• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

PERSOALAN PENDANAAN TERORISME DAN UPAYA

PENCEGAHANNYA DI NEGARA-NEGARA ASEAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai berbagai metoda pendanaan teroris untuk dapat melaksanakan aksi terornya. Pendanaan terorisme dapat terjadi di berbagai negara dan muaranya mengarah kepada tindak kriminal berupa aksi terorisme.31 Sumber pendanaan para teroris dapat diperoleh dengan bermacam-macam cara. Sebelum penulis mengulas mengenai metoda pendanaan teroris di Asia Tenggara, terlebih dahulu penulis akan memaparkan beberapa metoda pendanaan terorisme di dunia seperti Pejuang militan Hamas dan Jihad Islam Palestina mendapat dana dari kantor Shintrako Ltd. Serta Mayan Custom Brokers dan International Fowarding daerah pinggiran kota Tel Aviv, Israel.32 Jaringan teroris di seluruh dunia juga ada yang bergantung pada sistem kerahasian bank dan korporasi internasional untuk menyembunyikan dan mengalihkan uang mereka. Struktur ini dimungkinkan karena adanya kesepakatan di antara bank-bank di dunia dan karena kekuatan-kekuatan keuangan dunia. Tetapi konsekuensi yang tidak diinginkan adalah bahwa hal tersebut membantu jaringan dunia para teroris.33

The Sunday Time London mengatakan bahwa Khalid al-Fawwaz, yang dicurigai sebagai anggota Osama bin Laden telah menggunakan suatu rekening yang dibuka pada cabang Barclays Bank di London untuk membiayai sirkulasi

31

Wawan Purwanto, Membongkar Dana Teroris, Jakarta: Cipta Bina Mandiri, 2010, h.277.

32

Ibid,h.350-352.

33

Sutan Remi Sjahdeni,Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme,Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti, 2007, h.289.

perintah dan perjanjian yang dibuat oleh Osama bin Laden dengan bagian-bagian lain dari jaringan mereka.34 Demikian juga ketika Osama bin Laden dan anggota National Islamic Front yang kaya mendirikan Al Shamal Islamic Bank di Khartoum. Osama bin Laden menginvestasikan 50 juta dollar.35

Phillippine Daily Inguirer pada bulan Agustus 2000 melaporkan bahwa Islamic Relief Organization (IRO) didirikan pada 1992 oleh Bin Laden sebagai kedok atas aktifitas pendanaan teroris. IRO bekerja dibawah Muslim World Language, sebuah organisasi yang didukung oleh pemerintah Arab Saudi. Pertolongan organisasi tersebut diduga adalah untuk menyediakan Bin Laden dengan uang untuk memperoleh senjata dibawah samaran amal kepada komunitas muslim. Berbagai cara yang disebut amal sekarang dicurigai menjadi kedok operasi Bin Laden. Selain itu kecurigaan terhadap amal juga terjadi di Kenya, pada tahun 1994 Al-Haqq meninggalkan Sudan dan pindah ke Kenya, ia menjadi seorang direktur sebuah lembaga amal bernamaHelp Africa People.36

Pada Maret 2005, Washington menangkap pelarian Kuba bernama Luis Posada Carriles, dengan tuduhan memasuki wilayah Amerika Serikat secara ilegal. Posada adalah pelaku peledakan bom pesawat Kuba pada 6 Oktober 1976. Dalam wawancara dengan New York Times, pada tahun 1998, Posada mengakui terlibat dalam pemboman sebuah hotel di Havana. Posada juga membantu memastikan dana UU$ 6 juta dari Oliver North, Penasehat Keamanan Nasional Gedung Putih untuk Gerakan Kontra Nikaragua. Dana tersebut diperoleh dari keuntungan penjualan senjata ke Iran (secara rahasia) senialai US$ 45 juta.37

34

Ibid.

35

Purwanto,Membongkar Dana Teroris,h.14.

36

Ibid,h. 341.

