• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Ada dua macam tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, tinjauan pustaka berdasarkan penelitian filologi terdahulu yang memiliki bentuk analisis struktur yang sama yaitu struktur sastra kitab dan yang kedua berdasarkan penelitian filologi terdahulu yang memiliki bentuk analisis isi teks yang sama yaitu mengkaji mengenai ajaran tasawuf yang terkandung di dalam teks.

1. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Penelitian Filologi Terdahulu yang Memiliki Bentuk Analisis Struktur yaitu Struktur Sastra Kitab

Teks MATC merupakan salah satu karya sastra Melayu klasik yang termasuk dalam ranah sastra kitab. Struktur teks sastra kitab pada umumnya menunjukkan struktur yang tetap, yaitu terdapat pendahuluan, isi, dan penutup. Di antara penelitian terdahulu yang menggunakan teks yang memiliki struktur sastra kitab sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut.

a. Teks Risalah dengan judul penelitian Risalah: Suntingan Teks, Analisis

Struktur, Isi, dan Fungsi. Penelitian tersebut dikerjakan oleh M. Abidin

Raharjo guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

b. Teks Targhib Al- milin dengan judul penelitian Targhib Al- milin:

commit to user

Widya Astuti guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

c. Teks Tarjumānu Al-Musthafīdi Min Al-’Arabiyyati Li Adabi Az-Zikri ’alā

Ath-Tharīqati Al-Khalwātiyyah dengan judul penelitian Tarjumānu Al

-Musthafīdi Min Al-’Arabiyyati Li Adabi Az-Zikri ’alā Ath-Tharīqati Al

-Khalwātiyyah: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Tarekat

Khalwatiyah. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Herlian Ardivianti guna

mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

d. Teks Tanbīhu ‘l-Ikhwān fī ‘sy-Syurūthi wa ‘l-Arkān dengan judul penelitian

Tanbīhu ‘l-Ikhwān fī ‘sy-Syurūthi wa ‘l-Arkān: Suntingan Teks dan

Pendekatan Resepsi. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Suci Antari guna

mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

e. Teks Syamsu ‘l-Ma’rifah ilā Hadlrati ‘sy-Syarī’ah dengan judul penelitian

Syamsu ‘l-Ma’rifah ilā Hadlrati ‘sy-Syarī’ah: Suntingan Teks, Analisis

Struktur, dan Isi. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Nurul Amalia Viliasari

guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

f. Teks Mawa’izhu ‘l-Badi’ dengan judul penelitian Mawa’izhu ‘l-Badi’:

Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Agama. Penelitian tersebut

dikerjakan oleh Inayatul Mufida guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

commit to user

g. Teks Talkhīshu ‘l-Falākhi fi Bayāni Akhkāmi ‘th-Thalāqi wa ‘n-Nikākh

dengan judul penelitian Talkhīshu ‘l-Falākhi fi Bayāni Akhkāmi ‘th-Thalāqi wa ‘n-Nikākh: Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi Ajaran Fikih. Penelitian tersebut dikerjakan oleh Yuliyanti Astutik guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. h. Teks Kitab Murabba’ dengan judul penelitian Kitab Murabba’: Suntingan

Teks, Analisis Struktur, dan Ajaran Fikih. Penelitian tersebut dikerjakan oleh

Siti Sarah Nurhasanah guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

2. Tinjauan Pustaka Berdasarkan Penelitian Filologi Terdahulu yang Memiliki Bentuk Analisis Isi Teks yaitu Mengkaji Ajaran Tasawuf yang Terkandung di dalam Teks

Teks MATC merupakan naskah yang di dalamnya banyak mengandung ajaran tasawuf. Penelitian terhadap terhadap teks MATC dilakukan dalam rangka menyajikan teks MATC ke dalam bentuk suntingan, kemudian menganalisis isi teks tersebut berdasarkan tinjauan tasawuf. Berikut ini garis besar ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks MATC.

a. Penjelasan mengenai ilmu yang memberi manfaat.

b. Penjelasan mengenai mengasingkan diri dalam rangka menjauhi kenikmatan duniawi.

c. Penjelasan mengenai keadaan fakir dan hajat.

d. Penjelasan mengenai mensucikan nafas serta takut apabila mengotorinya. e. Penjelasan mengenai perasaan takut dan harap.

