• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polrtesta Binjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polrtesta Binjai)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI

TERHADAP PELAYANAN PUBLIK

(Studi Pada Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polrtesta Binjai)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Strata Satu (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara

Disusun Oleh :

DILIA FRIMAYANI

070903034

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaik mungkin. Shalawat beriring salam tak lupa pula penulis persembahkan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga yang senantiasa menjadi

tauladan bagi umat manusia. Semoga kita selalu mendapat syafa’atnya di hari

akhir kelak.

Adapun skripsi ini berjudul “Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Palayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai) “. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana profesionalisme kerja pegawai di

Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai serta untuk mengetahui adakah

pengaruhnya terhadap pelayanan publik. Skripsi ini di susun untuk menyelesaikan

program pendidikan Strata 1 (S-1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis, Papa ku

tercinta Bripka Turiadi dan Mama ku tersayang Julidar Hayati. Penulis ucapakan banyak terima kasih atas limpahan cinta, kasih dan sayang, baik moril

ataupun materi yang telah diberikan kepada penulis. Kasih sayang yang Papa dan

Mama berikan tidak akan bisa tergantikan oleh apapun dan tidak akan pernah

tergerus oleh zaman. Dukungan dan nasihat dari Papa dan Mama lah yang

(3)

Selama proses penyusunan skripsi penulis banyak dibantu oleh beberapa

pihak. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin Rangkuti, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan

mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Staf Pengajar di FISIP USU yang telah berjasa dalam memberikan ilmu, nasehat serta arahan kepada penulis selama penulis

menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik.

6. Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen Ilmu Administrasi

Negara, khususnya kepada Kak Mega dan Kak Dian yang telah banyak membantu segala urusan administratif sejak awal penulis memulai studi

hingga saat ini.

7. Kepada Ibu Aiptu Suyersih selaku Banit SIM di Satlantas Polresta Binjai, yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam melakukan

(4)

8. Seluruh Pegawai di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan pengumpulan

data.

9. Kepada kedua adek ku, Dwi dan Rayhan, jangan bandel-bandel ya kalau dinasehatin, jangan suka berantem juga. Pusing aku lihat kalian gak pernah

akur. Yang penting, kakak selalu sayang kalian....

10.Kepada Kakanda Arief Pratama A.Md, seseorang yang telah lama mengisi hatiku, menemani hari-hariku, berbagi suka dan duka serta canda

dan tawa. Makasi atas dukungan, motivasi dan semangatnya sehingga Lia

dapat menyelesaikan skripsi ini...

11.Kepada Teman-Teman Genk Guyuh (Sity alias Siteh, makasi ya Siteh udah mau ngawani aku ke kampus, plus ngasi tumpangan kos nya yang

yassalam bangeeeettt. Hehehe. Maap ya kalau aku sering ngerepotin.

Aisyaturridha alias Ridhok, terus kerjain proposal mu ya dhok, tetap semangat dan pertahankan gaya autis mu. Ntar kita buat hak patennya.

Hehehehehe... Shima dan Wanda yang suka dandan, makasi atas tips-tips cara makeup-an yang gak lebay nya. Hihihihi... Zube yang khas dengan logat Panyabungannya, kangen aku sama ketawa mu bee... Lizva Eliza

alias Liza, cepat siapin proposal mu Za, biar cepat seminar. Novy siy tukang ketawadan Mama Liha siy tukang pulsa, makasi yaa mama udah mau utangin pulsa ke aku). Persahabatan yang udah kita rangkai gak akan

(5)

12.Kepada My best fren ku Ira Ansari Harahap (baholak) dan Ana Afriani (burek). Missyyuu so much wooyy.... Kangen menggila bareng kalian lagi...

13.Kepada Teman-Teman Kelompok Magang (Ika, Kiki, Novira, Akbar, Bobby Ferdian, Husen, Tofiq dan Gunawan). Kapan kita ke Tj. Beringin Lagi ni...

14.Kepada Teman-Teman AN 07, senang bisa bertemu dengan kalian. Semoga kita semua sukses kedepannya. Amiiiinnnn....

Penulis menyadari di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya. Penulis juga berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, November 2011

Penulis

Dilia Frimayani

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAKSI... iix

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Perumusan Masalah………. 5

1.3 Tujuan Penelitian………. 5

1.4 Manfaat Penelitian……….. 5

1.5 Kerangka Teori……… 6

1.5.1 Manajemen Sumber Daya Manusia……… 6

1.5.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia….. 6

1.5.1.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia……….8

1.5.1.3 Manfaat Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia………... 9

1.5.2 Profesionalisme Kerja Pegawai……… 10

1.5.2.1 Pengertian Profesionalisme Kerja………. 10

1.5.2.2 Ciri-Ciri Sikap Profesionalisme……… 12

1.5.2.3 Karakteristik Profesionalisme……… 13

(7)

