• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN LANGGULUNG DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN LANGGULUNG DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SKRIPSI"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN LANGGULUNG

DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

INDAH NURUL HAMIDAH NIM: 111 12 234

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN LANGGULUNG

DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

INDAH NURUL HAMIDAH NIM: 111 12 234

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

AKAL YANG SEHAT BERADA PADA BADAN YANG SEHAT

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:

Orangtuaku Bapak Samsodin dan Ibu Siti Mutmainah serta Adikku Muhammad Yusuf Hasanudin yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan dan doa selama ini.

Mbah Koko “Suparmin, S.Ag.”, Mbah Yayi “Murinah”, Mbah Abdurrahman

dan Mbah Muti’ah yang dulu semasa hidupnya sempat merawat, menyayangi, mendoakan dan selalu mengajariku ilmu agama, do’a-do’a serta banyak hal yang sangat berharga untuk hidupku, semoga beliau-beliau ditempatkan di tempat yang indah di surga dan paman-pamanku dan tante-tanteku yang selalu mendukungku, ku ucapkan terimakasih banyak atas semuanya.

Ibu Nyai Kamalah Isom dan Ibu Nyai Rosilah serta seluruh keluarga besar Pondok Pesantren AL-HASAN Salatiga yang dengan tulus ikhlas memberikan pendidikan dasar-dasar keagamaan dan juga semangat spiritual untuk dijadikan bekal dan pedoman hidup.

Bapak Drs. Wahyudhiana, MM. Pd., yang selama ini dengan sabar membimbing dalam menyusun skripsi.

Kakak-kakak & Adik-adik sepupuku Mbak Syafaah, Mbak Laili, Dek Yeni dan Yuli yang selalu aku repotkan.

Sahabat-sahabatku Owlish, Rikha, Mbak Ayu, Alifah, Nia, Dewi, Mbak Isna,

Lida yang selalu memberi semangat dan do’a serta Muhammad Ahsan Syafi’i yang senang hati membantu dan mendoakan.

Adik-adikku Isti, Izza, Latifah, Rizqi, Aini, Dianah, Ida, Dani, Rima, Mudzir, Azizah, Zaimah, Lilis, Alif beserta jajaran pengurus Al-Hasan yang senantiasa memberi bantuan dan mengantarku untuk menyelesaikan skripsi ini.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir skripsi dengan judul “Kesehatan Mental menurut Hasan Langglung dan Implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.

4. Bapak Drs. Wahyudhiana, MM. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan nasehat, arahan serta masukan-masukan yang sangat membantu dan membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

(10)

6. Seluruh dosen dan petugas administrasi Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan juga penelitian berlangsung.

7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Terakhir untuk kampus tercinta IAIN Salatiga, terimakasih telah menjadi bagian terpenting dari perjalanan hidup.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Salatiga, 8 Maret 2017

Penulis

Indah Nurul Hamidah

(11)

ABSTRAK

Hamidah, Indah Nurul. 2017. Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dan Implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Wahyudhiana MM.Pd.

Kata kunci: Kesehatan Mental, Hasan Langgulung dan Pendidikan Agama Islam. Skripsi ini merupakan upaya untuk mengetahui kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dan implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam. Penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah Pertama, Apa pengertian dari kesehatan mental menurut Hasan Langgulung? Kedua, Bagaimana implikasi kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dalam Pendidikan Agama Islam?

Metode yang digunakan peneliti yaitu kepustakaan (literature). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainnya karya Hasan Langgulung dan yang berkaitan dengan skripsi ini. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder. Kemudian data dianalisis menggunakan metode deskriptif dan analisis.

(12)

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR BERLOGO ... i

JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. TujuanPenelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. MetodePenelitian... 10

F. Kajian Pustaka ... 12

(13)

A. Riwayat Hidup dan Riwayat Pendidikan Hasan Langgulung ... 20

B. Riwayat Pekerjaan Hasan Langgulung ... 23

C. Karya-karya Hasan Langgulung ... 25

BAB III PEMIKIRAN PEMIKIRAN KESEHATAN MENTAL HASAN LANGGULUNG A. Pengertian Kesehatan Mental ... 28

B. Norma-norma dalam Kesehatan Mental ... 30

C. Konsep-konsep Dasar dalam Kesehatan Mental ... 34

D. Penyakit-penyakit Mental ... 40

BAB IV IMPLIKASI KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN LANGGULUNG DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Hubungan Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dengan Pendidikan Agama Islam ... 52

B. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 55

C. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 58

D. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam ... 61

E. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam Materi Ajar Pendididkan Agama Islam ... 65

(14)

B. Saran dan Penutup ... 76 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar riwayat hidup

2. Nota pembimbing skripsi

3. Lembar konsultasi

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah agama-agama kita saksikan manusia berusaha mencari perlindungan dalam agama tertentu untuk mencari ketentraman jiwa, yaitu suatu usaha untuk memperbaiki mentalnya. Sejak kecil kita sudah belajar memelihara badan dan selalu diingatkan bahwa “akal yang sehat berada pada badan yang sehat”. Karena sejak zaman dahulu orang -orang sudah menaruh perhatian yang cukup besar kepada kesehatan jasmani maupun rohani.

Karena bidang kesehatan mental dianggap sebagai salah satu bidang yang paling menarik diantara bidang-bidang psikologi lainnya dan semua orang pasti menginginkan mental yang sehat. Serta dengan meningkatnya perkembangan pikiran dan peradaban, orang-orang sudah menyadari bahwa kehidupan yang layak adalah dimana seseorang dapat menikmati hidup bersama-sama dengan orang lain, tidak bergantung penuh pada kesehatan jasmani saja, tetapi juga bergantung pada kesehatan rohani atau mental.

(17)

dimaksud dalam pasal 2 UU pokok-pokok kesehatan (UU No. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan disebutkan bahwa “kesehatan adalah yang meliputi kesehatan badan, rohani atau mental dan sosial serta bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan)” (Hidayat

& Herdi, 2014:31).

Kehidupan yang dialami seseorang dalam keadaan sakit mental tidak kurang pedihnya dengan sakit jasmani. Kesehatan mental juga yang mungkin dapat menolong atau mengurangi pedihnya sakit jasmani. Jika perkembangan peradaban manusia semakin maju, maka akan bertambah lagi beban yang akan dihadapi. Sudah tentu kehidupan seperti ini membawa manusia kepada kerisauan dan kekecewaan (Langgulung, 1986:3). Dan terkadang perubahan yang sangat besar seperti kekayaan habis, kehilangan orang yang disayangi dan lain sebagainya. Sehingga melampaui batas orang tersebut. Maka timbullah ketidakharmonisan jiwa, sehingga orang menjadi bingung, murung, menyendiri, diserang oleh penyakit yang tidak ada obatnya dan lain sebagainya.

(18)

selasa tanggal 20 Oktober 2015 sebelum peringatan Hari Santri Nasional di Batang, Jawa tengah.

Telah ditemukan sosok mayat bayi yang baru lahir dan yang masih lengkap dengan ari-arinya dikolam bak mandi lingkungan pondok pesantren Masjid Al Humam di Desa Plumbon, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang.

