• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan analisa kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai yang beralamat di Jalan Sultan Hasanuddin No. 1 Binjai.

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi

Menurut Sugiono (2005 : 90), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini sebanyak 60 orang. Yaitu seluruh pegawai di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai Bagian Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang berjumlah 10 orang dan masyarakat yang telah terdata telah menerima pelayanan pengurusan SIM di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai dalam tenggang waktu Januari – Maret 2011 yaitu sebanyak 50 orang.

2.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan sebagai sumber data. Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang digunakan adalah

sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2005 : 96).

Mengutip pendapat Arikunto (1998 : 120), apabila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang, maka sampel diambil sebesar 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Berdasarkan pendapat tersebut yang menjadi sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai Satlantas Polresta Binjai Bagian Pelayanan Pengurusan SIM sebanyak 10 orang dan masyarakat yang mengurus Surat Izin Mengemudi dalam tenggang waktu Januari – Maret tahun 2011 yaitu sebanyak 50 orang.

2.4Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian (field research). Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut :

a. Kuesioner atau angket, yaitu suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti,

yang bertujuan memperoleh informasi yang relevan, serta informasi yang dibutuhkan dapat dibutuhkan serentak (Narbuko dan Ahmadi, 2004 : 76-77). Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi alternatif jawaban. b. Observasi atau pengamatan, yaitu metode pengumpulan data dengan

cara mengamati secara langsung objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan permasalahan penelitian.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

2.5 Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu dalam menganalisa data, maka penelitian ini menggunakan teknik penetuan skor. Teknik pengukuran skor yang digunakan adalah skala ordinal untuk menilai jawaban responden.

Adapun format jawaban dari kuesioner menurut skala ordinal dengan lima alternatif jawaban. Tiap alternatif itu diberikan skor dengan penilaian nilai skala sebagai berikut :

a. Untuk alternatif jawaban A diberi skor 5 b. Untuk alternatif jawaban B diberi skor 4 c. Untuk alternatif jawaban C diberi skor 3 d. Untuk alternatif jawaban D diberi skor 2 e. Untuk alternatif jawaban E diberi skor 1

Untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel, maka terlebih dahulu ditentukan skala intervalnya dengan cara sebagai berikut :

Interval =

= = 0,8

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel, yaitu :

Skor untuk kategori sangat tinggi = 4,24 – 5,00 Skor untuk kategori tinggi = 3,43 – 4,23 Skor untuk kategori sedang = 2,62 – 3,42 Skor untuk kategori rendah = 1,81 – 2,61 Skor untuk kategori sangat rendah = 1,00 – 1,80

2.6 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif, yakni dengan menguji pegaruh antara variabel Profesionalisme Kerja Pegawai (X) dengan variabel Pelayanan Publik (Y). Adapun metode statistik yang digunakan adalah :

1. Koefisien Korelasi Product Moment

Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui adalah pengaruh variabel Profesionalisme Kerja Pegawai (X) dengan variabel Pelayanan Publik (Y), maka digunakan rumus Product Moment untuk mencari koefisien antara kedua variabel tersebut (Sugiono, 2005 : 212). Perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

r

xy

=

angka indeks korelasi r product moment

N = sampel

∑x = jumlah skor x

∑y = jumlah skor y

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Nilai rxy positif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan positif dimana kenaikan nilai variabel yang satu diikuti dengan variabel yang lain. 2. Nilai rxy negatif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan negatif

dimana kenaikan variabel pertama di ikuti oleh turunnya nilai variabel keduanya.