37

Berdasarkan beberapa metoda teroris medapatkan dana dapat diperoleh persamaan metoda yang digunakan yaitu mendapatkan dana melalui cara ilegal, penyelundupan senjata, transfer, sumbangan, melalui badan amal, serta sistem kerahasian bank. Metoda-metoda tersebut juga digunakan oleh teroris di Asia Tenggara. Berikut ini penulis akan memberikan penjelasan metoda pendanaan di Asia Tenggara secara terperinci dalam sub bab pendanaan teroris di beberapa negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura. Alasan penulis memilih empat negara tersebut, yaitu karena Wilayah I (Singapura dan Malaysia) dikenal sebagai pengumpulan dana oleh sebab itu mengapa dua negara tersebut jarang terjadi bom terorisme. Wilayah II (Kalimantan dan Jawa/Indonesia) sebagai area perjuangan. Wilayah III (Filipina) merupakan wilayah pelatihan.38 Dalam subbab ini, dijelaskan dukungan dana yang diberikan oleh Jamaah Islamiyah dan Al-Qaeda sebagai dua teroris internasional yang berkembang cukup pesat di Asia Tenggara untuk membeli bahan-bahan dan merakit bom.

A. Metoda Pendanaan Terorisme di Asia Tenggara

Ada dua metoda pembiayaan bagi kegiatan para teroris.39 Metoda pertama adalah melibatkan perolehan dukungan keuangan dari negara dan selanjutnya menyalurkan dana tersebut kepada organisasi teroris. Diyakini bahwa teroris yang didukung oleh negara (state-sponsored terrorism) telah menurun beberapa tahun terakhir ini. Dana juga diperoleh dari perorangan yang memiliki kekayaan berupa dana yang besar. Sebagai contoh peristiwa penyerangan pada 11 September 2001.

38

Wawancara dengan Bpk. Johannes O.S Manginsela, Kerjasama Multilateral BNPT pada 5 Desember 2011, pukul 11.30.

39

Osama Bin Laden yang dipercaya sebagai dalang di belakang penyerangan tersebut, dituduh telah memberikan kontribusi dana dan mendukung jaringan teroris Al-Qaeda bersama-sama dengan rezim Taliban yang dahulu memerintah Afghanistan. Posisi Arab Saudi merupakan salah satu dari banyak aspek yang menarik dan kontroversial mengenai pertanyaan pendanaan. Dugaan lain yang telah dibuat adalah bahwa anggota-anggota keluarga kerajaan Saudi yang tidak puas ada di antara para sponsor keuangan Bin Laden. Metoda ke dua adalah memperoleh langsung dari berbagai kegiatan yang menghasilkan uang. Kegiatan-kegiatan tersebut termasuk melakukan berbagai Kegiatan-kegiatan tindak pidana. Cara ini tidak berbeda dengan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi kejahatan pada umumnya, kelompok-kelompok teroris juga memperoleh dana sebagian dari pendapatan yang halal (tidak terkait dengan kejahatan).40 Suatu kelompok teroris di wilayah tertentu dapat membiayai diri sendiri misalnya melalui penculikan, pemerasan, penggelapan pajak, penipuan, perampokan, perdagangan narkotika, dan aktivitas kriminal lainnya. Permintaan dan pengumpulan dana dari masyarakat adalah salah satu cara memperoleh dana untuk mendukung kegiatan terorisme. Seringkali pengumpulan dana tersebut dilakukan atas nama organisasi yang telah memiliki status sebagai organisasi amal atau lembaga bantuan atau organisasi yang ditujukan untuk komunitas tertentu.

Beberapa metoda lainnya dalam pengumpulan dana antara lain adalah penarikan dana dari masing-masing anggota, penjualan barang-barang, atraksi budaya, kegiatan-kegiatan sosial, sosialisasi dari rumah ke rumah di antara komunitas serta donasi dari anggota-anggota yang tergolong mampu dalam

40

komunitas.41 Sejak organisasi teroris di Asia Tenggara mengandalkan berbagai cara untuk meningkatkan dan transfer dana, berbagai tanggapan akan diperlukan untuk melawan teroris di wilayah ini. Tingkat kepatuhan negara-negara di kawasan dalam menerapkan standar internasional untuk melawan terorisme dapat diuji bersama dalam empat dimensi yang berbeda,42 Pertama, kerangka hukum, dalam hal kerangka hukum, sebagian besar negara di wilayah ini telah mengambil langkah-langkah dasar untuk mentransfer norma-norma internasional ke dalam hukum nasional. Sebagai contoh terkait dengan peraturan Bank Indonesia43, aparat penegak hukum dapat memerintahkan penyitaan aset individu atau entitas baik yang telah dinyatakan tersangka atau diindikasikan untuk kejahatan, namun dalam praktiknya untuk mengidentifikasi aktiva tersebut mereka harus bekerjasama dengan bank. Hanya Brunei, Indonesia, Singapura, Thailand, dan Malaysia telah mengkriminalisasi pendanaan terorisme. Hal ini terlihat pada tabel sebagai berikut:

41

Ibid, h.217-218.

42

Jeanne K.Giraldo dan Harold A.Trinkunas,Terrorism Financing and States Responses,

California: Standford University Press, 2007, h.213-214.

43

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum, serta SE No. 11/31/2009, perbankan di Indonesia harus membuat kategori nasabahnya berdasarkan tingkat risiko berkenaan dengan potensi pencucian uang.

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=37614cd638a3b268d2de3795ec1a292 b&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5, Diaksespada 5 Desember 2010 pukul.20.30.

Table A.Legal framework(kerangka hukum) di Asia Tenggara B r u n e i M yan m ar K am b oj a In d on e si a L aos M al ay si a F il ip in a S in gap u r a T h ai lan d V ie tn a m

Kriminalisasi Obat-obatan dan Pencucian Uang

1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

Kriminalisasi Selain Obat 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

Sistem untuk mengidentifikasi aset

1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

Kriminalisi Pendanaan Terorisme 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0

Bagian Konvensi Internasional Pembiayaan terorisme

1 0 0 0 0 0 1 1 1 1

Anggota APG 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0

total 6 3 2 5 0 5 5 6 6 4

Catatan: nilai 1 diindikasikan bahwa ada beberapa kerangka hukum, nilai 0 tidak ada indikasi. Sumber: Untited State Departement of State, Bureau for International Narcotics and Law Enforcement Affairs. Dalam buku Jeanne K.Giraldo dan Harold A.Trinkunas, Terrorism Financing and States Responses,California: Standford University Press, 2007. h.215.

Kedua, langkah-langkah pengaturan yang meliputi sektor formal (misalnya, perbankan) dan informal (misalnya, amal). Penilaian tanggapan pemerintah untuk pendanaan teroris juga harus memperhitungkan sejauh mana pemerintah telah menempatkan berbagai langkah-langkah peraturan untuk mencegah pendanaan. Secara khusus, pemerintah harus memastikan kepatuhan perbankan melalui pelaporan yang terus menerus dan harus mengatur sektor informal, termasuk penukaran uang, kasino, dan amal. Ketiga, tingkat pengalaman infrastruktur administratif mereka untuk mengatasi pendanaan teroris; Keempat, bukti penegakan hukum. Sementara bagian dalam kerangka hukum dan peraturan dapat dilihat sebagai ukuran kepatuhan norma, tindakan administratif dan penegakan hukum adalah mandat untuk sejauh mana norma-norma benar-benar telah dilaksanakan.

Empat cara pokok teroris dalam menghasilkan uang di Asia Tenggara adalah sama dengan hal yang teroris lakukan di tempat lain, yaitu dengan donasi,

uang dari badan amal Islam, pendapatan yang dihasilkan dari bisnis yang sah dan kejahatan.44 Donasi didapat dari berbagai jenis dan dapat bersifat sukarela atau diperoleh melalui unsur pemaksaan atau perampokan seperti fa’i (harta rampasan perang). Uang dikumpulkan dari anggota kelompok sebagai iuran keanggotaan.

Menurut Pedoman Perjuangan Islamiyah Umam Al-Jamaah (PUPJI) atau the general guide for the struggle of Al Jamaah Al Islamiyah, ketetapan konstitusi dari Jamaah Islamiyah, anggotanya diminta untuk memberikan kontribusi reguler ke organisasi tersebut. PUPJI juga mengakui sumber dari jamaah sebagai infaq (amal), sedekah (sumbangan), zakat (amal wajib) dan sumber lain yang dapat digunakan dalam ijtihad (kebijaksanaan).45Pernyataan tersebut didukung oleh Al-Chaidar seorang pengamat teroris yang juga seorang Darul Islam, mengatakan bahwa:46

“pendanaan dari Al-Qaeda, juga dari jamaah, namanya infak, sadaqah, zakat, tattawu atau zakat khusus untuk pelatihan, fa’i (harta rampasan perang) 20% untuk sendiri sisanya untuk jamaah, kebanyakan mengandalkan dana dari Al-Qaeda, juga ada zakat/infaq dari Timur Tengah, menginfakkan hartanya ke jalan Allah tapi masuk ke dalam organisasi terorisme.”

Sebelum menjadi daerah afiliasi Al-Qaeda dan Jamaah Islamiyah, kedua jaringan teroris tersebut mengembangkan kemampuan teroris Asia Tenggara untuk menjadi sebuah lahan operasi. Kawasan ini pertama dan terutama back office bagi Al-Qaeda, menyediakan dukungan logistik dan keuangan.47 Mematikan pendanaan teroris adalah tugas yang sulit tapi tidak sia-sia. Ini adalah alat investigasi penting dan aparat penegak hukum memberikan suatu mekanisme

44

Daljit Singh,Terrorism in South and Southeast Asia in the Comim Decade.Singapore : Institute of Southeast Asian Studies in association with Macmillan, 2009.h.96

45

Ibid.

46

Wawancara dengan Bpk. Al Chaidar seorang pengamat teroris juga seorang Darul Islam tanggal 18 Juni 2011, pukul 13.00.

47

Funding Terrorism in Southeast Asia: The Financial Network of Al Qaeda and Jemaah Islamiya. http://www.nbr.org/publications/element.aspx?id=252, Diakses pada 20 Oktober 2010, pukul.18.00.

untuk berurusan dengan lembaga-lembaga, seperti amal atau perusahaan pengiriman uang. Hal ini penting karena keberhasilan utama dalam perang melawan terorisme sampai saat ini telah menjadi penangkapan operatif terkemuka, sedangkan lembaga pendukung terorisme tetap ada.

Institut Studi Strategi Internasional berpendapat, bahwa meskipun Al-Qaeda telah beroperasi sejak 11 September di Afghanistan dan di tempat lain, organisasi mungkin mempertahankan dua pertiga kepemimpinan inti dan sebagian besar dari sekitar 20.000 aktivis yang dilatih di Afghanistan setelah 1996. Berdasarkan spesialis terorisme asal Inggris Rohan Gunaratna pada awal tahun 2002 diperkirakan bahwa sekitar seperlima dari kekuatan organisasi Al-Qaeda di Asia secara keseluruhan. Gunaratna berpendapat, bahwa:48

Their leaders are handpicked, mostly educated in the Middle East, speak Arabic unlike the vast majority of Asian Muslims, and were already of a radical bent. Al-Qaeda’s Asian core is handpicked from several hundred jihadi volunteers who fought in Afghanistan, including, inter alia, Central Asians, Chinese, Pakistanis, Bangladeshis, Indonesians, Malaysians, Singaporeans and Filipinos.

(Pemimpin mereka dipilih dengan teliti, sebagian besar berpendidikan di Timur Tengah, berbicara dalam bahasa Arab tidak seperti mayoritas Muslim Asia, dan sudah cenderung radikal. Pusat Al-Qaeda Asia adalah dipilih dari beberapa ratus sukarelawan jihad yang bertempur di Afghanistan, termasuk, antara lain, Asia Tengah, Cina, Pakistan, Bangladesh, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Filipina.)

Lebih lanjut lagi Rohan Gunaratna mengatakan, bahwa Al-Qaeda memperluas jaringannya di kawasan Asia Tenggara dengan memanfaatkan internet, menginfiltrasi organisasi Muslim non-pemerintahan, mengirim pemimpin agama yang ekstrim ke kawasan dan melatih para aktivis di Afghanistan.49 Keterlibatan Al-Qaeda di Asia Tenggara mencakup juga penyediaan dana dan

48

Frank Frost. Terrorism in Southeast Asia. http://www.aph.gov.au/library/intguide/FAD/sea.htm. Diakses pada 27 April 2010, pukul 23.25.

49

latihan militer beberapa kelompok Islam militan di Indonesia, Malaysia, dan Filipina dan berencana untuk memperluas serta memperdalam pengaruhnya di kawasan.50 Eksistensi Al-Qaeda dan jaringannya di Asia Tenggara mulai digugat dan dipertanyakan ketika berbagai ledakan bom terjadi di negara-negara ASEAN. Masyarakat semakin curiga terhadap Al-Qaeda dan jaringannya ketika sebuah ledakan dahsyat yang menewaskan sekitar 185 jiwa terjadi di daerah pantai kuta pada tanggal 12 Oktober 2002. Selang beberapa hari kemudian terjadi pula ledakan bom di Zamboanga, Filipina yang menewaskan sedikitnya 3 orang.

Perang melawan teror terus berlanjut di Asia Tenggara dan pemerintah di Asia Tenggara layak diberi penghargaan untuk penangkapan beberapa 150 Jamaah Islamiyah (JI) anggota hingga April 2003. Beberapa anggota syura JI (dewan) ditangkap, termasuk Muhammad Iqbal Rahman (Abu Jibril), Agus Dwikarna, dan Faiz bin Abu Bakar Bafana.51 Mekanisme untuk mendanai terorisme terus berlanjut di Asia Tenggara, dan sampai saat ini ada aset teroris atau dana yang telah disita di wilayah tersebut. Dua anggota Jamaah Islamiyah terkemuka, Hambali dan Abu Jibril, aset mereka diblokir oleh Amerika Serikat di bawah Executive Order 13244 pada tanggal 24 Januari 2003 (delapan belas bulan setelah Abu Jibril ditahan). Per-Januari 2003, US$113.000.000 aset Al-Qaeda telah dibekukan. Pada awal tahun 2003, Departemen Keuangan AS Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri menyusun daftar 300 amal individu dan perusahaan di Asia Tenggara yang diyakini milik Al-Qaeda dan Jamaah Islamiyah sebagai

50

Menurut pemerintah Swiss, Osama Bin Laden pemimpin Al-Qaeda memiliki kekayaan antara 250-500 juta dollar AS, Australia 250 juta dollar AS dan Inggris 280-300 juta dollar AS, dua pengamat terorisme, Gunaratna dan Williams justru memperkirakan kekayaan pribadi Osama hanya sekitar 25 juta dollar AS dari keseluruhan nilai kekayaan warisan ayahnya yang sekitar 5 miliar dollar AS. A.M Hendropriyono,Terorisme: Fundamentalis, Kristen, yahudi, Islam,Jakarta: KOMPAS, 2009, h.190.

51

penyandang dana. Karena politik antarlembaga, daftar tersebut turun menjadi delapan belas individu dan sepuluh perusahaan. Tetapi pada awal April 2003, daftar itu masih tanpa pemberitahuan karena tekanan diplomatik dan birokrasi.

Pemerintah AS gencar sekali menumpas gerakan teroris. AS mencatat 305 individu sebagai teroris dan membekukan aset mereka senilai US$136,7 juta. Menteri Keuangan AS, John Snow, memasukkan nama Al-Ghozi, Imam Samudra, Muchlas, Parlindungan Siregar, Aris Munandar, Agus Dwikarna (Indonesia), serta Muklis Yunos (Filipina), dan Abdul Hakim Murad (Pakistan) dalam daftar orang yang asetnya harus dibekukan.52 Kemudian, daftar bertambah sepuluh orang, seluruhnya warga Malaysia. Ke dalamnya, termasuk Dr. Azahari Husin, doktor fisika yang diduga merancang bom di Bali dan Hotel Marriott Jakarta, Marzuki Zulkifli, Zulkifli Abdul Hir, Noordin M. Top dan Amran Mansour.

Penemuan senjata api dan bahan peledak di Lamongan memperkuat dugaan bahwa pelaku pengeboman di Indonesia tidak kalah perkasa dibanding rekan-rekan mereka di mancanegara. Beberapa waktu lalu, misalnya, ditemukan dua pucuk pistol FN, dua senjata laras panjang M-16 dan beberapa tipe lain, serta 5000 butir lebih amunisi di hutan jati Dadapan, Solokuro, Lamongan. Semuanya diketahui milik Ali Imron.53 Di pasar gelap, sepucuk M-16 dihargai Rp 7 juta-10 juta, atau bisa lebih mahal tergantung permintaan dan stok di pasar. Pistol lebih mahal lagi, dengan peluru perbutir rata-rata di atas Rp 10 ribu. Aparat kemudian menemukan lagi 12 pistol jenis FN dan revolver bersama 2.587 butir amunisi yang seluruhnya milik Ali Imron.

52

Dana “halal” untuk aksi terlarang.

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2003/10/13/LK/mbm.20031013.LK90857.id. html. diakses pada 29 September 2009, pukul. 20.45.

53

B. Pendanaan Terorisme di Negara-negara Asia Tenggara

Dalam sub-bab ini, penulis akan membahas mengenai pendanaan terorisme di empat negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Filipina, Singapura, dan Malaysia. Alasan penulis memilih ke empat negara tersebut, yaitu karena Singapura dan Malaysia dikenal sebagai pengumpulan dana oleh sebab itu mengapa dua negara tersebut jarang terjadi bom terorisme, Indonesia (Poso, Ternate, Ambon, Aceh, Medan, Pekanbaru, Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Bandung dan kota-kota lainnya) sebagai area perjuangan, dan Filipina (kamp.Hudaibiyah/kamp.MILF) merupakan wilayah pelatihan.54 Berikut ini penulis akan menjelaskan metoda pendanaan teroris dimasing-masing negara secara berurutan.

Terkuaknya metoda pendanaan terorisme di Indonesia ditandai dengan adanya peristiwa meledaknya Bom di Bali yang merenggut lebih dari 180 jiwa pada 12 Oktober 2002, menegaskan keberadaan kelompok teroris di Indonesia terkait dengan terorisme internasional. Berbagai tanggapan yang muncul di berbagai kalangan masyarakat dan media massa bahwa teror tersebut adalah rekayasa Amerika Serikat untuk menekan pemerintah Indonesia agar menangkap sekelompok orang yang dituduh terkait kelompok teroris islam yang telah ditangkap di Malaysia, Singapura, dan Filipina sejak 2001.55 Jauh sebelum 11 September Indonesia telah menderita serangan teroris karena satu rangkaian tindakan-tindakan teroris yang terjadi dari tahun 2000-2001. Hal ini yang dimasukkan satu rangkaian ledakan-ledakan dalam tujuh kota yang besar yang

54

Wawancara dengan Bpk. Johannes O.S Manginsela, Kerjasama Multilateral BNPT pada 5 Desember 2011, pukul 11.30.

55

Indonesia dan Terorisme Internasional, http://interpol.go.id/id/kejahatan-transnasional/terrorisme/71-indonesia-dan-terorisme-internasional. Diakses pada 2 Agustus 2010, pukul 23:44.

menargetkan gereja-gereja di Malam Hari Natal pada tahun 2000 dan beberapa wilayah umum yang lain seperti pusat perbelanjaan dan alun-alun, dan bangunan Jakarta Stock Exchange. Ada banyak korban, namun tidak sebanyak pada serangan teroris 11 September. Awalnya banyak dari masyarakat Indonesia belum menyadari akan ancaman teror bahwa bisa terjadi pada setiap waktu, dan tidak pandang pada target atau tempat. Usaha-usaha dari pemerintah di dalam menetralkan kelompok-kelompok yang terlibat, sering kali menuduh pemerintah tentang memecahkan Islam dengan menggambarkan dan menyamaratakan, bahwa teroris digolongkan sebagai Islam. Dari hasil tersebut, pemerintah menjadi lebih berhati-hati secara representatif dalam bertindak. Sementara itu, negara-negara lain bertindak melawan kelompok teroris dan menangkap informasi dengan mengumpulkan aktifitas kelompok teroris di Indonesia.56

Negara Indonesia merupakan negara berkembang dengan posisi yang sangat strategis memegang peranan penting di ASEAN, namun telah menjadi salah satu sasaran terorisme. Berbagai permasalahan dalam negeri dimanfaatkan kelompok tertentu untuk mencapai tujuannya dengan melakukan kegiatan teror. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa sangat rentan dimanfaatkan untuk menimbulkan konflik, termasuk kegiatan terorisme.

Kelompok teroris yang saat ini aktif beroperasi di Indonesia secara umum merupakan bagian dari Jamaah Islamiyah.57 Kelompok teroris pimpinan Noordin M.Top merupakan kelompok teroris bagian dari Jamaah Islamiyah. Kelompok

56

Teroris Di Indonesia Dan Usaha-Usaha Yang Diambil Untuk Mengalahkan Masalah,

http://interpol.go.id/id/kejahatan-transnasional/terrorisme/69-teroris-di-indonesia-dan-usaha-usaha-yang-diambil-untuk-mengalahkan-masalah. Diakses pada 2 Agustus 2010, pukul 23:44.

57

Muh Taufiqurrohman, Peta Kelompok Teroris Indonesia, Jurnal Hubungan Internasional, vol.6 no.1 Maret 2010, h.66-67.

Noordin M.Top memisahkan diri dari Jamaah Islamiyah sejak terjadinya peristiwa peledakan Hotel Marriot tahun 2003. Kelompok teroris Noordin M.Top memiliki beberapa nama yaitu Thoifah Muqatilah, Brigade Firaqul Maut, Anshorul Muslimin, dan Tanzim Al-Qaeda Al-Jihad untuk gugusan Kepulauan Melayu. Pendirian kelompok ini dilatarbelakangi oleh perang Irak dan Afghanistan yang dikobarkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya di Indonesia. Untuk mencapai perjuangan, digunakan strategi perjuangan nikayah (balas dendam). Awalnya, anggota kelompok teroris Noordin M.Top berasal dari Jamaah Islamiyah. Namun pada perkembangannya, karena Noordin M.Top kesulitan mendapatkan anggota dari Jamaah Islamiyah, para anggota baru direkrut dari kelompok Islam radikal lain, yaitu KOMPAK dan Darul Islam.

Kelompok teroris Noordin M.Top menggunakan metoda clandestine (rahasia) dalam setiap operasinya. Metoda ini dilaksanakan denga cara membagi kelompok ke dalam sel-sel yang terdiri dari tiga sampai lima orang untuk setiap unit operasi. Antara unit yang satu dengan yang lainnya terjadi “kompartmentalisasi”, sehingga informasi dan identitas anggota dan pekerjaan sel terlindungi. Selain itu, juga memakai cara bom bunuh diri. Pendanaan operasi-operasi terorisme kelompok Noordin M.Top berasal dari Al-Qaeda, yang

Dokumen terkait