... Dan hasilnya tidak kurang dari dua jam, petugas Kepolisian Polres Batang langsung bisa menangkap pelaku pembuangan mayat bayi perempuan tersebut. Adalah N, salah satu siswa SMK pada pondok pesantren tersebut, yang masih duduk di kelas X (sepuluh). (Jawa pos, Rabu 21 Oktober 2015: 10)

Dari contoh kejadian diatas adalah termasuk dari gejala mental yang tidak sehat. Karena tindakan yang diperbuatnya tersebut sangatlah mengancam dirinya sendiri. Itu akan mengakibatkan ketidakselamatan dan ketidakbahagiaan di dunia dan di akhirat. Karena menurut Hasan Langgulung kebahagiaan di dunia berarti selamat dari hal-hal yang mengancam kehidupan di dunia. Dan apa yang diperbuatnya tersebut akan menimbulkan perasaan takut dan cemas. Dan seharusnya manusia senantiasa ingat kepada Tuhannya supaya diberi ketenangan dalam hatinya supaya dapat bertindak dan berprilaku sesuai ajaran agama. Sesuai dengan Q.S Al-Fath : 4 yang berbunyi:

(19)

mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Bicara tentang kesehatan mental yang tidak sehat, kitapun akan menemukan dalam Al-Qur‟an tentang kecemasan dan keabnormalan perilaku. Dalam Al-Qur‟an telah menceritakan bagaimana umat Nabi Luth terdahulu, yang ingkar dan melakukan keabnormalan seksual, yang pada akhirnya dihukum Tuhan dengan menghancurkan mereka dengan hujan batu seperti dalam Q.S. Al-A‟raaf ayat 80-81 yang berbunyi:

tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (homoseksual) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?". Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.

Itulah barangkali hikmahnya maka umat Nabi Luth terdahulu dihancurkan Tuhan dengan hujan batu, karena penyakit tersebut telah meluas dalam masyarakat, serta susah untuk disembuhkan, bahkan banyak yang berakhir dengan putus asa atau bunuh diri (Daradjat, 1975: 86).

(20)

diantaranya adalah pendidikan. Serta kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang praktis, sebagai pengetrapan ilmu jiwa didalam pergaulan hidup. Pandangan terhadap ilmu kesehatan mental ini agak berbeda-beda sesuai dengan lapangan hidup, keahlian dan kepentingan masing-masing. Menurut para pendidik lebih menitik beratkan pandangannya terhadap bahaya-bahaya yang melanggar norma-norma sosial, tata tertib, norma susila dan lain sebagainya (Sundari, 2005:6).

Banyak sekali definisi kesehatan mental yang dibuat oleh para ahli sesuai dengan pandangan dan bidangnya masing-masing. Diantaranya yaitu kesehatan mental adalah terhindarnya individu dari simton-simton neurosis (gejala-gejala gangguan jiwa) dan psikosis (gejala-gejala penyakit jiwa). Definisi ini mendapat dukungan dari kalangan para psikiater (Semiun, 2006:50).

Seperti yang dikatakan oleh Zakiah Daradjat (1982) dalam buku “Kesehatan Mental dalam Kehidupan” karya Siti Sundari (2005:1) yang merangkum dari beberapa definisi para ahli sebagai berikut: Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup. Jadi yang bersangkutan mengalami keseimbangan dalam keadaan equilibrium

(21)

emosi dalam menghadapi persoalan serta mendapat kepuasan dalam memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, sosial, dan metafisis.

Karena sejarah menunjukkan kehancuran yang dialami oleh peradaban-peradaban besar itu adalah sebagai akibat dari kegagalan pendidikan. Dan sementara pihak lain menyebutkan bahwa kehancuran tersebut karena kegagalan pendidikan agama, termasuk didalamnya Pendidikan Agama Islam. “Untuk mengantisipasi berbagai kehancuran tersebut, maka pembelajaran agama Islam di sekolah maupun perguruan tinggi harus menunjukkan kontribusinya"( Majid. 2012:10 ).

(22)

“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Begitu juga dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam yang tidak jauh berbeda dengan kurikulum secara umum, perbedaan hanya terletak pada sumber pelajarannya saja. Sebagaimana yang diutarakan oleh Abdul Majid (2005:74) dalam bukunya Pembelajaran Agama Islam Berbasis Kompetensi, mengatakan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah rumusan tentang tujuan, materi, metode dan evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran agama Islam.

(23)

banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain yang pada akhirnya akan mengantarkan kita pada kehidupan di akhirat kelak.

Jadi berdasar pada latar belakang tersebut diatas, penulis mengangkat judul KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN LANGGULUNG DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Karena kesehatan mental dan pendidikan sangatlah erat hubungannya. Apalagi dalam Pendidikan Agama Islam yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta membentuk manusia yang memiliki semangat agama dan akhlak yang mulia. Juga memiliki fungsi diantaranya menanamkan nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat .

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari kesehatan mental menurut Hasan Langgulung? 2. Bagaimana implikasi kesehatan mental menurut Hasan Langgulung

dalam Pendidikan Agama Islam?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

(24)

2. Untuk mengetahui implikasi kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dalam Pendidikan Agama Islam.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritik dan praktis.

1. Secara teoritik, yaitu:

a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dan implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam. b. Dapat menjadi stimulus dan memberikan sumber tambahan bagi

penelitian selanjutnya sehingga kajian-kajian secara mendalam tentang kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam lebih banyak lagi.

2. Secara praktis, yaitu:

a. Untuk dapat menambah pengetahuan tentang kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam supaya dapat diaplikasikan dalam bertingkah laku sehari-hari, serta dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat kelak.

(25)

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan dalam sebuah penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian atau sering disebut juga metodologi penelitian adalah sebuah desain atau rancangan penelitian. Rancangan ini berisi rumusan tentang objek atau subjek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan dan analisis data berkenaan dengan fokus masalah tertentu. Metode penelitian (research methods) adalah “cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, pengolah data, dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu” (Sukmadinata,

2008:371). Penelitian ini menggunakan beberapa metode antara lain sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dengan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan (Ruslan, 2010:31).

2. Sumber Data

(26)

gambaran penyajian laporan. Sedangkan data-data tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu primer dan sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku Teori-teori Kesehatan Mental dan buku-buku yang dikarang sendiri oleh Hasan Langgulung.

b. Sumber Data Sekunder

Literatur-literatur yang terdiri dari buku-buku, jurnal, artikel baik itu yang dimuat di media cetak maupun media elektronik, yang memiliki relevansi dan menunjang dari penelitian ini. Yaitu tulisan yang membahas tentang kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam serta tulisan yang memuat tentang sosok Hasan Langgulung, baik itu tentang kepribadian maupun pemikirannya.

3. Pengumpulan Data

(27)

4. Analisis Data

Untuk menganalisis data penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:

a. Metode Deskriptif

Metode deskriptif yaitu upaya memberi suatu gambaran tentang variabel-variabel yang diteliti (Supramono & Haryanto: 2005:81).

b. Metode Analisis

Teknik analisis merupakan cara yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk yang lebih ringkas sehingga akan mempermudah bagi peneliti memberikan jawaban masalah yang telah dirumuskan (Supramono & Haryanto: 2005:80). Dengan cara mencari buku-buku di perpustakaan, mencari berita atau contoh nyata yang sesuai dengan masalah yang akan dibahas dimedia masa yaitu koran dan internet.

F. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

(28)

yang terkait dengan pembahasan yang diangkat oleh penulis dan yang bisa membantu untuk dijadikan sebagai sumber sekunder dalam penulisan skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

a. Taufiq Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2014 dalam skripsinya yang berjudul Pemikiran Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung dalam Perspektif Psikologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan Islam dalam perspektif psikologi menurut Hasan Langgulung ada tiga aspek. Pertama, perkembangan potensi, dimana Hasan Langgulung mengklasifikasikannya dalam tiga kategori, yakni aspek kognitif, psikologis, dan jasmaniah. Kedua, dalam permasalahan belajar, Hasan Langgulung mengemukakan teori belajar yakni teori proses belajar sosial, di mana teori ini senada dengan teori belajar humanis ala psikolog Barat, hanya saja Hasan Langgulung lebih mewarnainya dengan nilai-nilai Islam, sebagaimana diistilahkan Hasan Langgulung dalam himpunan nilai-nilai adalah taqwa.

Ketiga, kesehatan mental, yang merupakan taraf kepribadian kehidupan individu (pendidik dan peserta didik) menuju kehidupan yang baik, dan membentuk kondisi psikis yang sehat dengan ditandai terhindarnya dari penyakit mental.