3. Nilai r sama dengan nol artinya kedua variabel tidak menunjukkan hubungan dimana variabel yang satu tetap meskipun variabel yang lain berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran atau interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono, (2005 : 149) yaitu :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan Antara 0,00 – 0,19 Sangat Rendah

Antara 0,20 – 0,39 Rendah

Antara 0,40 – 0,59 Sedang

Antara 0,60 – 0,79 Tinggi

Antara 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Dari nilai rxy yang diperoleh dapat dilihat secara langsung melalui tabel korelasi untuk mengetahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak. Tabel korelasi ini mencantunkan batas-batas r yang signifikan. Ketentuannya adalah bila r dihitung lebih kecil dari r tabel (r hitung < r tabel) maka Ho diterima dan Ha

ditolak. Sebaliknya apabila r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel) maka Ha diterima.

Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r signifikan tertentu, dalam hal ini yang signifikan 5%. Bila nilai r tersebut adalah signifikan, berarti hipotesa kerja/hipotesa alternatif dapat diterima.

2. Koefisien Determinasi

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y). Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi product moment (rxy)2 dikalikan dengan 100%. Cara perhitungannya menggunakan rumus “D” (Sugiyono, 2005 : 212) yaitu :

D = (rxy

)

2 x 100%

Keterangan :

D = Koefisien Determinant

r

xy = Koefisien Korelasi Product Moment antara x dan y

Untuk melihat hubungan variabel x dan y digunakan uji statistik dengan rumus “t” (Sugiyono, 2005 : 212) yaitu :

Kriteria pengujian adalah :

- Jika harga thitung < ttabel maka hipotesis alternatif ditolak. - Jika harga thitung > ttabel maka hipotesi alternatis diterima.

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1Sejarah Polresta Binjai

3.1.1 Kilas Balik Pemekaran Polres Langkat

Jalan panjang menapak cita-cita menuju Polri yang mandiri, bersama bergulirnya reformasi di negara ini telah membawa berbagai perubahan dalam sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, tuntutan dan aspirasi masyarakat semakin besar terhadap demokrasi, supremasi hukum dan perlindungan hak-hak azasi manusia. Polri sebagai lembaga negara yang dinamis, senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan mengaplikasikan makna dari keberadaannya ditengah-tengah masyarakat.

Polri Daerah Sumatera Utara, khususnya Polres Langkat dengan kemauan dan kemampuannya mengambil langkah-langkah upaya melakukan pemekaran Polres Langkat menjadi dua wilayah, yakni : Polres Langkat yang berkedudukan di Stabat Kaupaten Langkat dan Polresta Binjai yang berkedudukan di kota Binjai. Kesemua ini bertujuan untuk memelihara stabilitas kamtibmas yang menjadi prasarat mutlak berlangsungnya proses pemuihan ekonomi dan pembangunan, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta suksesnya otonomi daerah di Kabupaten Langkat dan Polresta Binjai yang berkedudukan di kota Binjai.

Polres Langkat sebelumnya mempunyai luas wilayah hukum dua pemerintahan Kabupaten Langkat dan Kota Binjai. Mempunyai luas wilayah 67.091,73 km2 dengan jumlah penduduk 1.034.356 jiwa dan membawahi 15 Polsek. Wilayah pemerintahan Kabupaten Langkat mempunyai 20 kecamatan dan

215 desa, sedangkan Pemerintah Kota Binjai mempunyai 5 kecamatan dan 37 kelurahan.

Wilayah hukum Polres Langkat dan sekitarnya terletak pada koordinat 3.25’52’’ Lintang Utara dan 4.18’3’’ Bujur Timur, dengan batas wilayah : Sebelah Utara : berbatasan dengan Aceh Timur dan Selat Malaka

