• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari Kesimpulan, Saran, dan lampiran-lampiran berkaitan dengan penilitian yang telah dilakukan.

17 A Manajemen Pelayanan

1. Pengertian Manajemen Pelayanan

Untuk mengetahui definisi manajemen pelayanan harus mengerti pengertiannya terlebih dahulu kata perkata. Oleh karena itu akan diuraikan terlebih dahulu tentang manajemen seterusnya manajemen pelayanan.

Dalam kamus bahasa Indonesia, kata manajemen berarti mengelola sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran dan pemimpin bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi.1

Menurut Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi,2 manajemen berasal dari bahasa Inggris yakni management yang berarti, ketatalaksanaan, tatapimpinan, dan pengelolaan. Artinya, manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan. Seterusnya, dalam bahasa Arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzhim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya. Dan

1 Meity Taqdir Qodratillah, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), hlm 296

2 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), hlm 9

dalam buku dasar-dasar manajemen, manajemen dalam bahasa inggris dikenal dengan kata manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola.3

Sedangkan menurut istilah terdapat beberapa pengertian, dalam penelitian ini penulis akan memaparkan beberapa pengertian menurut para ahli dalam bidang manajemen. Adapun pengertian manajemen menurut para ahli bidang manajemen diantaranya adalah sebagai berikut:

Menurut George R.Terry dan Leslie W.

Rue,4manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan terhadap suatu kelompok orang kearah tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Artinya, bimbingan perlu diberikan karena tidak semua pekerja menjadi terampil dalam melaksanaknan kegiatan organisasi. Cara yang harus digunakan untuk membimbing tentu bergantung pada kebijakan dan keinginan pemimpin, misalnya kepada pekerja yang kurang terampil dapat diberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan.

Menurut Malayu S.P Hasibuan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

3 Badrudin, Dasar-Dasar Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm 1

4 Karyoto, Dasar-Dasar Manajemen Teori, Definisi dan Konsep (Yogyakarta: ANDI, 2016), hlm 2-3

manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.5

Dari beberapa pengertian dan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan oleh penulis, manajemen adalah manajemen adalah suatu proses untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menjalankan fungsi-fungsi sesuai ketentuan organisasi atau kelompok.

Sementara pelayanan dalam kamus besar bahasa Indonesia, berarti sebagai kemudahan yang diberikan sehubungan jual beli barang atau jasa.6 Menurut Ivanicevich, Lorensi, Skinner, dan Crosby mendifinisikan pelayanan adalah produk yang tidak kasat mata yakni tidak dapat diraba yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan.7

Menurut Gronroos menyebutkan bahwa pelayanan adalah aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan atau hal-hal lain disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.8

5 Malayu S.P Hasinuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm 2

6 T. Hani Handoko, Manajemen Edidi 2, (Yogyakarta: BPFE, 2003), hlm 7

7 Zaenal Mukarom dan Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Pelayanan Publik, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm 80

8 Ratmino & Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), hlm 2

Dari pengertian di atas, penulis telah menyimpulkan manajemen pelayanan dapat diartikan sebagai proses penerapan ilmu dan seni untuk menyusun rencana, mengimplementasikan rencana, mengoordinasikan dalam memanfaatkan sumberdaya manusia secara efektif dan efisien dalam menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi karena interaksi antara karyawan dan pelanggan (jamaah) demi mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Teori Tentang Fungsi Manajemen Pelayanan (Planning, Organizing, Actuating, Controlling)

Fungsi manajemen adalah rangkaian berbagai kegiatan yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya yang dilaksanakan oleh orang-orang dalam organisasi atau bagian-bagian dari lembaga yang diberikan tugas untuk melaksanakan kegiatan. Menurut George R. Terry, dalam buku manajemen yaitu:9 Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan), Controlling (pengawasan).

a) Perencanaan (planning)

Perencanaan ialah pemilihan dan penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan penggunaan perkiraan atau asumsi untuk masa yang akan datang dengan

9 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Rahmad Sementara, 2009), cet 2, hlm 81

jalan mengambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.10

Perencanaan atau peramalan adalah penilaian waktu yang akan datang dan kemudian pengambilan keputusan-keputusan untuk tindakan yang akan datang. Pemimpin dalam fungsi perencanaan dan peramalan harus mengkaji dan mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum memutuskan karena ini adalah langkah awal yang akan berpengaruh terhadap langkah-langkah selanjutnya.