commit to user

Sebagai dasar tinjauan pustaka, berikut penelitian filologi terdahulu terhadap teks Melayu yang memiliki bentuk analisis yang sama dengan penelitian ini yaitu mengkaji mengenai ajaran tasawuf yang terkandung di dalam teks.

a. Teks Bayan Asy-Syahadat dengan judul penelitian Suntingan Teks, Konsep

Syahadat, dan Ajaran Tasawuf dalam Bayan Asy-Syahadat. Teks tersebut

diteliti oleh Novita Ratna Wulandari guna mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Ajaran tasawuf yang terkandung di dalam teks Bayan Asy-Syahadat di antaranya sebagai berikut.

1) Tahap-tahap pelaksanaan tasawuf meliputi syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

2) Konsepsi syahadat dalam ajaran martabat tujuh.

3) Di dalam ekspresi pendekatan terhadap Tuhan, masih terdapatnya perbedaan esensi antara hamba dengan Tuhan.

b. Teks Risālah Tabyin Ath-Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya Ali Al-Muttaqi

dengan judul penelitian Risālah Tabyin Ath-Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya

Ali Al-Muttaqi: Suntingan Teks dan Tinjauan Tasawuf. Teks tersebut diteliti

oleh Siti Fathilah Nur Hidayati dalam rangka untuk mendapatkan gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Secara keseluruhan, ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks Risālah

Tabyin Ath-Tharīq ilā ‘l-Lāhi Ta’ālā karya Ali Al-Muttaqi adalah penjelasan

mengenai jalan untuk mengenal Tuhan ditempuh dengan mengamalkan zikir

commit to user

zikir lā ilāha illa ‘l-Lāh di antaranya adalah selamat di dunia dan di akhirat, dijauhkan dari api neraka, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

c. Teks Akhlaqul Mahmudah dengan judul penelitian Akhlaqul Mahmudah:

Suntingan Teks, Analisis Struktur, dan Isi Ajaran Tasawuf. Teks tersebut

diteliti oleh Fatmawati guna meraih gelar sarjananya di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks Akhlaqul Mahmudah di antaranya sebagai berikut.

1) Zikir kepada Allah SWT.

2) Perintah untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. dan tidak boleh berputus asa.

3) Larangan kufur terhadap nikmat Allah SWT.

4) Membelanjakan rizki yang diberikan Allah SWT. dengan sebaik-baiknya. 5) Janganlah melihat hal yang gaib selain Allah SWT.

d. Teks Syattariyah dengan judul penelitian Syattariyah: Suntingan Teks dan

Analisis Fungsi. Teks Syattariyah diteliti oleh Istadiyantha guna meraih gelar

Magister di Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Berikut ajaran tasawuf yang terdapat dalam teks Syattariyah.

1) Penjelasan tentang proses terjadinya alam, hakikat alam, dan hakikat Tuhan.

2) Penjelasan tentang empat martabat tauhid yaitu: tauhid Ulūhiyyah, Afal,

Sifat, dan Dzāt.

3) Penjelasan tentang zikir Huwa ‘l-Lāh dan Allāh Huwa.

commit to user

5) Tata cara pelaksanaan zikir.

6) Asal-usul diperolehnya amalan zikir.

7) Hubungan zikir dengan makrifat Tanzih dan Tasybih. 8) Hubungan tarekat Syattariyah dan Qadiriyah.

e. Teks Fathu ‘L-Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn dengan judul penelitian Fathu ‘L

-Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn: Suntingan Naskah dan Tinjauan Reseptif. Teks

Fathu ‘L-Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn diteliti oleh Sawu guna meraih gelar Magister di Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Berikut isi yang terdapat di dalam teks Fathu ‘L-Mubīn ’alā ‘L-Mulhidīn

terkait dengan ajaran tasawuf.

1) Sanggahan terhadap dalil-dalil Wujudiyah, yaitu dalil-dalil yang berupa ayat mutasyabihat dan dalil-dalil yang berupa hadis mutasyabihat.

2) Hujjah penyanggahan terhadap faham Mujassimah dan Musyabbihah. 3) Makna beberapa istilah dan kekeliruan pemahaman terhadap istilah

Wahdatu ‘l-Wujūd Ibn ’Arabi.