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Polres Tanah Karo

Sebelah Timur : berbatsan dengan Polres Deli Serdang dan Poltabes Medan

Sebelah Barat : berbatsan dengan Polres Aceh Tenggara/Tanah Alas. Posisi geografis wilayah Polres Langkat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Aceh, yang pada saat itu bergejolak sosial politikyang memberikan dampak terhadap daerah Kabupaten Langkat. Disamping itu gejolak sosial budaya dan pengaruh yang ditimbulkan oleh era globalisasi dan reformasi serta meningkatnya perkembangan jumlah penduduk dan intensitas kegiatan pemerintah daerah serta masyarakat dan gangguan kamtibas yang apabila tidak di tanggulangi akan berdampak negatif pada pembangunan nasional. Sehingga untuk menghadapi hal tersebut diperlukan penanganan secara terencana dan terpadu yang disesuaikan dengan jumlah dan pengembangan Personil dan pemenuhan sarana dan prasarana, pengembangan piranti lunak, demi terwujudnya pemberian pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, sejalan dengan pemisahan Polri dan mewujudkan Polri yang profesional dan mandiri serta sikap mental dan perilaku yang dapat di teladani agar dicintai masyarakat.

Mengacu pada hal tersebut, pada tanggal 22 Oktober 2001 Kapolres Langkat AKBP Drs. H.M Mulya Karnama membuat laporan telahaan staf kepada

Kapolda Sumut tentang langkah-langkah upaya dalam pemekaran Polres Langkat dan jajarannya. Pada tanggal 26 April 2002 dari hasil pertemuan Team Supervisi Sekjen Mabes Polri dengan Pemerintahan Kabupaten Langkat dan Pemko Binjai, diperoleh kesimpulan bahwa kedua daerah mendukung pelaksanaan pemekaran Polres Langkat.

Pada tanggal 1 Juni 2002 Kapolda Sumut mengeluarkan Surat Keputusan No. Pol. : Skep/238/VI/2002 tentang pemekaran Polres Langkat menjadi 2 (dua) wilayah, yakni : Polresta Binjai dan Polres Langkat. Pada tanggal 13 Juni 2002 Walikota Binjai H. M. Ali Umri, S.H, M.Kn mendukung sepenuhnya rencana pembangunan Mapolsek di kecamatan yang ada di kota Binjai.

Rencana itu diwujudkan dengan selesainya pembangunan lima Mapolsek di lima kecamatandi wilayah kota Binjai, yang pada tanggal 9 September 2002 peresmian kelima Mapolsek tersebut dilakukan Kapolda Sumut Irjen Pol. Drs. Ansyaad, MBAI dengan melakukan penandatanganan prasasti dihadapan unsur Muspida dan masyarakat kota Binjai di Gedung Olah Raga kota Binjai.

Demikian pula Pemerintah Kabupaten Langkat untuk mendukung percepatan pembangunan Mako Polres Langkat di Stabat, telah menyediakan bantuan pembangunan sebesar Rp. 200 juta dan menunggu proses pelaksanaan pembangunan Mako Polres Langkat, guna mendukung Operasional sehari-hari Polres Langkat, Pemkab Langkat menyediakan Gedung ex Kantor cabang Depsos sebagai Mako Polres sementara serta rumah Kapolres dan Waka Polres dan Personil di Stabat.

Dengan adanya pemekaran Polres Langkjat ini, maka Polresta Binjai yang berkedudukan di Binjai membawahi 8 (delapan) Polsek, yaitu :

Polsek Selesai, Tandam Hilir, Sei Bingai, Polsek Binjai Kota, Binjai Utara, Binjai Timur, Binjai Selatan, Polsek Binjai Barat. Sedangkan Polres Langkat mempunyai 16 Polsek, yaitu : Polsek Bahorok, Salapian, Kuala, Stabat, Secanggang, Pd. Tualang, Hinai, Gebang, Pangkalan Brandan, Tanjung Pura, Pangkalan Susu, Besitang dan ditambah 4 (empat) Polsek Pemekaran Polsek-Polsek di kecamatan Babalan, Polsek di Kecamatan Batang Serangan, Polsek di Kecamatan Sei Wampu dan Polsek di Kecamatan Binjai, Kuala Begumit.

3.2Visi dan Misi Satlantas Polresta Binjai 3.2.1 Visi

“Terciptanya pelayanan penerbitan SIM yang transparan guna menghasilkan pengemudi yang sadar dan taat hukumserta selalu menjaga kamseltibcarlantas (keamanan, keselamatan, ketertiban kelancaran lalu lintas).”