1.5.2.5 Usaha-Usaha Pengembangan

Profesionalisme Kerja………... 15

1.5.3 Pelayanan Publik……… 16

1.5.3.1 Pengertian Pelayanan Publik……… 16

1.5.3.2 Standar Pelayanan Publik……… 17

1.5.3.3 Asas dan Prinsip Pelayanan Publik………. 20

1.5.3.4 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik……… 22

1.5.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik.. 23

1.5.3.6 Surat Izin Mengemudi………... 24

1.5.3.7 Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik………... 25

1.6 Hipotesis……….... 26

1.7 Defenisi Konsep……… 27

1.8 Defenisi Operasional……… 27

1.9 Sistematika Penulisan……… 30

BAB II METODE PENELITIAN……….. 31

2.1 Bentuk Penelitian……… 31

2.2 Lokasi Penelitian……… 31

2.3 Populasi dan Sampel………. 31

2.3.1 Populasi……… 31

2.3.2 Sampel………. 32

2.4 Teknik Pengumpulan Data……… 33

2.5 Teknik Penentuan Skor………. 34

(8)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 38

3.1 Sejarah Polresta Binjai... 38

3.1.1 Kilas Balik Pemekaran Polres Langkat... 38

3.2 Visi dan Misi Satlantas Polresta Binjai... 41

3.2.1 Visi... 41

3.2.2 Misi... 41

3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Satlantas Polresta Binjai... 41

3.3.1 Tugas Pokok... 41

3.3.2 Fungsi Satlantas... 42

3.4 Prosedur dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Mengemudi... 42

BAB IV PENYAJIAN DATA... 44

4.1 Karakteristik Responden... 44

4.2 Penyajian Data... 48

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA... 68

5.1 Analisa Data... 68

5.2 Interpretasi Data... 74

BAB VI PENUTUP... 83

6.1 Kesimpulan... 83

6.2 Saran... 84

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin... 45

Tabel 4.2 Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Usia... 45

Tabel 4.3 Identitas Responden Pegawai Berdasarkan

Pendidikan Terakhir... 46

Tabel 4.4 Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan

Jenis Kelamin... 46

Tabel 4.5 Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Usia... 47

Tabel 4.6 Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan... 47

Tabel 4.7a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

perlakuan yang sama dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat... 48

Tabel 4.7b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

perlakuan yang sama dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat... 49

Tabel 4.8a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

konsistensi dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat... 49

Tabel 4.8b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

konsistensi pegawai dalam memberikan pelayanan... 50

Tabel 4.9a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

pengaruh jabatan/pangkat dalam mengeluarkan

pendapat di Satlantas Polresta Binjai... 50

Tabel 4.9b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

kebebasan dalam menanyakan apapun

(10)

Tabel 4.10a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

pengaruh gender dalam penempatan posisi kerja... 51

Tabel 4.10b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

perbedaan pelayanan berdasarkan umur, gender, atau suku...52

Tabel 4.11 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

ketaatan dalam melaksanakan perintah atasan... 52

Tabel 4.12 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

hubungan baik sesama rekan kerja... 53

Tabel 4.13a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai integritas

pegawai dalam menjalankan tugas dan pekerjaan... 53

Tabel 4.13b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai integritas

pegawai dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya... 54

Tabel 4.14a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan... 54

Tabel 4.14b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

ketelitian pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan... 55

Tabel 4.15 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

pemberlakuan sanksi apabila terlambat hadir

pada jam kerja... 56

Tabel 4.16a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

pemungutan biaya pengurusan SIM di luar

ketentuan yang ada... 56

Tabel 4.16b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai biaya

pengurusan SIM yang dikenakan sesuai dengan peraturan

yang berlaku... 57

Tabel 4.17 Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai produk

layanan yang diberikan telah memenuhi aturan/pedoman

(11)

Tabel 4.18a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

fasilitas sarana dan prasarana yang terdapat

di Satlantas Polresta Binjai... 58

Tabel 4.18b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

fasilitas sarana dan prasarana yang terdapat

di Satlantas Polresta Binjai………... 58

Tabel 4.19a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

pemakaian seragam pada saat jam kerja... 59

Tabel 4.19b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

kepatuhan pegawai dalam memakai seragam pada

saat jam kerja... 60

Tabel 4.20 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

kepedulian pegawai dalam mengatasi berbagai

permasalahan yang terdapat di Satlantas Polresta Binjai... 60

Tabel 4.21a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

kemudahan dalam mengakses berbagai informasi

dari Satlantas Polresta Binjai... 61

Tabel 4.21b Distibusi jawanban responden masyarakat mengenai

kemudahan dalam mengakses berbagai informasi dari

Satlantas Polresta Binjai... 61

Tabel 4.22a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

menghadapi tuntutan pelayanan yang maksimal

dari masyarakat... 62

Tabel 4.22b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai daya

tanggap pegawai Satlantas Polresta Binjai dalam mengatasi

berbagai permintaan dari masyarakat... 62

Tabel 4.23a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai ketepatan

(12)

