• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sambas merupakan salah satu Kabupaten yang ada di wilayah Kalimantan

Barat dan berbatasan langsung dengan wilayah Sarawak, Malaysia. Sambas

merupakan wilayah yang strategis baik dalam jalur transportasi laut maupun jalur

transportasi darat. Jalur transportasi laut dinilai strategis dikarenakan wilayah

Sambas berbatas langsung dengan Selat Karimata dan Laut Cina Selatan yang

sejak zaman kerajaan banyak para pedagang maupun pihak kerajaan daerah lain

menjadikannya sebagai pintu masuk. Masuk dan berkembangnya Islam di Sambas

dilatarbelakangi oleh adanya aktivitas perdagangan hasil bumi yang dilakukan

oleh para pedagang yang berasal dari Arab, Gujarat, Brunei, dan Banjar yang telah

menganut Islam baik dengan masyarakat lokal maupun dengan kalangan

bangsawan kerajaan. Penyebaran dilakukan melalui jalur sungai laut dan yakni

melalui Selat Karimata dan Laut Cina Selatan yang merupakan jalur perdagangan

internasional, sedangkan jalur darat melalui Sarawak, Singkawang, Bengkayang,

Mempawah, dan Pontianak. Setelah melakukan proses perdagangan, penyebaran

Islam di Sambas dilatarbelakangi adanya pernikahan campuran antara para

pedagang muslim dengan masyarakat Sambas atau dengan kalangan bangsawan.

Jauh sebelum Islam masuk dan berkembang di wilayah Sambas, khususnya

kerajaan Sambas, animisme merupakan kepercayaan asli yang sudah tumbuh dan

berkembang dan kemudian diikuti dengan masuknya Hindu. Sebelum masuknya

keturunan Kerajaan Majapahit pada saat menaklukkan kerajaan-kerajaan di

Nusantara. Pada kekuasaan Majapahit para prajurit dan keturunan raja hidup

membaur dengan masyarakat asli yang kemudian membentuk sebuah kerajaan

yang kuat. Kerajaan Hindu Sambas diperintah oleh keturunan Kerajaan Majapahit

yang dimulai pemerintahan Raja Cananegara, Tang Nunggal, Ratu Sepudak, dan

Ratu Anom Kesuma Yuda. Seiring dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit pada

tahun 1570 Kerajaan Sambas yang berada di Kota Lama secara perlahan mulai

runtuh dan Sambas berada di bawah kekuasaan Kerajaan Johor yang telah

menganut Islam. Pada masa pemerintahan Kerajaan Sambas, raja terakhir yang

berkuasa adalah Ratu Anom Kesuma Yuda yang kemudian menyerahkan

kekuasaannya kepada Raden Sulaiman.

Masuknya Islam di daerah Sambas jauh sebelum abad Ke-14 M. Pada masa

ini, Islam belum menyebar dan diterima secara luas di kalangan bangsawan

maupun masyarakat lokal karena masih berada dibawah kekuasaan Kerajaan

Majapahit. Pada tahun 1600, barulah Islam di Sambas mulai berkembang dalam

wilayah Kerajaan Sambas. Mulai berkembangnya Islam di Sambas ketika

kedatangan Raja Tengah dan istrinya Ratu Surya Kesuma beserta anak-anak

mereka, yakni Raden Sulaiman, Raden Badaruddin, Raden Abdulwahab, Raden

Rasymi, dan Raden Ratnawati di Kota Bangun. Di Kota Bangun, perkembangan

dan pengajaran Islam semakin berkembang dan menarik minat banyak masyarakat

untuk menganut Islam. Memiliki hubungan yang baik dengan Ratu Anom

Kesuma Yuda, Raja Tengah meminangkan anaknya, Raden Sulaiman dengan

berkembang di kalangan kerajaan. Pada tahun 1631, Raden Sulaiman diangkat

menjadi raja dan merupakan cikal bakal pendiri Kesultanan Sambas dengan gelar

Sultan Muhammad Syafiuddin I, merupakan Sultan pertama Sambas. Setelah

menjadi Kesultanan Sambas, Islam semakin berkembang dan menjadi agama

mayoritas baik di lingkungan Kesultanan maupun masyarakat. Masyarakat yang

tidak menerima Islam, khususnya orang Dayak dan Tionghoa secara perlahan

pindah dan tinggal di daerah luar kota Sambas, yakni daerah perbatasan dengan

Singkawang, Bengkayang, dan Sarawak. Perkembangan Islam yang telah dirintis

dan dibangun oleh Sultan Muhammad Syafiuddin I dengan sangat baik, kemudian

dilanjutkan oleh para Sultan, mulai dari Sultan Muhammad Tajuddin sampai

Sultan Muhammad Ibrahim Syafiuddin, dan hingga sekarang oleh Pangeran Ratu

H. Winata Kusuma.

Setelah Islam masuk dan semakin berkembang di Kesultanan Sambas yang

dimulai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Syafiuddin I, menandai

bahwa peran dan pengaruh Islam sangatlah besar. Islam menjadi kepercayaan dan

pedoman utama dalam kehidupan masyarakat yang ada di wilayah Kesultanan

Sambas. Hal ini ditandai dengan semakin banyak masyarakat lokal yang

menerima dan menganut Islam. Masyarakat mendapatkan pelajaran agama

melalui pengajian ayat-ayat suci Al-Quran di masjid dan surau-surau.