(29)

mental, merupakan pengembangan gagasan pemikiran para pakar psikolog, khususnya dari psikolog Barat sebagai titik pijakan pemikiran awal dan kemudian dia warnai dengan nilai-nilai Islam. Maka, corak pemikiran pendidikan Islam Hasan Langgulung dalam perspektif psikologi termasuk dalam corak humanis cum spiritual. b. Muhammad Hilmansyah Jurusan Kependidikan Islam Fakultas

(30)

tidaklah menentang dengan fitrah manusia salah satunya dengan mengajar dengan sikap lemah lembut. 3) mengenai bagaimana guru menggalakkan murid-muridnya belajar menerima ganjaran atau hukuman.

Jadi, konsep pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung adalah menitik beratkan pada amal dan ibadah, sehingga dalam kegiatan pembelajaran akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan ajaran Agama dan dapat membetuk karekter peserta didik sesuai dengan fitrah manusia.

c. M. Nuril Anwar Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2016 dalam skripsinya yang berjudul Pemikiran Hasan Langgulung tentang Konsep Pengembangan Kepribadian Peserta

(31)

peserta didik. Relevansi pemikiran Hasan Langgulung tentang pengembangan kepribadian terhadap Pendidikan Agama Islam yaitu terletak pada tujuan dan kurikulum pendidikan.

Jadi, jangan hanya menyempurnakan dengan melengkapi kekurangan yang ada. Tetapi harus melakukan Islamisasi pengetahuan dalam tujuan dan kurikulum pendidikan Islam. Dan apabila hal tersebut berhasil, maka selanjutnya dapat melakukan pengembangan-pengembangan termasuk modernisasi yang tetap berpegang teguh kepada Islam.

Terdapat perbedaan yang mendasar dalam penelitian dan penulisan dan skripsi yang dilakukan oleh penulis yang telah dilakukan oleh skripsi di atas. Yaitu dalam penulisan skripsi ini, penulis membahas tentang bagaimana kesehatan mental menurut Hasan Langgulung dan implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam. Karena kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam itu sangatlah erat hubungannnya, yaitu sama-sama untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Penegasan Istilah

Penegasan istilah ini untuk mendapatkan kejelasan supaya tidak terjadi kesalahpahaman maka penulis perlu memberikan batasan-batasan dan penegasan beberapa istilah yang ada di dalamnya, yaitu:

(32)

kondisi, suatu keadaan mental emosional, kedua sebagai suatu ilmu baru, yang membahas bagaimana manusia menghadapi kesulitan hidup dan berusaha mengatasinya, sambil menjaga kesejahteraannya, ketiga sebagai suatu bidang kegiatan yang mencakup usaha pembinaan kesehatan mental, pengobatan dan pencegahan serta rehabilitasi gangguan kesehatan mental. Keempat

sebagai suatu gerakan yang sekarang menyebar kemana-mana dan bertujuan memberitahukan pada seluruh dunia bahwa masalah kesehatan mental perlu diperhatikan sepenuhnya oleh semua golongan (Hidayat & Herdi, 2014:28).

b. Hasan Langgulung adalah sesorang pemikir muslim Asia Tenggara tepatnya dari Negara Indonesia, yang banyak mencurahkan perhatiannya pada Islamisasi ilmu pengetahuan, terutama pada bidang pendidikan dan psikologi. Beliau berupaya untuk memadukan pemikiran-pemikiran barat modern dengan pemikiran Islam.

(33)

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan: yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II Biografi Hasan Langgulung: yang berisi tentang riwayat hidup, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan dan karya-karya Hasan Langgulung.

BAB III Kesehatan mental menurut Hasan Langgulung.

(34)
(35)

BAB II

BIOGRAFI HASAN LANGGULUNG

A. Riwayat Hidup dan Riwayat Pendidikan Hasan Langgulung

Nama lengkapnya adalah Hasan Langgulung, lahir di kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934. Dari pasangan Tan Rasula dan Siti Aminah (Aminah Tanrasuh). Nama Langgulung sebenarnya adalah sebutan yang diberikan oleh pihak kerajaan Makassar kepada bapaknya (Tan Rasula), karena kulitnya yang lebih putih dibanding orang-orang Makassar pada umumnya. Langgulung, biasanya sebutan untuk seekor kuda yang bulunya berwarna putih bersih (kuda gulung). Akhirnya, sebutan tersebut menjadi bagian dari namanya, yakni Hasan Langgulung. Jadi, Hasan Langgulung adalah nama lengkap dan resmi yang dipakainya dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam hal-hal yang berhubungan dengan administrasi.

Hasan Langgulung muda menempuh seluruh pendidikan dasarnya di daerah Sulawesi, Indonesia. Langgulung memulai pendidikan di Sekolah Dasar di Rappang, Sulawesi Selatan. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Islam di Ujung Pandang tahun 1949-1952. Sekolah Guru Islam Atas di Ujung Pandang tahun 1952-1955, serta menempuh B.I. Inggris di Ujung Pandang, Makasar tahun 1957-1962 (Langgulung, 1985:248).

(36)

muda atau Bachelor of Arts (BA) dengan spesialisasi Islamic and Arabic Studies yang Langgulung peroleh dari Fakultas Dar Al-Ulum, Kairo University, Mesir pada tahun 1957-1962. Setahun kemudian Langgulung sukses memperoleh gelar Diploma of Education (General) tahun 1963 dan Special Diploma of Education (General) tahun 1964 dari Ein Shams University, Kairo. Pada tahun yang sama Langgulung juga sempat memperoleh Diploma dalam bidang Sastra Arab Modern dari Institute of Higher Arab Studies, Arab League, Kairo di tahun 1964. Di Ein Shams University Kairo pula Langgulung mendapatkan gelar M.A. dalam bidang Psikologi dan Kesehatan Mental (Mental Hygiene) yang berjudul

Al-Murahiqal Indonesia: Ittijahatuh wa Darjat Tawafuq „Indahu pada tahun 1967. Selanjutnya Langgulung pun melanjutkan pengembaraan intelektualnya dengan pergi ke Barat. Hasilnya gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) dalam bidang Psikologi diperoleh dari University of Georgia, Amerika Serikat yang berjudul A Cross Cultural Study of the Child Conception of Situational Causality in India, Western Samoa, Mexico and

the United States di tahun 1971 (Langgulung, 1988: halaman kulit belakang).

(37)

matang ketika Langgulung menjadi Wakil Ketua Mahasiswa Indonesia di Timur Tengah tahun 1966-1967.

Pada tanggal 22 September 1972, Hasan Langgulung melepas masa lajangnya dengan menikahi seorang perempuan bernama Nuraimah Mohammad Yunus. Langgulung dan Nuraimah dikaruniai dua orang putra dan seorang putri, yaitu Ahmad Taufiq, Nurul Huda, dan Siti Zakiah. Dan mereka tinggal di sebuah rumah di Jalan B 28 Taman Bukit, Kajang, Malaysia (Ihsan, 2010).

Prof. Dr. Hasan Langgulung adalah seorang pakar pendidikan Islam asal Sulawesi Selatan yang meninggal dunia di Kuala Lumpur di usia 73 tahun pada hari Sabtu 2 Agustus 2008 Pukul 19.47 waktu setempat. Mungkin tidak banyak masyarakat Indonesia yang mengenal nama Hasan Langgulung, kecuali para pejuang di dunia pendidikan terutama pendidikan Islam. Sebab, tokoh yang pernah menjadi guru SMP bagi Wapres Jusuf Kalla tersebut menghabiskan separuh hidupnya di luar negeri (Trisno, 2010:23).

(38)

Islam Internasional Malaysia. Langgulung adalah penggagas dan pendiri Fakultas Pendidikan di UKM tahun 1972. Selesai di UKM, Langgulung lalu berpindah dan mendirikan Fakultas Pendidikan di IIUM tahun 1980-an (Trisno, 2010:24).