Perencanaan merupakan poin paling awal dari aktivitas manajerial. Karena bagaimanapun sempurnanya suatu aktivitas manajemen tetap membutuhkan sebuah perencanaan karena perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil yang optimal. Tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.11

Dalam pembahasan terhadap proses perencanaan untuk pelayanan akan meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

10 Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: Mandar Maju, Cet II 2011), hlm 10

11 Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm 43

1) Perkiraan dan perhitungan masa depan aktivitas pelayanan.

2) Penentuan dan perumusan sasaran pelayanan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3) Penetapan tindakan dan prioritas pelaksanaannya.

4) Penetapan metode dalam pelayanan.

5) Penetapan dan penjadwalan waktu.

6) Penetapan lokasi (tempat), penetapan biaya fasilitas dan faktor-faktor lain yang diperlukan.12 b) Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian (organizing) adalah penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang yakni pegawai, terhadap kegiatan-kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukkan hubungan wewenang yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan dengan setiap kegiatan yang diharapkan.13

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang berkaitan erat dengan perencanaan dan merupakan suatu proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang statis.

12 Abd Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm 55

13 Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen, hlm 38

Pengorganisasian merupakan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas, dan membagi-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan departemen-departemen (sub-sistem) serta penentuan hubungan-hubungan.14

Dalam sebuah pengorganisasian pelayanan mencakup beberapa aktivitas antara lain sebagai berikut:15

1) Membagi-bagi dan mengelompokkan tindakan-tindakan dalam pelayanan dalam satuan kerja.

Misalnya seperti pelayanan administrasi, pelayanan bimbingan manasik, pelayanan transportasi, pelayanan kesehatan, pelayanan kosumsi dan pelayanan akomodasi.

2) Menentukan dan merumuskan tugas dari masing-masing satuan serta menetapkan pelaksanaan untuk melakukan tugas tersebut.

3) Memberikan wewenang kepada masing-masing pelaksanaan, menetapkan jalinan hubungan.

Misalnya pelayanan administrasi bekerjasama dengan bagian keuangan untuk menstabilkan pengurusan.

14 Badrudin, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2014), cet 2, hlm 111

15 Abd Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, hlm 79

c) Pergerakan (actuating)

Pergerakan ialah dengan membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.16

Faktor pendukung untuk pergerakan dalam pelayanan adalah seperti berikut:17

1) Tersedianya karyawan yang baik.

Kenyamanan jamaah (pelanggan) tergantung dari karyawan yang melayani. Karyawan harus ramah, sopan dan menarik. Karyawan juga harus mampu memikat dan mengambil hati jamaah.

2) Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.

Pada dasarnya jamaah menginginkan pelayanan yang prima untuk melayani jamaah, salah satu yang paling penting diperhatikan disamping kualitas dan kuantitas sumber daya manusia adalah sarana dan prasarana yang dimiliki perusahaan.

Peralatan dan fasilitas yang dimiliki seperti ruang tunggu dan ruang penerima tamu harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas sehingga membuat jamaah nyaman dalam ruangan tersebut.

16 Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen, hlm 82

17 Kashmir, Etika Customer service, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), hlm 186

3) Bertanggung jawab

Dalam menjalankan pelayanan karyawan harus bisa melayani dari awal sampai selesai sehingga jamaah akan merasa puas jika karyawan bertanggung jawab terhadap pelayanan yang diinginkan, melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur.

4) Mampu melayani secara cepat dan tepat.

Dalam melayani jamaah (pelanggan) harus sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.

Layanan yang diberikan harus sesuai dengan jadwal.

5) Mampu berkomunikasi.

Karyawan mampu berkomunikasi dengan jamaah. Karyawan juga harus cepat tanggap dalam memahami keinginan jamaah.

6) Memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik.

Karyawan dididik khusus mengenai kemampuan dan pengetahuan untuk memahami masalah jamaah atau kemampuan dalam bekerja.

