• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan penutup yang mencakup kesimpulan, saran-saran, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.

15 A. Identitas

Identitas adalah konsep atas keberadaan seseorang untuk dapat dipandang sebagai Human Being. Bagaimana dia memandang dirinya, bagaimana dia ingin dipandang dan bagaimana dia memandang orang laian adalah bagian dari penentuan sesuatu yang disebut jati diri.1

Bagi Erving Goffman, bahwa setiap individu pada kenyataannya melakukan konstruksi atas diri mereka dengan cara menampilkan diri (Self Performance). Namun penampilan diri ini pada dasarnya dibentuk untuk menguji keinginan audiensi atau lingkungan sosial, bukan berasal dari diri dan bukan pula diciptakan oleh individu itu sendiri. Sehingga identitas yang muncul yakni ilustrasi apa yang sebenarnya menjadi keinginan dan guna memenuhi kebutuhan pengakuan sosial, meski dalam banyak hal ekspetasi yang dating dari lingkungan sosial sering kali berlawanan dengan kehendak pribadi.. 2

Komunikasi dijadikan sebagai alat untuk membentuk identitas.

Identitas baik dalam pandangan diri anda maupun orang lain, dibentuk ketika secara sosial berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan. Adanya interaksi sosial dan sebaliknya, memperlihatkan rasa identitas dengan cara mengekspresikan keanggotaan dalam komunitas yang beragam atau kode yang

1 Sih Natalia Sukmi, “konstruksi identitas pengguna media dunia media yang konvergen”

Jakarta, 13-14 November 2013 (FISIP) Universitas Indonesia,2013), h. 456

2 Rulli Nasrullah, Teori dan riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Kencana Media Group, 2014), h. 142

terdiri dari simbol-simbol.3

Hecht menguraikan identitas melebihi pengertian sederhana akan dimensi diri dan dimensi yang digambarkan. Kedua dimensi tersebut berinteraksi dalam rangkaian empat tingkat atau lapisan.4 Tingkatan pertama adalah Personal Layer, yang terdiri dari rasa akan keberadaan diri dalam situasi sosial. Identitas tersebut terdiri dari berbagai perasaan serta ide tentang diri, siapa dan seperti apa yang sebenarnya. Tingkatan kedua adalah enachment layer atau pengetahuan orang lain tentang diri seseorang berdasarkan pada apa yang dilakukan. Apa yang dimilikin dan bagaimana akan bertindak. Tingkatan ketiga dalam identitas adalah relational atau siapa diri anda dalam kaitannya dengan individu lain. Identitas dibentuk dengan adanya interaksi yang terjadi, dan yang keempat adaah tingkat communal, tingkat identitas ini sangat kuat dalam banyak budaya. Ketika identitas seseorang dibentuk terutama oleh komunitas yang lebih besar daripada oleh perbedaan individu di antara manusia daam komunikasi. Kapan pun anda memperhatikan apa yang dipikirkan dan dilaksanakan oleh komunikasi tersebut, maka anda akan menyesuaikan diri ada tingkatan identitas tersebut. 5

B. Teori Identitas Sosial

Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi yang terdapat pada sesorang, dilihat dari bagaimana seseorang tersebut menilai,

3 Rulli Nasrullah, Teori dan riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Kencana Media Group, 2014), h. 142

4 Stephen W. Littlejohn and Karen A.Foss. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 131

5 Stephen, Teori Komunikasi: Theories of Human Communication….,h. 131-132

menkategorisasikan dan membandingkan identitas seseorang dengan kelompoklainnya. Perubahan sosial dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel identitas sosial adalah adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikan nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Identitas sosial berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dan keanggotaan da!am suatu kelompok tertentu.6

Menurut peneliti identitas sosial merupakan atribut yang dimiliki oleh seorang individu dimana individu tersebut merupakan bagian dari suatu kelompok sosial, atribut tersebut kemudian digunakan untuk memperkenalkan adanya kelompok sosialnya dan membedakan kelompok sosialnya tersebut dengan kelompok sosial lain. Sesama anggota dalam suatu kelompok sosial memiliki rasa kedekatan dan beberapa ciri atau karakteristik yang berbeda dengan kelompok sosial lain. Kedekatan yang dibangun dalam kelompok ini tidak hanya dalam bentuk kedekatan fisik misalnya intensitas dalam pertemuan, namun juga kedekatan psikologis dimana sesama anggota dalam suatu kelompok memiliki tujuan dan pemikiran yang sama.

