• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerintah Kabupaten Cianjur

BAB II

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

Kerangka Ekonomi Makro Daerah dalam Kebijakan Umum APBD Tahun 2020 memberikan gambaran mengenai perkembangan ekonomi daerah meliputi pertumbuhan ekonomi, PDRB serta inflasi. Selain itu juga memberikan gambaran mengenai rencana target makro ekonomi daerah Tahun 2020 yang meliputi perkiraan pertumbuhan ekonomi, perkiraan laju inflasi, perkiraan PDRB harga berlaku dan harga konstan.

2.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO PADA TAHUN SEBELUMNYA

Indikator Makro Ekonomi merupakan suatu analisis perkembangan ekonomi yang dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan ekonomi di masa depan. Jadi ada dua fungsi utama dari "indikator makro ekonomi" yaitu menganalisis perkembangan ekonomi sampai saat kini, dan memprediksi perkembangan ekonomi di masa datang. Perkembangan indikator ekonomi indikator penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah. Dari perkembangan ekonomi yang positif disertai dengan pertumbuhan ekonomi yang mantap dan berkualitas akan berpengaruh terhadap pembangunan suatu daerah, sehingga peran indikator ekonomi makro pada tahun sebelumnya sangat penting untuk menjadi bahan evaluasi.

2.1.1. Kondisi Perekonomian

2.1.1.1. Kondisi Perekonomian Nasional Tahun 2018 1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama dalam mengukur tingkat ekonomi suatu negara yang erat kaitannya dengan berbagai indikator pembangunan lainnya seperti kesempatan kerja dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi memiliki peran ganda yang tidak hanya menjadi target pencapaian ekonomi namun juga menjadi dasar arah kebijakan fiskal sehingga penyusunan APBN, baik penerimaan, belanja maupun pembiayaan menjadi lebih kredibel. Oleh karena itu, penentuan besaran asumsi pertumbuhan ekonomi berperan penting dalam pembangunan ekonomi mendatang.

Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi nasional cenderung menurun sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Sepanjang tahun 2012 hingga tahun 2016 merupakan masa-masa pemulihan ekonomi dari dampak krisis keuangan global tahun 2009. Ketidakpastian ekonomi global dan masih lemahnya volume perdagangan dunia sepanjang periode ini turut memberikan pengaruh pada ekonomi domestik, termasuk realisasi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, tren penurunan harga komoditas dunia, kebijakan taper tantrum oleh AS, kebijakan debt ceilling oleh negara-negara Eropa dan AS serta tren penurunan pertumbuhan Tiongkok turut mempengaruhi kinerja ekonomi global. Namun demikian, masih cukup baiknya domestic demand yaitu stabilnya konsumsi masyarakat dan membaiknya investasi, perkiraan perbaikan perdagangan internasional, serta kinerja sektoral yang diperkirakan semakin meningkat memberikan optimisme terhadap asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN.

Pemerintah Kabupaten Cianjur

Baik dalam APBN maupun APBN-P, Pemerintah dan DPR selalu berupaya untuk menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi yang realistis dan kredibel sesuai dengan perkembangan ekonomi terkini serta mempertimbangkan potensi serta risiko ekonomi kedepan. Dengan melihat risiko ekonomi terutama yang berasal dari sisi eksternal yang cukup berat yaitu masih rendahnya volume perdagangan dunia sehingga mempengaruhi kinerja perdagangan internasional, asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN-P mengalami penyesuaian untuk mengantisipasi dampak risiko tersebut terhadap postur anggaran. Namun demikian, tekanan perlambatan ekonomi dan volume perdagangan serta penurunan harga komoditas dunia terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada periode 2012-2016 memberikan pengaruh yang lebih besar dari yang diperkirakan, terutama pada kinerja ekspor dan impor serta investasi. Perencanaan asumsi anggaran masih terdapat deviasi antara APBN dengan realisasinya, namun demikian, apabila dilihat dari tren yang ada, deviasi tersebut semakin mengecil.