4) Makna dzat, nafsu, ’ain, wujud, hakikat, dansyai’.

5) Kekeliruan pemahaman istilah Wahdatu ‘l-WujūdIbn ’Arabi.

6) Masalah Syathhiyat (ucapan orang sufi), terdiri dari: pengertian

Syathhiyat, bantahan terhadap Syathhiyat, dan hukum Syathhiyat.

7) Fatwa ulama tentang Wujudiyah yang murtad dan izindīq.

Berdasarkan deskripsi dari penelitian filologi terdahulu di atas, baik dari penelitian filologi yang memiliki bentuk analisis struktur yaitu struktur sastra kitab maupun penelitian filologi terdahulu yang memiliki bentuk analisis isi teks yaitu mengkaji ajaran tasawuf, dapat diketahui bahwa penelitian terhadap teks MATC

commit to user

belum pernah dilakukan sebelumnya. Bila dilihat dari segi bentuk analisis struktur teks dan analisis isi teks, penelitian terhadap teks MATC memang bukanlah untuk yang pertama kalinya. Namun pada dasarnya penelitian terhadap teks MATC dikatakan belum pernah dilakukan sebelumnya dikarenakan dari segi objek penelitiannya merupakan objek yang baru dalam penelitian filologi, yaitu meneliti teks MATC.

B. Landasan Teori

Landasan teori dalam sebuah penelitian dimanfaatkan sebagai tuntunan kerja untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi (Sangidu, 2004:105). Teori adalah pernyataan tentang hakikat suatu kenyataan atau fakta. Teori juga diartikan sebagai hubungan antara kenyataan atau fakta tersebut dengan kenyataan atau fakta yang lain dan kebenaran pernyataan tersebut telah diuji melalui metode serta prosedur tertentu (Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2005:2).

Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang terbagi dalam dua macam, yaitu teori penyuntingan teks dan teori pengkajian teks. Teori penyuntingan teks adalah teori yang digunakan dalam menyunting sebuah teks dan teori pengkajian teks adalah teori yang digunakan dalam mengkaji isi teks.

1. Teori Penyuntingan Teks

Filologi adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik. Salah satu bentuk kegiatan praktis filologi ialah membuat suntingan suatu teks dan mengadakan perbaikan-perbaikan bagian teks yang rusak (Bani

commit to user

Sudardi, 2003:7). Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menghasilkan sebuah suntingan teks.

a. Inventarisasi Naskah

Inventarisasi naskah adalah usaha dalam melacak keberadaan naskah yang akan dijadikan sumber penelitian. Hal ini dapat dilakukan setelah memperoleh informasi tentang sejumlah naskah dari keseluruhan katalog yang ada. Setelah mendapatkan informasi mengenai sejumlah naskah, langkah penelitian selanjutnya ialah melakukan pencarian terhadap naskah berdasarkan informasi yang telah diperoleh. Ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam melakukan pencarian naskah. Tiga cara tersebut yaitu sebagai berikut.

1) Pencarian Naskah di Lapangan

Pencarian naskah ini dilakukan langsung di masyarakat dengan cara mendatangi orang-orang yang diduga menyimpan naskah-naskah yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2) Pencarian Naskah Melalui Katalog

Naskah yang terdaftar dalam katalog naskah adalah naskah-naskah yang dimiliki oleh suatu museum atau lembaga lain. Pencarian naskah melalui katalog dilakukan dengan cara melihat judul dan keterangan-keterangan yang ada di dalam katalog.

3) Artikel-artikel Tentang Naskah

Beberapa katalog sering belum lengkap dengan adanya penemuan naskah-naskah baru. Penemuan tersebut sering diinformasikan melalui artikel-artikel atau hasil-hasil penelitian. Untuk itu, inventarisasi naskah

commit to user

perlu juga dilengkapi dengan pembacaan sejumlah artikel tentang penemuan dan informasi tentang naskah (Bani Sudardi, 2003:44–47). b. Deskripsi Naskah

Langkah selanjutnya setelah berhasil menentukan naskah yang akan dijadikan sumber penelitian adalah pendeskripsian naskah. Deskripsi naskah adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menggambarkan seluk-beluk mengenai naskah yang akan diteliti. Semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa naskah, kolofon, dan garis besar isi teks (Edwar Djamaris, 2002:11). Hal-hal yang dideskripsikan dapat bertambah atau berkurang sesuai dengan kondisi naskah yang diteliti.

