• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

BIOGRAFI HASAN LANGGULUNG

A. Riwayat Hidup dan Riwayat Pendidikan Hasan Langgulung

Nama lengkapnya adalah Hasan Langgulung, lahir di kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934. Dari pasangan Tan Rasula dan Siti Aminah (Aminah Tanrasuh). Nama Langgulung sebenarnya adalah sebutan yang diberikan oleh pihak kerajaan Makassar kepada bapaknya (Tan Rasula), karena kulitnya yang lebih putih dibanding orang-orang Makassar pada umumnya. Langgulung, biasanya sebutan untuk seekor kuda yang bulunya berwarna putih bersih (kuda gulung). Akhirnya, sebutan tersebut menjadi bagian dari namanya, yakni Hasan Langgulung. Jadi, Hasan Langgulung adalah nama lengkap dan resmi yang dipakainya dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam hal-hal yang berhubungan dengan administrasi.

Hasan Langgulung muda menempuh seluruh pendidikan dasarnya di daerah Sulawesi, Indonesia. Langgulung memulai pendidikan di Sekolah Dasar di Rappang, Sulawesi Selatan. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Islam di Ujung Pandang tahun 1949-1952. Sekolah Guru Islam Atas di Ujung Pandang tahun 1952-1955, serta menempuh B.I. Inggris di Ujung Pandang, Makasar tahun 1957-1962 (Langgulung, 1985:248).

Perjalanan pendidikan internasionalnya dimulai ketika Langgulung memutuskan hijrah ke Timur Tengah untuk menempuh pendidikan sarjana

muda atau Bachelor of Arts (BA) dengan spesialisasi Islamic and Arabic Studies yang Langgulung peroleh dari Fakultas Dar Al-Ulum, Kairo University, Mesir pada tahun 1957-1962. Setahun kemudian Langgulung sukses memperoleh gelar Diploma of Education (General) tahun 1963 dan Special Diploma of Education (General) tahun 1964 dari Ein Shams University, Kairo. Pada tahun yang sama Langgulung juga sempat memperoleh Diploma dalam bidang Sastra Arab Modern dari Institute of Higher Arab Studies, Arab League, Kairo di tahun 1964. Di Ein Shams University Kairo pula Langgulung mendapatkan gelar M.A. dalam bidang Psikologi dan Kesehatan Mental (Mental Hygiene) yang berjudul

Al-Murahiqal Indonesia: Ittijahatuh wa Darjat Tawafuq „Indahu pada tahun 1967. Selanjutnya Langgulung pun melanjutkan pengembaraan intelektualnya dengan pergi ke Barat. Hasilnya gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) dalam bidang Psikologi diperoleh dari University of Georgia, Amerika Serikat yang berjudul A Cross Cultural Study of the Child Conception of Situational Causality in India, Western Samoa, Mexico and the United States di tahun 1971 (Langgulung, 1988: halaman kulit belakang).

Semasa kuliah Hasan Langgulung tidak hanya mengasah daya intelektualnya saja, saat itu Langgulung pun sudah menunjukkan talenta sebagai seorang aktivis dan seorang pendidik. Hal ini dapat dibuktikan ketika Langgulung diberi kepercayaan sebagai Ketua Mahasiswa Indonesia di Kairo tahun 1957. Kemampuan organisatorisnya semakin

matang ketika Langgulung menjadi Wakil Ketua Mahasiswa Indonesia di Timur Tengah tahun 1966-1967.

Pada tanggal 22 September 1972, Hasan Langgulung melepas masa lajangnya dengan menikahi seorang perempuan bernama Nuraimah Mohammad Yunus. Langgulung dan Nuraimah dikaruniai dua orang putra dan seorang putri, yaitu Ahmad Taufiq, Nurul Huda, dan Siti Zakiah. Dan mereka tinggal di sebuah rumah di Jalan B 28 Taman Bukit, Kajang, Malaysia (Ihsan, 2010).