Salah satu teori kelompok yang berorientasi sosiologi adalah yang dikemukakan oleh Billig pada tahun 1976. Dalam teori yang dinamakannya teori identitas sosial ini, Billig mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan orang-orang yang anggota- anggotanya sadar atau tahu akan adanya satu identitas sosial bersama.7

Identitas sosial itu sendiri didefiinisikan Billig sebagai sebuah proses

6 Sarlito wirawan sarwono, Psikologi Sosial, (jakart: Balai Pustaka, 2001) h.90

7 Sarlito, Psikologi Sosial: Psikologi kelompok dan Psikologi terapan,…,hal. 22

yang mengikatkan individu pada kelompoknya dan yang menyebabkan individu menyadari diri sosialnya (social self). Identitas sosial adalah suatu proses, bukan tindakan atau perilaku. Proses itu terjadi pada tingkat individu seseorang, tetapi individu seseorang merupakan bagian dari proses tersebut.

Dalam proses itu ada objek dan subjek identifikasi karena identifikasi selalu membutuhkan sesuatu untuk didefinisikan. Antara subjek dan subjek lain atau objek yang didefinisikan adalah hubungan dialektik. Subjek disini adalah agen yang aktif, tidak pasif. Sifat dialektik itu menyebabkan prsoes identitas sosial terkait dengan waktu dan sejarah. Hubungan dengan waktu dan kaitan dengan sejarah memungkinkan stabilitas, tetapi juga perubahan sosial. Pada tingkat individu yang terjadi adalah kategorisasi sosial. Kategori sosial mempunyai fungsi ganda, yaitu Diferensiasi Sosial An Integrase Ideology.

1. Dimensi Identitas Sosial8 a. Kategorisasi Sosial

Tahap ini kamu melihat dirimu sebagai bagian dari suatu kelompok. Sebagaimana identitas personal (personal identity), setiap orang memiliki identitas sosial (suatu kelompok dimana mereka melihat diri mereka sendiri di dalamnya). Identitas sosial bisa saja melibatkan rasa kepemilikan kepada suatu kelompok berdasarkan jenis kelamin, kelas sosial, agama, sekolah, atau bahkan lingkaran pertemanan.

Tajfel dan Turner menyatakan, kategorisasi membentuk

8 Tajfel, H., & Turner, J. C.. An integrative theory of intergroup conflict : he social psychology of intergroup relations (SSSP) hal .33, 47.

identitas sosial yang dapat menjelaskan hubungan antar kelompok9. a. Kategorisasi menekankan pada hal-hal yang terasa sama di antara

anggota kelompok.

b. Kategorisasi dapat meningkatkan persepsi dalam homogenitas dalam kelompok. Ini lah yang memunculkan streotype dalam kelompok.

c. Dalam melakukan kategorisasi, anggota kelompok cenderung melakukan polarisasi dua kutub secara ekstrim, kami (ingroup) atau mereka (outgroup). Sehingga setiap anggota kelompok berusaha mempertahankan keanggotaannya dengan melakukan conformity.

b. Identifikasi Sosial

Identitas merupakan satu hal wajib yang dimiliki seseorang, bagaimana orang tersebut secara otomatis melihat setiap orang yang mereka temui sebagai bagian dari ingroup ( orang-orang yang berbagi identitas sosial yang sama) atau outgroup. Orang tersebut memberikan perhatian tertentu kepada anggota- anggota ingroup dan mengadopsi nilai-nilai mereka, tingkah laku, penampilan, dan juga sikap mereka.

Ellemers menyatakan bahwa identifikasi sosial, mengacu pada sejauh mana seseorang mendefinisikan diri mereka (dan dilihat oleh orang lain) sebagai anggota kategori sosial tertentu. Posisi seseorang dalam lingkungan, dapat didefinisikan sesuai dengan “categorization”

9 Michael A. Hogg, Dominic Abrams, SocialIdentification, (London dan New York:

Routledge, 1988)

yang ditawarkan.10 Sebagai hasilnya, kelompok sosial memberikan sebuah identification pada anggota kelompok mereka, dalam sebuah lingkungan sosial. Ketika seseorang teridentifikasi kuat dengan kelompok sosial mereka, mereka mungkin merasa terdorong untuk bertindak sebagai anggota kelompok, misalnya, dengan menampilkan perilaku antar kelompok yang diskriminatif. Aspek terpenting

dalam proses identification ialah, seseorang mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok tertentu. Selanjutnya Ellemers, , Kortekaas & Ouwerkerk menambahkan bahwa identification terutama digunakan untuk merujuk kepada perasaan komitmen afektif kepada kelompok (yaitu komponen emosional), daripada kemungkinan untuk membedakan antara anggota pada kategori sosial yang berbeda (komponen kognitif).