Sumber: Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2018

Grafik 2.1

Asumsi dan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi (%, YoY)

Pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,0 dan setelahnya menunjukkan tren penurunan yang pada tahun 2015 mencapai titik terendah yaitu sebesar 4,9 persen. Namun demikian, pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi menunjukkan perbaikan yaitu tumbuh sebesar 5,0 persen. Perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung oleh tingkat konsumsi masyarakat yang terjaga seiring dengan inflasi yang terjaga, pembangunan infrastruktur yang memberikan dampak multiplier pada aktivitas ekonomi dalam negeri. Selain itu, perbaikan kinerja perdagangan internasional juga terjadi, meskipun pertumbuhan ekspor dan impor masih negatif, namun pertumbuhan negatif tersebut tidak sedalam tahun sebelumnya.

Memasuki tahun 2017, pertumbuhan PDB pada kuartal I 2017 menunjukkan keberlanjutan perbaikan ekonomi domestik. Pada kuartal I 2017, pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,0 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 4,9 persen. Peningkatan kinerja ekspor dan impor yang cukup signifikan sejak akhir tahun 2016 menjadi faktor pendorong ekonomi. Selain itu, konsumsi dan investasi yang tumbuh relatif stabil turut mendukung perbaikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2017.

Pemerintah Kabupaten Cianjur

Sepanjang tahun 2017, tren peningkatan harga komoditas global, termasuk batu bara, diperkirakan terus berlanjut dan menjadi faktor pendukung peningkatan kinerja pertumbuhan ekspor beberapa kuartal ke depan. Tidak hanya pada perdagangan internasional, tren tersebut juga diperkirakan mampu meningkatkan kinerja sektor industri pengolahan terutama pada sektor yang terkait dengan sektor pertambangan. Dampak positif peningkatan aktivitas ekonomi dari sektor tersebut terhadap konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan mulai terjadi pada paruh kedua tahun 2017. Selain faktor tersebut, pertumbuhan ekonomi global dan volume perdagangan ekonomi dunia yang diperkirakan membaik diharapkan turut mendorong perekonomian nasional. Perekonomian tahun 2017 diperkirakan mampu tumbuh lebih baik dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2016.

Perekonomian nasional tahun 2018 diperkirakan tumbuh lebih baik dari tahun 2017 yaitu pada kisaran sebesar 5,4 hingga 6,1 persen. Kinerja ekonomi diperkirakan lebih baik dengan dukungan tidak hanya berasal dari sisi eksternal namun juga perbaikan perekonomian domestik. Pembangunan infrastruktur dan perbaikan iklim investasi terus diupayakan sebagai bentuk bagian dalam mendorong investasi langsung non-pemerintah. Selain itu, konsumsi rumah tangga juga dijaga melalui stabilisasi tingkat inflasi dan daya beli masyarakat agar mampu menjaga momentum perbaikan pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 2018, pembangunan ekonomi akan diarahkan untuk menumbuhkan ekonomi kawasan timur dengan meningkatkan keterkaitan ekonomi dengan kawasan lain. Kawasan Maluku Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Bali Nusa Tenggara diupayakan dapat meningkatkan keterkaitan dengan Pulau Jawa dan Sumatera yang merupakan penyumbang terbesar dalam perekonomian. Peningkatan dan pembangunan infrastruktur, baik konektivitas maupun ketersediaan energi merupakan kunci dari upaya pemerataan ekonomi ini. Selain itu, pengembangan daerah perbatasan juga menjadi prioritas agar menjadi pintu gerbang transaksi perdagangan internasional sehingga tidak hanya mampu meningkatkan perekonomian di daerah terluar namun juga perekonomian secara nasional.

Pertumbuhan ekonomi pada periode 2018 hingga 2021 diperkirakan terus membaik dengan dukungan kondisi ekonomi global yang juga diperkirakan terus mengalami perbaikan. Pertumbuhan volume perdagangan internasional diperkirakan mendukung momentum perbaikan ekonomi domestik melalui peningkatan ekspor, baik komoditas mineral maupun hasil industri. Namun demikian, sebagaimana telah dipahami bersama, salah satu isu penting yang dihadapi Indonesia dalam jangka menengah-panjang adalah risiko middle income trap, yang merupakan tantangan bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera secara merata. Berbagai kajian yang telah dilakukan mengisyaratkan bahwa untuk mengatasi risiko tersebut, dibutuhkan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan teratasinya masalah ketimpangan yang masih ada. Pemerintah akan terus mengarahkan strategi pembangunan untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat yang tinggi dan stabil dari tahun ke tahun. Aspek inklusifitas akan menjadi bagian tidak terpisahkan dari strategi pertumbuhan ekonomi tersebut. Dengan demikian, jalannya pembangunan Indonesia akan lebih mampu mewujudkan tercapainya masyarakat yang sejahtera secara adil dan merata.