c. Transliterasi

Di dalam pengkajian filologi terdapat tahapan yang disebut transliterasi. Transliterasi yaitu penggantian jenis aksara (yang pada umumnya sudah kurang dikenal) dengan aksara dari abjad yang lain (yang dikenal dengan baik). Sebuah teks lama dibuat transliterasinya karena aksara yang digunakan di dalam teks lama sudah semakin asing bagi orang-orang generasi sekarang, sedangkan teks itu sendiri dianggap masih relevan dan penting untuk dilestarikan (Panuti Sudjiman, 1995:99). Edwar Djamaris (2002:19) mengartikan transliterasi sebagai penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad yang lain.

Di samping istilah transliterasi, ada istilah lain yang hampir sama maknanya, yaitu transkripsi. Dalam hal ini transkripsi diartikan sebagai pengubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain. Sebagai contoh, naskah lama

commit to user

yang ditulis dengan huruf Latin ejaan lama diubah ke ejaan baru yang berlaku sekarang. Transkripsi juga diartikan pengalihan teks lisan ke dalam teks tertulis (Edwar Djamaris, 2002:19).

Ada dua tugas pokok yang harus dilakukan oleh seorang filolog dalam melakukan transliterasi. Pertama, menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah khususnya penulisan kata dan yang kedua, menyajikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang, khususnya teks yang tidak menunjukkan ciri bahasa lama yang dikemukakan dalam tugas pokok pertama (Edwar Djamaris, 2002:19–20).

d. Kritik Teks

Langkah berikutnya setelah tahap transliterasi adalah melakukan kritik teks. Kata ‘kritik’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu krites yang berarti ‘seorang hakim’, krinein berarti ‘menghakimi’, dan kriterion berarti ‘dasar penghakiman’. Kritik teks memiliki makna yaitu memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya (Siti Baroroh Baried, et. al., 1994:61). Kritik teks dalam penelitian filologi dilakukan dengan cara menentukan teks-teks sesuai dengan urutan umur teks sehingga tersusun perkembangan teks dari masa ke masa (Bani Sudardi, 2003:82).

2. Teori Pengkajian Teks

a. Sastra Kitab

Sastra kitab merupakan jenis sastra keagamaan yang mencakup suatu bidang yang luas sekali. Roolvink (dalam Liaw Yock Fang, 1993:41)

commit to user

mengartikan sastra kitab sebagai sastra yang memuat kajian tentang Al-Quran, tafsir, tajwid, rukun Islam, usuludin, fikih, ilmu tasawuf, tarikat, zikir, rawatib, doa, jimat, risalah, wasiat, dan kitab tib (obat-obatan). Menurut Siti Baroroh Baried (dalam Sulastin Sutrisno, et. al., 1985:291), sastra kitab adalah sastra tasawuf yang berkembang di Aceh pada abad ke-17.

Sastra kitab merupakan sastra yang mengemukakan ajaran Islam yang bersumber pada ilmu fikih, tasawuf, ilmu kalam, dan tarikh serta riwayat tokoh-tokoh historis (Siti Chamamah Soeratno, 1982:149). Dalam penciptaannya, sastra kitab memiliki tujuan untuk menanamkan ajaran akidah Islam, menguatkan iman, dan meluruskan ajaran yang sesat (Siti Chamamah Soeratno, 1982:150).

Di Indonesia, sastra kitab merupakan sastra yang memiliki corak khusus dan tersebar luas bersama penyebaran ajaran Islam. Berdasarkan jenis sastranya, sastra kitab ada yang berbentuk puisi dan ada yang berbentuk prosa. Keduanya mempunyai bentuk formal dan struktur yang berbeda. Dalam Sastra Melayu, sastra kitab dalam bentuk puisi ditulis dalam bentuk syair dan sastra kitab yang berbentuk prosa memiliki konvensi sendiri yang terlihat dalam strukturnya (Siti Chamamah Soeratno, 1982:150–151).

b. Struktur Sastra Kitab

Di samping memiliki corak khusus, sastra kitab sebagai salah satu ragam sastra Islam juga memiliki sifat-sifat khusus yang lain. Sifat-sifat khusus tersebut tampak dalam struktur penceritaan dan pemakaian bahasa (Siti Chamamah Soeratno, 1982:152). Adapun yang dimaksud dengan

commit to user

struktur di sini adalah struktur narasi, bukan struktur norma-norma yang lain sebagaimana dikemukakan oleh Rene Wellek, yaitu bahwa karya sastra merupakan struktur norma-norma (1976:150–151 dalam Siti Chamamah Soeratno, 1982:151).

