitas Negeri Semarang” ditulis oleh Indriyanto dengan judul “Pengaruh Tari Jawa Pada Tari Baladewan Banyumasan”. Jurnal yang ditulis oleh Indriyanto membahas tentang pengaruh tari Jawa pada Tari Baladewan Banyumasan. Tari Jawa sebagai tradisi besar berpengaruh pada Tari Baladewan Banyumasan sebagai tari tradisional kerakyatan dan sebagai tradisi kecil. Pengaruh tari Jawa pada Tari Baladewan dapat ditelaah melalui gerak tarinya. Norma dasar menari pada Tari Baladewan mempunyai kesamaan dengan norma dasar menari pada tari Jawa yaitu sikap mendak, pupu mlumah, kaki malang, dada ndegég, perut ngempis dan pantat ditarik ke belakang. Kategori tari Baladewan mirip dengan kategori tari putera Gagah pada tari Jawa. Pengaruh tari Jawa pada gerak Tari Baladewan terdapat pada unsur-unsur gerak kepala, tangan, badan, dan kaki yang membentuk ragam-ragam gerak tari Baladewan. Unsur-unsur gerak tersebut mempunyai banyak kesamaan dengan unsur-unsur gerak pada tari Jawa.

Persamaan penelitian Pengaruh Tari Jawa Pada Tari Baladewan Banyumasan dengan Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan yaitu sama-sama membahas objek tentang Tari Baladewan, sedangkan perbedaan penelitian

(24)

Pengaruh Tari Jawa Pada Tari Baladewan Banyumasan dengan Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan yaitu Pengaruh Tari Jawa pada Tari Baladewan Banyumasan membahas tentang pegaruh gerak tari Jawa pada tari Baladewan Banyumasan sedangkan penganalisaan Tari Baladewan dilakukan untuk mengetahui tata hubungan dalam struktur gerak Tari Baladewan.

Kelima, adalah jurnal skripsi “E-Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang Vol 2 No 1 2013 Seri E” ditulis oleh Susmiarti dkk dengan judul “Analisis Struktur Gerak Tari Piring Pijak Kaco di Daerah Lipe Pageh Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumati Kabupaten Solok”. Penelitian ini membahas tentang analisis struktur gerak Tari Piring Pijak Kaco. Hasil penelitian analisis struktur gerak Tari Piring Pijak Kaco adalah mengenai tentang struktur gerak Tari Piring Pijak Kaco, dan keunikan gerak pada Tari Piring Pijak Kaco. Selain itu juga mejelaskan bahwa Tari Piring Pijak Kaco adalah tari tradisi masyarakat Lipek Pageh Alahan Panjang Nagari Sungai Nanam yang menggambarkan aktifitas orang kesawah. Karena tarian ini menceritakan bagaimana orang-orang melakukan pekerjaan dan kegiatan saat berada di sawah.

Persamaan penelitian analisis struktur gerak Tari Baladewan dengan analisis struktur gerak Tari Piring Pijak Kaco yaitu sama-sama membahas tentang analisis struktur gerak. Sedangkan perbedaan analisis struktur gerak Tari Baladewan dengan analisis struktur gerak Tari Piring Pijak Kaco yaitu analisis struktur gerak Tari Baladewan bertujuan untuk mengetahui tata hubungan dalam struktur gerak Tari Baladewan sedangkan pada analisis struktur gerak Tari Piring

(25)

Pijak Kaco untuk menganalisis struktur geraknya dan untuk mengetahui mengapa gerakan-gerakan yang ada didalam tarian terlihat unik.

2.2 Landasan Teoretis 2.2.1 Analisis

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Indriyanto (2010: 4) mengatakan bahwa analisis berasal dari bahasa Yunani “analusis” yang artinya analisa, yaitu pemeriksaan terhadap keseluruhan untuk mengungkap unsur-unsur dan hubungan-hubungannya. Kegiatan berpikir pada saat mengkaji bagian-bagian, komponen-komponen, atau elemen-elemen dari suatu totalitas untuk memahami ciri-ciri masing-masing bagian komponen atau elemen dan kaitannya.

Tasman (2008: 73) dalam analisa gerak adalah kegiatan “pencarian” sesuatu makna nilai karakter berada pada bentuk gerak non verbal tidak mudah ditangkap indra maupun pikir dimana bentuk gerak berubah pelakunya menjadi berubah dan atau berganti waktu. Berdasarkan pada definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu penganalisaan atau pemeriksaan terhadap objek tertentu yaitu pemeriksaan dari masing-masing unsur atau elemen-elemen yang ada serta lebih terperinci.

(26)

2.2.2 Struktur Gerak Tari

Bila mana struktur dihubungkan dengan gerak tari, maka yang dimaksud dengan struktur tari adalah kupasan, rincian gerak-gerak tari yang berawal dari deskripsi bentuk. Suatu gerak tari apapun selalu memiliki bagian-bagian tersendiri, sehingga bila makna keseluruhan telah hadir maka bigian-bagian tersebut akan menyatu. Sesuatu dikatakan mempunyai struktur apabila terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lain.

Struktur gerak tari merupakan rangkaian atau susunan dari gerak-gerak tari yang tersusun menjadi satu, selanjutnya yang dimaksud dengan struktur tari adalah suatu organisasi keseluruhan dari hubungan antara karakteristik di dalam tari. penganalisaan struktur gerak agar lebih jelas maka struktur gerak tersebut diuraikan dengan tataran-tataran geraknya hingga tersusun suatu bentuk tari secara utuh dimulai dari motif gerak, frase gerak, kalimat gerak, dan gugus gerak (Dwidjowinoto dalam Dewi 2015: 8). Struktur gerak tari, maka aneka macam gerak tersebut akan mewujudkan suatu kesatuan yang disebut dengan kesatuan bentuk gerak (Soemaryatmi 2007: 4).

Struktur menunjuk pada tata hubungan antar bagian-bagian dari suatu keseluruhan. Berbicara tentang struktur, orang biasanya menggunakan analogi organis. Salah satu analogi yang banyak dipetik. Orgasme merupakan sebuah aktualisasi dari sel-sel dan pembentukan jaringan yang diatur hubungannya satu dengan yang lainnya bukan secara kolektif tetapi sebagai sistem terpadu yang rumit dari molekul-molekul. Sistem hubungan unit-unitnya dijalin dalam sebuah struktur organik. Istilah-istilah yang digunakan disini bukanlah strukturnya

(27)

sendiri; ini adalah kumpulan dari unit-unit (sel atau molekul) yang diatasi oleh sebuah struktur, misalnya: dalam tata hubungan; orgasme memiliki struktur. Jadi struktur ini didefinisikan sebagai satuan tata hubungan diantara entitas yang ada (Brown dalam Anya Peterson terjemahan Widaryanto 2007: 69).

Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan mengacu pada tulisan Ben Suharto, dalam pengamatan Tari Gambyong melalui pendekatan struktural dalam bidang linguistik. (“Kertas kerja yang disajikan dalam temu wicara etnomusikologi III di Medan, 2 s/d 5 Februari 1987). Suharto menganalogkan tataran gramatikal dalam sebuah wacana atau karangan dengan sebuah bentuk tari. sebuah bentuk karangan terbentuk melalui gabungan beberapa tataran gramatikal dari yang terkecil sampai yang terbesar, yaitu dari suku kata, kata, kalimat, alinea, dan bentuk keseluruhan. Ben Suharto kemudian dalam analisis Tari Gambyong membaginya dari bagian terkecil sampai bagian yang terbesar seperti berikut: unsure gerak, motif gerak, frase gerak, kalmiat gerak, gugus gerak dan bentuk keseluruhan. Analisis suatu gerak berdasarkan tataran-tataran yang tersurat dalam tata hubungan hierarkis, serta dijumpai pula beberapa tata hubungan gerak, seperti tata hubungan tumpang tindih dan silih berganti, sintagmatis, dan paradigmatis yang membantu dalam anaisis secara struktural.

2.2.3 Unsur Gerak Sebagai Elemen Dasar

Suharto dalam Dewi (2015: 11) menjelaskan bahwa unsur-unsur gerak tari dalam sebuah tari merupakan suatu unsur elemen-elemen yang terdapat pada struktur gerak tari. Unsur gerak sebagai elemen dasar pembentukan adalah bagian terkecil gerak tari yang paling kecil atau paling sederhana atas bagian tubuh yang

(28)

belum terorganisir, belum bermakna dan belum dapat berdiri sendiri sebagaimana suku kata dalam bahasa. Selain itu, menurut Suharto (1987) menjelaskan untuk menetapkan pola gerak dan sikap pada suatu gerak tarian, ia menggunakan analisis kontrastif yang mirip dengan proses dalam bahasa untuk mendapatkan fonem. Berdasarkan struktur gerak tari yang diketahui dengan subtansi dasar tari yaitu gerak, yang merupakan gerak-gerak yang dilakukan atau diperoleh dari tubuh manusia tersebut. Unsur gerak terdiri dari dua macam bagian, yaitu unsur gerak dan unsur sikap. Kedua bagian tersebut dilakukan oleh empat sub sistem yang terdiri dari sub sistem kepala, badan, tangan, dan kaki. Bagian-bagian tubuh manusia yang disebutkan diatas masih merupakan pembagian secara garis besar, sebab masing-masing bagian masih mempunyai bagian-bagian yang lebih spesifik lagi, misalnya kaki masih terdiri atas tungkai atas, tungkai bawah, kaki, serta jari-jarinya. Badan terdiri atas badan bagian bawah yang menyangkut cethik atau panggul, kemudian badan bagian atas adalah lambung. Tangan juga terdiri dari lengan atas, lengan bawah, tangan dan jari-jari. Sedangkan kepala meliputi leher, kepala, muka, dan pandangan mata. Unsur gerak merupakan unit atau kesatuan terkecil yang membentuk bagian yang lebih besar atau disebut juga dengan motif gerak (Suharto 1987: 2).

2.2.4 Motif Gerak

Suatu tari pada dasarnya merupakan rangkaian dari tataran gerak yang meliputi suatu gerak yang paling kecil sampai pada satuan gerak yang paling besar. Martin dan Pesovar dalam Suharto (1987: 5) menyebut motif merupakan unit organik terkecil dalam tari, yaitu unit dimana pola ritme dan kinetik

(29)

membentuk suatu struktur yang secara relatif mirip dan berulang, atau muncul kembali. Definisi tersebut di atas dapat ditegaskan bahwa motif gerak merupakan tingkatan gerak terkecil dan paling sederhana dari seluruh gerak tari yang merupakan perpaduan antara unsur sikap dan gerak yang sudah bermakna dan sudah dapat berdiri sendiri sebagaimana kata dalam bahasa.

2.2.5 Frase Gerak

Frase gerak merupakan kesatuan dari motif gerak yang telah dikembangkan, baik melalui pengulangan maupun yang divariasikan. Frase gerak dapat terdiri atas satu motif saja atau beberapa motif gerak. Frase gerak dapat dibedakan atas frase angkatan dan frase seleh. Frase angkatan yaitu berupa kesatuan beberapa motif gerak yang belum berakhir atau semacam koma dalam sebuah kalimat, sedangkan frase seleh adalah kesatuan dari satu atau beberapa motif gerak sebagai penyelesaian dari frase angkatan (Suharto dalam Anisa 2014: 16). Dengan kata lain, gerak yang menyatakan berhentinya suatu kalimat gerak pada akhir sebuah lagu, yakni penetapan frase gerak dapat dilakukan melalui penekanan bagian atas dasar yang sama tetapi berbeda cara penyajiannya. Jadi, untuk mengetahui frase gerak satu dengan yang lainnya perlu dipertimbangkan terlebih dahulu mengenai ritme geraknya, hal ini dikarenakan di dalam tari akan mengalami urutan gerak yang berbeda.

2.2.6 Kalimat Gerak

Kalimat gerak merupakan kesatuan dari frase angkatan dan frase seleh yang merupakan satu rangkaian gerak yang sudah selesai dalam satu periode. Kalimat gerak dapat terdiri atas satu atau beberapa frase angkatan dan frase seleh.

(30)

Kalimat gerak erat kaitannya dengan musik pengiringnya. Maka, kalimat dalam hal ini dapat dikonotasikan seperti kalimat dalam bahasa. Istilah kalimat juga terkait dengan pengertian periode pada musik, serta kalimat lagu pada karawitan Jawa (Indriyanto 2010: 26).

2.2.7 Gugus Gerak

Gugus gerak merupakan sekelompok kalimat gerak atas dasar pembagian dari pola iringan. Gugus adalah kumpulan beberapa kalimat yang saling berkaitan karena mepunyai ciri tertentu yang disebut dengan istilah paragraf dalam bahasa. Dalam menganalisis tari, gugus dimaksudkan sebagai penyebutan sekelompok kalimat yang saling berkaitan karena mempunyai ciri tertentu serta keutuhan sebagai kelompok, baik dari segi pola gerak maupun pola iringannya (Suharto 1987: 19).