Pemerintah Kabupaten Cianjur

Penguatan sumber-sumber pertumbuhan dan keterkaitan perekonomian antar wilayah akan terus menjadi strategi pembangunan mendasar selama beberapa tahun ke depan. Pemerintah juga akan terus berupaya untuk meningkatkan iklim investasi melalui berbagai upaya seperti sinkronisasi kebijakan investasi pusat dan daerah serta kemudahan izin usaha. Penguatan infrastruktur yang lebih merata di berbagai daerah menjadi bagian penting dari implementasi strategi pembangunan tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, penguatan daya saing dan kapasitas produksi berlandaskan kemampuan dan karakteristik daerah akan terus diperkuat untuk lebih memberikan dampak yang lebih nyata bagi masyarakat. Penguatan perekonomian domestik juga akan terus ditempuh, khususnya untuk mengatasi berbagai tantangan eksternal yang mungkin terjadi. Langkah-langkah tersebut juga akan disertai perbaikan-perbaikan regulasi dan administrasi pemerintahan sesuai dengan kondisi yang ada melalui keberlanjutan reformasi anggaran dalam rangka mewujudkan anggaran yang lebih efisien, produktif, dan sustain. Dengan berbagai program dan kebijakan pembangunan tersebut diharapkan pertumbuhan ekonomi mampu tumbuh tinggi serta target pembangunan lainnya seperti tingkat kemiskinan dan pengangguran dapat dicapai. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, pemerintah akan terus mengupayakan terjadinya peningkatan laju pertumbuhan di periode 2019 hingga 2021 pada kisaran 5,9 hingga 6,9 persen.

2. Laju Inflasi

Laju inflasi memainkan peran penting baik dalam pencapaian sasaran pembangunan maupun dalam penyusunan postur APBN dan arah kebijakan fiskal. Dalam pencapaian sasaran pembangunan, laju inflasi akan berpengaruh pada daya beli dan konsumsi masyarakat serta tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Laju inflasi juga akan mempengaruhi garis batas angka kemiskinan. Dalam kaitan ini, pemerintah akan terus menjaga laju inflasi pada tingkat yang rendah sehingga tidak terjadi tekanan pada jumlah masyarakat miskin. Dengan memperhatikan pentingnya tingkat inflasi tersebut, pemerintah akan menyusun program-program kerja yang mampu menjaga inflasi di tingkat yang rendah dan stabil. Dalam kaitannya dengan penyusunan APBN, tingkat inflasi akan menjadi faktor penting dalam perhitungan dan penyusunan penerimaan dan belanja negara.

Sumber: Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2018

Grafik 2. 2

Pemerintah Kabupaten Cianjur

Di tahun 2017, laju inflasi diperkirakan meningkat namun tetap berada pada kisaran sasaran inflasi 4+1 persen. Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh semakin membaiknya kondisi perekonomian dan kapasitas produksi domestik serta meningkatnya daya beli dan pendapatan masyarakat. Di samping itu, terdapat beberapa faktor risiko tekanan inflasi pada tahun 2017, terutama berasal dari kelanjutan program pemerintah untuk menciptakan kebijakan subsidi energi yang lebih tepat sasaran serta tren peningkatan harga energi di pasar global. Pemerintah menyadari bahwa kelanjutan reformasi kebijakan subsidi energi tersebut dapat mendorong peningkatan laju inflasi dalam jangka pendek. Namun kebijakan tersebut perlu dilakukan untuk menghilangkan distorsi pasar dan mendorong tercapainya efisiensi dalam perekonomian. Realokasi anggaran subsidi energi akan digunakan pada kegiatan pembangunan yang lebih produktif, misalnya infrastruktur dan program perlindungan sosial. Pembangunan infrastruktur akan memungkinkan perluasan kapasitas produksi dan penguatan sisi penawaran dalam perekonomian yang pada gilirannya menjadi faktor yang mampu menurunkan tekanan inflasi. Perbaikan infrastruktur juga berdampak positif pada kelancaran distribusi barang kebutuhan dan penurunan biaya logistik. Di sisi lain, dampak perubahan iklim La Nina dan tren kenaikan harga komoditas global cenderung berpotensi minimal pada laju inflasi komponen harga bergejolak.

