JALUR GEMPA DI DUNIA
KONSEPSI KONTRIBUSI TEKNOLOGI DALAM ZONING WILAYAH YANG DAPAT MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN
2) Menguatkan kelompok-kelompok sipil atau LSM yang peduli pada masalah-masalah pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan pada lingkungan sesuai dengan penataan ruang.
Upaya Startegi-5; Meningkatkan kesadaran geografis atau ruang Indonesia yang berada pada kawasan pertemuan tiga lempeng tektonik dan rawan bencana.
a.
Pemerintah pusat maupun Pemda melalui lembaga pendidikan, secara dini memberikan pemahaman kepada warga negara tentang posisi geografi/ wilayah Indonesia yang berada pada lempeng tektonik yaitu Indian Ocean-Australian Plate, West Pasific Plate dan South East Asian Plate. Kemudian juga dipenui oleh jalur gempa duia maupun beberapa tempat sebagai wilayah yang berpotensi tsunami apabila terjadi gempa bumi.b.
Pemerintah pusat, Kementerian terkait dan Pemda dalam membuat RTRW baik kepulauan, Provinsi, Kabupaten dan Kota sudah berisi zona wilayah yang rawan bencana.c.
Pemerintah pusat, Kementerian terkait dan Pemda menggunakan tehnologi yang terpadu serta terintegrasi untuk mencapai kedaya-gunaan dan keefektifan sebagai sistem early detection maupun early warning kepada masyarakat.d.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan dan Pemda bersama-sama masyarakat musisi menciptakan lagu-lagu ataupun produk budaya lainnya yang menumbuhkan kesadaran akan ruang/ wilayah geografi Indonesia.e.
Pemerintah pusat maupun kementerian terkait dan Pemda melakukan ekpedisi geografi secara rutin bagi sekolah-sekolah maupun kelompok mahasiswa, pemuda dan komunitas lainnya.f.
Pemerintah pusat maupun Pemda harus betul-betul memperhatikan bahwa setiap produk RTRW masing-masing sudah mengandung aspek mitigasi bencana maupun adaptasi perubahan iklim.BAB VII PENUTUP 28. Kesimpulan.
Setelah diuraikan secara panjang lebar dalam bab-bab di atas tentang kontribusi teknologi dalam zoning wilayah atau penataan ruang guna mewujudkan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa, maka beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Teknologi sebagai metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis atau ilmu pengetahuan terapan yang diimplementasikan ke berbagai aktifitas pembangunan baik nasional maupun daerah, tidak terkecuali dalam zoning wilayah atau pembagian kawasan kedalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau sengaja diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain sesuai dengan rencana tata ruang wilayah maupun untuk pertanian sebagai upaya meningkatkan produksi pangan itu sendiri. Pemaknaan zoning wilayah sangat berkaitan erat dengan penataan ruang yakni suatu sitem proses perencanaan tata ruang, pemamfaatan ruang dan pengendalian pemamfaatan ruang untuk kepentingan pembangunan yang berwawasan lingkungan, berkelanjutan dan memiliki kemampuan daya saing. Penggunaan teknologi tidak hanya dalam zoning wilayah, tetapi juga dalam penataan ruang sebagaimana diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007. Hal tersebut menjadi sangat penting karena memang posisi zoning wilayah sebagai dasar dari pada pembuatan rencana tata ruang wilayah atau RTRW sebagai out-put disatu sisi dan
disisi lain teknologi sebagai pendukung dalam pembangunan Indonesia menuju kesejahteraan.
b. Dalam kenyataannya untuk kesuksesan suatu penataan ruang sebagi out-put dari pada zoning wilayah, tidak hanya karena adanya suatu kebijakan penggunaan teknologi yang terintegratif antara pemangku kepentingan, tetapi juga ada permasalahan-permasalahan yang lain seperti misalnya kapasitas SDM dibidang teknologi maupun petugas-petugas penyusun rencana tata ruang wilayah yang ada di level Provinsi, Kabupaten dan Kota. Permasalahan lainnya yang juga sangat penting adalah berjalannya secara efektif dan efesien fungsi pengawasan dan penegakan hukum penataan ruang, meningkatnya sinergitas antar pemangku kepentingan penataan ruang seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, BPN, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota dan meningkatnya kesadaran geografis Indonesia yang berada pada tiga lempeng tektonik dunia, dalam jalur beberapa gunung berapi dan rawan bencana lainnya.