Menurut Tajfel, identifikasi merupakan identitas sosial yang melekat pada individu, mengandung adanya rasa memiliki pada suatu kelompok, melibatkan emosi dan nilai-nilai signifikan pada diri individu terhadap kelompok tersebut. Dalam melakukan identifikasi, individu dipacu untuk meraih identitas positif (positive identity) terhadap kelompoknya. Dengan demikian akan meningkatkan harga diri (self esteem) individu sebagai anggota kelompok. Sementara demi identitas kelompok (identitas sosial) nya, seseorang atau sekelompok orang rela melakukan apa saja agar dapat meningkatkan gengsi kelompok, yang dikenal dengan istilah in-group favoritsm effect.

10 Michael A. Hogg, A Social Identity Theory of Leadership, (School of Psychology University of Queensland, 2001)

Tajfel juga menyatakan bahwa dalam melakukan identifikasi, individu cenderung memiliki karakteristik ethnocentrism pada kelompoknya.

Hogg & Abrams juga menyatakan bahwa dalam identifikasi, ada pengetahuan dan nilai yang melekat dalam anggota kelompok tertentu yang mewakili identitas sosial individu. Selain untuk meraih identitas sosial yang positif, dalam melakukan identifikasi, setiap orang berusaha untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri dalam suatu kelompok.11

c. Perbandingan Sosial

Ketika sebuah kelompok merasa lebih baik dibandingkan dengan kelompok lain, ini dapat menyebabkan identitas sosial yang positif.12 Identitas sosial dibentuk melalui perbandingan sosial.

Perbandingan sosial merupakan proses yang kita butuhkan untuk membentuk identitas sosial dengan memakai orang lain sebagai sumber perbandingan, untuk menilai sikap dan kemampuan kita.

Melalui perbandingan sosial identitas sosial terbentuk melalui penekanan perbedaan pada hal-hal yang terasa berbeda pada ingroup dan outgroup

Menurut Hogg & Abrams dalam perbandingan sosial, individu berusaha meraih identitas yang positif jika individu bergabung dalam ingroup. Keinginan untuk meraih identitas yang positif dalam identitas sosial ini merupakan pergerakan psikologis dari perilaku individu

11 Michael A. Hogg, Dominic Abrams, SocialIdentification, (London dan New York:

Routledge, 1988)

12 Michael A. Hogg, A Social Identity Theory of Leadership, (School of Psychology University of Queensland, 2001) h. 186

dalam kelompok. Proses perbandingan sosial menjadikan seseorang mendapat penilaian dari posisi dan status kelompoknya.

Perbandingan sosial dalam tingkah laku antar kelompok, menurut Tajfel , menekankan pada hal-hal berikut:13

a. Penilaian yang ekstrim pada outgroup, dan kelompok minoritas ataupun subdominant lebih menunjukkan diferensiasi daripada kelompok mayoritas atau dominant.

b. Adanya perbandingan sosial memberikan penekanan tingkah laku yang berbeda antar kelompok (integroup differentiation).

c. Individu yang berada pada kelompok sub-dominant selalu menaikkan harga diri kelompoknya (identitas sosial), dengan cara menurunkan derajat kelompok lain.

pada tahap ini anda melihat identitas sosial yang anda miliki lebih baik(superior) dibandingkan dengan yang lain; hal ini bisa saja merupakan produk dari ingroup (hal-hal yang anda dan anggota ingroup lakukan, tingkah laku mereka, dan juga penyebutan ingroup) – produk2 ini kemudian yang menyebabkan anda melihat ingroup anda lebih baik dibandingkan produk – produk outgroup

2. Karakter Identitas Sosial

Hogg & Vaughan menyatakan bahwa identitas sosial diasosiasikan dengan tingkah laku kelompok, yang mempunyai karakteristik umum;

ethnocentrism, in-group favoritsm, intergroup differentiation, conformity to in-group norms, dan group stereotype