Di tahun 2018, inflasi diperkirakan tetap dapat terjaga dalam rentang sasaran inflasi. Perbaikan kapasitas produksi nasional yang didukung program-program untuk menjaga daya beli masyarakat dan stabilisasi harga akan mampu menjaga keseimbangan sisi penawaran dan permintaan dalam negeri. Sementara dari sisi eksternal, faktor tekanan harga komoditas global masih relatif rendah. Faktor risiko inflasi masih mungkin dihadapi sebagai akibat dampak cuaca terhadap harga komoditas pangan namun kebijakan-kebijakan pengendalian inflasi akan terus dijalankan untuk memitigasi sumber tekanan tersebut. Pemerintah akan terus melanjutkan komitmen untuk tetap mengendalikan stabilitas harga yang diatur Pemerintah. Di samping itu program kerja Pemerintah diarahkan untuk tetap melanjutkan pengalokasian subsidi pangan dan dana cadangan pangan yang digunakan untuk pelaksanaan operasi pasar dan penyediaan pangan bagi rakyat miskin.

Pemerintah Pusat juga mendorong peran aktif Pemerintah Daerah untuk menjaga laju inflasi di masing-masing wilayah. Pemerintah tetap berkomitmen dalam upaya pemantauan dan pengendalian inflasi, mengingat sasaran inflasi telah ditetapkan dengan tren penurunan secara jangka menengah. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkoordinasi dengan Bank Sentral dalam menciptakan bauran kebijakan fiskal, moneter, dan riil yang mendukung pengendalian inflasi. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas, maka laju inflasi tahun 2018 diperkirakan bergerak dalam rentang sasaran inflasi sebesar 3,5 ± 1,0 persen.

Untuk jangka menengah, Pemerintah akan terus memegang komitmen untuk mengendalikan inflasi pada tingkat yang rendah dan stabil guna mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Keberlanjutan program-program pembangunan infrastruktur dan penguatan investasi yang telah dimulai akan membawa dampak peningkatan kapasitas produksi nasional dan perbaikan jalur distribusi sehingga ketersediaan pasokan barang-barang kebutuhan masyarakat lebih terjamin. Kebijakan-kebijakan perlindungan sosial dan peningkatan pendapatan masyarakat juga akan memberikan dampak pada penguatan daya beli masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Cianjur

Penguatan koordinasi kebijakan moneter, fiskal, dan sektor riil akan terus ditempuh untuk lebih mendukung terjaminnya stabilitas harga di dalam negeri. Koordinasi kebijakan tersebut juga diwujudkan melalui penguatan keterlibatan Pemerintah Daerah dalam mengendalikan tingkat harga di masing-masing daerah. Dengan memperhatikan strategi-strategi tersebut, Pemerintah memperkirakan bahwa tingkat inflasi pada periode 2019-2021 dapat dijaga pada kisaran 2,0-4,5 persen dengan tren menurun.