c. Untuk mewujudkan kontribusi penggunaan teknologi dalam zoning wilayah atau penataan ruang guna mewujudkan ketahanan pangan maka perlu dilakukan upaya-upaya secara sistematis. Sebelum upaya-upaya tersebut maka kebijakan yang diambil adalah “Terbentuknya Rencana Tata Ruang Wilayah dan atau Zoning Wilayah Seluruh Pemerintah Daerah yang Didukung Oleh Teknologi yang Modern”. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut maka dirumuskan dalam beberapa strategi, yaitu strategi pertama adalah adanya kebijakan penggunaan teknologi yang terintegrasi antar pemangku kepentingan. Strategi kedua adalah meningkatkan kapasitas SDM dibidang teknologi kepada petugas penyusun rencana tata ruang wilayah/ zoning wilayah dan meningkatkan pemahaman/ penggunaan teknologi pertanian oleh masyarakat. Strategi ketiga adalah memperkuat sinergitas antar pemegang kepentingan dalam penataan ruang/ zoning wilayah. Strategi keempat adalah meningkatkan peran pengawasan dan penegakan hukum penataan ruang serta mensinergikan peraturan perundang-undangan dibidang penataan ruang maupun pangan dan Strategi kelima adalah meningkatkan kesadaran akan geografi Indonesia khususnya wilayah yang rawan bencana.
d. Apabila kebijakan, strategi dan upaya-upaya yang sudah direncanakan dapat diujudkan maka produksi pangan Indonesia, seperti misalnya program surplus beras 2014 sepuluh juta ton atau mencetak dua juta Ha sawah baru akan cepat terealisasi. Dengan demikian ketahanan pangan akan terwujud dan seiring itu kemandirian bangsa akan menjadi sebuah realita.
29. Saran.
Dari pembahasan maupun kesimpulan di atas maka ada dua hal yang disarankan dalam Kertas Karya Kelompok ini, yaitu :
a. Didasarkan pada luasnya ruang atau geografi Indonesia, baik ruang darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi serta besarnya kebutuhan akan penggunaan teknologi baik untuk zoning wilayah dan penataan ruang itu sendiri maupun penerapan teknologi untuk peningkatan produk pertanian, maka disarankan atau diupayakan teknologi yang digunakan merupakan produk dalam negeri. Artinya, walaupun saat ini masih menggunakan produk luar negeri, tetapi kedepan harus diupayakan produk sendiri sebagai upaya mendukung kemandirian bangsa dan pembangunan yang berkelanjutan dalam penggunaan teknologi tersebut. Disadari bahwa saran ini mudah untuk ditulis, tetapi sulit untuk dilaksanakan dikarenakan negara-negara produk teknologi atau negara maju tidak begitu ikhlas untuk melepaskannya, oleh karena itu kebijakan pemerintah yang kuat sangat dibutuhkan untuk kepentingan bangsa dan negara.
b. Khusus dalam penegakan hukum tata ruang, perlu adanya suatu upaya yang luar biasa untuk membawa kasus-kasus tertentu kepengadilan dan diupayakan ada sebuah target tertentu di setiap Provinsi atau Kabupaten/ Kota. Upaya ini sebagai cara untuk memberikan efek deterrend atau penangkal terhadap kemungkinan munculnya pelaku-pelaku baru yang mengalih fungsikan suatu ruang atau lahan misalnya lahan sawah dijadikan komplek perumahan, industri dan lain-lain. Disamping itu tentu melakukan upaya-upaya pencegahan pengalihan fungsi suatu ruang atau lahan secara normatif seperti penyuluhan, peningkatan kapasitas SDM dan penggunaan teknologi itu sendiri.
Jakarta, 17 September 2012