13 Michael A. Hogg, A Social Identity Theory of Leadership, (School of Psychology University of Queensland, 2001) h. 186

a. Ethnocentrism

Ethnocentrism adalah sifat khas daripada individu yang menganggap kelompoknya lebih superior. Sehingga menumbuhkan kecenderungan penilaian memandang in-group secara moral lebih baik dan lebih berharga daripada outgroup.

b. In-group favoritsm

In-group favoritsm adalah perilaku yang menyukai dan menilai apa yang ada pada kelompoknya (in-group) melebihi kelompok lain (outgroup). Individu umumnya kan menilai anggota in-group lebih positif. Dengan adanya in-group favoritsm, individu akan mempunyai solidaritas yang kuat dalam kelompoknya.

c. Intergroup differentiation

Tingkah laku yang menekankan perbedaan antar kelompok yang dimilikinya (in-group) dan kelompok lain (outgroup). Perbedaan antar kelompok akan mempengaruhi persepsi sesorang tentang kelompoknya sendiri dan tentang kelompok lainnya. Menurut Tajfel (dalam Hogg & Vaugha, 2002), kelompok dengan kekuasaan yang lebih kecil lebih menyadari perbedaan kekuatannya dan statusnya.

d. Conformity to in-group norms

Konformitas merupakan kecenderungan untuk memperbolehkan suatu perilaku untuk dilakukan individu sesuai dengan norma yang ada di dalam kelompok (in-group) nya. Konformitas merupakan kecenderungan seseorang untuk mengikuti aturan dan tekanan in-group walaupun tidak ada permintaan langsung dari kelompok tersebut agar

individu merasa diterima oleh kelompoknya.

e. Group stereotype

Stereotype kelompok merupakan kepercayaan tentang karakteristik kelompok tertentu. Stereotype kelompok bisa positif, bisa negatif. Stereotype merupakan persepsi terhadap suatu kelompok yang kaku (tidak dapat diubah), dan uniform (seragam, sama-sama dimiliki oleh kelompok sejenis). Karena individu mendapatkan identitas sosial mereka melalui kelompok dimana mereka bergabung, mereka menciptakan ketertarikan dalam mempertahankan atau memperoleh profil in-group yang lebih positif daripada kelompok outgroup yang relevan (mirip).14

C. Pengertian Punk

Dalam Tesis Bambang Hernawan menuliskan bahwa “Punk” istilah ini berarti “sampah” (barang yang tidak berharga). Untuk pertama kalinya punk berasal dari Inggris.15 Di Inggris subkultur punk lahir dari kalangan kelas pekerja, subkultur ini lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya dan agama. Walaupun demikian subkultur punk berkembang diberbagai belahan dunia.

Namun jika dicermati lebih dalam banyak sekali yang menarik yang dapat Anda lihat di komunitas ini. Punk sendiri terbagi menjadi beberapa komunitas-komunitas yang memiliki ciri khas tersendiri, terkadang antara

14 Hogg, M.A. & Vaughan, G.M. Social Psychology (london : prentice hall. 2002)

15 Bambang Hernawan. Wacana Kritik Lirik Musik Rock Studi Analisis Wacana Kritikal Lirik Musik Underground Group Band Aliran Death Metal dan Punk Kota Bekasi. (Depok: Program Pasca Sarjana UI. 2003). Hal 76.

komunitas yang satu dengan komunitas yang lain juga sering terlibat masalah.

Dan punk juga memiliki macam-macam aliran punk, antara lain : 1. Anarcho Punk

Komunitas Punk yang satu ini memang termasuk salah satu komunitas yang sangat keras. Bisa dibilang mereka sangat menutup diri dengan orang-orang lainnya, kekerasan nampaknya memang sudah menjadi bagiandari kehidupan mereka. Tidak jarang mereka juga terlibat bentrokan dengan sesama komunitas Punk yang lainnya. Anarcho Punk juga sangat idealis dengan ideologi yang mereka anut. Ideologi yang mereka anut diantaranya, Anti Authoritarianism dan Anti Capitalist.Crass, Conflict, Flux Of Pink Indians merupakan sebagian band yang berasal dari Anarcho Punk.