Tabel 2. 1

Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Jangka Menengah

Sumber: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Barat, November 2018

2.1.1.2. Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2018 tumbuh melambat dibanding triwulan II 2018. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat melambat dari 5,65% (yoy) pada triwulan II 2018 menjadi 5,58% (yoy) pada triwulan III 2018. Namun, realisasi ini lebih tinggi dibanding rata-rata LPE triwulan III pada kurun waktu 2015-2017 yang tercatat sebesar 5,39%. Begitupun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,20% (yoy), realisasi LPE triwulan III masih tetap lebih tinggi.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan III melambat antara lain karena tertahan oleh melambatnya kinerja LU perdagangan seiring dengan melambatnya konsumsi RT. Hal ini disebabkan oleh penurunan permintaan masyarakat setelah sebelumnya pada triwulan II terdapat momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta Pilkada serentak 2018. Kinerja pertanian juga terpantau melambat, akibat musim kemarau panjang yang melanda Jawa Barat cukup panjang. Namun, perlambatan ini tertahan oleh meningkatnya konsumsi pemerintah seiring dengan persiapan pemilihan umum 2019, serta peningkatan ekspor khususnya ekspor ke Amerika Serikat.

Dibandingkan dengan kawasan Jawa, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2018 berada pada urutan keempat setelah DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Banten. Jika dilihat dari arah pertumbuhan, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah mengalami perlambatan pada triwulan III 2018. Di sisi lain, pertumbuhan DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Banten tercatat meningkat dibandingkan triwulan II 2018. (Gambar 2.1)

Pemerintah Kabupaten Cianjur

Sumber: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Barat, November 2018.

Gambar 2.1

Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa (%, yoy) Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2018 kembali tercatat di atas Nasional yang tumbuh 5,17% (yoy). Sama halnya dengan Jawa Barat, LPE Nasional pada triwulan III 2018 tercatat melambat dibandingkan triwulan II 2018 (5,27%) (Grafik 3.3). Pada triwulan III 2018, Jawa Barat masih menjadi salah satu penopang utama perekonomian nasional dengan pangsanya yang mencapai 12,93%, tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta (17,51%) dan Jawa Timur (14,67%). Berbeda dengan DKI Jakarta dan Jawa Timur yang sumbangan terhadap nasional meningkat, sumbangan PDRB Jawa Barat terhadap nasional ini mengalami penurunan dibanding triwulan II 2018 (13,07%) (Grafik 3.4). Meskipun demikian, pangsa PDRB Jawa Barat masih tercatat tinggi pada triwulan III 2018. Tingginya kontribusi Jawa Barat terhadap nasional disebabkan karena Jawa Barat merupakan kontributor sektor industri pengolahan terbesar terhadap nasional dengan pangsa mencapai 23,51%.

Sumber: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Barat, November 2018.

Grafik 2. 3

Pemerintah Kabupaten Cianjur

Sumber: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Barat, November 2018.

Grafik 2. 4

Pangsa Perekonomian Kawasan Jawa Terhadap Nasional

Dari sisi pengeluaran, perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2018 disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi RT, konsumsi LNPRT serta investasi. Konsumsi RT melambat pada triwulan III 2018 disebabkan oleh permintaan masyarakat yang kembali normal setelah pada triwulan II 2018 terdapat momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri serta pelaksanaan Pilkada serentak. Berlalunya Pilkada 2018 juga mempengaruhi pertumbuhan konsumsi LNPRT di Jawa Barat. Investasi juga terpantau mengalami perlambatan pada triwulan III 2018. Hal ini karena investor masih cenderung wait and see dalam melakukan investasi setelah Pilkada 2018 dan menjelang Pemilu 2019.

Tabel 2. 2

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pengeluaran (%, yoy)

Sumber: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Barat, November 2018. Ket : *) Angka Sementara ; **) Angka Sangat Sementara ; r) Angka Revisi

Pemerintah Kabupaten Cianjur

Tabel 2. 3

Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Pengeluaran (%, yoy)

Sumber: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Barat, November 2018. Ket : *) Angka Sementara ; **) Angka Sangat Sementara ; r) Angka Revisi

Sumber: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Barat, November 2018. Ket : *) Angka Sementara ; **) Angka Sangat Sementara ; r) Angka Revisi

2. Laju Inflasi

Dari hasil pendataan harga yang meliputi tujuh kota pantauan IHK Gabungan di Jawa Barat tercatat bahwa pada Desember 2018 mengalami inflasi sebesar 0,55 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 132,71 pada November 2018 menjadi 133,44 pada Desember 2018. Laju inflasi tahun kalender “year to date” (Januari – Desember 2018) sebesar 3,54 persen dan laju inflasi dari tahun ke tahun “year on year” (Desember 2018 terhadap Desember 2017) tercatat sebesar 3,54 persen.