Prof. Dr. Hasan Langgulung adalah seorang pakar pendidikan Islam asal Sulawesi Selatan yang meninggal dunia di Kuala Lumpur di usia 73 tahun pada hari Sabtu 2 Agustus 2008 Pukul 19.47 waktu setempat. Mungkin tidak banyak masyarakat Indonesia yang mengenal nama Hasan Langgulung, kecuali para pejuang di dunia pendidikan terutama pendidikan Islam. Sebab, tokoh yang pernah menjadi guru SMP bagi Wapres Jusuf Kalla tersebut menghabiskan separuh hidupnya di luar negeri (Trisno, 2010:23).

Saat negeri Jiran Malaysia baru saja menganjak usia kemerdekaan ke-14, pemerintah Malaysia berusaha membangun negaranya terutama dari sisi pendidikan. Saat itu banyak putra-putra pilihan dari Indonesia yang diundang pemerintah Malaysia untuk ikut serta membangun negeri tersebut. Hasan Langgulung termasuk putra pilihan tersebut. Salah satu jasa yang disumbangkan Hasan Langgulung di Malaysia adalah Fakultas Pendidikan di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dan Universitas

Islam Internasional Malaysia. Langgulung adalah penggagas dan pendiri Fakultas Pendidikan di UKM tahun 1972. Selesai di UKM, Langgulung lalu berpindah dan mendirikan Fakultas Pendidikan di IIUM tahun 1980-an (Trisno, 2010:24).

Hasan Langgulung meninggal dunia karena penyakit strok dan dimakamkan di Taman Pemakaman Sentul, Kuala Lumpur. Dalam upacara pemakaman, seluruh pejabat KBRI, perwakilan dari Kerajaan Malaysia, dan Rektor IIUM ikut menghadiri (Trisno, 2010:34).

B. Riwayat Pekerjaan Hasan Langgulung

Selepas kuliah aktivitas Langgulung semakin sibuk. Langgulung seringkali menghadiri berbagai persidangan dan konferensi baik sebagai pembicara ataupun peserta yang diadakan di dalam maupun di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Jepang, Australia, Fiji, Timur Tengah, beberapa negara di Eropa, di samping negara-negara di wilayah ASEAN sendiri (Langgulung, 1986:464).

Pengalamannya sebagai pengajar dan pendidik dimulai sejak Langgulung masih kuliah di Mesir, yaitu sebagai kepala sekolah Indonesia di Kairo tahun 1957-1968. Saat di Amerika Serikat, Langgulung pernah dipercaya sebagai Asisten Pengajar (Teaching Assistent) dan dosen di University of Georgia tahun 1969-1970 dan sebagai Asisten Peneliti (Research Assistent) di Georgia Studies of Creative Behaviour, University of Georgia, Amerika Serikat tahun 1970-1971. Asisten Profesor di Universitas Malaya, Malaysia tahun 1971-1972. Langgulung juga pernah

diundang sebagai Visiting Professor di University of Riyadh, Saudi Arabia (1977-1978), Visiting Professor di Cambridge University, Inggris, serta sebagai konsultan psikologi di Stanford Research Institute, Menlo Park, California, Amerika Serikat. (Langgulung, 2004:366).

Selain sebagai pengajar, peneliti dan konsultan, Langgulung juga menggeluti dunia jurnalistik. Langgulung tercatat sebagai pimpinan beberapa majalah seperti Pemimpin Redaksi Majalah Jurnal Pendidikan

yang diterbitkan oleh University Kebangsaan Malaysia (UKM). Anggota tim redaksi pada majalah Jurnal Akademika untuk Social Sciences and Humanities, Kuala Lumpur. Anggota redaksi majalah Peidoprise, Journal for Special Education, yang diterbitkan di Illinois, Amerika Serikat (Langgulung, 1985:250). Langgulung juga tercatat sebagai anggota

American Psychological Association (APA) dan American Educational Research Association Muslim (Trisno, 2010:25).