Hasan Langgulung meninggal dunia karena penyakit strok dan dimakamkan di Taman Pemakaman Sentul, Kuala Lumpur. Dalam upacara pemakaman, seluruh pejabat KBRI, perwakilan dari Kerajaan Malaysia, dan Rektor IIUM ikut menghadiri (Trisno, 2010:34).

B. Riwayat Pekerjaan Hasan Langgulung

Selepas kuliah aktivitas Langgulung semakin sibuk. Langgulung seringkali menghadiri berbagai persidangan dan konferensi baik sebagai pembicara ataupun peserta yang diadakan di dalam maupun di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Jepang, Australia, Fiji, Timur Tengah, beberapa negara di Eropa, di samping negara-negara di wilayah ASEAN sendiri (Langgulung, 1986:464).

(39)

diundang sebagai Visiting Professor di University of Riyadh, Saudi Arabia (1977-1978), Visiting Professor di Cambridge University, Inggris, serta sebagai konsultan psikologi di Stanford Research Institute, Menlo Park, California, Amerika Serikat. (Langgulung, 2004:366).

Selain sebagai pengajar, peneliti dan konsultan, Langgulung juga menggeluti dunia jurnalistik. Langgulung tercatat sebagai pimpinan beberapa majalah seperti Pemimpin Redaksi Majalah Jurnal Pendidikan

yang diterbitkan oleh University Kebangsaan Malaysia (UKM). Anggota tim redaksi pada majalah Jurnal Akademika untuk Social Sciences and Humanities, Kuala Lumpur. Anggota redaksi majalah Peidoprise, Journal for Special Education, yang diterbitkan di Illinois, Amerika Serikat (Langgulung, 1985:250). Langgulung juga tercatat sebagai anggota

American Psychological Association (APA) dan American Educational Research Association Muslim (Trisno, 2010:25).

(40)

Prof. Dr. Hasan Langgulung menerima berbagai macam penghargaan internasional. Namanya tercatat dalam berbagai buku penghargaan seperti: Directory of American Psychological Association, Who.s Who in Malaysia, International Who.s Who of Intellectuals, Who.s

Who in The World, Directory of International Biography, Directory of

Cross-Cultural Research and Researches, Men of Achievement, The

International Book of Honor, Directory of American Educational

Research Association, The International Register Profiles, Who.s Who in

The Commonwealth, Asia Who.s Who of Men and Women of Achievement

and Distinction, Community Leaders of The World, Progressive

Personalities in Profile dan beberapa penghargaan lainnya (Langgulung, 2004:365).

C. Karya-karya Hasan Langulung

Prof. Dr. Hasan Langgulung telah menghasilkan puluhan karya ilmiah berupa karya terjemahan, buku, makalah dan berbagai artikel yang tersebar di berbagai majalah di dalam dan luar negeri. Tulisannya membahas berbagai macam persoalan yang berkisar tentang Pendidikan, Psikologi, Filsafat dan Islam. Buku-buku yang Langgulung tulis kebanyakan diterbitkan di Malaysia dan Indonesia. Untuk di Indonesia sendiri buku-buku yang beliau tulis sebagian besar diterbitkan oleh penerbit Pustaka al Husna. Buku yang telah Langgulung (1988:200) tulis antara lain:

(41)

2. Filsafat Pendidikan Islam (Terjemah). Diterbitkan di Jakarta oleh penerbit Bulan Bintang, tahun 1979.

3. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Diterbitkan di Bandung oleh P.T. Al Ma‟arif pada tahun 1980.

4. Beberapa Tinjauan Dalam Pendidikan Islam. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka Antara pada tahun 1981.

5. Statistik Dalam Psikologi dan Pendidikan. Diterbitkan di Malaysia oleh Pustaka Antara, Kuala Lumpur pada tahun 1983.

6. Teori-Teori Kesehatan Mental. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka al Husna pada tahun 1986.

7. Psikologi dan Kesehatan Mental di Sekolah-sekolah. Diterbitkan oleh U.K.M, pada tahun 1979.

8. Pendidikan dan Peradaban Islam. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka al Husna pada tahun 1985.

9. Pengenalan Tamaddun Islam Dalam Pendidikan. Diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, pada tahun 1986.

10.Dayacipta Dalam Kurikulum Pendidikan Guru. Diterbitkan U.K.M, pada tahun 1986.

11.Manusia dan Pendidikan. Diterbitkan oleh Pustaka al Husna Jakarta pada tahun 1986.

(42)

13.Pendidikan Islam Menjelang Abad 21. Diterbitkan oleh U.K.M, pada tahun 1988.

14.Al Taqwin wal-Ihsa Fi al-Tarbiyah Wa Ilmunnafs. Diterbitkan oleh Riyadh University Press.

15.Ilmunnafs al-Ijtimaij. Diterjemahkan oleh Riyadh University Press. 16.Kreativiti dan pendidikan, diterbitkan U.K.M.

17.Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21. Diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka al Husna.

18.Issu-Issu Semasa Dalam Psikologi. Diterbitkan oleh Pustaka Huda. 19.Fenomena al Qur‟an. Diterbitkan Pustaka Iqra‟.

20.Falsafah Kurikulum Sekolah Rendah. Diterbitkan Pustaka al Huda. 21.Kreatifitas dan Pendidikan Islam; Analisis Psikologi dan Pendidikan

Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna, 1991 (Rifa‟i, 2006:21).

Selain dari itu Langgulung juga telah menerbitkan kurang lebih seratus artikel dalam berbagai media di dalam dan luar negeri seperti: Journal of Cross Cultural Psychology, Journal of Social Psychology, International

Education, Comparative Education Review, Muslim Education Quarterly,

Islamic Quarterly, American Journal of Islamic Social Sciences,

Akademika, Journal Pendidikan, Dewan Masyarakat, Dian, Mimbar

(43)

BAB III

PEMIKIRAN KESEHATAN MENTAL HASAN LANGGULUNG

A. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental sebagai salah satu bidang psikologi, menurut Hasan Langgulung (1986:5) merupakan “ratu” bagi semua cabang-cabang lain dalam psikologi. Ini tidak berlebihan, sebab kesehatan mental adalah merupakan gabungan semua fungsi-fungsi psikologi yang dikerjakan oleh manusia. Kesehatan mental seseorang adalah keadaan psikologinya secara umum, sedangkan kesehatan mental yang wajar adalah keadaan terpadu dari berbagai tenaga seseorang yang menyebabkan ia menggunakan dan mengeksploitasikannya sebaik-baiknya yang selanjutnya menyebabkan ia mewujudkan dirinya atau mewujudkan kemanusiaan (Langgulung, 1986:214).

Jadi kesehatan mental adalah keadaan psikologis yang umum, yaitu hasil pencapaian seseorang dalam pertumbuhannya dari berbagai jenis psikologis. Kesehatan mental tidak terbatas pada aspek emosional seperti kata sebagian orang, sebab kesehatan mental bergantung pada differensiasi

dan kesatuan yang berlaku pada bentuk intelaktual seseorang, begitu juga

(44)

kemanusiaannya (Langgulung, 1986:215). Dan definisi kesehatan mental menurut Hasan Langgulung (1986:51) adalah:

Kesehatan mental adalah yang sanggup menikmati hidup ini, rela kepadanya, menerimanya dan sanggup membentuknya sesuai dengan kehendaknya dimana dia menjadi tuannya bukan hambanya.

Kesehatan mental bertujuan untuk keselamatan dan kebahagiaan yang berlaku di dunia ini. Perlu diperhatikan bahwa, menurut pandangan Islam, dua kebahagiaan itu tidak dapat dipisahkan, sebab kebahagian dunia hanyalah jalan ke arah kebahagiaan akhirat, sedang kebahagiaan akhirat tidak dapat dicapai tanpa usaha di dunia (Langgulung, 1986: 444).