Dari tujuh kelompok pengeluaran seluruhnya mengalami inflasi yaitu Kelompok Bahan Makanan sebesar 1,31 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,31 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar sebesar 0,26 persen, Kelompok Sandang sebesar 0,19 persen, Kelompok Kesehatan sebesar 0,42 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga sebesar 0,28 persen, dan Kelompok Transpor, Komunikasi & Keuangan sebesar 0,55 persen.

Pada Grafik 2.5 di bawah ini terlihat pergerakan inflasi dari Desember 2017 sampai dengan Desember 2018.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.5

Pemerintah Kabupaten Cianjur

Sementara pada Tabel 2.4 terlihat pergerakan IHK selama dua belas bulan terakhir terjadi inflasi sebesar 3,54 persen. Dari tujuh kelompok pengeluaran, yang mengalami inflasi tertinggi yaitu Kelompok Sandang sebesar 5,09 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 4,95 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga sebesar 4,28 persen, Kelompok Bahan Makanan sebesar 3,93 persen, Kelompok Kesehatan sebesar 3,04 persen, Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 3,02 persen, dan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar sebesar 2,20 persen.

Tabel 2.4

IHK dan Laju Inflasi Gabungan 7 Kota di Jawa Barat Bulan Desember 2018 Menurut Kelompok Pengeluaran (IHK 2012 = 100)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Bila dilihat menurut andilnya terhadap inflasi/deflasi tahun 2018, pada Tabel 3.4 tampak andil inflasi diberikan oleh Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,82 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,87 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar sebesar 0,60 persen, Kelompok Sandang sebesar 0,23 persen, Kelompok Kesehatan sebesar 0,12 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga sebesar 0,34 persen, dan Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,55 persen.

Perbandingan besarnya inflasi Januari – Desember dalam kurun waktu tahun 2014 sampai 2018 terlihat pada Tabel 2.5 Inflasi gabungan Januari – Desember di Jawa Barat tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 7,41 persen, dan terendah pada tahun 2015 inflasi sebesar 2,73 persen.

Tabel 2.5

Inflasi Januari-Desember Gabungan 7 Kota Jawa Barat Tahun 2014-2018

Pemerintah Kabupaten Cianjur

Hasil pemantauan harga barang dan jasa selama Desember 2018 tercatat beberapa komoditas mengalami kenaikan/penurunan harga dan memberikan andil inflasi/deflasi cukup siginifikan. Komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi antara lain telur ayam ras, daging ayam ras, tarif kereta api, bawang merah, beras, angkutan udara, wortel, paket liburan, tarif air PAM, nasi, besi beton, rokok kretek filter, bayam, air kemasan.

Sementara komoditas yang mengalami penurunan dan memberikan andil deflasi signifikan antara lain cabe merah, ketimun, bawang putih, melon, kentang, ikan kembung, udang basah, lele, minyak goreng, emas perhiasan, buncis.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 2. 6

Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa Desember 2018 (persen)

Besarnya andil inflasi/deflasi per kelompok pengeluaran pada Desember terlihat pada Grafik 2.6 Andil inflasi diberikan oleh Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,27 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,06 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar sebesar 0,07 persen, Kelompok Sandang sebesar 0,01 persen, Kelompok Kesehatan sebesar 0,02 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga sebesar 0,02 persen, dan Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,10 persen.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.7

Pemerintah Kabupaten Cianjur

2.1.1.3. Kondisi Perekonomian Kabupaten Cianjur Tahun 2014-2018 1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Cianjur selama periode waktu tahun 2014-2018 tumbuh rata-rata sebesar 4,09 persen. Pada tahun 2014 LPE Cianjur mencapai 5,06 persen dan lebih rendah dengan LPE Jawa Barat. Namun untuk tahun berikutnya, yaitu di tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 mancapai diatas laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat. Pertumbuhan yang sangat besar terjadi pada tahun 2016 yang mencapai 6,43 persen. Sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan dengan capaian

Dokumen terkait