Langgulung pernah mengajar di University Kebangsaan Malaysia sebagai professor senior dalam beberapa tahun dan sebelum meninggal Langgulung mengajar di Universiti Islam Antara Bangsa Kuala Lumpur, Malaysia juga sebagai professor senior tahun 2002. Langgulung mendapatkan penghargaan Profesor Agung (Royal Profesor) pada tahun 2002 di Kuala Lumpur, Malaysia oleh masyarakat akademik dunia. Langgulung juga pernah mengajar beberapa mata kuliah di program Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah) Jakarta (Sumaryanto, 2013:41).

Prof. Dr. Hasan Langgulung menerima berbagai macam penghargaan internasional. Namanya tercatat dalam berbagai buku penghargaan seperti: Directory of American Psychological Association, Who.s Who in Malaysia, International Who.s Who of Intellectuals, Who.s Who in The World, Directory of International Biography, Directory of Cross-Cultural Research and Researches, Men of Achievement, The International Book of Honor, Directory of American Educational Research Association, The International Register Profiles, Who.s Who in The Commonwealth, Asia Who.s Who of Men and Women of Achievement and Distinction, Community Leaders of The World, Progressive Personalities in Profile dan beberapa penghargaan lainnya (Langgulung, 2004:365).

C. Karya-karya Hasan Langulung

Prof. Dr. Hasan Langgulung telah menghasilkan puluhan karya ilmiah berupa karya terjemahan, buku, makalah dan berbagai artikel yang tersebar di berbagai majalah di dalam dan luar negeri. Tulisannya membahas berbagai macam persoalan yang berkisar tentang Pendidikan, Psikologi, Filsafat dan Islam. Buku-buku yang Langgulung tulis kebanyakan diterbitkan di Malaysia dan Indonesia. Untuk di Indonesia sendiri buku-buku yang beliau tulis sebagian besar diterbitkan oleh penerbit Pustaka al Husna. Buku yang telah Langgulung (1988:200) tulis antara lain:

1. Pendidikan Islam: Suatu Analisa Sosio Psilokogikal. Diterbitkan oleh Pustaka Antara, Kuala Lumpur pada tahun 1979.

2. Filsafat Pendidikan Islam (Terjemah). Diterbitkan di Jakarta oleh penerbit Bulan Bintang, tahun 1979.

3. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Diterbitkan di Bandung oleh P.T. Al Ma‟arif pada tahun 1980.

4. Beberapa Tinjauan Dalam Pendidikan Islam. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka Antara pada tahun 1981.

5. Statistik Dalam Psikologi dan Pendidikan. Diterbitkan di Malaysia oleh Pustaka Antara, Kuala Lumpur pada tahun 1983.

6. Teori-Teori Kesehatan Mental. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka al Husna pada tahun 1986.

7. Psikologi dan Kesehatan Mental di Sekolah-sekolah. Diterbitkan oleh U.K.M, pada tahun 1979.

8. Pendidikan dan Peradaban Islam. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka al Husna pada tahun 1985.

9. Pengenalan Tamaddun Islam Dalam Pendidikan. Diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, pada tahun 1986.

10.Dayacipta Dalam Kurikulum Pendidikan Guru. Diterbitkan U.K.M, pada tahun 1986.

11.Manusia dan Pendidikan. Diterbitkan oleh Pustaka al Husna Jakarta pada tahun 1986.

12.Asas-Asas Pendidikan Islam. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka al Husna pada tahun 1987.

13.Pendidikan Islam Menjelang Abad 21. Diterbitkan oleh U.K.M, pada tahun 1988.

14.Al Taqwin wal-Ihsa Fi al-Tarbiyah Wa Ilmunnafs. Diterbitkan oleh Riyadh University Press.

15.Ilmunnafs al-Ijtimaij. Diterjemahkan oleh Riyadh University Press. 16.Kreativiti dan pendidikan, diterbitkan U.K.M.