Struktur narasi sastra kitab adalah struktur penyajian teks, sama halnya dengan struktur penceritaan dalam sastra fiksi yang berupa plot atau alur. Alur adalah struktur penceritaan (Wellek, 1976:216 dalam Siti Chamamah Soeratno, 1982:152). Struktur narasi atau disebut juga dengan struktur penyajian, dalam sastra kitab pada umumnya menunjukkan struktur yang tetap. Struktur tersebut tampak pada pembagian sebagai berikut.

I. Pendahuluan

A. 1. Doa dan seruan

2. Ajaran taqwa bagi pembaca

3. Selawat kepada Nabi Muhammad saw. B. Kata wa ba’du.

C. Kepengarangan 1. Nama pengarang

2. Motivasi penulisan karangan 3. Judul karangan

Dalam pendahuluan, teks ditulis dalam bahasa Arab dan diterjemahkan secara interlinier.

II. Isi

Berupa uraian masalah yang dibahas. Pada umumnya dibagi dalam bab-bab serta pasal-pasal.

commit to user

III. Penutup

A. 1. Doa penutup kepada Tuhan Allah SWT. dalam bahasa Arab yang diikuti terjemahannya dalam bahasa Melayu.

2. Selawat kepada Nabi beserta keluarganya dalam bahasa Arab. B. Kata tammat

(Siti Chamamah Soeratno, 1982:209–210). c. Tasawuf

1) Pengertian Tasawuf

Secara etimologis, tasawuf diperkirakan berasal dari berbagai kata di antaranya: Ibnu Shauf, shufah, shafa, sophia, shuffah, dan shuf. Adapun arti kata-kata tersebut adalah sebagai berikut. Ibnu Shauf adalah gelar yang diberikan terhadap seorang Arab saleh yang selalu mengasingkan diri di dekat Ka’bah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan. Shufah adalah nama surat ijazah bagi orang yang melakukan ibadah haji. Hal ini dapat dihubungkan dengan kebiasaan perguruan tarekat, yaitu setelah mencapai tataran tertentu, murid perguruan tersebut akan memperoleh ijazah dari gurunya. Shafa berarti bersih atau suci. Sophia adalah kata Yunani yang berarti hikmah atau kebijaksanaan. Shuffah adalah nama suatu ruangan di dekat masjid Madinah tempat Nabi Muhammad saw. memberikan pelajaran agama terhadap para sahabatnya. Shuf berarti bulu kambing. Pakaian yang dibuat dari bahan bulu kambing biasa disebut pakaian shuf, yaitu pakaian yang biasa dipakai oleh orang sufi (Zaki Mubarak dalam Abubakar Aceh, 1984:25–26 dalam Istadiyantha, 2002:396–397).

commit to user

Istilah tasawuf diartikan sebagai suatu usaha pendekatan diri kepada Allah secara bersungguh-sungguh berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Cara pendekatan yang ditempuh adalah dengan membersihkan diri dari segala dosa dan perbuatan tercela, serta menghiasi perbuatannya itu dengan budi pekerti yang terpuji (Istadiyantha, 2002:398).