Kebahagiaan di dunia ini berarti selamat dari hal-hal yang mengancam kehidupan di dunia ini. Yang mengancam dunia seperti kehilangan orang yang dikasihi, kahilangan harta benda, kegagalan mencapai cita-cita dan lain sebagainya. Semua itu mengancam kehidupan dan menimbulkan rasa risau dan cemas. Dalam Al-Qur‟an banyak pula ayat-ayat yang menjelaskan tentang kesehatan mental. Salah satunya dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 155 yang berbunyi:

sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang

sabar.”

(45)

untuk melihat apakah manusia itu menyukurinya, memberikan rasa takut untuk melihat sebarapa dekatkah ia dengan Tuhannya dan itu juga berarti manusia bukan makhluk yang sempurna.

B. Norma-Norma dalam Kesehatan Mental

Pada buku-buku kesehatan mental dan psikologi penyakit terdapat istilah yang bernama tingkah laku normal dan tingkah laku tak normal. Didalam pembicaraan tentang kesehatan mental yang dimaksud normal adalah sehat. Jadi tingkah laku yang normal adalah tingkah laku yang sehat, dan tingkah laku yang tidak normal adalah tingkah laku yang sakit. Sedangkan kesehatan mental itu sendiri adalah keadaan psikologis secara umum, sedang tingkah laku normal atau yang sehat adalah yang menunjukkan adanya kesehatan mental itu pada seseorang (Langgulung, 1986:37).

Berbagai percobaan untuk menentukan ciri-ciri tingkah laku normal, kriteria-kriteria yang digunakan juga sudah bermacam-macam. Berbagai metode dan norma yang digunakan untuk menentukan kesehatan mental adalah sebagai berikut:

1. Metode Statistik

(46)

bahwa penggunaan metode ini akan menjamin sifat objetivitas yang lebih besar daripada yang terdapat pada metode-metode lain.

Misalnya kita mengukur kecerdasan, kecerdasan adalah konsep yang diciptakan oleh ahli-ahli psikologi. Maka kita mengumpamakannya agar kita dapat menafsirkan perbedaan-perbedaan diantara manusia dalam aktivitas-aktivitas intelektual, mengukur sifat-sifat afektif manusia dan menamainya dengan pola-pola pribadi, serta mengumpamakan wujud pola-pola-pola-pola itu untuk memudahkan menafsirkan perbedaan tingkahlaku manusia. Jadi kita mengukur benda-benda yang kita umpamakan wujudnya, dan pengukuran berlaku berdasar pada beberapa fenomena yang kita umpamakan bahwa ia menyatakan apa yang kita ukur. Inilah yang dimaksudkan bahwa pengukuran psikologis itu tidak langsung (Langgulung, 1986:40).

(47)

penjelasan yang melaluinya kita dapat menentukan berat relatif bagi tiap fenomena-fenomena kesehatan mental. Sedang penjelasan-penjelasan itu tidak ada (Langgulung, 1986:41).

Oleh sebab itu sebagian orang menganjurkan dalam penggunaan metode statistik lebih menjamin obyektifitas dalam membedakan mereka yang normal dan tidak normal. Sebab istilah seperti normal atau apa yang banyak berlaku itu tidak ada artinya kecuali dalam pola sosial tertentu. Kesukaran-kesukaran dalam metode statistik itulah yang menyebabkan banyak ahli-ahli tidak menggunakan metode ini dalam menentukan pengertian normal dari segi kesehatan mental. Dan pada akhirnya hasil pengukurannya pun bersifat diskriptif yang tidak menunjukkan sifat mutlak tetapi lebih condong pada relatif.

2. Norma-Norma Sosial

(48)

Dalam penggunaan norma-norma sosial sebagai kriteria untuk menentukan tingkah laku normal adalah asumsi bahwa kesehatan mental seseorang adalah berpegangnya seseorang itu pada norma-norma ini. Ullman dan Krasner tahun 1969 adalah orang-orang yang menganjurkan kriteria ini. Mereka mendefinisikan kesehatan mental yang wajar mengandung pola-pola tingkah laku yang diharapkan oleh masyarakat. Berdasarkan prinsip ini maka segala pola-pola tingkah laku yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat dianggap tingkah laku tidak normal. Penganut-penganut behaviorisme dianggap orang-orang yang paling kuat menganjurkan penggunaan kriteria ini untuk menentukan tingkah laku normal (Langgulung, 1986:43). Maka orang yang mempunyai kesehatan mental yang wajar adalah orang yang sanggup berpegang pada apa yang dipegangi oleh orang-orang lain atau orang yang memegang peranan sosial tertentu dengan tepat dan baik.

3. Tingkah Laku Pengukuran

(49)

kumpulan. Coleman mendasarkan penentuan ini pada dua asumsi, yang pertama ialah bahwa kelanjutan hidup seseorang dan perwujudan potensi-potensinya adalah soal yang ada nilainya bagi individu dan kumpulan. Asumsi kedua mengatakan bahwa tingkahlaku seseorang dapat diberi nilai berdasar pada pencapaiannya terhadap tujuan-tujuan yang terdahulu.

Jadi Coleman menentukan tingkah laku tidak normal dengan tidak terbatas pada penyakit-penyakit psikologis dan penyakit-penyakit saraf tetapi meliputi jenis-jenis penyelewengan yang lain seperti ketagihan minuman keras dan candu, tingkahlaku tidak bermoral, fanatik membabi buta, sebab penyakit penyelewengan ini dapat menghambat pertumbuhan individu dan perwujudan potensi-potensinya. Dan Coleman menentukan tingkahlaku sakit dengan menganggap keseimbanagan sebagai kriteria pokok, yang dimaksud dengan keseimbangan adalah bahwa seseorang menentukan dan bertindak sesuai dengan keputusan-keputusan, kepercayaan-kepercayaan dan tindak tanduk kelompok.

C. Konsep-Konsep Dasar dalam Kesehatan Mental

(50)

sanggup menikmati hidup ini, rela kepadanya, menerimanya dan sanggup membentuknya sesuai dengan kehendaknya dimana dia menjadi tuannya bukan hambanya (Langgulung, 1986:51).

Sudah tentu menikmati kesehatan mental yang wajar dimana termasuk menikmati hidup, bergantung sebagian besarnya pada faktor-faktor yang berpengaruh pada aktivitas seseorang, bisa faktor-faktor yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Sebab faktor-faktor itu semua menentukan jenis aktivitas-aktivitas yang dikerjakannya. Begitu juga dengan pemahaman yang tepat terhadap kesehatan mental yang menguraikan berbagai konsep-konsep dasar yang atas dasar itu kita dapat menafsirkan aktivitas-aktivitas seseorang. Sebagian konsep-konsep ini seperti konsep motivasi, pertarungan psikologi, kerisauan, cara membela diri dan lain-lain (Langgulung, 1986:52). Berikut ini adalah konsep-konsep dasar dalam kesehatan mental:

1. Motivasi

Diantara hal-hal yang disepakati oleh ahli-ahli psikologi adalah bahwa manusia tidak mengarjakan sesuatu aktivitas kecuali jika ada tujuan dibalik pekerjaan yang dikerjakannya. Tidak ada seorang pun yang mengerjakan pekerjaan tertentu kalau ia tidak ada tujuan yang ingin dicapainya dengan perbuatannya. Terkadang tujuan-tujuan tersebut bersifat memuaskan keperluan biologis, psikologis, nilai-nilai tertentu dan lain sebagainya melalui aktivitas yang dikerjakannya.

(51)

mendorong dan menggerakkan aktivitas seseorang. … Motivasi seseorang itulah yang membimbingnya kearah tujuan-tujuannya. Sedangkan tujuan adalah apa yang terdapat pada lingkungan yang mengelilingi seseorang yang pencapaiannya membawa kepada pemuasan motivasi tertentu. Makanan adalah tujuan orang lapar. Ketentraman adalah tujuan orang merasa perlu kepada keamanan. Keberhasilan adalah tujuan orang yang merasa perlu kepada penghargaan diri. Dari sini jelaslah bagaimana tujuan-tujuan kita berkaitan dengan motivasi kita (Langgulung, 1986:53).