3.2.2 Misi

1. Memberikan pelayanan penerbitan SIM yang transparan.

2. Meningkatkan pemahaman calon pengemudi tentang UU LaluLintas angkutan jalan untuk mewujudkan kamseltibcar lantas.

3. Menguji calon pengemudi untuk menghasilkan pengemudi yang tertib dan taat hukum.

3.3Tugas Pokok dan Fungsi Satlantas Polresta Binjai 3.3.1 Tugas Pokok

Satlantas bertugas melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan patroli (Turjawali), lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas),

pelayanan registrasi dan identifikasi (regident) kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas.

3.3.2 Fungsi Satlantas

Dalam melaksanakan tugasnya, Satlantas menyelenggarakan fungsi : a. Pembinaan lalu lintas kepolisian

b. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas.

c. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas).

d. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi.

e. Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya.

f. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan. g. Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

3.4 Prosedur dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Mengemudi

a. Persyaratan Untuk Memperoleh Surat Izin Mengemudi menurut Pasal 81 UU No. 22 Tahun 2009 adalah :

1. Permohonan tertulis 2. Bisa baca tulis

3. Memiliki pengetahuan peraturan lalu lintas jalan dan teknik dasar kendaraan bermotor.

4. Batas usia :

-17 tahun untuk SIM golongan A, C dan D -20 tahun untuk SIM golongan B I

-21 tahun untuk SIM golongan B II 5. Syarat administratif

6. Sehat jasmani dan rohani 7. Lulus ujian teori dan praktek 8. SIM dilengkapi hasil uji simulator

b. Penggunaan Golongan SIM (Pasal 80 UU No. 22 Tahun 2009) 1. Golongan SIM A

Untuk Ranmor dengan berat yang diperbolehkan tidak lebih dari 3.500 kg. 2. Golongan SIM B I

Untuk Ranmor dengan berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500 kg. 3. Golongan SIM B II

Untuk Ranmor yang menggunakan kereta tempelan dengan berat yang diperbolehkan lebih dari 1000 kg.

4. Golongan SIM C

Untuk mengemudikan sepeda motor. 5. Golongan SIM D

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini penulis akan menguraikan data yang diperoleh selama masa penelitian yang telah dilakukan pada Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai berdasarkan angket (quesioner) yang telah disebarkan kepada pegawai dan masyarakat yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yang berjumlah 60 orang.

Penyajian data sebagai tahap awal dalam rangka analisa data dari questioner yang telah disebarkan akan diuraikan dalam bentuk tabel frekuensi. Data yang disajikan meliputi data tentang identitas responden dan variabel-variabel penelitian. Untuk pertanyaan yang menyangkut identitas responden tidak diberikan skor dan tidak dianalisa secara kuantitatif sedangkan untuk pernyataan mengenai variabel penelitian yaitu profesionalisme kerja pegawai dan pelayanan publik akan diberi skor. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

4.1Identitas Responden a. Data Identitas Pegawai

Data identitas responden mencakup distribusi data responden menurut jenis kelamin, usia, dan pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka identitas responden dapat diuraikan seperti berikut ini :

Tabel 4.1

Distribusi Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

1 Laki-Laki 8 80

2 Perempuan 2 20

Jumlah 10 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari seluruh responden yang berjumlah 10 orang, 8 orang (80 %) adalah laki-laki dan sisanya 2 orang (20 %) adalah perempuan. Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa jumlah pegawai yang ada di bagian pelayanan publik khususnya bagian pelayanan SIM di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai lebih di dominasi oleh pegawai yang berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 4.2

Distribusi Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Persentase (%)

1 17 - 26 - - 2 27 – 36 5 50 3 37 – 46 3 30 4 47 - 56 2 20 5 >56 - - Jumlah 10 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pegawai Kantor Satuan Lalu Lintas bagian Pelayanan SIM lebih di dominasi oleh pegawai yang berusia 27-36 tahun yakni sebanyak 5 orang (50 %), kemudian di ikuti dengan usia 37-46 tahun sebanyak 3 orang (%), dan usia 47-56 tahun sebanyak 2 orang (20 %).