2. Crust Punk

Jika Anda berpikir bahwa Anarcho Punk merupakan komunitas Punk yang sangat brutal, maka Anda harus menyimak yang satu ini. Crust Punk sendiri sudah diklaim oleh para komunitas Punk yang lainnya sebagai komunitas Punk yang paling brutal. Para penganut dari faham ini biasa disebut dengan Crusties. Para Crusties tersebut sering melakukan berbagai macam pemberontakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Musik yang mereka mainkan merupakan penggabungan dari musik Anarcho Punk dengan Heavy Metal. Para Crusties tersebut merupakan orang-orang yang anti sosial, mereka hanya mau bersosialisasi dengan sesama Crusties saja.16

16 http://rsyadesign.blogspot.co.id/2008/12/punk-dan-macam-macam-aliran-punk.html

D. Sejarah Punk

Dalam kutipan buku karya Widya yang berjudul Punk Ideologi yang Disalahpahami bahwa “Sejarah Punk adalah perilaku yang lahir dari sifat melawan, tidak puas hati, marah, dan benci pada sesuatu yang tidak pada tempatnya (sosial, ekonomi, politik, budaya bahkan agama) terutama tindakan yang menindas. Para Punker mewujudkan rasa tersebut dalam bentuk musik dan pakaian.” Awal mulanya punk muncul di Inggris sekitar tahun 1970-an.

Kemunculan subkultur punk dilatar belakangi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu negara tersebut mengalami krisis ekonomi sehingga banyak yang muncul pada negara tersebut seperti pengangguran, dan peningkatan kekerasan yang berada di jalanan.17 Dalam kondisi seperti ini sangatlah terasa bagi para kaum pekerja seperti buruh atau karyawan yang bekerja sepenuh waktu sehingga menyingkirkan kaum tersebut berada dalam kehidupan sosial didalam masyarakat sekitarnya, maka dari itu terciptalah jurang pemisah antara kelas pekerja dengan kelas yang diatasnya karena merasa teralineasi dan muncul rasa ketidakpuasan terhadap sistem suatu negara yang membelenggu dirinya. Sistem monarki hanya menimbulkan jurang hierarki yang besar antarkelas.

Pada sekitar tahun 70-an menunjukkan punk merupakan sebuah bentuk perlawanan dengan ciri pemberontakan yang mulai terlihat. Aksi dari slam dance yang extrem muncul. Dengan lagu Sex Pistol dalam judul Anarchy In the UK yang menyuarakan anti tuhan, dalam lagu tersebut terdapat kalimat “I am Anti Crist”. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa mereka merupakan

17 Widya G, Ideology Yang Disalahpahami, (Yogyakarta : Garasi Hause Of Book,2010), h.

12

golongan anti tuhan karena sebagian besar penduduk Inggris mayoritas beragama Kristen.

Pada tahun 80-an berkembang menjadi sebuah gerakan-gerakan politik, ini semua disebabkan karena pada saat itu Inggris mengalami berbagai masalah politik yang melandanya. Punk kini masuk berpartisipasi aktif dalam tendensi politik. Gerakan punk banyak terlibat aksi-aksi protes terhadap pemerintahan yang ada. Mereka menunjukkan sebuah pertentangan terhadap kemapanan sosial yang tidak adil. Bermula dari kebebasan berpikir dan menyuarakan pendapat dianggap sebagai fondasi utama dalam melakukan setiap berbagai aktivitas. Karena dari hal inilah mereka menganut ideologi anarkisme. Karena mereka bebas melakukan segala apapun sampai-sampai mereka berani menentang pemerintahan mereka sendiri. Punk berfikir kemapanan merupakan sebuah bahaya sosial karena berpotensi membatasi kebebasan berpikir, berpendapat untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang ada, jadi kita dipaksa untuk menuruti kehendak kekuasaan.

Pada tahun 90-an punk dalam perkembangannya mengalami kemunduran makna yang sesungguhnya, hal ini dilatar belakangi punk sudah masuk dan merambah kedalam dunia rekaman, dan banyak band-band punk yang mucul mengorbitkan album-albumnya. Sehingga esensi dari punk sudah memudar. Pada tahun ini juga punk mengalami pergeseran makna karena punk di masa ini hanya sekadar sebagai trend fesyen dan musik tanpa menganut seluruh ideologi yang punk miliki sebelumnya. Terbukti dari ini semua artinya punk sudah mengalami kemunduran karena telah masuk kedalam lingkaran kapitalisme, padahal punk yang sebelumnya mereka paling anti kapitalisme.

Karena ketika di tahun 80-an punk ada dan sudah bermusik mereka mengorbitkan karya mereka sendiri tanpa melalui dapur rekaman yang dimana mereka sudah tidak lagi melakukan secara mandiri dan menjadi ajang bisnis.