2.2.8 Tata Hubungan Antar Elemen Dasar

2.2.8.1 Tata Hubungan Tumpang Tindih

Menurut Suharto (1987: 18) tata hubungan tumpang tindih silih berganti yaitu tata hubungan antar unsur gerak dalam membentuk sebuah motif gerak dimana unsur gerak yang dilakukan oleh masing-masing elemen tubuh terjadi secara bersamaan dalam satu waktu. Tata hubungan tumpang tindih berada pada tataran pertama yaitu tataran antar unsur dalam membentuk motif gerak.

2.2.8.2 Tata Hubungan Silih Berganti

Suharto (1987: 18) menjelaskan bahwa tata hubungan silih berganti adalah tata hubungan antar unsur gerak dalam membentuk satu motif gerak dimana unsur gerak yang dilakukan oleh masing-masing elemen tubuh dilakukan secara

(31)

bergantian. Sebuah tari terdapat sebuah proses pembentukan yang senantiasa tidak akan lepas dengan adanya unsur-unsur gerak yang dihasilkan oleh tubuh, karena dalam hal ini unsur gerak sebagai elemen dasar yang berfungsi sebagai penunjang utama di dalam menghadirkan suatu satuan yang terkecil dari tari atau motif. Jadi dapat diartikan bahwa unsur gerak adalah satuan gerak yang kompleks dan dipilahkan menjadi empat sub sistem seperti disebut diatas. Berhubungan dengan sub sistem tersebut, di dalam menghadirkan suatu motif gerak, tata hubungan antara sub-sub sistem itu tidak berupa penjajaran gerak yang satu dengan gerak yang lain, tetapi merupakan tata hubungan dan sikap yang saling tumpang tindih dan silih berganti yaitu gerakan yang dilakukan secara bersamaan atau bergantian. 2.2.8.3 Tata Hubungan Hierarkis Gramatikal

Tata hubungan hierarkis gramatikal berarti tata hubungan antara satuan-satuan gramatikal dari bagian yang terkecil hingga ke bagian yang terbesar. Pada dasarnya bentuk suatu tari merupakan serentetan dan serangkaian dari tataran gerak tari dan dimuali dari tataran satuan yang terkecil hingga tataran satuan yang terbesar dari sebuah tari yang saling berkaitan, satuan terkecil disini disebut motif gerak, yang secara langsung berada dalam satuan yang lebih besar yaitu frase gerak. Frase gerak terikat oleh bagian yang lebih besar yaitu kalimat gerak. Demikian seterusnya hingga seluruh tataran gerak terhimpun menjadi satu kesatuan struktur yang utuh. Tata hubungan hierarkis yang termasuk sistem tata hubungan linier (penjajaran) dalam penulisan ini berupa pengorganisasian gerak (Suharto 1987: 18).

(32)

2.2.8.4 Tata Hubungan Sintagmatis

Menurut Suharto (1987: 18) menyebutkan bahwa tata hubungan sintagmatis yaitu kaitan antar motif gerak yang menyerupai rangkaian mata rantai , yang satu mengait dengan yang lain, dan begitu seterusnya. Tata hubungan sintagmatis dapat dilihat dari tata hubungan pola gerak yang satu dengan pola gerak berikutnya yang berkesinambungan secara runtut dan rapi dalam satu keterkaitan.

2.2.8.5 Tata Hubungan Paradigmatis

Suharto (1987: 18) menyebutkan bahwa tata hubungan paradigmatis yaitu hubungan komponen yang satu dalam tingkat tertentu dengan komponen yang lain yang dapat dipertukarkan atau dapat saling menggantikan. Berpijak pada pengorganisasian gerak dalam tata hubungan hierarkis, maka tata hubungan yang terjadi secara linier yaitu satuan yang satu disusul satuan berikutnya, dapat dikombinasikan dalam tata hubungan paradigmatis.

2.2.9 Hubungan Struktur Gerak dengan Struktur Iringan

2.2.9.1 Hubungan Musik dengan Tari

Maryono (2015: 64) menjelaskan bahwa pertunjukan tari hampir tidak pernah terlepas dengan kehadiran musik. Keberhasilan pertunjukan tari sangat ditentukan unsur medium bantuannya yakni musik yang berfungsi sebagai iringan. Musik dalam tari mampu memberikan kontribusi kekuatan rasa yang secara komplementer menyatu dengan ekspresi tari sehingga membentuk suatu ungkapan seni atau ungkapan estetis. Maryono (2015: 65) juga menjelaskan bahwa

(33)

kedudukan musik dalam tari tidak hanya sekedar sebagai pengiring, akan tetapi merupakan mitra kerja.

2.2.9.1.1 Musik Sebagai Pengiring Tari

Jazuli (2008: 14) menjelaskan bahwa sebagai pengiring tari berarti peranan musik hanya untuk mengiringi atau menunjang penampilan tari, sehingga tak banyak ikut menentukan isi tarinya. Tetapi bukan berarti musik kurang mendapatkan perhatian yang serius. Fungsi musik dalam tari hanya untuk mengiringi tetapi juga harus bisa memberikan dinamika atau membantu member daya hidup tarinya.

Musik sebagai pengiring tari adalah musik yang disajikan sedemikian rupa sehingga tari dalam hal ini sangat mendominir musiknya. Penampilan dinamika musik sangat ditentukan oleh dinamika tarinya. Musik menyesuaikan kebutuhan tarinya. Biasanya gerak tari ada lebih dahulu baru musik menyesuaikan dengan tariya (Indriyanto 2010: 21).

2.2.9.1.2 Musik Sebagai Pengikat Tari

Musik sebagai pengikat tari adalah musik yang dibuat sedemikian rupa sehingga mengikat tarinya, dalam hal ini tari selalu menyesuaikan dengan bentuk atau pola musiknya. Pada umumnya kategori ini tari menyesuaikan dengan musik yang telah ada lebih dulu (Indriyanto 2010: 21).

2.2.9.1.3 Musik Sebagai Ilustrasi Tari

Musik sebagai ilustrasi tari adalah musik tari yang dalam penyajiannya hanya bersifat ilustratif atau hanya sebagai penopang suasana tari. musik dengan tari berjalan sendiri-sendiri tanpa ada ikatan dan tidak ketergantungan, namun

(34)

bertemu dalam satu suasana. Dalam kaitannya dengan analisis tari, fungsi musik sebagaimana sudah dijelaskan dapat digunakan untuk melihat sebuah tarian bagaimana aspek musik tersebut digunakan dalam koreografinya (Indriyanto 2010: 21).