2) Macam-macam Aliran Tasawuf

Secara garis besar, aliran tasawuf dibagi menjadi dua macam. a) Aliran Wahdatu ’l-Wujud

Wahdatu ’l-Wujud adalah suatu aliran tasawuf yang memandang bahwa manusia itu berasal dari Tuhan dan dapat bersatu atau mencapai penghayatan kesatuan dengan Tuhan (Simuh, 1985:72; Asjwadie Sjukur, 1978:58 dalam Istadiyantha, 2002:398). Wahdatu

’l-Wujud berarti kesatuan wujud, kesatuan semesta. Alam dan Allah

adalah dua bentuk dalam satu hakikat, satu substansi, yakni zat Allah SWT (Asmaran As., 2002:402).

b) Aliran Wahdatu ’sy-Syuhud

Wahdatu ’sy-Syuhud adalah suatu aliran tasawuf yang masih

mempertahankan adanya perbedaan yang esensial antara manusia sebagai makhluk dan Tuhan sebagai pencipta makhluk (Simuh, 1985:72; Asjwadie Sjukur, 1978:58 dalam Istadiyantha, 2002:399).

Wahdatu ’sy-Syuhud berarti kesatuan penyaksian, yakni penyaksian Wujud yang Tunggal dalam kesegalaan. Di dalamnya, seorang menempuh jalan sufi menyaksikan segala sesuatu dengan mata kesatuan (Asmaran As., 2002:402).

commit to user

3) Isi Pokok Ajaran Tasawuf a) Tasawuf Akhlaki

Pada tahap awal memasuki kehidupan tasawuf, seorang murid diharuskan melakukan amalan dan latihan kerohanian yang cukup berat. Tujuannya adalah untuk menguasai hawa nafsu dalam rangka pembersihan jiwa untuk dapat berada di hadirat Allah (Asmaran As., 2002:68). Tindakan manusia yang sering dikendalikan oleh hawa nafsu dalam mengejar kehidupan duniawi merupakan tabir penghalang antara manusia dan Tuhan. Sebagai usaha menyingkap tabir yang membatasi manusia dengan Tuhan, ahli tasawuf membuat suatu sistem ajaran yang tersusun atas tiga tingkat. Sistem tersebut terdiri dari takhalli, tahalli, dan tajalli (Asmaran As., 2002:68).

Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela. Di

antara sifat-sifat tercela yang mengotori hati manusia ialah dengki, rasa mendongkol, buruk sangka, sombong, membanggakan diri, pamer, kikir, dan pemarah. Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Tahalli

adalah fase setelah takhalli yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji. Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap takhalli. Dengan kata lain, sesudah tahap pembersihan diri dari sifat-sifat tercela (takhalli), usaha itu harus berlanjut ke tahap berikutnya yaitu pengisian diri dengan sifat-sifat terpuji (tahalli). Tajalli merupakan pemantapan dan pendalaman

commit to user

materi yang telah dilalui pada fase tahalli. Tajalli berarti terungkapnya nur gaib untuk hati (Asmaran As., 2002:68–73).

Apabila jiwa telah terisi dengan sifat-sifat yang mulia dan organ-organ tubuh sudah terbiasa melakukan amal saleh dan perbuatan luhur, maka untuk selanjutnya agar hasil yang sudah diperoleh itu tidak berkurang, maka diperlukan penghayatan rasa ketuhanan. Untuk melestarikan dan memperdalam rasa ketuhanan, ada beberapa cara yang diajarkan kaum sufi, antara lain: munajat;

muraqabah dan muhasabah; memperbanyak wirid dan zikir;

mengingat mati; dan tafakkur (Asmaran As., 2002:76–90). b) Tasawuf Amali

Tasawuf amali merupakan lanjutan dari tasawuf akhlaki, karena seseorang tidak bisa dekat dengan Tuhan dengan amalan yang ia kerjakan sebelum ia membersihkan jiwanya. Jiwa yang bersih merupakan syarat utama untuk bisa kembali kepada Tuhan. Ada beberapa istilah yang merupakan tahapan pelaksanaan ajaran tasawuf sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Pelaksanaan ajaran tasawuf dilaksanakan melalui empat tahap yaitu syariat, tariqat, hakikat, dan makrifat (Asmaran As., 2002:95–104).

4) Tahapan dalam Pelaksanaan Ajaran Tasawuf

Pelaksanaan ajaran tasawuf dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu tahap pelaksanaan syariat, tahap pengamalan tarekat, tahap pencapaian tingkat hakikat, dan tahap pemerolehan makrifat (Istadiyantha, 2002:401).

commit to user

a) Syariat

Syariat adalah peraturan yang ditetapkan Tuhan bagi manusia berupa hukum-hukum yang disampaikan oleh rasul-Nya. Peraturan

Dokumen terkait