7) Memahami kebutuhan jamaah

Karyawan harus cepat dan tanggap dengan kebuthan jamaah. Karyawan yang lambat akan membuat jamaah lari. Usaha memahami dan mengerti keinginan dan kebutuhan jamaah secara tepat.

Pengawasan (controlling)

Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus dicapai, menilai pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bilamana perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standar.18

Controlling sering disebut juga pengendalian yaitu mengadakan pemantauan dan koreksi sehingga bawahan dapat melakukan tugasnya dengan benar sesuai tujuan semula.19

Kegiatan pada fungsi pengawasan dalam pelayanan diantaranya:20

1) Menetapkan standarisasi pelayanan.

2) Mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan pelayanan yang telah ditetapkan.

3) Membandingkan antara pelaksanaan dan standar.

4) Mengadakan dan melaksanakan tindakan-tindakan perbaikan dan pembetulan.

3. Kegiatan Manajemen Pelayanan Jamaah Haji a) Pelayanan administrasi

Administrasi adalah seluruh proses kegiatan yang dilakukan dan melibatkan dan melibatkan semua orang secara bersama dalam organisasi untuk

18 Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen, hlm 109

19 Badrudin, Dasar-Dasar Manajemen, hlm 17

20 Abd Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, hlm 112

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, bermula dari proses pendaftaran, pembayaran dan surat keimigrasian.21

b) Pelayanan bimbingan manasik

Bimbingan manasik haji dapat dilakukan menjadi tiga bagian. Prahaji, bimbingan yang dilakukan sebelum berangkat ke Tanah Suci agar calon jamaah mengerti dan memahami bagaimana cara beribadah haji ketika berada di tanah suci nanti. Seterusnya, bimbingan yang dilakukan ketika berada di Tanah Suci. Pembimbing mendampingi dan memberi pengarahan kepada jamaah agar pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan tatacara ibadah haji. Pascahaji adalah bimbingan yang dilakukan setelah pelaksanaan ibadah haji untuk mempertahankan kemabruran haji.

c) Pelayanan transportasi

Transportasi memegang peran yang cukup menentukan dalam pelaksanaan ibadah haji.

Pergerakan jamaah dari daerah asal menuju ke Arab Saudi sampai kembali ke daerah asal memerlukan sarana transportasi yang sesuai dengan jarak tempuh perjalanan dan volume angkut yakni orang dan barang.22

21 Tata Sukayat, Manajemen Haji, Umrah dan Wisata Agama (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2016), hlm 133-134

22 Tata Sukayat, Manajemen Haji, Umrah dan Wisata Agama, hlm 133-134

Pelayanan Transportasi udara merupakan bagian kewajiban pemerintah dalam rangka meobilitasi jamaah dari tanah air ke Arab Saudi, dan kembali ke Tanah Air. Transportai udara ini menjadi kenyamanan, keamanan dan keselamatan jamaah haji.23

Menurut Agustina Wulandari24 dalam pelayanan Transportai udara, telah disusun indikator mutu layanan yaitu: ketepatan waktu (on time performent) sesuai dengan jadwal keberangkatan dan kepulangan, meminimalisi berbagai kelemahan dalam dalam pemberian pelayanan di pesawat, pemberi rasa nyaman , aman, memperhatikan tingkat keselamatan dan keramahan petugas penerbangan dalam melayani jamaah haji.

d) Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan dilakukan sebelum berangkat ke Tanah Suci seperti medical check-up, suntikan Meningococcal Quadrivalent Vaccine ACYW – 135.25 Pelayanan kesehatan adalah pemeriksaan, perawatan, dan pemeliharaan kesehatan agar jamaah tetap dalam keadaan sehat, tidak menularkan atau tertular penyakit

23 Ali Rokhmat, Manajemen Haji Membangun Tata Kelola Haji Indonesia, (Jakarta: Media Dakwah, 2016), hlm 239

24 Agustina Wulandari, Skripsi Manajemen Pelayanan Biro Perjalanan Haji dan Umrah di PT. Patuna Mekar Jaya Tour & Travel Bandar Lampung (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2018), hlm 39