(52)

dicapai dan sebagai penggerak untuk membimbing pada arah tujuan yang diinginkan oleh seseorang.

2. Pertarungan Psikologi

Setiap orang yang hidup didunia ini pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu yang didorong oleh motivasi-motivasi tertentu. Tetapi kadang pemuasan motivasi itu bertentangan dengan pemuasan motivasi yang lain. Kadang-kadang juga pemuasan motivasi ini bertentangan dengan struktur suasana yang dihadapi oleh seseorang. Dalam hal inilah dikatakan bahwa seseorang mengalami pertarungan psikologis, jika kekuatan-kekuatan yang mendorongnya kepada dua aktivitas yang berlainan, dimana ia tidak sanggup memilih salah satu.

Pertarungan psikologis adalah terdedahnya (terbukanya) seseorang kepada kekuatan-kekuatan yang sama besarnya yang mendorongnya kepada berbagai jurusan dimana ia tidak sanggup memilih jurusan tertentu. Dalam keadaan ini terkadang seseorang merasa jengkel atau risau sebab tidak sanggup membuat pilihan (Langulung, 1986:58).

(53)

kuatnya dengan takut gagal dalam ujuan. Disinilah dikatakan murid mengalami suasana pertarungan (Langgulung, 1986:58). Begitulah pertarungan psikologi ketika seseorang berada diantara dua kekuatan yang sama kuat masing-masing mendorongnya ke arah jurusan yang berlainan, sehingga ia tidak sanggup memilih jurusan tertentu.

3. Kekecewaan

Tentang kekecewaan ini dikatakan oleh Langgulung (1986:59) bahwa “Kekecewaan merupakan konsep dasar, yang banyak dibicarakan dalam tulisan-tulisan berkenaan dengan kesehatan mental atau yang membicarakan tafsiran aktivitas psikologi seseorang. Dikatakan seseorang itu kecewa bila ia mengahadapi halangan untuk memuaskan suatu motivasi atau mencapai sesuatu tujuan yang ingin dicapainya. Jadi kekecewaan itu berlaku bila seseorang menghadapi halangan yang merintanginya untuk memuaskan motivasi-motivasi”.

Kekecewaan merupakan keadaan emosi dan motivasi yang dirasakan oleh seseorang jika ia menghadapi rintangan yang menghalanginya untuk memuaskan motivasi-motivasinya. Dalam psikologi terdapat jenis-jenis kekecewaan yang sering dialami oleh setiap manusia, yaitu:

(54)

jasmani atau akal atau keduanya untuk mencapai tujuan-tujuannya dan memuaskan motivasinya (Langgulung, 1986:59).

b. Kekecewaan dari luar, artinya sumbernya kekecewaan yang disebabkan oleh suasana-suasana yang lebih berkaitan dengan lingkungannya sendiri. Misalnya kehilangan seseorang yang disayangi (Langgulung, 1986:60).

Jika kekecewaan sudah merajai dalam jiwa seseorang, maka dimungkinkan akan menimbulkan perasaan negatif yang selanjutnya menjadikan seseorang bertingkahlaku menyeleweng dari norma-norma di masyarakat, juga akan menciptakan kerisauan dan kejengkelan dalam diri seseorang.

4. Kerisauan

(55)

5. Cara Membela Diri

Cara membela diri merupakan cara yang dibuat dan dilakukan oleh seseorang secara tidak sadar untuk menjaga dan menghindarkan dirinya menghadapi pergolakan kerisauan yang dihadapi dan kekuatan-kekuatan yang bertarung dengan nilai-nilai, sikap dan tuntutan-tuntutan masyarakat. Misalnya seperti pembentukan reaksi, mencari-cari akal, menmencari-cari-mencari-cari alasan, menyalahkan orang lain, menarik diri atau menyendiri dan lain sebagianya (Langgulung, 1986:76).

D. Penyakit-Penyakit Mental

Kesehatan mental yang wajar pada manusia adalah bila manusia dapat melaksanakan sifat-sifat pada diri dan masyarakatnya. Sifat-sifat yang membedakan manusia dengan makhluk lainya adalah kebebasan, kesanggupannya mengadakan abtraksi, kasanggupan menciptakan, kesanggupan berpegang teguh dari nilai-nilai dan mencapai ketinggian dan kesanggupan memberi. Sedangkan penyakit mental bisa timbul apabila sifat-sifat tersebut tidak dapat diwujudkannya (Langgulung, 1986:230). Sesungguhnya sumber dari segala penyakit mental atau kesengsaraan manusia itu adalah karena lupa, lupa kepada yang sudah diajarkan kepadanya. Seperti godaan terhadap Nabi Adam a.s. yang diterangkan di dalam Al-Qur‟an yang menyebutkan asal mula godaan Nabi Adam a.s. sebagai berikut:

“Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon

(56)

Kedua janji Iblis ini yaitu kekekalan manusia dan kekuasaan mutlak di bumi, menunjukkan dua macam kecenderungan dasar pada manusia. Keinginan dan keyakinan bahwa ia akan hidup selama-lamanya di bumi menyebabkan ia lupa bahwa ia bertanggungjawab atas segala tindakannya. Yang sebenarnya dilupakan oleh Nabi Adam a.s. bahwa Tuhanlah yang Kekal dan Berkuasa atau Sumber segala kekuasaan. Dan sebenarnya Nabi Adam a.s. jatuh kedalam godaan, sebab ia lupa sesuatu yang telah diajarkan kepadanya atau ia ketahui sebelum itu (Langgulung, 1980:151). Berbagai penyakit-penyakit mental diantaranya adalah:

1. Riya’

Riya ialah melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat. Penyakit riya‟ mengandung tipuan. Barangsiapa berbuat riya‟ kepada manusia

berarti ia menipunya, sebab mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya. Seperti dalam firman Allah yang berbunyi:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan merek, dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (QS. An-Nisa:142).

(57)

sekali-sekali saja yaitu bila mereka berada di hadapan orang. Dan Langgulung (1986:328) mengatakan bahwa:

Riya‟ merupakan syirik yang tersembunyi, sebab itu adalah suatu dakwaan bohong, di mana orang yang berbuat riya itu mengatakan kata-kata atau membuat perbuatan-perbuatan yang berbeda dengan hakikat untuk menipu orang lain.

Riya‟ masuk dalam tubuh manusia dengan halus dan tidak terasa, sehingga hampir tidak ada orang yang selamat kecuali orang-orang yang arif, ikhlas dan taat. Jadi, dapat dikatakan bahwa riya‟ adalah

suatu penjelmaan dari sifat pelupa yang menjadi sumber segala penyakit mental yang diidap oleh manusia.

2. Hasad dan Dengki

MenurutHasan Langgulung (1986:330) “Hasad, dengki atau irihati ialah suatu sikap mental yang melahirkan rasa sakit hati apabila orang lain mendapat kesenangan atau kemuliaan, dan ingin agar kesenangan dan kemuliaan itu hilang daripada orang tersebut. Orang yang dengki disebut hasad, yang bekerja dan berusaha menghilangkan kesenangan dan kemuliaan itu beralih kepada dirinya”. Seperti firman Allah yang artinya:

“Apakah patut mereka dengki kepada manusia atas nikmat yang

Allah telah berikan kepada mereka dari karuniaNya?”(An-Nisa‟: 54)

Sebab hasad itu sangat berbahaya maka dalam doa taawwuz dianjurkan memohon perlindungan daripada kejahatan orang yang hasad:

“Aku memohon perlindungan kepada Tuhan bagi cuaca subuh.