Menurut Jazuli (2008: 15-16) musik sebagai ilustrasi atau pengantar tari musik yang dipergunakan sebagai pengiring tari atau pemberi suasana pada saat-saat tertentu, tergantung pada garapan tarinya. Musik digunakan pada bagian-bagian tertentu keseluruhan sajian tari, bisa saja sebagai pengantar sebelum tari disajikan, bisa hanya bagian depan dari keseluruhan tari maupun hanya bagian tengah dari keseluruhan bagi penyaji tari. Misalnya sebuah tarian hanya menghendaki musik pada bagian awal tari, sedangkan untuk selanjutnya tarian tersebut menggunakan penari untuk menggantikan musik atau iringan tari. Peranan musik tidak terlalu mengikuti gerak tarinya, musik hanya sekedar membantu membuat suasana tertentu seperti yang dikehendaki oleh garapan tarinya.

2.2.9.2 Hubungan Struktur Gerak pada Tari Jawa dengan Struktur Musik Tari Jawa

Ketukan-ketukan yang ada dalam tari Jawa berdasarkan pada gendhing-gendhing sesuai dengan bentuk gendhing-gendhingnya, misalnya:

2.2.9.2.1 Bentuk Gendhing Lancaran + + N + P + N + P + N + P + NG

(35)

Gendhing bentuk Lancaran dapat memberikan suasana lincah, ramai, gembira, riang, gaduh, tegang, ribut dan lain-lain (Indriyanto 2010: 19).

2.2.9.2.2 Bentuk Gendhing Ketawang

- + - - + - N - + - P - + - NG

. . . . . . . . . . . . . . . .

Gendhing bentuk Ketawang dapat memberikan suasana tenang, agung, sepi, sedih, romantis dan suasana sejenisnya. Misalnya menggambarkan keagungan seorang raja, sepinya suatu malam, sedihnya seorang putrid, romantisnya sepasang kekasih dan lain-lain. Setiap gendhing bentuk Ketawang mempunyai kaeakter sendiri-sendiri yang berbeda-beda, misalnya Ketawang Welasan mempunyai karakter sedih, Ketawang Kinanti Sandung mempunyai karakter romantis dan lain-lain. Suasana tenang, agung, sedih, romantis dan yang sejenisnya biasanya diwujudkan dalam Ketawang dengan irama II atau irama dados. Suasana untuk yang lebih ramai biasanya diwujudkan dalam irama tanggung (irama 1).

Gendhing bentuk Ketawang dalam irama satu (tanggung) mempunyai delapan ketukan irama gerak (delapan hitungan) dalam satu gongan dengan letak ketukan sebagai berikut:

1) Bentuk Ketawang irama satu (tanggung)

- + - - + - N - + - P - + - NG

. . . . . . . . . . . . . . . .

1 2 3 4 5 6 7 8 2) Bentuk Ketawang irama II (dados)

(36)

- + - - + - N - + - P - + - NG

. . . . . . . . . . . . . . . .

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

Untuk gendhing bentuk Ketawang irama dados (irama II) jumlah ketukan irama gerak dalam satu gongan ada enam belas (16) ketukan irama gerak (Indriyanto 2010: 20).

3) Bentuk Ladrang

Gendhing bentuk Ladrang mempunyai pola sebagai berikut: - + - - + - N - + - P - + - N

. . . . . . . . . . . . . . . .

- + - P - + - N - + - P - + - NG

. . . . . . . . . . . . . . . .

Gendhing bentuk Ladrang dalam irama satu (tanggung) dapat memberikan suasana senang, gembira, ramai, tegas, agung, lincah dan lain-lain. Gendhing bentuk ladrang irama tanggung dalam satu gongnya terdapat enam belas (16) ketukan irama gerak dengan pola ketukan sebagai berikut:

- + - - + - N - + - P - + - N . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2 3 4 5 6 7 8 - + - P - + - N - + - P - + - NG . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2 3 4 5 6 7 8

(37)

Gendhing bentuk ladrang irama dados (II) dapat memberikan suasana tegang, agung, romantis, sedih, dan lain sebagainya. Ladrang irama dados mempunyai tiga puluh dua ketukan irama gerak dalam satu gongan dengan pola ketukan sebagai berikut:

- + - - + - N - + - P - + - N . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 - + - P - + - N - + - P - + - NG . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 4) Bentuk Lancaran (Lanjutan)

Gendhing bentuk lancaran dapat diperagakan dalam irama tanggung dan irama dados. Dalam irama tanggung lancaran dapat memberikan kesan ramai, meriah, lincah, tegas, dan lain-lain. Dalam irama tanggung mempunyai delapan ketukan irama gerak dalam satu gongan (Indriyanto 2010: 26).

Adapun letak ketukan irama gerak dalam pola gendhing sebagai berikut:

+ + N + P + N + P + N + P + NG

. . . . . . . . . . . . . . . .

1 2 3 4 5 6 7 8

Gendhing bentuk lancaran dalam irama dados dapat memberikan suasana tenang romantis dan sebagainya. Dalam irama dados bentuk gendhing lancaran mempunyai enam belas (16) ketukan dalam satu gongan dengan letak ketukan sebagai berikut:

(38)

+ + N + P + N + P + N + P + NG

. . . . . . . . . . . . . . . .

(39)

KERANGKA BERPIKIR

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir (Sumber: Ngesty, 2017)

STRUKTUR TARI BALADEWAN

STRUKTUR GERAK TARI BALADEWAN

(40)

Keterangan :

Bagan kerangka berpikir menguraikan Tari Baladewan terbentuk dari tata hubungan dan tataran gramatikal gerak tari dari bagian terkecil sampai terbesar yang meliputi unsur, motif, frase, kalimat dan gugus gerak. Uraian tentang analisis struktur gerak Tari Baladewan dapat digunakan untuk mengetahui deskripsi gerak dan tata hubungan dalam Tari Baladewan.

(41)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang dikaji, yaitu mengenai Analisis Struktur Gerak Tari Baladewan, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, sehingga penelitian akan bersifat deskriptif yang memberikan gambaran yang cermat terhadap suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Sugiyono (2009: 8) menambahkan bahwa metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik yang berarti bahwa penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Seperti yang dikatakan oleh Bogdan & Taylor dalam (Sumaryanto 2014: 14) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode penelitian kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena-fenomena peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, dan pemikiran manusia secara individu maupun kelompok.

Metode penelitian kualitatif tersebut, peneliti tidak melakukan pengujian hipotesis, melainkan berusaha menelusuri, memahami, menjelaskan gejala dan kaitan hubungan antara segala yang diteliti dari kelompok tertentu. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena permasalahan yang dibahas tidak mengenai angka-angka atau jumlah tetapi dalam bentuk uraian yang bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang analisis struktur Tari Baladewan.

(42)

Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan struktural biasanya digunakan dalam dunia tari yang telah dilakukan dalam analisis tari dilakukan dengan menyepadankan pendekatan struktural dalam bidang studi bahasa yang disebut dengan istilah linguistic atau ilmu tata bahasa (Suharto dalam Indriyanto 2010: 23). Dimana dalam penelitian ini kegiatan yang dilakukan yaitu kegiatan analisis. Kegiatan analisis dilakukan untuk memahami masalah yang telah diteliti, dengan tujuan untuk mengungkapkan kebenaran suatu permasalahan dan memperoleh data yang ada dilapangan yang sudah ditentukan oleh peneliti. Peneliti juga sebelumnya menggunakan beberapa langkah-langkah dan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk memperoleh data-datanya.

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian yaitu di Bale Seni Wasana Nugraha yang dikelola oleh Bapak Supriyadi selaku koreografer Tari Baladewan yang beralamatkan di Jurug Rt 06, Kel. Bangunharjo, Kec. Sewon, Kab. Bantul, Yogyakarta 55187. Alasan mengapa penelitian dilakukan di Yogyakarta, karena bapak Supriyadi pencipta Tari Baladewan sekarang ini bertempat tinggal di Yogyakarta.

3.2.2 Sasaran Penelitian

Sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari penelitian yang dilakukan, serta pertimbangan yang berdasarkan kelayakan dalam memberikan pemahaman tentang masalah yang diteliti, maka sasaran yang dijadikan objek penelitian dalam penelitian ini adalah struktur gerak Tari Baladewan. Karena bentuk struktur gerak

(43)

tari yang dilihat dari unsur gerak, motif gerak, frase gerak, kalimat gerak dan gugus gerak. Unsur gerak, motif gerak, frase gerak, kalimat gerak dan gugus gerak merupakan satu kesatuan dari struktur gerak tari yang membentuk suatu bentuk Tari Baladewan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif, data-data yang diperoleh berupa kata-kata dari para pendukung, tulisan-tulisan, dan foto-foto. Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, atau informasi yang benar dan dapat dipercaya. Sedangkan untuk memperoleh data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

3.3.1 Teknik Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Bogdan & Taylor dalam (Sumaryanto 2014: 39) pengamatan/observasi dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan serta (participant observation) dan tidak berperan serta. Pengamatan tanpa peran serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. Sedangkan pengamat berperan serta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati. Sebagai metode ilmiah observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Observasi dalam arti yang luas sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(44)

Observasi dilakukan untuk mengetahui data analisis struktur gerak Tari Baladewan yang diteliti secara langsung dan sistematis mengenai segala bentuk fenomena-fenomena psikis tentang dan penyelenggaranya pada pementasan Tari Baladewan. Data-data yang didapat merupakan hasil pengamatan secara langsung dan hasilnya berupa catatan, foto, atau video. Ada beberapa tahap yang peneliti lakukan dalam melakukan observasi, yaitu: pencatatan awal dengan jalan menuliskan kata kunci, pembuatan catatan lapangan secara lengkap, dan melengkapi kembali beberapa hal sewaktu di lapangan yang dirasa masih kurang atau lupa.

Pelaksanaan observasi dilakukan pada tanggal 13 Februari 2017. Objek utama penelitian ini adalah Tari Baladewan. Peneliti melihat langsung ke Bale Seni Wasana Nugraha, dalam penelitian ini diawali dengan mengadakan pengamatan terhadap lingkungan tempat penelitian. Observasi yang peneliti lakukan terhadap objek yaitu memperoleh data tentang struktur Tari Baladewan seperti ragam gerak Tari Baladewan, elemen-elemen dasar yang membentuk struktur tari itu sendiri seperti unsur gerak, motif gerak, sampai gugus gerak. Peneliti menggunakan digital camera untuk pengambilan foto, dan video saat penelitian. Observasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengamati lebih mendalam tentang struktur gerak Tari Baladewan dan agar peneliti dapat melihat langsung keadaan disekitar objek yang diteliti.

3.3.2 Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu antara pewawancara (interviewer) yang

(45)

memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moloeng 1997: 135). Wawancara dilakukan dengan tatap muka antara peneliti dengan responden (Arikunto 2003: 262). Wawancara berarti pengambilan data melalui pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden. Adapun teknik wawancara yang dihubungkan adalah teknik wawancara terstruktur, wawancara terstruktur adalah tanya jawab yang terarah untuk mengumpulkan data-data yang relevan, dalam wawancara ini karena pertanyaan-pertanyaan secara terstruktur dan sistematis, maka peneliti berdialog langsung dengan narasumber untuk memperoleh data-data lisan dari narasumber yang berhubungan dengan Tari Baladewan.

Wawancara dilakukan peneliti terhadap satu orang yaitu Drs. Supriyadi Puja Wiyata, M.Sn sebagai pencipta tari untuk mengenali tentang struktur gerak Tari Baladewan. Peneliti mulai melakukan wawancara pada tanggal 5 April 2017 di kediaman bapak Supriyadi yang beralamatkan di Jurug Rt 06, Kel, Bangunharjo, Kec. Sewon, Kab. Bantul, Yogyakarta. Wawancara ditujukan untuk bapak Supriyadi selaku pencipta Tari Baladewan dan sekaligus pengelola Bale Seni Wasana Nugraha untuk menanyakan tentang Tari Baladewan secara menyeluruh. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 22 April 2017 wawancara ini ditujukan kepada bapak Supriyadi untuk menanyakan tentang Tari Baladewan. Wawancara menghasilkan tentang riwayat Tari Baladewan, unsur pendukung pada penyajian Tari Baladewan dan sejarah singkat Bale Seni Wasana Nugraha. Alat bantu yang digunakan dalam wawancara yaitu buku catatan yang berfungsi

(46)

untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data. Serta Recorder yang berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.

3.3.3 Teknik Dokumentasi

Teknik pengumpulan data berikutnya adalah teknik dokumentasi, yaitu teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto 2013: 274). Dokumen dan arsip dapat berupa tulisan yang sederhana hingga catatan yang lengkap, dan bisa berwujud gambar-gambar atau berupa benda-benda sebagai peninggalan (Maryono 2011: 109).

Data dokumentasi memliki keabsahan yang paling tinggi serta dapat dipertanggungjawabkan. Macam-macam dokumen yang digunakan adalah buku-buku tentang struktur tari, buku-buku-buku-buku tentang ragam gerak, foto-foto Tari Baladewan, video pementasan. Berkenaan dengan penelitian ini dokumen tersebut diharapkan dapat memberikan informasi tentang analisis struktur gerak Tari Baladewan. Data yang dikumpulkan melalui teknik dokumentasi yaitu pementasan Tari Baladewan dilakukan pada tanggal 22 April 2017. Hasil dokumentasi dalam penelitian berupa rekaman video dan foto-foto Tari Baladewan yang digunakan sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

3.4 Teknik Analisis Data

Sumaryanto (2014: 43) Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah tertulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,

(47)

gambar, foto, dan sebagainya. Data tersebut sangat banyak, oleh sebab itu peneliti harus membaca, menelaah dan mempelajari. Analisis data merupakan sebuah kegiatan untuk mengatur, mengelompokkan, memberi kode/tanda dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.

Teknik analisis data adalah merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, terutama apabila menginginkan kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu, data yang diperoleh dari hasil penelitian analisis struktur gerak Tari Baladewan secara tepat agar kesimpulan yang didapat tepat pula.

Proses analisis data melalui beberapa tahapan, yang nantinya akan dimulai dari proses penyusunan dan analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama, dan setelah selesai dilapangan. Mengingat data yang diperoleh bersifat kualitatif, maka data tersebut dianalisis secara kualitatif.

Berikut adalah langkah-langkah analisis tari menutur pendapat Adshead (dalam Murgiyanto 2002: 9-10):

1) Peneliti mengenali dan mendeskripsikan struktur gerak Tari Baladewan. 2) Peneliti memahami hubungan antar komponen gerak Tari Baladewan. 3) Peneliti melakukan interpretasi gerak Baladewan.

4) Peneliti melakukan evaluasi berdasarkan: nilai yang berlaku dalam kebudayaan dan masyarakatpendukung, nilai-nilai kebudayaan dan

(48)

masyarakat pendukung, nilai-nilai yang terkait dengan genre, isi atau tema tarian. Tarian yang mencakup efektifitas pertunjukan.

Berdasarkan penjelasan diatas, langkah-langkah yang dapat di analisis dan dilakukan peneliti yaitu: mendeskripsikan dan menginterpretasikan ragam gerak Tari Baladewan, dan mendeskripsikan struktur gerak Tari Baladewan yang mengacu pada unsur-unsur gerak yaitu unsur kepala, unsur badan, unsur tangan, dan unsur kaki.

3.5 Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan standar kebenaran suatu data hasil penelitian (Sugiyono 2009: 267). Teknik keabsahan data adalah teknik yang digunakan untuk menunjukkan bahwa data yang disajikan benar-benar akurat. Penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Cara melaporkan penelitian bersifat ideosyneratic dan individualistik, selalu berbeda dari orang perorangan yang artinya tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan fikiran sendiri (Sugiyono 2009: 269).

Data yang dikumpulkan peneliti yang mengarah pada tiga ranah objektif, genetik, dan efektif masing-masing diverifikasi untuk menentukan dan meningkatkan derajat kebenarannya (Maryono 2011: 113). Namun demikian, peneliti hanya menggunakan dua triangulasi yaitu triangulasi sumber, dan triangulasi teori.

(49)

3.5.1 Triangulasi Sumber

Membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif Moleong (1997: 178). Peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu peneliti melakukan wawancara kepada koreografer Tari Baladewan mengenai penyajian Tari Baladewan dan struktur gerak Tari Baladewan dari segi kualitatif yaitu dari segi tariannya meliputi: gerak, pelaku, musik/iringan, tata pentas, tata rias, tata busana, unsur gerak tari. Tari Baladewan dari segi kualitatif dari segi penyajian Tari Baladewan didapat dari obsevasi, wawancara dan dokumentasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilias ini diartikan sebagai pengecekan data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi selanjutnya ditafsirkan hingga penarikan kesimpulan lewat pembimbing dalam proses penelitian.

3.5.2 Triangulasi Teori

Triangulasi teori merupakan teknik validasi data dengan beberapa teori yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang dikumpulkan peneliti (Maryono 2011: 117). Peneliti membandingkan dan melakukan pengecekan hasil data yang diperoleh selama dilapangan dengan teori yang dilakukan oleh peneliti atau sebelumnya.

Penelitian pada tahap ini melakukan perbandingan dengan pengecekan kembali tentang analisis struktur gerak Tari Baladewan. Peneliti membandingkan data pengamatan dengan data yang diperoleh melalui wawancara, dalam wawancara peneliti juga membandingkan hasil wawancara yang diperoleh dari

(50)

beberapa informan, setelah itu semua data tersebut di cek kembali dengan dokumen-dokumen yang terkait.

(51)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Lokasi Penelitian

Sewon adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Sewon berada di sebelah Timur Laut dari Ibu Kota Kabupaten Bantul. Kecamatan Sewon mempunyai luas 5.114,946 Ha. Secara georgrafis wilayah Kecamatan Sewon berbatasan dengan sebelah utara Kota Yogyakarta, sebelah timur Kecamatan Banguntapan, sebelah selatan Kecamatan Jetis, dan sebelah barat Kecamatan Kasihan (Sumber:www.bantulkab.go.id). Penelitian dilakukan di Bale Seni Wasana Nugraha yang terletak di Kecamatan Sewon, tepatnya di Jurug Rt 6, Kel. Bangunharjo, Kec. Sewon, Kab. Bantul. Secara admnistratif dapat dilihat dalam peta wilayah Babupaten Bantul.

PETA KABUPATEN BANTUL

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bantul

(52)

Bale Seni Wasana Nugraha didirikan oleh Bapak Supriyadi Puja Wiyata, M.Sn yang lebih dikenal dengan Bapak Supriyadi. Bale Seni Wasana Nugraha dikelola sendiri oleh Bapak Supriyadi yang kemudian dibantu oleh istri dan anaknya dalam mengelola Bale Seni wasana Nugraha. Pelajaran yang diberikan di Bale Seni Wasana Nugraha tersebut meliputi pelajaran tari dan karawitan. Materi tari yang berupa tradisi gaya Surakarta, Yogyakarta dan tari kreasi karya Bapak Supriyadi, dan untuk materi karawitan bapak Supriyadi memberikan materi karawitan untuk pemula seperti Lancaran dan Gangsaran. Pelajaran tari dan karawitan diberikan pada anak-anak dan remaja, tidak menutup kemungkinan juga bisa diikuti untuk orang dewasa disekitar lingkungan tempat tinggal bapak Supriyadi mengikuti pembelajaran di Bale Seni Wasana Nugraha.

Bale Seni Wasana Nugraha digunakan sebagai tempat untuk membantu mengembangkan potensi putra-putri daerah setempat, menyalurkan minat dan bakat anak-anak dalam berkesenian khususnya pada seni tari dan seni karawitan serta menanamkan nilai-nilai luhur dari seni dan budaya. Sebagai pelaku seni, Supriyadi berharap adanya Bale Seni Wasana Nugraha, generasi-generasi penerus mampu melestarikan kesenian-kesenian yang sudah ada agar tidak hilang. Sarana yang terdapat di Bale Seni Wasana Nugraha untuk belajar anak-anak dan remaja tersedia ruangan yang terdapat gamelan lengkap untuk belajar karawitan dan ruangan tersebut sekaligus digunakan untuk berlatih tari.

(53)

Gambar 4.2 Lokasi Penelitian Sumber: Dokumentasi (Ngesty, 2017)

4.1.2 Sejarah Singkat Bale Seni Wasana Nugraha

Bale Seni Wasana Nugraha mulai berdiri tahun 1983, pada saat itu bernama Sanggar Seni Wasana Nugraha yang dipimpin oleh Bapak Supriyadi Puja Wiyata, M.Sn atau yang lebih dikenal dengan Bapak Supriyadi. Nama Sanggar Seni Wasana Nugraha kemudian berubah menjadi Bale Tari Wasana Nugraha yang saat ini menjadi Bale Seni Wasana Nugraha. Kata “bale (balé)” bahasa jawa dalam bahasa Indonesia yang artinya adalah tempat/rumah, “wasana” yang artinya pada akhirnya, dan “nugraha” yang mempunyai arti anugrah. Bale Seni Wasana Nugraha mempunyai arti tempat yang mendapatkan anugerah. Tahun 1998 Bale Seni Wasana Nugraha pindah ke Jurug RT 6, Kel. Bangunharjo, Kec. Sewon, Kab. Bantul yang merupakan tempat tingal Bapak Supriyadi sampai saat ini. Tidak hanya seni tari, seni karawitan juga diajarkan di Bale Seni Wasana Nugraha. Dahulu Bale Seni Wasana Nugraha dalam satu minggu diadakan dua kali latihan dan mempunyai banyak siswa.

(54)

Mengingat usia Bapak Supriyadi yang sudah tidak muda lagi, Bale Seni Wasana Nugraha yang dulunya digunakan untuk berlatih tari dan karawitan warga setempat. Saat ini Bale Seni Wasana Nugraha hanya digunakan untuk berlatih karawitan oleh Ibu-ibu PKK yang tinggal di sekitar rumah Bapak Supriyadi. (wawancara: Supriyadi, 5 April 2017)

Gambar 4.3 Wawancara dengan Bapak Supriyadi (Dokumentasi: Ngesty, 2017)

Gambar 4.3 adalah gambar wawancara peneliti dengan narasumber yang bernama Bapak Supriyadi Puja Wiyata, M.Sn selaku pengelola Bale Seni Wasana Nugraha dan sekaligus sebagai koreografer Tari Baladewan. Sebagai pengelola Bale Seni Wasana Nugraha dan koreografer tari, Bapak Supriyadi banyak menciptakan tarian-tarian kreasi baru dan mempunyai banyak pengalaman baik di luar maupun di dalam negeri. Penelitian dilakukan di Bale Seni Wasana Nugraha karena narasumber merupakan pengelola sekaligus koreografer Tari Baladewan.

(55)

Tari Baladewan diciptakan oleh Bapak Supriyadi pada saat itu selain digunakan untuk bahan ajar saat mengajar di ISI Yogyakarta, beliau juga menggunakan Tari Baladewan sebagai bahan ajar di Bale Seni Wasana Nugraha. Supriyadi sebagai koreografer melestarikan kesenian tersebut ke beberapa tingkatan. Seperti diajarkannya Tari Baladewan kepada anak-anak dan remaja di sekitar Bale Seni Wasana Nugraha. Sehingga masyarakat disekitar lingkungan maupun masyarakat luar mulai mengenal Tari Baladewan yang diciptakan oleh bapak Supriyadi. Bale Seni Wasana Nugraha mempunyai peran yang sangat penting pada Tari Baladewan. Sebagai pelaku seni, Supriyadi mengajarkan Tari Baladewan kepada anak-anak dengan diharapkan generasi-generasi penerus mampu melestarikan Tari Baladewan.

4.1.3 Riwayat Tari Baladewan

Tari Baladewa merupakan salah satu tarian dalam pertunjukan Lengger yang tumbuh dan berkembang di wilayah sebaran budaya Banyumas, meliputi wilayah administratif Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara. Lengger merupakan karya budaya yang sudah turun temurun menjadi aktivitas budaya masyarakat. Kesenian ini disajikan oleh para penari yang disebut Lengger, diiringi oleh karawitan calung (alat musik bambu) dalam laras slendro. Instrumen calung yang digunakan yaitu: gambang barung dan penerus, dhendem, kethuk kenong, gong bumbung dan satu set kendhang Banyumasan (ciblon dan ketipung). Sejauh ini data yang menunjukan data yang menunjuk kapan Tari Baladewa yang terdapat pada Lengger mulai muncul tidak ditemukan. Menurut tradisi lisan diduga telah ada sejak jaman nenek moyang. Tari Baladewa

(56)

yang terdapat pada Lengger sudah jarang ditampilkan dan kemungkinannya bisa hilang.

Supriyadi seorang penari yang berasal dari Purbalingga dan pernah mengajar tari Banyumasan di ISI Yogyakarta, terinspirasi untuk mereinterpretasi Tari Baladewa yang terdapat pada Lengger itu menjadi tarian lepas. Tari Baladewa tersebut menjadi pijakan bagi Supriyadi Puja Wiyata untuk menyusun kembali Tari Baladewa dalam bentuk baru yang ditarikan oleh penari tunggal laki-laki. Supriyadi mengawali menyusun kembali Tari Baladewa pada tahun 1986 di Yogyakarta.

Tari Baladewa yang terdapat pada Lengger digarap ulang menjadi garapan baru oleh Supriyadi meskipun karawitan tari yang digunakan sama yaitu menggunakan gendhing Kulu-kulu. Iringan Tari Baladewan menggunakan iringan gendhing Kulu-kulu laras slendro. Iringan dalam Tari Baladewan tidak disertai dengan lagu tetapi dalam Tari Baladewan hanya menggunakan senggakan. Tari Baladewan merupakan perpaduan ragam gerak gaya Yogyakarta dan Banyumas. Perbedaan antara Tari Baladewa yang ada pada Lengger dan Tari Baladewan karya Supriyadi, terdapat pada penarinya. Dalam Lengger penarinya berjenis kelamin perempuan sedangkan Tari Baladewan karya Supriyadi penarinya berjenis kelamin laki-laki. Supriyadi mempunyai alasan tersendiri mengapa Tari Baladewan ditarikan oleh penari laki-laki, karena Supriyadi ingin membedakan dengan tarian Baladewa yang ada di Lengger. Selain itu juga, karena tuntutan mengajar untuk membuat bahan ajar tari gaya Banyumasan putra gagah. Terdapat pula perbedaan nama yaitu Baladewa dan Baladewan. Baladewa yang mempunyai

(57)

arti Bala dalam bahasa jawa yang berarti “teman” dan Dewa yang berarti dihormati, disucikan, disembah, dan dipercaya, sedangkan Baladewan yang mendapat imbuhan “n” merupakan tiruan dari Baladewa.

Istilah Baladewan berasal dari kata bala dan dewa, bala dapat berarti sahabat, kawan atau teman dan dewa dapat diartikan Yang Maha Kuasa (wawancara: Supriyadi, 5 April 2017). Tari Baladewan adalah tarian bentuk yang menggambarkan karakter tokoh Baladewa seorang raja Mandura dalam cerita Mahabarata yang berkarakter gagah, bergas, tegas, bijaksana, jujur, dan pemberani namun juga pemarah. Riasan yang digunakan pada Tari Baladewan , riasan yang digunakan ialah rias gagah. Rias pada bagian alis, kumis, pertajam lingkar mata, serta godeg. Tata rias tersebut menggambarkan tokoh Baladewan yang berwatak tegas, gagah, trengginas tetapi dalam rias Tari Baladewan karya Supriyadi rias kumis terdapat pengaruh gaya Yogyakarta.

Gerak-gerak Tari Baladewan seperti Tebakan Asto, Bang Dunuk Dublang, Teposan, Lembean Encot, Bapang, Obah Lambung, Baworan, dan Ukel Baladewan, gerak-gerak tari tersebut terinspirasi dari ragam gerak tari Yogyakarta. Sehingga Tari Baladewan mengesankan adanya perpaduan antara tari gaya Yogyakarta dengan Banyumasan. Dalam hal ini diperhalus dengan unsur estetika keraton. Hal itu menunjukkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi Supriyadi dalam menciptakan tari, khususnya Baladewan. Gerakan tari yang dipengaruhi oleh gaya Yogyakarta tersebut menunjukkan kreativitas Supriyadi yang dilihat dari person sebagai pribadi yang dinamis.

(58)

Gambar 4.4 Tari Baladewan Sumber: Dokumentasi (Ngesty, 2017)

4.2 Deskripsi Ragam Gerak Tari Baladewan

Secara hierarkis struktur bentuk Tari Baladewan di bagi menjadi tiga bagian diantaranya yaitu: bagian maju beksan, bagian beksan, dan bagian mundur beksan.

Adapun secara rinci dapat diungkapkan sebagai berikut: 4.2.1 Gerak Maju Beksan

Berikut deskripsi gerak maju beksan Tari Baladewan dapat diuraikan dalam tabel berikut:

(59)

Tabel 4.1. Deskripsi Ragam Gerak Maju Beksan

No. Ragam

Gerak

Hitungan Deskripsi Gerak Keterangan 1. Lumaksono Nglombo Ngracik Hitungan 4x8 melakukan gerak lumaksono nglombo Hitungan 1-4 melakukan gerak lumaksono ngracik Hitungan 5-6 melakukan gerak onclang dilanjukan sindhetan Jalan lumaksono menuju gawang tengah, tangan kiri kambeng, tangan kanan menthang tekuk lurus kesamping kanan, tolehan kepala mengikuti tangan kanan setelah itu tranjal kesamping kiri, kaki kanan jojor tekuk, tangan kanan kambeng, tangan kiri menthang kemudian onclang mundur ke gawang tengah. Gambar 4.5 gerak lumaksono nglombo ngracik 2. Sindhetan Encot Hitungan 1-4 melakukan gerak encot Hitungan 5-8 melakukan jojor tekuk onclang tanjak Dilakukan sebanyak 2x8 hitungan

Encot tanjak kanan bersamaan kedua tangan menyilang kedepan lalu kaki kanan jojor tekuk, pola tangan bapangan, kemudian onclang maju (dilakukan 2x). Gambar 4.6 gerak sindhetan encot 4.2.2 Gerak Beksan

Deskripsi ragam gerak beksan Tari Baladewan dapat diuraikan dalam tabel berikut:

Gambar

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bantul
Gambar 4.2 Lokasi Penelitian  Sumber: Dokumentasi (Ngesty, 2017)
Gambar 4.3 Wawancara dengan Bapak Supriyadi   (Dokumentasi: Ngesty, 2017)
Gambar 4.4 Tari Baladewan  Sumber: Dokumentasi (Ngesty, 2017)  4.2 Deskripsi Ragam Gerak Tari Baladewan
+7

Referensi

Dokumen terkait

iringannya berbagai bunyi dari alat musik bagian tari tidak hanya gerak.. iringan juga merupakan bagian dari tari gerak dan iringan

Simbol-simbol khas gerak tari Rabbani Wahid merupakan bentuk-bentuk gerakan yang diciptakan oleh masyarakat, dengan berbagai ragam bentuk yang bersifatnya abstrak, sehingga

Rina Syafriana (2016) dengan Jurnal Ilmiah berjudul “Analisis Bentuk Gerak Tari Kreasi Geunta Pada Sanggar Seula Weuet”, yang membahas bahwa pada Tari Geunta

 Dalam kelompok kerja: peserta didik membandingkan berbagai gerak dasar tari berdasarkan konsep sesuai iringan  Peserta didik dalam kelompoknya:..  Mendiskusikan gerak dasar

Pada keseluruhan ragam gerak tari Geunta terdapat kesatuan atau unity ini dikarenakan saling berhubungan satu aspek dengan aspek yang lainnya sebagai satu bentuk

Yanis Chaniago terhadap tari Sekapor Sireh adalah mencoba untuk membedah dua unsur gerak agar menjadi satu unsur gerak saja, unsur gerak yang dipilih untuk

Penelitian ini mengkaji tentang Struktur gerak tari Bello Mesusun pada masyarakat suku Alas Kabupaten Aceh Tenggara, dilihat juga dari makna dan fungsi Tari Bello Mesusun semua

Tuga Seni Tari: Gerak Tari Nawung Sekar Nama: Gabrielle Valentina Endrawati Sukardi Kelas: X MIPA 4 Absen: 16 1... Gerak ke kanan dan kiri