25 Lembaga Tabung Haji, Panduan Kesihatan Jemaah Haji (Malaysia:

Jabatan Tabung Haji, 2007), hlm 7

selama menjalankan ibadah haji serta setelah kembali ke Tanah Air.26

e) Pelayanan kosumsi

Kelayakan dalam penyajian makanan yang memenuhi standar gizi dan higienis merupakan pelayanan yang menjadikan jamaah merasa nyaman dan puas. Bila dibandingkan dengan fasilitas yang mereka terima dan rasakan, biaya yang mereka keluarkan untuk bisa melaksanakan ibadah haji menjadi seimbang.27

Selama di Arab Saudi, jamaah haji akan mendapat pelayanan catering pada saat kedatangan dan kepulangan di pemondokan Madinah, pemondokan Mekah, Arafah, dan Mina. Juga selama kedatangan dan kepulangan di Bandara Jeddah. Pelayanan Katering diberikan dengan menu dan citarasa khas tanah air.28

f) Pelayanan akomodasi

Akomodasi adalah salah satu unsur penting yang harus diperhatikan oleh para penyelenggara ibadah haji. Penyelenggaraan harus memeberikan akomodasi dengan baik dan memuaskan sehingga para jamaah

26 Tata Sukayat, Manajemen Haji, Umrah dan Wisata Agama, hlm 133-134

27 Tata Sukayat, Manajemen Haji, Umrah dan Wisata Agama, hlm 133-134

28 Agustina Wulandari, Skripsi Manajemen Pelayanan Biro Perjalanan Haji dan Umrah di PT. Patuna Mekar Jaya Tour & Travel Bandar Lampung, hlm 40

lebih khusyuk dalam menjalankan ibadah. Pelayanan akomodasi dimaksud antara lain adalah pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan, minum, serta jasa lainnya.29

Menurut Agustina Wulandari,30 akomodasi adalah salah satu unsur penting yang harus diberikan oleh para penyelenggaraan ibdah haji dan umrah. Yang dimaksudkan dengan akomodasi itu sendiri adalah wahana yang menggunkan pelayanan jasa penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makanan dan minuman serta jasa lainnya. Penyewaan pemondokan juga harus mengikuti ketentuan dalam Taklimatul Hajj pemerintah Arab Saudi. Ketentuan tersebut antara lain masyarakat adanya izin kelayakan (tasyrih) yang dikeluarkan oleh baladiyah (pemerintah daerah), karena dengan adanya akomodasi yang baik dan memuaskan sehingga para jamaah menjadi lebih khusyuk dalam menjalankan ibadah haji.

B Jamaah Haji

Ibadah haji adalah puncak pengabdian insan Muslim terhadap Allah swt setelah memenuhi tuntutan syahadah, menunaikan ibadah anggota tubuh badan yakni solat,

29 Tata Sukayat, Manajemen Haji, Umrah dan Wisata Agama, hlm 133-134

30 Agustina Wulandari, Skripsi Manajemen Pelayanan Biro Perjalanan Haji dan Umrah di PT. Patuna Mekar Jaya Tour & Travel Bandar Lampung, hlm 40

menundukkan hawa nafsu yakni berpuasa pada bulan ramadhan dan memenuhi kewajiban ke atas hartanya menerusi amalan berzakat.31

Jamaah adalah berasal dari kata bahasa Arab yang artinya

“kelompok” atau “bersama-sama” ungkapan sholat berjamaah berarti sholat yang dikerjakan secara bersama-sama dibawah pimpinan seorang imam. Jamaah berarti sekelompok manusia yang terikat oleh sikap, pendirian, keyakinan, dan tugas serta tujuan yang sama. Islam mengajarkan Islam menggalang kekompakan dan kebersamaan, yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari pribadi-pribadi muslim yang berpegang pada norma-norma Islam, menegakkan prinsip “ta’awun” yakni tolong-menolong dan kerjasama untuk tegaknya kekuatan bersama demi tercapainya tujuan yang sama.32