(58)

kejahatan malam apabila telah kelam. Dan daripada kejahatan orang-orang yang meniup sangkakala. Dan daripada kejahatan

orang yang dengki, apabila ia merasa dengki”(Al-Falaq: 1-5)

Namun sebagian hasad itu adalah dibolehkan tetapi sebagian lagi adalah haram. Misalnya bersaing, adalah yang termasuk hasad yang dibolehkan sebab itu adalah perlombaan di antara manusia dan perjuangan di jalan Allah untuk menguatkan iman dan segera meminta ampun kepada Allah. Hasad yang tercela, misalnya seseorang yang diberi Allah harta lalu dihabiskannya dalam maksiat.

3. Rakus

Rakus adalah keinginan yang berlebihan untuk makan. Keinginan makan adalah wajar pada manusia dan bertujuan untuk menyehatkan badan yang dapat digunakan untuk kebahagiaannya. Tetapi pemuasan yang sederhana terhadap keinginan ini yang dapat mencapai tujuan itu. Terlalu banyak atau terlalu kurang makan merusakkan manusia. Karena kekenyangan menyebabkan perut terlalu berat dan kelaparan menyebabkan pikiran tertuju pada makanan. Itulah sebabnya dikatakan keinginan yang sederhana terhadap makanan disebut sumber segala kebaikan. Kebaikan yang timbul dari situ disebut „iffah, yaitu bersih

(59)

4. Was-was

Ahli-ahli pikir Islam memandang penyakit waswas itu sebagai akibat daripada bisikan hati, cita-cita dan angan-angannya dalam nafsu dan kelezatan. Sebab penyakit waswas menurut pemikir-pemikir Islam adalah berasal dari syetan memasuki dada seseorang sehingga membikin ia was-was. Dan bila orang itu ingat pada Allah, maka syetan itu akan lari keluar dari hatinya (Langgulung, 1986:334). Seharusnya manusia dapat menjauhkan was-was setan dengan tidak menuruti dan juga harus menjauhinya. Kerena setan pasti akan selalu menggelincirkan manusia kedalan lembah kesesatan. Dan sebagai manusia yang berakal, pastilah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.

5. Bicara Berlebih-lebihan

(60)

6. Melaknati Orang

Melaknati sesuatu yang diciptakan Allah, termasuk manusia, hewan atau benda-banda adalah perbuatan jahat oleh lidah. Melaknati berarti menjauhkannya dari rahmat Allah atau memisahkannya dari Tuhan. Al-Ghazali mengajar orang menghindari laknat itu walaupun dalam suatu suasana yang benar, sebaiknya lidah itu digunakan memuji dan berzikir kepada Allah, atau sekurang-kurangnya diam saja. Juga harus dihindarkan menggunakan lidah itu berdoa kepada Tuhan untuk membinasakan seseorang walaupun orang itu seorang pemeras rakyat (Langgulung, 1986:342).

7. Janji Bohong

(61)

8. Berbohong

Berbohong dalam percakapan dan dalam sumpah merupakan salah satu kejahatan yang lebih besar yang dibuat oleh lidah. Setiap bohong mengakibatkan hasil yang buruk terhadap jiwa. Dalam bohong, seseorang tetap jahil tentang kebenaran, disamping dia sendiri memang merusak, menyebabkan ia menghadapi kesulitan-kesulitan. Tetapi jika dengan maksud yang baik dan untuk menyelamatkan nyawa seseorang, dalam perang, menyenangkan hati istri dan semacamnya, maka bohong itu tidak menimbulkan akibat buruk terhadap jiwa (Langgulung, 1986:344). Berbohong yang dalam hal kebaikan itu sebab yang ditimbulkan pastilah lebih baik daripada tidak melakukan bohong tersebut. Tetapi dianjurkan untuk menghindari berbuat bohong jika itu bertujuan untuk keuntungan pribadi.

9. Mengadukan Orang Lain

(62)

10.Mencaci dari Belakang

Mencaci dari belakang (ghibah) adalah kejahatan lidah yang terbesar. Untuk menyokong pendapat ini Al-Ghazali memetik sebuah Hadits yang mengatakan bahwa ia lebih berbahaya dari tiga puluh perzinahan. Didefinisikannya sebagai menceritakan kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan orang lain yang orang itu tidak suka membicarakannya. Mencaci dari belakang bukan hanya dengan ucapan saja, malah meliputi segala yang menyebabkan orang sadar akan kekurangan orang lain dengan cara apapun, tetapi bisa juga dengan suatu peraturan, tulisan, tiruan, isyarat dengan tangan, dengan alis mata, berburuk sangka dan lain sebagainya (Langulung, 1986:346). Kata lain dari mencaci dari belakang/ghibah adalah menggunjing. Tidak hanya diucapkan, tetapi ghibah dalam hati yang tujuannya untuk buruk sangka (su‟udzan) terhadap seseorang juga menjadikan suatu dosa.

11.Sangat Marah

(63)

merasa dirangsang atau merasa tenang dalam suasana yang tepat, seperti yang ditentukan oleh akal dan Syara‟ (Langgulung, 1986:348).

12.Cinta Dunia

Cinta dunia dianggap Al-Ghazali bukanlah suatu maksiat besar, akan tetapi suatu maksiat yang disitu berpangkal maksiat-maksiat lain (Langgulung, 1986:350). Sebab maksiat cinta dunia disebabkan oleh kejahilan seseorang akan tujuan Tuhan dalam makhlukNya, maka pengobatannya dengan menyadari keburukan dan kerusakan yang disebabkan oleh dunia ini yang mengakibatkan banyak terjadi kejahatan.

13.Cinta Harta

Cinta harta adalah salah satu penghalang dalam jalan Allah, oleh sebab itu menghilangkan sifat itu dengan mengekangnya adalah pasti untuk mencapai kebahagiaan. Menghilangkan harta yang tidak diperlukan adalah wajib sebelum seseorang memulai perjalanan sebab harta semacam itu mengahalangi ia menemukan kebanaran (Langgulung, 1986:351). Cinta harta yang melebihi keperluan itu merupakan maksiat. Harta yang banyak juga memudahkan seseorang berbuat dosa dan membuang harta dijalan yang salah.

14.Kebakhilan

(64)

Menyimpan pada saat ia harus digunakan adalah kebakhilan dan menggunakan kapan ia harus disimpan adalah kemubaziran. Diantara dua sifat tersebut yang baik adalah yang tengah-tengah, yaitu kebaikan yang disebut pemurah. Kesederhanaan atau pertengahan dalam penggunaan harta adalah dianjurkan sebab dengan berbuat demikian seseorang membebaskan jiwanya dari melekatnya diri pada suatu aspek dunia yaitu harta (Langgulung, 1986:353). Sebab daripada kebakhilan adalah kecintaan kepada harta. Untuk mengobati penyakit bakhil ini maka jalannya adalah ilmu dan amal. Serta dapat dihilangkan dengan keimanan yang kuat kepada Tuhan yang menciptakan mereka dan menciptakan rizki.

15.Cinta pada Pengaruh

Cinta pada pengaruh atau pangkat adalah maksiat yang lebih besar daripada cinta harta karena bisa menyebabkan lebih banyak keburukan. Cinta kepada pengaruh itu merupakan sifat asal menusia. Pengaruh adalah kekuasaan terhadap orang-orang lain, dan kekuasaan adalah salah satu sifat Tuhan dan ketuhanan itu wujud pada sifat asal manusia, sebab jiwanya berkaitan dengan Tuhan. Walaupun mencari pengaruh itu adalah mencari kekuasaan, yang merupakan suatu sifat Tuhan, ia adalah buruk sebab ia tidak menyertai manusia sesudah mati dan sebab ia menyebabkan terjadi banyak kejahatan (Langgulung, 1986:356).