17.Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka al Husna.

18.Issu-Issu Semasa Dalam Psikologi. Diterbitkan oleh Pustaka Huda. 19.Fenomena al Qur‟an. Diterbitkan Pustaka Iqra‟.

20.Falsafah Kurikulum Sekolah Rendah. Diterbitkan Pustaka al Huda. 21.Kreatifitas dan Pendidikan Islam; Analisis Psikologi dan Pendidikan

Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna, 1991 (Rifa‟i, 2006:21).

Selain dari itu Langgulung juga telah menerbitkan kurang lebih seratus artikel dalam berbagai media di dalam dan luar negeri seperti: Journal of Cross Cultural Psychology, Journal of Social Psychology, International Education, Comparative Education Review, Muslim Education Quarterly, Islamic Quarterly, American Journal of Islamic Social Sciences, Akademika, Journal Pendidikan, Dewan Masyarakat, Dian, Mimbar Ulama, Amanah dan lain-lain. Juga telah menerbitkan beberapa buku dalam bahasa Arab (Langgulung, 2003:413).

BAB III

PEMIKIRAN KESEHATAN MENTAL HASAN LANGGULUNG A. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental sebagai salah satu bidang psikologi, menurut Hasan Langgulung (1986:5) merupakan “ratu” bagi semua cabang-cabang lain dalam psikologi. Ini tidak berlebihan, sebab kesehatan mental adalah merupakan gabungan semua fungsi-fungsi psikologi yang dikerjakan oleh manusia. Kesehatan mental seseorang adalah keadaan psikologinya secara umum, sedangkan kesehatan mental yang wajar adalah keadaan terpadu dari berbagai tenaga seseorang yang menyebabkan ia menggunakan dan mengeksploitasikannya sebaik-baiknya yang selanjutnya menyebabkan ia mewujudkan dirinya atau mewujudkan kemanusiaan (Langgulung, 1986:214).

Jadi kesehatan mental adalah keadaan psikologis yang umum, yaitu hasil pencapaian seseorang dalam pertumbuhannya dari berbagai jenis psikologis. Kesehatan mental tidak terbatas pada aspek emosional seperti kata sebagian orang, sebab kesehatan mental bergantung pada differensiasi

dan kesatuan yang berlaku pada bentuk intelaktual seseorang, begitu juga

differensiasi dan kesatuan yang berlaku pada bentuk motivasi seseorang. Kesehatan mental yang wajar adalah kesatuan berbagai tenaga seseorang yang menyebabkan ia menggunakan tenaga ini sebaik-baiknya dan membawa kepada perwujudan diri seseorang atau perwujudan

kemanusiaannya (Langgulung, 1986:215). Dan definisi kesehatan mental menurut Hasan Langgulung (1986:51) adalah:

Kesehatan mental adalah yang sanggup menikmati hidup ini, rela kepadanya, menerimanya dan sanggup membentuknya sesuai dengan kehendaknya dimana dia menjadi tuannya bukan hambanya.

Kesehatan mental bertujuan untuk keselamatan dan kebahagiaan yang berlaku di dunia ini. Perlu diperhatikan bahwa, menurut pandangan Islam, dua kebahagiaan itu tidak dapat dipisahkan, sebab kebahagian dunia hanyalah jalan ke arah kebahagiaan akhirat, sedang kebahagiaan akhirat tidak dapat dicapai tanpa usaha di dunia (Langgulung, 1986: 444).

Kebahagiaan di dunia ini berarti selamat dari hal-hal yang mengancam kehidupan di dunia ini. Yang mengancam dunia seperti kehilangan orang yang dikasihi, kahilangan harta benda, kegagalan mencapai cita-cita dan lain sebagainya. Semua itu mengancam kehidupan dan menimbulkan rasa risau dan cemas. Dalam Al-Qur‟an banyak pula ayat-ayat yang menjelaskan tentang kesehatan mental. Salah satunya dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 155 yang berbunyi:

 

























“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan

sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang

sabar.”

untuk melihat apakah manusia itu menyukurinya, memberikan rasa takut untuk melihat sebarapa dekatkah ia dengan Tuhannya dan itu juga berarti manusia bukan makhluk yang sempurna.

B. Norma-Norma dalam Kesehatan Mental

Pada buku-buku kesehatan mental dan psikologi penyakit terdapat istilah yang bernama tingkah laku normal dan tingkah laku tak normal. Didalam pembicaraan tentang kesehatan mental yang dimaksud normal adalah sehat. Jadi tingkah laku yang normal adalah tingkah laku yang sehat, dan tingkah laku yang tidak normal adalah tingkah laku yang sakit. Sedangkan kesehatan mental itu sendiri adalah keadaan psikologis secara umum, sedang tingkah laku normal atau yang sehat adalah yang menunjukkan adanya kesehatan mental itu pada seseorang (Langgulung, 1986:37).

Berbagai percobaan untuk menentukan ciri-ciri tingkah laku normal, kriteria-kriteria yang digunakan juga sudah bermacam-macam. Berbagai metode dan norma yang digunakan untuk menentukan kesehatan mental adalah sebagai berikut:

1. Metode Statistik

Sebagian orang yang bekerja dalam bidang kesehatan menganjurkan penggunaan metode statistik untuk membentuk konsep kesehatan mental dan untuk mengetahui orang-orang yang sehat dan yang tidak sehat dari segi psikologis. Orang-orang itu mengatakan

bahwa penggunaan metode ini akan menjamin sifat objetivitas yang lebih besar daripada yang terdapat pada metode-metode lain.

Misalnya kita mengukur kecerdasan, kecerdasan adalah konsep yang diciptakan oleh ahli-ahli psikologi. Maka kita mengumpamakannya agar kita dapat menafsirkan perbedaan-perbedaan diantara manusia dalam aktivitas-aktivitas intelektual, mengukur sifat-sifat afektif manusia dan menamainya dengan pola-pola pribadi, serta mengumpamakan wujud pola-pola-pola-pola itu untuk memudahkan menafsirkan perbedaan tingkahlaku manusia. Jadi kita mengukur benda-benda yang kita umpamakan wujudnya, dan pengukuran berlaku berdasar pada beberapa fenomena yang kita umpamakan bahwa ia menyatakan apa yang kita ukur. Inilah yang dimaksudkan bahwa pengukuran psikologis itu tidak langsung (Langgulung, 1986:40).

Metode ini menghendaki penentuan konsep kesehatan mental yang wajar dengan tepat, kemudian menentukan fenomena yang menyatakan kesehatan mental yang wajar dengan terang sehingga kita dapat mengarahkannya kepada pengukuran. Metode ini juga menghendaki pembuktian bahwa pengukuran ini betul-betul mengukur fenomena yang telah ditentukan dan pengukuran dijalankan terhadap sampel-sampel yang mewakili dari segi kelompok-kelompok populasi dimana ia akan digunakan. Dan yang lebih susahnya lagi adalah bahwa kita tidak dapat mengukur kesehatan psikologis kecuali jika kita ada

penjelasan yang melaluinya kita dapat menentukan berat relatif bagi tiap fenomena-fenomena kesehatan mental. Sedang penjelasan-penjelasan itu tidak ada (Langgulung, 1986:41).

Oleh sebab itu sebagian orang menganjurkan dalam penggunaan metode statistik lebih menjamin obyektifitas dalam membedakan mereka yang normal dan tidak normal. Sebab istilah seperti normal atau apa yang banyak berlaku itu tidak ada artinya kecuali dalam pola sosial tertentu. Kesukaran-kesukaran dalam metode statistik itulah yang menyebabkan banyak ahli-ahli tidak menggunakan metode ini dalam menentukan pengertian normal dari segi kesehatan mental. Dan pada akhirnya hasil pengukurannya pun bersifat diskriptif yang tidak menunjukkan sifat mutlak tetapi lebih condong pada relatif.