Sedangkan haji dari segi bahasa berarti tujuan. Dari segi istilah berarti mengunjungi Baitullah di Mekah untuk melakukan beberapa amal Ibadah pada bulan haji dengan rukun dan syarat tertentu sebagai perlaksanaan rukun Islam yang kelima.33 Selain itu, kata haji berarti berniat pergi, bermaksud atau menuju ke tempat tertentu. Sedangkan arti haji menurut istilah adalah menuju ka’bah untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, yakni mengunjungi suatu tempat tertentu dengan melakukan suatu pekerjaan tertentu

31 Ismail Kamus, Indahnya Hidup Bersyariat,(Selangor: Telaga Biru, 2015) Cetakan ke 33, hlm 183

32 Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djembatan, 1992), hlm 486

33 Ismail Kamus, Indahnya Hidup Bersyariat, hlm 183

Dengan kata lain, haji menurut istilah adalah sengaja mengunjungi Mekah untuk mengerjakan ibadah yang terdiri atas tawaf, sa’i, wukuf, dan ibadah-ibadah lain untuk memenuhi perintah Allah swt serta mengharapkan keredhaannya.34

Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa maksud jamaah haji adalah sekelompok orang berkumpul untuk mengunjungi kaabah yakni Baitullah di Mekah bersama-sama mengerjakan serangkaian ibadah haji berupa tawaf, sa’i, wukuf dan ibadah-ibadah lain untuk memenuhi perintah Allah swt.

Ibadah haji diwajibkan bagi setiap Muslim dan Muslimah yang mampu (istitha’ah) sekali seumur hidup.35 Menurut Tata Sukayat dalam buku Manajemen Haji, Umrah dan Wisata Agama, mampu yaitu sehat fisik, memiliki harta untuk bekal dan perjalanan tanpa menyusahkan diri.36

Menurut Aditya Eka Prawira dalam Liputan6.com,37 mengutip dari Eka Jusuf pada acara The 5th Global Health Security Agenda (GHSA) di Bali Nusa Dua Convention Center 2 mengatakan bahwa Istitha’ah itu sebenarnya bahasa Arab yang artinya capability atau kemampuan. Kemampuan seorang bisa menunaikan ibadah haji dari aspek kesehatannya.

34 Tata Sukayat, Manajemen Haji, Umrah dan Wisata Agama, hlm 4

35 Abd Al Rahman Al-Jazari, Kitab Al-Fiqh ‘ala al Madzhahib al-Arba’ah, (Lebanon: Dar al-Kutub al-ilmiyah, 2010), hlm 324

36 Tata Sukayat, Manajemen Haji, Umrah dan Wisata Agama, hlm 13

37 Aditya Eka Prawira, Istitha’ah Kunci Calon Jamaah Haji Terhindar Dari Risiko Sakit Di Tanah Suci, (www.liputan6.com, diakses pada 12 januari 2020)

Haji menjadi wajib atas seorang yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai Muslim, baligh, berakal, merdeka, dan memiliki kemampuan (istitha’ah). Akan tetapi, seandainya seorang anak yang belum baligh melakukan haji maka hajinya itu sah walaupun tidak menggugurkan kewajibannya untuk berhaji lagi nanti, jika telah mencapai usia baligh dan memiliki kemampuan untuk itu.38

C Tinjauan Undang-Undang Malaysia Akta 535 Akta Tabung Haji 1995 Tentang Pelayanan Haji

1. Dalam Undang-Undang Malaysia Akta 535 Akta Tabung Haji 1995 Bagian V Pengelola Jamaah Haji bagian 27 nomor:39

1) Tentang sekatan (perbatasan) ke atas pengelola Jamaah Haji yakni tidak ada seorang pun dapat:

a) Menjalankan atau membuat transaksi perniagaan (bisnis) mengelolakan perjalanan ke Tanah Suci untuk menunaikan haji.

b) Mengiklankan bahwa pengelola jamaah haji melakukan transaksi bisnis mengelolakan perjalanan, atau bahwa pengelola jamaah haji mengelolakan perjalanan, ke Tanah Suci untuk menunaikan haji.

38Pengertian Kemampuan Haji, ( www.dpr.go.id, , diakses pada 13 januari 2020)

39 Undang-Undang Malaysia Akta 535 Akta Tabung Haji 1995 Sebagaimana pada 1 Mei 2014 (Kuala Lumpur: Nasional Malaysia Berhad, 2014) hlm 24

c) Membuat apa-apa representasi yang berarti bahwa pengelola jamaah haji menjalankan atau membuat transaksi bisnis mengelolakan perjalanan, atau mengelolakan perjalanan ke Tanah Suci untuk menunaikan haji atau melakukan tindakan dan hal apapun yang dapat semunasabahnya mendorong Lembaga Tabung Haji untuk mempercayai bahwa orang itu akan menjalankan, membuat transaksi bisnis mengelolakan perjalanan, atau akan mengelolakan perjalanan, ke Tanah Suci untuk menunaikan haji.

Melainkan jika pengelola jamaah haji memegang lesen (surat ijin/ sertifikat) pengelola jamaah haji yang sah (valid) yang dikeluarkan oleh Lembaga Tabung Haji.

2. Undang-Undang Malaysia Akta 535 Akta Tabung Haji 1995 Bagian V Pengelola Jamaah Haji bagian 31 nomor:40 1) Tentang kewajiban pengelola jamaah haji jika jamaah

haji tertahan di Tanah Suci atau di tempat lain, pengelola jamaah haji atau agennya yang bermastautin (bermukim) di Malaysia hendaklah bertanggungjawab bagi pelaksanaan kewajiban yang berikut berkenaan dengan pesawat udara yang dicarter atau perkiraan yang dibuat untuk membawa jamaah haji ke atau dari Tanah Suci:

40 Undang-Undang Malaysia Akta 535 Akta Tabung Haji 1995 Sebagaimana pada 1 Mei 2014, hlm 28

a) Jika ada jamaah haji tertahan di Tanah Suci atau di tempat lain selama tempoh (periode) yang lebih lama daripada dua puluh empat jam dari masa dan tarikh (tanggal) tempat dalam pesawat udara itu sepatutnya ada, pengelola jamaah haji hendaklah membayar kepada Duta atau Konsul Malaysia di Tanah Suci atau di tempat lain untuk jumlah uang yang ditentukan oleh Lembaga Tabung Haji dari semasa ke semasa untuk mencukupi alaun sara hidup setiap jamaah haji sehingga jamaah haji pulang ke Malaysia.

b) Jika ada jamaah haji yang diberi tiket pergi balik (pulang pergi) yang dikeluarkan di Malaysia tertahan di Tanah Suci atau di tempat lain karena tidak ada tempat diberikan oleh pesawat udara yang tiketnya dapat digunakan, selama tempoh (periode) yang lebih lama daripada bilangan maksimum hari yang ditentukan oleh Lembaga Tabung Haji dari semasa ke semasa yang kiraannya hendaklah dibuat dari masa dan tanggal apabila pesawat udara itu sepatutnya ada, maka pengelola jamaah haji hendaklah membayar kepada Menteri berkenaan dengan setiap jamaah haji sedemikian jumlah uang yang dituntut oleh Menteri sebagai kos untuk menghantar pulang jamaah haji itu.

2) Periode yang disebut dalam sub-bagian nomor 1 tidak dapat jika pesawat udara itu terhalang daripada membawa jamaah haji dalam perjalanan pulang karena gangguan perang atau apa-apa jenis vis major.

3) Perakuan (sertifikat) tentang tahanan itu adalah berupa tanda tangan dan dimeteraikan dengan meterai konsular Duta atau Konsul Malaysia di Tanah Suci atau di tempat lain dapat diterima sebagai keterangan mengenai segala fakta yang dinyatakan dalamnya dan hendaklah diterima, tanpa terlebih dahulu (tanpa ragu) dibuktikan dengan tanda tangan, sebagai keterangan dalam tiap mahkamah (pengadilan) di Malaysia atau dalam tiap timbang tara (pertimbangan).

3. Undang-Undang Malaysia Akta 535 Akta Tabung Haji 1995 Bagian V Pengelola Jamaah Haji bagian 32 nomor:41 1) Tentang pengeluaran tiket kepada jamaah haji yakni

tiap pengelola jamaah haji hendaklah mengeluarkan

tiap pengelola jamaah haji hendaklah mengeluarkan

Dokumen terkait