Tabel 4.3

Distribusi Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Pendidikan Terakhir No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD - - 2 SMP/Sederajat - - 3 SMA/Sederajat 9 90 4 Diploma - - 5 Sarjana 1 10 6 Pasca Sarjana - - Jumlah 10 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pegawai lebih banyak yang berpendidikan terakhir SMA/Sederajat yakni sebanyak 9 orang (90 %) dan yang berasal dari Sarjana sebanyak 1 orang (10 %).

b. Data Identitas Masyarakat

Data mengenai identitas responden masyarakat yang mengurus SIM yang akan disajikan mencakup distribusi data responden menurut jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka identitas responden dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 4.4

Distribusi Responden Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 27 54

2 Perempuan 23 46

Jumlah 50 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari seluruh responden yang berjumlah 50 orang, 27 orang (54 %) adalah laki-laki dan sisanya 23 orang (46 %) adalah perempuan. Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa jumlah masyarakat yang berurusan dengan pelayanan SIM lebih didominasi oleh masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 4.5

Distribusi Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Persentase (%)

1 17-26 27 54 2 27-36 10 20 3 37-46 8 16 4 47-56 3 6 5 >56 2 4 Jumlah 50 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat yang berurusan dengan Pelayanan SIM di Kantor Satuan Lalu Lintas Kota Binjai lebih didominasi oleh masyarakat yang berusia antara 17-26 tahun yaitu sebanyak 27 orang (54 %), kemudian masyarakat yang berusia 27-36 tahun sebanyak 10 orang (20 %), usia 37-46 tahun sebanyak 8 orang (16 %), usia 47-56 sebanyak 3 orang (6 %) dan usia >56 tahun sebanyak 2 orang (4 %).

Tabel 4.6

Distribusi Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Pelajar/Mahasiswa 10 20 2 PNS 3 6 3 Pegawai Swasta 18 36 4 Pegawai BUMN 2 4 5 Wiraswasta 15 30 6 Guru Honor 1 2

7 Ibu Rumah Tangga 1 2

Jumlah 50 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masyarakat yang berurusan dengan pelayanan SIM di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai didominasi oleh masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta yakni sebanyak 18 orang (26 %), kemudian diikuti oleh wiraswasta sebanyak 15 orang (30 %), pelajar/mahasiswa sebanyak 10 orang (20 %), PNS sebanyak 3 orang (6 %),

pegawai BUMN sebanyak 2 orang (4 %) serta guru honor dan ibu rumah tangga masing-masing sebanyak 1 orang (2 %).

4.2Penyajian Data

4.2.1 Variabel Bebas (X) Profesionalisme Kerja Pegawai

Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu dengan teknik penyebaran kuesioner kepada responden. Pada setiap pertanyaan terdapat 5 pilihan jawaban, dimana responden diharuskan untuk memilih salah satu pilihan jawaban yang disediakan.

Pada beberapa jawaban pegawai yang disajikan bersamaan dengan jawaban masyarakat untuk melihat perbandingannya. Berdasarkan jawaban responden dari kuesioner yang telah disebarkan kepada pegawai dan masyarakat, maka diperoleh jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.7 a

Distribusi jawaban responden pegawai mengenai perlakuan yang sama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Selalu 10 100 2 Jarang - - 3 Kadang-kadang - - 4 Pernah - - 5 Tidak Pernah - - Jumlah 10 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden pegawai memberikan perlakuan yang sama dalam hal pelayanan pengurusan SIM kepada masyarakat terbukti dengan jawaban responden pegawai yang menjawab selalu sebanyak 10 orang (100 %).