2. Norma-Norma Sosial

Metode ini juga dianjurkan oleh beberapa pekerja-pekerja dalam bidang kesehatan mental untuk menentukan tingkah laku yang normal. Dalam metode ini norma-norma sosial dijadikan alat untuk menetukan tingkah laku normal. Jadi tingkah laku normal adalah yang sesuai dengan norma-norma sosial dalam masyarakat tertentu. Konsep norma sosial diciptakan oleh Sheriff tahun 1936 yaitu “Norma-norma sosial adalah segala pola-pola tingkah laku, sikap-sikap sosial, nilai-nilai dan lain-lain yang disetujui yang diterima oleh kumpulan” (Langgulung, 1986:42).

Dalam penggunaan norma-norma sosial sebagai kriteria untuk menentukan tingkah laku normal adalah asumsi bahwa kesehatan mental seseorang adalah berpegangnya seseorang itu pada norma-norma ini. Ullman dan Krasner tahun 1969 adalah orang-orang yang menganjurkan kriteria ini. Mereka mendefinisikan kesehatan mental yang wajar mengandung pola-pola tingkah laku yang diharapkan oleh masyarakat. Berdasarkan prinsip ini maka segala pola-pola tingkah laku yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat dianggap tingkah laku tidak normal. Penganut-penganut behaviorisme dianggap orang-orang yang paling kuat menganjurkan penggunaan kriteria ini untuk menentukan tingkah laku normal (Langgulung, 1986:43). Maka orang yang mempunyai kesehatan mental yang wajar adalah orang yang sanggup berpegang pada apa yang dipegangi oleh orang-orang lain atau orang yang memegang peranan sosial tertentu dengan tepat dan baik.

3. Tingkah Laku Pengukuran

Coleman (1972) dalam buku “Teori-teori Kesehatan Mental” karya Hasan Langgulung (1986: 46) beranggapan bahwa keseimbangan sosial adalah masalah yang mesti bagi kelanjutan kumpulan, tetapi kriteria yang baik untuk menentukan tingkah laku normal bukan terletak pada penerimaan atau penolakan masyarakat terhadap tingkah laku tersebut. Tetapi terletak pada kesanggupan tingkah laku ini menghubungkan dan mewujudkan potensi-potensi seseorang dan

kumpulan. Coleman mendasarkan penentuan ini pada dua asumsi, yang pertama ialah bahwa kelanjutan hidup seseorang dan perwujudan potensi-potensinya adalah soal yang ada nilainya bagi individu dan kumpulan. Asumsi kedua mengatakan bahwa tingkahlaku seseorang dapat diberi nilai berdasar pada pencapaiannya terhadap tujuan-tujuan yang terdahulu.

Jadi Coleman menentukan tingkah laku tidak normal dengan tidak terbatas pada penyakit-penyakit psikologis dan penyakit-penyakit saraf tetapi meliputi jenis-jenis penyelewengan yang lain seperti ketagihan minuman keras dan candu, tingkahlaku tidak bermoral, fanatik membabi buta, sebab penyakit penyelewengan ini dapat menghambat pertumbuhan individu dan perwujudan potensi-potensinya. Dan Coleman menentukan tingkahlaku sakit dengan menganggap keseimbanagan sebagai kriteria pokok, yang dimaksud dengan keseimbangan adalah bahwa seseorang menentukan dan bertindak sesuai dengan keputusan-keputusan, kepercayaan-kepercayaan dan tindak tanduk kelompok.

C. Konsep-Konsep Dasar dalam Kesehatan Mental

Seseorang hidup dengan ambisi dan berbagai cita-cita yang ingin dicapai. Terkadang ia beruntung sehingga apa yang diinginkan terwujud, tetapi bisa juga menjadi sebaliknya. Sudah tentu kesanggupan seseorang untuk hidup rela dan gembira bergantung pada sejauh mana ia menikmati kesehatan mental, dan dimana kesehatan mental yang wajar adalah yang

sanggup menikmati hidup ini, rela kepadanya, menerimanya dan sanggup membentuknya sesuai dengan kehendaknya dimana dia menjadi tuannya bukan hambanya (Langgulung, 1986:51).