(65)

pengaruh semacam itulah yang disebut maksiat. Cara menghilangkan cinta pengaruh adalah ilmu pengatahuan dan perbuatan (amal). Pengetahuan berkenaan dengan nilai sebenarnya pengaruh dan kejahatannya dalam hidup di dunia dan diakhirat. Sedangkan amal melibatkan membuat pekerjaan-pekerjaan yang bisa menimbulkan celaan orang lain, atau mengasingkan diri kesuatu tempat di mana seseorang tidak diketahui.

16.Kesombongan

Kesombongan merupakan maksiat yang paling besar. Kesombongan timbul dalam pikiran bila seseorang percaya bahwa ia memiliki keutamaan, sedang orang lain tidak memiliki keutamaan seperti dia. Kepercayaan menimbulkan pada dirinya perasaan gembira, keyakinan terhadap yang ia percayai, perasaan akan kebesarannya dan penghinaan terhadap orang lain (Langgulung, 1986:358). Kesombongan itu muncul bila sifat marah menyeleweng ke arah yang berlebihan. Dan mencegah pemiliknya menerima kebenaran dari orang-orang lain, walaupun ia mengetahuinya.

17.Kebanggaan

(66)
(67)

BAB IV

IMPLIKASI KESEHATAN MENTAL MENURUT HASAN LANGGULUNG DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Hubungan Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dengan Pendidikan Agama Islam

Kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang praktis, sebagai penerapan ilmu jiwa di dalam pergaulan hidup. Kesehatan mental menurut Langgulung adalah “kondisi mental yang mengarah pada keselamatan dan kebahagiaan yang berlaku di dunia ini” (Langgulung, 1986: 444). Yang berarti selamat dari segala hal-hal yang mengancam kehidupan di dunia ini dan hal-hal yang menimbulkan kecemasan, kerisauan dan ketidakbahagiaan.

Langgulung dalam bukunya yang berjudul “Asas-asas Pendidikan Islam” mengatakan bahwa pendidikan sebagai proses perbaikan individu,

proses pemulihan manusia, proses penyampaian si anak didik kepada kesempurnaan secara bertahap dan juga menganggap pendidikan sebagai suatu proses spiritual, akhlak, intelektual dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan (Langgulung, 1992:62).

(68)

air dan bangsanya ataukah akan menjadi penghianat bangsa dan Negara. Demikian pula tentang kepercayaan kepada Tuhan dan ketekunan dalam mengamalkan perintah agama, ditentukan pula oleh warna pendidikan yang dilaluinya sejak kecil. Karena itu hubungan pendidikan dan kesehatan mental sangat erat (Daradjat, 1983:64). Karena kesehatan mental mempunyai pengaruh atas keseluruhan hidup seseorang yaitu dalam hal perasaan, pikiran, kelakuan dan kesehatan.

Seseorang akan mendapatkan pendidikan di rumah, sekolah dan masyarakat. Bagi keluarga yang paham kesehatan mental akan mendidik putra putrinya sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kesenangan serta kepuasan mereka. Begitu juga dengan pendidikan di sekolah yang berusaha memberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan, supaya anak didiknya dapat mengembangkan potensinya secara bebas (Sundari, 2005:7). Dalam bermasyarakat pula akan kita dapati perilaku anak yang sopan, baik dan pandai, ataukah sebaliknya yaitu perilaku yang nakal, keras kepala dan susah diatur. Untuk itulah betapa besar pengaruh pendidikan dan kesehatan mental guna membentuk kepribadian anak, serta supaya dapat memberikan manfaat untuk masyarakat.

Tidak hanya pendidikan umum tetapi pendidikan agama juga sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan dan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama memiliki dua aspek yang sangat penting.

(69)

lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan-laranganNya. Dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa kepada peraturan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama, seperti yang diberikan oleh keluarga yang berjiwa agama. Aspek kedua adalah yang ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri, kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran Tuhan itu tidak diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukkan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut ajaran agama (Daradjat, 1983: 129).

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah itu secara keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur‟an dan Hadist, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Majid, 2005:130)

(70)

Pendidikan agama dalam hidup manusia seharusnya sudah diberikan sejak kecil, kerena akan memberikan kekuatan yang akan menjadi benteng moral yang mengawasi setiap tingkahlaku dan jalan hidup serta obat segala penyakit dan gangguan jiwa. Oleh karena itu pendidikan agama tidak boleh terlepas dari kehidupan seseorang. Karena kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam itu memiliki hubungan yang sangat erat dan sama-sama untuk membentuk kepribadian, tingkah laku dan sikap yang baik serta sehat. Dengan melaksanakan perintah yang diajarkan dalam agama, akan menjadikan ketenangan jiwa dan terhindar dari segala kecemasan dan kegundahan hati. Dan puncak dari kesehatan mental dan Pendidikan Agama Islam adalah menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.

B. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam Tujuan Pendidikan Agama Islam

(71)

Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Majid, 2005:135). Tujuan tersebut didasarkan kepada proposisi bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. (Syafaat dkk, 2008:34).

Singkat kata, tujuan Pendidikan Agama Islam ialah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa, supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal salih dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia (Yunus, 1983:13).

(72)

memperbaiki moral para umat terdahulu. Seperti sabda Rasulullah yang berbunyi “Aku diutus (oleh Tuhan) untuk menyempurnakan akhlak budi

pekerti yang mulia”(HR. Ahmad). Karena pendidikan akhlak adalah jiwa

dari pendidikan Islam dan mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan (Al-Abrasyi, 1987: 1). Akhlak memiliki peran penting dalam diri manusia, karena itu yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk hewani. Jika manusia tanpa akhlak maka akan sama seperti binatang dan bahkan akan lebih berbahaya, lebih jahat dan lebih buas dari binatang sendiri.

(73)

kepada Allah, baik secara individual maupun secara komunal dan sebagai

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

C. Implikasi Kesehatan Mental menurut Hasan Langgulung dalam Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama merupakan hal yang sangat penting, karena ia mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang akan datang, supaya dapat selalu beriman kepada Allah dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai spiritual yang sesuai dengan ajaran Islam. Menurut Prof. Richey, istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenai tanggungjawab bersama didalam masyarakat (Syafaat dkk, 2008:171).

(74)

hidup dan tercermin dalam pribadi remaja”. Menurut Djamaludin dan Abdullah Aly dalam buku “Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency)” karya Aat Syafaat (2008:172), mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam memiliki empat macam fungsi, berikut ini:

1. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang.

2. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.

3. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.

4. Mendidik anak agar beramal saleh di dunia ini untuk memperoleh hasilnya di akhirat kelak.

Referensi

Dokumen terkait

Islam memandang pendidikan dalam Keluarga merupakan sebuah lembaga pendidikan yang pertama dan utama, yang menjadi fundamen atau dasar bagi pendidikan anak selanjutnya. Mengenai

“ Rekonsiliasi Epistemologi, Ikhtiar dalam Mengatasi Dikhotomik Ilmu dalam Pendidikan Islam”, dalam Abdul Khaliq, dkk (ed) Paradigma Pendidikan Islam..

Bagaimana implikasi konsep akal menurut Muhammad Abduh dalam.

oleh siswa kurang mendalam. Tidak terdapat perbedaan implikasi hasil belajar Pendidikan Agama Islam antara siswa MTsN dan siswa SMPN pada aspek perilaku hubungan

Adapun kesimpulan dari kajian ini adalah bahwa dalam pandangan Hasan Langgulung tentang pendidikan keluarga, ada enam aspek pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua dalam

Pada dasarnya, kesemua gagasan Hasan Langgulung, baik perkembangan potensi, permasalahan belajar, dan kesehatan mental, merupakan pengembangan gagasan pemikiran para pakar

Dari tiga makna pendidikan yang tercermin dari kata ta‟dib seperti dijelaskan Langgulung di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam yang dimaksud adalah proses

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran pendidikan agama Islam untuk meningkatkan kesehatan mental mantan pengguna narkoba di Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh