• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1. Kesimpulan

Keberadaan Kelurahan Purbayan yang terletak pada Kecamatan Kota Gede dengan sumber sejarah yang dimilikinya mampu memberikan peluang atau lapangan kerja bagi masyarakatnya. Dengan kemampuan atau keahlian sebagai pengrajin yang sudah dimiliki secara turun temurun merupakan modal uatam yang menjadikan wilayah Purbayan menjadi semakin terkenal dan menopang kehidupan ekonomi masyarakatnya.

Kerajinan perak tersebut menjadikan pengrajin perak sebagai mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat Purbayan dan hingga kini masih bertahan. Permintaan akan kerajinan perak dan logam lainnya baik oleh wisatawan maupun instansi-instansi merupakan kunci keberlangsungan para pengrajin di Kelurahan ini. Sehingga permintaan akan kerajinan ini menjadi prioritas utama selain kualitas untuk meningkatkan pendapatan dan kemakmuraan para pengrajin logam ini.

Permintaan akan kerajinan perak itu juga mempengaruhi perkembangan industri pariwisata yang akhirnya mempengaruhi keberadaan para pengrajin perak di Purbayan ini. Dua hal yang mempengaruhi perkembangan industri pariwisata, yaitu perkembangan komponen pariwisata dan jumlah wisatawan yang menjadi konsumen utama keraajinan perak.

Dari sisi komponen pariwisata, dilihat berdasarkan perkembangan kuantitas dan kualitas yang ada. Secara kuantitas perkembangan komponen pariwisata yang terdapat di KotaYogyakarta dapat dikatakan mengalami peningkatan. Demikian juga apabila dilihat secara kualitas, peningkatan berbagai pelayanan dan perbaikan mutu terjadi dalam berbagai komponen pariwisata. Perkembangan komponen pariwisata untuk wilayah Kelurahan Purbayan dapat dikatakan mengalami kemajuan meskipun kurang pesat. Peningkatan terjadi pada beberapa komponen pariwisata seperti

perbaikan dan perawatan obyek wisata, peningkatan fasilitas transportasi, fasilitas

katering service, daan fasilitas pembelanjaan yang merupakan daya tarik utama bagi wisatawan. Selain itu, adanya perencanaan “kampung wisata” merupakan perkembangan terbaru yang akan dijalankan di Kelurahan Purbayan dalam rangka meningkatkan mutu industri pariwiata.

Sedangkan dilihat daari segi jumlah wisatawan, wisata Kota Gede yang termassuk ke dalam paket wisata keraton mengalami perkembangan fluktuatif. Pada tahun-tahun awal terjadi peningkatan jumlah wisatawan yang memuncak pada tahun 1996 yang mencapai 1.430.391 jiwa. Kemudian pada tahun 1998 jumlah tersebut mengalami penurunan menjadi 818.993 jiwa. Kondisi tersebut kembali mengalami kemajuan pad atahun 2002. Selain komponen pariwisata, perkembangan jumlah wisatawan tersebut dipengaruhi oleh krisis moneter yang menyebabkan kenaikan harga bahan baku secara drastis dan stabilitas keamanan politik yang menyebabkan berkurangnya jumlah wisatawan karena takut.

Perkembangan industri pariwisata akan berdampak pada pengrajin logam di berbagai lapisan. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah pada beberapa aspek gaya hidup berikut;

1. Perkembangan industri pariwisata menyebabkan dampak pada gaya bangunan rumah pengrajin logam di Kelurahan Purbayan di setiap lapisan. Hal tersebut terbukti bahwa semakin tinggi lapisan sosial pengrajin maka semakin tinggi atau modern pula gaya bangunan rumah mereka yang ditandai dengan bentuk rumah, bahan lantai dan bahan dinding yang semakin baik. Pada variabel gaya bangunan rumah, terdapat rumah loji yang merupakan simbol atau prestise bagi pengrajin lapisan atas. Tetapi gaya bangunan rumah tersebut tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden yaitu status penduduk dan tingkat pendidikan responden. 2. Perkembangan industri pariwisata tidak berdampak pada gaya pakaian rumah

tangga pengrajin pada lapisan sosial. Hal tersebut tidak terbukti secara uji statistika Korelasi Spearman. Hubungan antara lapisan sosial dengan gaya

pakaian ini dilihat dari jenis pakaian, tempat belanja, dan jumlah anggaran dalam membeli pakaian oleh rumah tangga pengrajin di tiap lapisan. Demikian juga dengan karakteristik responden tidak berpengaruh terhadap gaya pakaian rumah tangga pengrajin.

3. Perkembangan industri pariwisata tidak menimbulkan dampak pada gaya bahasa lapisan sosial pengrajin. Hampir semua rumah tangga pengrajin menggunakan bahasa yang sama ketika berbicara dengan anggota keluarga atau ketika berbicara dengan tetangga. Tingkatan bahasa yang lebih banyak digunakan oleh pengrajin logam adalah bahasa Jawa Madya atau bahasa sedang. Pada gaya bahasa, terjadi pelunturan bahasa pada pengrajin lapisan atas dari bahasa yang halus menjadi menggunakan bahasa yang lebih kasar. Selain itu, gaya bahasa rumah tangga responden juga tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden. 4. Perkembangan industri pariwisata kurang terlihat menimbulkan dampak pada pola

makan keluarga pada lapisan sosial pengrajin. Secara uji statistika kedua variabel tidak berhubungan nyata, tetapi terdapat kecenderungan bahwa pengrajin lapisan bawah lebih sering membeli makan keluarga dibanding rumah tangga lapisan menengah dan atas. Pola makan keluarga pengrajin logam tersebut tidak terbukti dipengaruhi oleh karakteristik responden.

5. Perkembangan industri pariwisata menimbulkan dampak pada pola pemilikan barang sekunder pada lapisan sosial pengrajin. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi lapisan sosial pengrajin maka semakin tinggi pula pemilikan barang sekunder yang ada. Pada pengrajin lapisan atas yang lebih muda, terdapat gejala adanya perubahan pemilikan barang sekunder yang lebih tinggi dibanding pengrajin lapisan bawah. Gejala perubahan pola pemilikan barang sekunder tersebut terjadi seiring dengan adanya pengembangan industri pariwisata. Tetapi variabel pola pemilikan barang sekunder tidak terbukti dipengaruhi oleh karakteristik responden.

7.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan oleh pemerintah daerah, pmerintah pusat maupun pengrajin logam sendiri, yang antara lain:

1. Peningkatan komponen pariwisata harus lebih digalakkan untuk menarik para wisatawan berkunjung ke berbagai daerah wisata yang belum terlalu dikenal oleh wisatawan

2. Peningkatan stabilitas dan keamanan negara sehingga dapat memberikan kepercayaan dan rasa aman bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke berbagai tempat wisata

3. Menetapkan harga minimum dan maksimum bahan baku, sehingga dapat melindungi pengrajin dari kerugian

4. Pembelanjaan untuk alat-alat produksi kerajinan bagi pengrajin untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas sehingga dapat menjadi salah satu alat penyeimbang antara lapisan atas dan lapisan bawah

5. Pengadaan penelitian mengenai bagaimana dan sejauhmana mobilitas sosial yang terjadi pada lapisan sosial pengrajin yang disebabkan oleh pengembangan industri pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

Amaluddin, Moh. 1987, Po larisasi dan Kemiskinan Sosial; Studi Kasus di Bulugede, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Tesis Fakultas Pascasarjana IPB

Badan Pusat Statistika Kotamadya Yogyakarta 1998. Yogyakarta Dalam Angka. Yogyakarta

2004. Yogyakarta Dalam Angka. Yogyakarta

Buku Petunjuk Wisata Jogja. Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.

Chaney, David 1996, Life Stiles: Sebuah Pengantar komprehensif, Jalasutra, Yogyakarta

Data Monografi Kelurahan Purbayan. Tahun 2003. Kelurahan Purbayan.

Data Pariwisata Daerah istimewa Yogyakarta 1998. Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.

2003. Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.

Data Pariwisata Kotamadya Yogyakarta 2004. Badan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.

Data Primer Kuesioner 2005. Yogyakarta

Info Comdew Vol 2, Juni 2003

Kartodirdjo, S. Sudewo A.dan Hatmosuprobo, S. 1987. Perkembangan Peradaban Priyayi, Gadjah Mada University Press

Koentjaraningrat 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta

Sumarti, Titik 1990, Industri Kecil Logam di Pedesaan (Kasus di Desa Cibatu, cisaat Sukabumi Jawa Barat), Tesis Fakultas Pasca Sarana IPB

Mardiyaningsih, Dyah Ita 2003, Industri Pariwisata dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal, Fakultas Pertanian, IPB

Murniatmo, Gatot dkk. 1994, Damp ak Pengembangan Pariwisata terhadap Sosial Budaya Di daerah Istimewa Yogyakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia 2004, Jogja Self Guide, Graha Ilmu, Yogyakarta

Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi 1995, Metode Penelitian Survei, Pt. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta

Soekanto, Soerjono 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafino Persada, Jakarta

Soemardjan, Selo 1986, Perubahan Sosial di Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Suwantoro, Gamal 1997, Dasar-Dasar Pariwisata, Penerbit ANDI, Yogyakarta

Walpole, Ronald E. 1995, Pengantar statstika, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Yoety, Oka A. 1994, Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata, Penerbit Angkasa, Bandung