• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Dalam dokumen h2h.pdf (Halaman 27-35)

3.3.3 Diagram Alir (F lowchart)

Diagram alir kegiatan KKN-P di PT Beton Prima Indonesia Mulai Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Pengumpulan data Perhitungan waktu proses operasi dengan 5 replikasi  Analisi dengan manufacturing operation Melakukan perhitungan laju produksi dan kapasitas produksi Analisa dan Pembahasan Kesimpulan  dan Saran Selesai Tahap Pendahuluan Tahap Penelitian Tahap Akhir

BAB IV

ANALISIS PROSES PRODUKSI TIANG PANCANG SPUNT PI LE MENGGUNAKAN KONSEP MANUFACTURING OPERATION

DI PT.BETON PRIMA INDONESIA

4.1 Situasi Masalah

Pada setiap perusahaan diperlukan analisi tentang aktivitas-aktivitas yang terjadi didalam sistem manufatur / sistem produksi dari produk yang dihasilkan yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan tentang produk , yang berasal dari produk mentah sampai dengan produk jadi. Permasalahan yang ada didalam perusahaan PT.BETON PRIMA INDONESIA antara lain adanya waktu aktivitas proses manufaktur proses manufaktur yang tidak seharusnya sehingga menyebabkan laju produksi tidak optimal yang berpengaruh terhadap kapasitas produksi. Kondisi perusahaan yang seharusnya bisa memenuhi demand sesuai dengan target akhirnya tidak bisa tercapai dengan adanya masalah tersebut.

Oleh karena itu dibutuhkan suatu cara dengan analisa manufacturing operation untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan proses manufaktur tidak dapat memenuhi permintaan yang ada.

Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini akan dilakukan dengan memanfaatkan konsep produksi yang dispesifikan membahas laju produksi dan kapasitas  produksi.

4.2 Rumusan masalah

Dari studi kasus yang diperoleh di PT. BETON PRIMA INDONESIA maka dapat dirumuskan beberapa masalah , yaitu :

1. Apa saja tahapan proses produksi dalam pembuatan tiang pancang jenis spunt  piles ?

3. Bagaimana menentukan laju produksi dalam pembuatan tiang pancang jenis spunt  piles ?

4. Bagaimana menentukan kapasitas produksi dan apakah kapasitas produksi yang ada dapat memenuhi permintaan pelangan ?

4.3 Tujuan penelitian

Selain untuk pelaksanaan KKN-P penelitian ini juga memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui proses produksi pembuatan tiang pancang

2. Mengetahui konsep penerapan manufacturing operation didalam studi kasus 3. Mengetahu laju produksi dalam proses pembuatan tiang pancang

4. Menentukan kapasitas produksi dan memperoleh perbandingan kapasitas produksi  perusahaan dengan permintaan pelangan.

4.4 Batasan dan Asumsi

1. Observasi hanya dilakukan pada proses produksi terhadap produk SPUNT  PILE (tiang pancang bulet) dengan ukuran Ø250 , Ø300 , Ø400, dan Ø600  pada PT. BETON PRIMA INDONESIA

2. Mesin yang diamati memiliki efesiensi yang sama

3. Operator yang bertugas dalam mengoperasikan mesin bekerja dalam keadaan normal

4. Data diambil hanya 5 replikasi pada masing-masing mesin dan diasumsikan cukup sertas seragam .

5. Setting mesin dan perawatan hanya dilakukan pada saat pergantian shift atau hari libur dari produksi

6. Satu hari kerja terdiri dari 2 shift kerja dengan 8 jam kerja untuk masing-masing shiftnya

7. Manufacturing operation hanya memperhatikan kecepatan waktu produksi untuk memenuhi permintaan per-harinya tanpa harus memperhatikan biaya yang dibutuhkan untuk proses produksi.

4.5 Tinjauan pustaka 4.5.1 Proses Manufaktur

Proses manufaktur dapat didefinisikan sebagai penerapan proses fisik dan kimia untuk mengubah geometri, sifat-sifat dan atau penampilan dari suatu material awal dalam  pembuatan komponen atau produk ; proses manufaktur juga meliputi penggabungan  beberapa komponen untuk membuat produk rakitan. Proses manufaktur melibatkan

kombinasi mesin-mesin, perkakas, tenaga penggerak dan tenaga kerja manual.