Sudah tentu menikmati kesehatan mental yang wajar dimana termasuk menikmati hidup, bergantung sebagian besarnya pada faktor-faktor yang berpengaruh pada aktivitas seseorang, bisa faktor-faktor yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Sebab faktor-faktor itu semua menentukan jenis aktivitas-aktivitas yang dikerjakannya. Begitu juga dengan pemahaman yang tepat terhadap kesehatan mental yang menguraikan berbagai konsep-konsep dasar yang atas dasar itu kita dapat menafsirkan aktivitas-aktivitas seseorang. Sebagian konsep-konsep ini seperti konsep motivasi, pertarungan psikologi, kerisauan, cara membela diri dan lain-lain (Langgulung, 1986:52). Berikut ini adalah konsep-konsep dasar dalam kesehatan mental:

1. Motivasi

Diantara hal-hal yang disepakati oleh ahli-ahli psikologi adalah bahwa manusia tidak mengarjakan sesuatu aktivitas kecuali jika ada tujuan dibalik pekerjaan yang dikerjakannya. Tidak ada seorang pun yang mengerjakan pekerjaan tertentu kalau ia tidak ada tujuan yang ingin dicapainya dengan perbuatannya. Terkadang tujuan-tujuan tersebut bersifat memuaskan keperluan biologis, psikologis, nilai-nilai tertentu dan lain sebagainya melalui aktivitas yang dikerjakannya.

Motivasi adalah keadaan psikologis yang merangsang dan memberi arah terhadap aktivitas manusia. Dialah kekuatan yang

mendorong dan menggerakkan aktivitas seseorang. … Motivasi seseorang itulah yang membimbingnya kearah tujuan-tujuannya. Sedangkan tujuan adalah apa yang terdapat pada lingkungan yang mengelilingi seseorang yang pencapaiannya membawa kepada pemuasan motivasi tertentu. Makanan adalah tujuan orang lapar. Ketentraman adalah tujuan orang merasa perlu kepada keamanan. Keberhasilan adalah tujuan orang yang merasa perlu kepada penghargaan diri. Dari sini jelaslah bagaimana tujuan-tujuan kita berkaitan dengan motivasi kita (Langgulung, 1986:53).

Motivasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertama motivasi primer (biologis) yang mempunyai kaitan dengan proses organik atau yang timbul dari kekurangan atau kelebihan pada sesuatu yang berkaitan dengan struktur organik manusia. Misalnya motivasi kepada gerakan dan motivasi kepada makanan atau motivasi-motivasi lapar dimana terdapat sejumlah motivasi-motivasi yang mendorong seseorang mencari jenis-jenis bahan makanan. Motivasi primer ini juga dapat disebut dengan motivasi naluri, yaitu yang tidak dipelajari atau diperoleh seseorang, tetapi ia diciptakan bersama dengan seseorang sebab ia tergolong sebagai umat manusia. Kedua, motivasi sekunder (psikologi) yang jelas tidak ada kaitannya dengan organ-organ manusia. Motivasi-motivasi psikologi ada bermacam-macam seperti motivasi persaingan, keberhasilan, kebebasan dan kerjasama. Akan banyak yang kita dapati diantara motivasi-motivasi ini tidak ditemukan atau dibatasi kecuali oleh jenis-jenis aktivitas seseorang (Langgulung, 1986:54). Jadi, motivasi dimaksudkan untuk mendorong perbuatan atau aktivitas seseorang untuk terpenuhinya segala sesuatu yang ingin

dicapai dan sebagai penggerak untuk membimbing pada arah tujuan yang diinginkan oleh seseorang.

Dokumen terkait