Tabel 4.7 b

Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai perlakuan yang sama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Selalu 21 42 2 Jarang 2 4 3 Kadang-kadang 17 34 4 Pernah 6 12 4 Tidak Pernah 4 8 Jumlah 50 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ada 21 orang (42 %) masyarakat menilai pegawai selalu memberikan perlakuan yang sama dalam memberikan pelayanan. Kemudian 17 orang (34 %) mengatakan kadang-kadang, 6 orang mengatakan pernah, 4 orang (8 %) mengatakan tidak pernah dan 2 orang (4 %) mengatakan jarang.

Tabel 4.8 a

Distribusi jawaban responden pegawai mengenai konsistensi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Sangat konsisten 4 40

2 Konsisten 6 60

3 Kurang konsisten - -

4 Tidak konsisten - -

5 Sangat tidak konsisten - -

Jumlah 10 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa 6 orang (60 %) pegawai konsisten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kemudian 4 orang (40 %) sangat konsisten dalam memberikan pelayanan.

Tabel 4.8 b

Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai konsistensi pegawai dalam memberikan pelayanan

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Konsisten 7 14

2 Konsisten 35 70

3 Kurang Konsisten 6 12

4 Tidak Konsisten 1 2

5 Sangat Tidak Konsisten 1 2

Jumlah 50 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 35 orang (70 %) masyarakat menilai pegawai konsisten dalam memberikan pelayanan. Kemudian ada 7 orang (14 %) yang menilai pegawai sangat konsisten. Namun ada juga 6 orang (12 %) yang menilai bahwa pegawai kurang konsisten, sedangkan untuk jawaban tidak konsisten dan sangat tidak konsisten masing-masing sebanyak 1 orang (2 %) yang memberikan penilaian.

Tabel 4.9 a

Distribusi jawaban responden pegawai mengenai pengaruh jabatan/pangkat dalam mengeluarkan pendapat di Satlantas Polresta Binjai

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Mempengaruhi - -

2 Mempengaruhi - -

3 Kurang Mempengaruhi - -

4 Tidak Mempengaruhi 10 100

5 Sangat Tidak Mempengaruhi - -

Jumlah 10 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa seluruh pegawai yaitu sebanyak 10 orang (100 %) berpendapat bahwa jabatan/pangkat tidak mempengaruhi mereka dalam mengeluarkan pendapat di Satlantas Polresta Binjai.

Tabel 4.9 b

Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai kebebasan dalam menanyakan apapun tanpa ada diskriminasi

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Bebas 2 4

2 Bebas 36 72

3 Kurang Bebas 10 20

4 Tidak Bebas 2 4

5 Sangat Tidak Bebas - -

Jumlah 50 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masyarakat beranggapan mereka bebas dalam menanyakan informasi apapun yang ada di Satlantas Polresta Binjai. Hal ini terlihat dari 36 orang (72 %) mereka bebas bertanya tanpa adanya diskriminasi. Kemudian 10 orang (20 %) mengatakan kurang bebas, dan untuk jawaban sangat bebas dan tidak bebas masing-masing sebanyak 2 orang (4 %).

Tabel 4.10 a

Distribusi jawaban responden pegawai mengenai pengaruh gender dalam penempatan posisi kerja

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Mempengaruhi - -

2 Mempengaruhi - -

3 Kurang Mempengaruhi - -

4 Tidak Mempengaruhi 10 100

5 Sangat Tidak Mempengaruhi - -

Jumlah 10 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa seluruh pegawai 10 orang (100 %) berpendapat bahwa gender tidak mempengaruhi dalam penempatan posisi kerja mereka. Penempatan posisi kerja tergantung dari skill atau pun kemampuan para pegawai.

Tabel 4.10 b

Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai perbedaan pelayanan berdasarkan umur, gender, atau suku

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)

1 Selalu 3 6 2 Jarang 9 18 3 Kadang-kadang 10 20 4 Pernah 5 10 5 Tidak Pernah 23 46 Jumlah 50 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 23 orang (46 %)

Dokumen terkait