Proses manufaktur hampir selalu dijalankan berupa urutan operasi. Setiap urutan  proses tersebut membuat material menjadi semakin dekat dengan bentuk akhir yang

diinginkan.

Proses manufaktur membahas tentang operasi manufaktur. Dimulai dengan industry-industri dalam lingkup manufaktur dan produk-produk yang dihasilkan  perusahaan. Kemudian membahas mengenai proses-proses pembuatan yang digunakan  pada industry manufaktur dan juga aktivitas-aktivitas yang mendukung proses tersebut dengan menggunakan penjabaran model matematis dari berbagai operasi manufaktur. Model-model ini membantu dalam mendefinisikan masalah tertentu dan bermacam  parameter yang penting dalam manufaktur dan untuk memberi perspektif kuantitatif pada

operasi manufaktur.

4.5.2 Operasi-operasi Manufaktur

Terdapat aktivitas tertentu yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk mengubah  bahan baku menjadi produk jadi. Dengan membatasi lingkup bahasan kita pada pabrik

yang berhubungan dengan pembuatan produk diskrit.

Produk harus dipindahkan dari satu operasi ke operasi selanjutnya dalam urutan manufaktur, dan produk tersebut harus diinspeksikan atau diuji untuk menjamin kualitas yang tinggi. Operasi-operasi yang tidak perlu, apakah itu pengerjaan, perakitan,  pemindahan bahan atau inspeksi harus dibuang dari urutan langkah kerja untuk

4.5.3 Konsep Produksi dan Model-model Matematis

Sejumlah konsep produksi bersifat kuantitatif, atau konsep ini memerlukan  pendekatan kuantitatif untuk mengukurnya. Tujuan konsep produksi tersebut untuk mendefinisikan beberapa konsep dalam perusahaan. Selanjutnya meninjau ulang konsep-konsep produksi pada otomasi dan system produksi. Model-model yang dikembangkan ini bersifat ideal dalam arti model-model mengabaikan beberapa kenyataan dan komplikasi yang ada di pabrik. Sebagai contoh, suatu model memperhatikan pengaruh dari laju pembuangan geram (scrap).

Dalam beberapa operasi manufaktur, persentase geram (scrap) yang dihasilkan adalah cukup tinggi yang sebaliknya memperngaruhi laju produksi, kapasitas pabrik dan  biaya produk. Umumnya masalah tersebut focus pada system produksi yang khusus.

4.5.3.1 Kuantitas produksi dan Varian produk

Kuantitas produksi dan varian produk yang dibuat perlu diketahui dan didefinisikan agar dapat mengetahui jumlah kuantitas produk yang dibuat dan dengan varian produknya apa saja. Oleh karena itu dibuat model matematis atau  perhitunganya. Dengan rumus sebagai berikut

Q

=

P

.

Q

f

Keterangan Q : Menyatakan Unit produk yang dihasilkan

P : Jumlah total dari berbagai macam style atau varian produknya

Q

f : Kuantitas produk yang dihasilkan

4.5.3.2 Laju Produksi

Laju produksi bagi satu proses tunggal atau operasi perakitan biasanya dinyatak dalam laju perjam, yakni part atau produk jam. Perhatikan bagaimana laju produksi ini ditentukan pada ketiga macam produksi : produksi  jobshop ,  produksi batch,  produksi massal.

Untuk operasi produksi apapun, waktu siklus operasi (CT) T, didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan sebuah benda kerja saat mengalami proses pengerjaan atau  perakitan. Waktu ini dihitung antara saat dimulainya proses pengerjaan satu unit hingga dimualinya benda kerja berikutnya. Waktu Tcadalah waktu yang dihabiskan part tunggal dalam mesin, tapi tidak seluruh waktu bersifat produktif.

Pada operasi pengerjaan khusus, seperti permesinan, Tc  terdiri dari : (1) waktu operasi permesinan tunggal, (2) waktu penanganan benda kerja, (3) waktu penanganan  perkakas per benda kerja. Dalam bentuk persamaan, ketiganya dapat dinyatakan dalam  bentuk :

     

Dimana Tc = waktu siklus operasi (menit  –   mnt/benda kerja  –   bk), To  = waktu operasi permesinan actual (menit/bk), Th = waktu penanganan (mnt/bk), dan Tth = waktu  penangan perkakas potong (mnt/bk).