Didirikannya sekolah rakyat atau madrasah oleh Kesultanan yang merupakan

sarana pendidikan untuk masyarakat dengan menerapkan kurikulum pendidikan

barat disamping pendidikan Islam agar terbebas dari buta huruf. Dibangunnya

agar masyarakat semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

dan meningkatkan roda perekonomian melalui para pedagang atau saudagar yang

datang ke-Kesultanan Sambas. Selain itu, membuat masyarakat tidak begitu saja

melupakan adat-istiadat dan kesenian tradisional yang sudah ada. Mereka tetap

mempertahankan dan melestarikan tradisi yang sudah dilakukan secara turun

temurun. Adat-istiadat seperti Tepung Tawar yang dilakukan dalam berbagai

kegiatan yang berlandaskan pada siklus kehidupan manusia. Kesenian tradisional

seperti Tari Jepin Lembut yang merupakan tari tradisional Melayu berasal dari

Sambas dalam pementasannya diyakini mengandung nilai-nilai budaya seperti

nilai-nilai agama, hiburan, pelestarian seni dan budaya, serta olahraga. Tari Jepin

Lembut kerap kali dipentaskan baik acara di daerah Sambas maupun acara di luar

daerah. Hal lain yang mempengaruhi masyarakat adalah dengan belajar menenun

kain dan hingga sekarang tradisi ini tetap dilakukan oleh masyarakat Sambas.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masuk dan berkembangnya

Islam di Kesultanan Sambas Kalimantan Barat tidak serta-merta merubah semua

tradisi, adat-istiadat dan tatanan masyarakat yang sudah ada. Melainkan adanya

percampuran antara budaya yang sudah ada dengan budaya yang baru dan

membuat kebudayaan di Sambas semakin berkembang dan beragam. Dengan

adanya proses integrasi dan akulturasi yang terjadi di Kesultanan Sambas, Islam

di Sambas merupakan Islam Abangan. Artinya Islam yang menerapkan syariat

Islam dengan baik, tetapi tetap melaksanakan dan mempertahankan kebudayaan

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku:

Alloy, dkk. 2008. Mozaik Dayak – Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi.

Andasputra, Nico dan Stepanus Djuweng. 1996. Manusia Dayak (Orang Kecil Yang Terperangkap Modernisasi). Institut Dayakologi.

Ansar Rahman, dkk. 2001. Kabupaten Sambas – Sejarah Kesultanan dan Pemerintah Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya.

Arena Wati. 1986. Sejarah Indonesia. Jakarta: Karunia, Universitas Terbuka. Arena Wati. 1989. Syair ‘’Perang Cina di Montrado’’. University Kebangsaan

Malaysia.

Bahar, Saafroedin, A. B. Tangdililing. 1996. Integrasi Nasional: Teori, Masalah dan Strategi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Dadang Supardan. 2009. Pengantar Ilmu Sosial – Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Eko A Meinarno, dkk. 2011. Manusia Dalam Kebudayaan dan Masyarakat: Pandangan Antropologi dan Sosiologi. Jakarta: Salemba Humanika.

Fahmi, Urai Riza, dkk. 2003. Selayang Pandang Kerajaan Islam Sambas. Sambas: Istana Alwatzikhoebillah.

Irianto, Agus Maladi, 2009, Mahasiswa dan Kearifan Lokal, artikel online: http://staff.undip.ac.id/.

Kabupaten Sambas Dalam Angka. Sambas Regency in Figures 2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Balai Pustaka, Cetakan Kedua, 1989.

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. K. Sanderson, Stephen. 2000. Sosiologi Makro: Sebuah Pendekatan Terhadap

Realitas Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kuntowijoyo. 1991. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan. Lontaan, J. U. 1975. Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat.

Penerbit: Pemda Tingkat I Kalbar Edisi I.

Machrus Effendy. 1995. Penghancuran PGRS-Paraku di Kalimantan Barat. Pontianak.

M. Natsir, “adat-tepung-tawar-melayu-Sambas”, dalam A. Muin Ikram. 2004. Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sambas. Naskah. Sambas : MABM Sambas.

Sartono Kartodirdjo, dkk. Editor. 1975. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soenarpo, dkk. 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Syafaruddin Usman. 2010. Sambas – Merajut Kisah Menenun Sejarah. Sambas: Pemerintah Kabupaten Sambas.

Veth, P. J. 2012. Borneo Bagian Barat - Geografis, Statistis, Historis 1856 Jilid 2. Pontianak: Institut Dayakologi.

Yusuf Efendi. “Tari Jepin Lembut”, dalam A. Muin Ikram. 1989/1990. Deskripsi Tari Jepin Daerah Kalimantan Barat. Kalimantan Barat: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Kesenian.

Referensi Internet:

https://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi. Diunduh pada tanggal 1 Juni 2015.

https://april04thiem.wordpress.com/2010/11/12/Studi-Kepustakaan. Diunduh pada tanggal 1 Juni 2015.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten-Sambas. Diunduh pada tanggal 25 September 2015.

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku-Sambas. Diunduh pada tanggal 29 September 2015.

https://Melayuonline.com/Ind/libraries/Sambas. Diunduh pada tanggal 29 September 2015.

https://www.google.co.id/Rumah-Lanting-Sambas - Teknologi Rumah Terapung/Lanting. Diunduh tanggal 24 Oktober 2015.

http://www.Sambas.go.id/. Diunduh pada tanggal 24 Oktober 2015.

http://www.pengertianpakar.com/”Pengertian Metode Penelitian, Jenis dan

Contohnya” dalam M. Iqbal Hasan, 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi

Penelitian dan Aplikasinya. Penerbit Ghalia: Jakarta. (DMCA.com). Diunduh pada tanggal 14 September 2016.

LAMPIRAN:

Gambar 1. Kalimantan Barat

(Sumber: https://www.google.com/peta-Kalimantan-Barat)

Gambar 2. Kabupaten Sambas

Gambar 3. Istana Kesultanan Sambas - Alwatziekhoebillah

(Sumber: https://www.google.com/Kesultanan-Sambas)

Gambar 4. Masjid Jamik Sultan Muhammad Syafiuddin II

(Sumber: https://www.google.com/Masjid-Jamik-Kesultanan-Sambas)

Gambar 5. Lambang dan Bendera Kesultanan Sambas

Gambar 6. Komplek Pemakan Kesultanan Sambas

(Sumber: https://www.google.com/Makam-makam-Sultan-di-Kesultanan- Sambas)

(Sumber: https://www.google.com/Makam-makam-Sultan-di-Kesultanan- Sambas)

Gambar 7. Komplek Kesultanan Sambas di Muara Ulakan (Sungai Sambas Kecil, Subah, dan Teberau)

(Sumber: https://www.google.com/Kesultanan-Sambas)

Gambar 8. Muara Ulakan Tempo Dulu

(Sumber: https://www.google.com/COLLECTIE-TROPENMUSEUM-Gezicht- op-Sambas-West-Borneo/Kesultanan-Sambas)

Gambar 9. Kesultanan Sambas setelah Islamisasi

(Sumber: https://www.google.com/wikimapia.org/Kesultanan-Sambas)

Gambar 10. Peninggalan Kerajaan Hindu Sambas

Gambar 11. Motor Klotok dan Perahu Sampan

(Sumber: https://www.google.com/Motor-Air-Klotok/ COLLECTIE- TROPENMUSEUM-Gezicht-op-Sambas-West-Borneo)

(Sumber: https://www.google.com/Motor-Air-Klotok/ COLLECTIE- TROPENMUSEUM-Gezicht-op-Sambas-West-Borneo)

(Sumber: https://www.google.com/Motor-Air-Klotok/ COLLECTIE- TROPENMUSEUM-Gezicht-op-Sambas-West-Borneo)

(Sumber: https://www.google.com/Motor-Air-Klotok/ COLLECTIE- TROPENMUSEUM-Gezicht-op-Sambas-West-Borneo)

Gambar 12. Proses Pembuatan Kain Tenun Sambas

(Sumber: https://www.google.com/Kain-Tenun-Sambas)

Gambar 13. Tugu Terpikat Terigas

Gambar 14. Rumah Lanting Sambas

(Sumber: https://www.google.com/Rumah-Lanting-Sambas//rumah-lanting_oleh Mulawardi Sutanto_klinik fotografi KOMPAS)

(Sumber: https://www.google.com/Rumah-Lanting-Sambas//rumah-lanting_oleh Mulawardi Sutanto_klinik fotografi KOMPAS)

Gambar 15. Tari Jepin Lembut Sambas

Gambar 16. Acara Tepung Tawar dan Perlengkapannya

(Sumber: https://www.google.com/Tepung-Tawar-Sambas)

Dokumen terkait