Dalam buku Martono Pada sekitar tahun 1980-an punk yang dianggap sebagai jenis musik mulai masuk kedalam Indonesia. Seiring dengan kesukaan kaula muda pada grup band Sex Pistol asal Inggris. Lalu mulailah punk berkembang di indonesia sekitar tahun 1990-an. seiring dengan berkembangnya zaman serta teknogi media yang semakin canggih berbagai budaya asing masuk termasuk pula subkultur punk ini. Lalu kini punk berkembang di kota-kota besar di Indonesia, terutama di Jakarta.

Di Jakarta terdapat suatu scane yang mirip dengan CBGB berlangsung di Pid Pub yaitu tempat pertunjukkan musik yang berada di Plaza Pondok Indah, Jakarta Selatan. Pid Pub turut andil dalam menerbitkan serta melahirkan generasi awal punk yang ada di Jakarta. Karena banyak penggemar dan penonton dari musik disana serta menjadi pionir generasi pertama punk di Jakarta. Band generasi pertama yang dilahirkan adalah Anti Septic. Dimana dua orang pendiri band tersebut sering hadir di acara-acara Pid Pub. Lalu ada juga The Stupid yang memberikan pengaruh besar terhadap generasi pertama punk itu. Hal ini disebabkan sekita akhir 1989 membawakan musik punk dalam acara metal dan band tersebut bergaya ala punk seperti halnya Sex Pistol.

Lalu kemudian ditahun 1992 klub yang bernama Black Hole di Pancoran- Gatot Subroto merupakan tempat yang sering didatangi anak-anak metal Jakarta. Di klub ini, terdapat sekumpulan anak Punk dengan dndanan ala

Sex Pistol dan the Exploited, sekumpulan anak punk tersebut tenyata teridentifikasi dari anggota Young Offender (YO). YO merupakan kelompok tongkrongan pertama di jakarta dan dapat dikatakan sebagai kelompok pertama pengorganisasian acara musik khusus punk.18 Selain itu dengan adanya YO maka dapat keluar dengan atribut punk, karena sebelumnya mereka dianggap aneh oleh masyarakat dengan dandanan punk.

Perkembangan subkultur punk di Jakarta yang bermula kelompok Young Offender (YO) semakin menurun karena disebabkan oleh beberapa hal yaitu perubahan genre musik yang semula di dominasi lagu-lagu punk sudah berubah karena terjerumusnya YO kedalam penggunaan narkotika. Tak jarang dari mereka banyak yang overdosis menggunakan narkotika.

Setelah surutnya YO muncul kelompok-kelompok tomgkrongan punk dari Subnorma, Sid Gank di Jakarta Timur dan Utara, Slumer, Neo Epileption dan Meruya Barmy Army di daerah Jakarta Selatan, Swilindle Revolution didaerah Ciputat, Miracle di Cileduk, PLN di daerah blok M. Dari banyaknya kelompok- kelompok tongkrongan tersebut berkembanglah menjadi komunitas-komunitas punk. Serta dengan banyaknya komunitas-komunitas tersebut maka tersebarlah di penjuru Ibukota yang mewarnai subkultur punk.

Pada dasarnya subkultur punk yang mewarnai Ibukota Jakarta ini tak beda dengan subkultur punk di Inggris. Gaya hidup yang biasa mereka lakukan sama dengan komunitas punk-punk lainnya, seperti dengan gaya hidup punk yang suka minum-minuman beralkohol, menggunakan narkotika, anarkrnisme. Gaya dandanan mereka juga sama dengan punk yang di Inggris.

18Dikutip dari http://www.jakartabeat.net/musik/147-sejarah-komunitas-punk-Jakarta-bagian-1.html (diakses tanggal 7 Agustus 2016)

Mereka mengenakan gaya rambut mohawk dan ada yang diberikan warna-warni, baju dan celana yang ketat serta cendrung berwana hitam, tindikan dengan aksesoris di wajah, tato dan lain-lain.

E. Ideologi Punk

Kelompok punk muncul sehingga menjadi sebuah subkultur baru serta mereka ada sebagai bentuk perlawanan yang dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang kacau. Subkultur punk mempunyai ideologi yang

Kelompok punk muncul sehingga menjadi sebuah subkultur baru serta mereka ada sebagai bentuk perlawanan yang dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang kacau. Subkultur punk mempunyai ideologi yang

Dokumen terkait