Waktu penanganan perkakas terdiri dari waktu yang dipakai untuk mengganti pahat ketika aus, waktu penggantian perkakas terdiri dari waktu yang dipakai untuk mengganti  pahat ketika aus, waktu penggantian perkakas satu ke yang lain, waktu pemutaran bagi  perkakas sisipan atau perkakas mesin bubut atau gurdi turret, pemosisian kembali  perkakas bagi benda kerja baru dan lain sebagainya.

Setiap istilah



  memiliki padanannya dalam produksi Benda diskrit yang lain. Terdapat bagian dari siklus dimana part sebenarnya sedang diproses (To), terdapat  bagian-bagian dari siklus dimana part sebenarnya sedang dipindahkan (Th) disesuaikan dan diganti (Tth). Selanjutnya dapat menyederhanakan persamaan Tc= To+Th+Tth untuk mencakup sebagian besar operasi pengerjaan dalam manufaktur.

Dalam produksi batch, waktu untuk mengerjakan satu batch yang berisi Q unit adalah penjumlahan waktu persiapan dan waktu pengerjaan, yakni :

   

Diasumsikan bahwa satu benda kerja dapat diselesaikan dalam satu siklus, sehingga Tc  juga memiliki satuan (mnt/bk). Bila lebih dari satu part yang dihasilkan per siklus, maka  persamaan harus disesuaikan kembali. Dengan membagi waktu batch dengan kuantitas  batch, akan mendapat waktu produksi rata-rata per unit untuk satu mesin tertentu :

 

Laju prduksi rata-rata mesin berbanding terbalik dengan waktu produksi. Biasanya dinyatakan dalam laju produksi per satuan jam, seperti :

 

Dimana



= laju produksi per jam (prt/jam),



= waktu pengerjaan rata-rata per menit (mnt/bk) dan konstanta 60 dipakai untuk mengubah menit ke jam.

Untuk produksi job-shop apabila kuantitas Q = 1, waktu produksi per benda kerja adalah  penjumlahan waktu setup dengan waktu siklus operasi :

    

4.5.3.3 Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi didefinisikan sebagai laju keluaran (output) maksimum yang mampu dihasilkan oleh suatu fasilitas produksi dalam sejumlah kondisi operasi yang telah diasumsikan. Fasilitas produksi biasanya mewakili suatu pabrik, sehingga kapasitas  pabrik ini sering digunakan dalam pengukuran hal terkait.

Jumlah jam beroperasi pabrik dalam seminggu adalah masalah yang sangat kritis dalam mendefinisikan kapasitas pabrik. Pabrik biasanya beroperasi 24 jam/hari, 7 hari/minggu.

Dalam pembuatan part atau produk diskrit, kecenderungan yang berkembang dalah mendefinisikan kapasitas pabrik menuju 7 hari seminggu penuh, 24 jam/hari. Inilah  jumlah waktu maksimum yang tersedia (168 jam/minggu) dan bila pabrik beroperasi

lebih sedikit dari jumlah maksimum, berarti kapasitas maksimum yang mungkin tidak dimanfaatkan secara penuh.

Anggap PC = kapasitas dari sebuah fasilitas tertentu, dan ukuran kapasitas = jumlah unit yang diproduksi perminggu. Sebut n = jumlah mesin atau pusat pengerjaan dalam fasilitas. Sebuah pusat pengerjaan adalah suatu system manufaktur dalam pabrik yang  biasanya terdiri dari satu pekerja, dan satu mesin. Ataupun bias satu mes in otomatis tanpa  pekerja.

Setiap pusat pengerjaan beroperasi selama H jam/shift. Perlengkapan sebagai waktu  persiapan dimasukkan dalam



 sesuai sesuai persamaan

  

 .

Sebut S sebagai jumlah shift per minggu. Semua parameter dapat dikombinasikan untuk menghitung kapasitas produksi :

  

Dimana PC = kapasitas produksi fasilitas (unit/minggu) , n = jumlah pusat pengerjaan  berproduksi dalam fasilitas, S = jumlah shift per periode (shift/week), H = jam/shift (hr),

Dalam dokumen h2h.pdf (Halaman 27-35)

Dokumen terkait