Tabel 4.23b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

ketepatan waktu dalam penyelesaian

pengurusan SIM... 63

Tabel 4.24 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

keberadaan pegawai di kantor pada saat jam kerja... 64

Tabel 4.25 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai

menyelesaikan pekerjaan dengan baik sesuai dengan

prosedur di Satlantas Polresta Binjai... 64

Tabel 4.26 Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

pelayanan pengurusan SIM dilakukan dengan baik, cepat,

dan tanpa berbelit-belit... 65

Tabel 4.27a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai sikap ramah

pegawai dalam memberikan pelayanankepada masyarakat... 65

Tabel 4.27b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

sikap ramah pegawai dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat... 66

Tabel 4.28 Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

kompetensi pegawai di Kantor Satlantas Polresta Binjai... 66

Tabel 4.29 Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai

komunikasi pegawai kepada masyarakat yang melakukan

pengurusan SIM... 67

Tabel 5.1 Rekapitulasi klasifikasi jawaban responden

berdasarkan profesionalisme kerja pegawai... 69

Tabel 5.2 Rekapitulasi klasifikasi jawaban responden

berdasarkan pelayanan publik... 71

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi

Lampiran 2 : Daftar Kuesioner

Lampiran 3 : Tabulasi Data Variabel X

Lampiran 4 : Tabulasi Data Variabel Y

Lampiran 5 : Koefisien Korelasi antara Profesionalisme Kerja Pegawai

Terhadap Pelayanan Publik

Lampiran 6 : Tabel Nilai-Nilai r product moment

Lampiran 7 : Surat Rencana Skripsi

Lampiran 8 : Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi

Lampiran 9 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 10 : Undangan Seminar Proposal Rancangan Usulan Skripsi

Lampiran 11 : Jadwal Seminar Proposal Penelitian

Lampiran 12 : Daftar Hadir Peserta Seminar

Lampiran 13 : Berita Acara Seminar

Lampiran 14 : Surat Izin Penelitian

(14)

ABSTRAKSI

PENGARUH PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN PUBLIK

(Studi Pada Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai)

Nama : Dilia Frimayani NIM : 070903034

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A

Profesionalisme kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan pegawai yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari di dalam organisasi. Kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan publik mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi yang telah direncanakan sebelumnya. Menilik dari fungsi utama pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik, sudah seharusnya pemerintah melakukan perbaikan di dalam pelayanan publik tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah umtuk mengetahui bagaimana profesionalisme kerja pegawai di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai, untuk mengetahui bagaimana pelayanan publik yang diberikan di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai serta untuk mengetahui adakah Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan analisa kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain. Data yang diperoleh dengan menyebarkan angket kepada responden sebnayak 60 orang yang terpilih menjadi sampel. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan koefisien korelasi product moment yang dilanjutkan dengan uji determinasi.

Berdasarkan hasil analisa Korelasi Produt Moment terdapat pengaruh yang positif antara profesionalisme kerja pegawai terhadap pelayanan publik pada Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai dengan korelasi 0,71. Berdasarkan interpretasi tersebut maka pengaruh profesionalisme kerja pegawai dengan pelayanan publik berada pada kategori tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa koefisien korelasi signifikan dan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Selanjutnya dengan perhitungan koefisien determinasi diperoleh bahwa terdapat pengaruh pencapaian kualitas pelayanan publik adalah sebesar 50,41 %, sedangkan 49,59 % lagi dipengaruhi oleh faktor yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

(15)

ABSTRAKSI

PENGARUH PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN PUBLIK

(Studi Pada Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai)

Nama : Dilia Frimayani NIM : 070903034

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A

Profesionalisme kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan pegawai yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari di dalam organisasi. Kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan publik mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi yang telah direncanakan sebelumnya. Menilik dari fungsi utama pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik, sudah seharusnya pemerintah melakukan perbaikan di dalam pelayanan publik tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah umtuk mengetahui bagaimana profesionalisme kerja pegawai di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai, untuk mengetahui bagaimana pelayanan publik yang diberikan di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai serta untuk mengetahui adakah Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan analisa kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain. Data yang diperoleh dengan menyebarkan angket kepada responden sebnayak 60 orang yang terpilih menjadi sampel. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan koefisien korelasi product moment yang dilanjutkan dengan uji determinasi.

Berdasarkan hasil analisa Korelasi Produt Moment terdapat pengaruh yang positif antara profesionalisme kerja pegawai terhadap pelayanan publik pada Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai dengan korelasi 0,71. Berdasarkan interpretasi tersebut maka pengaruh profesionalisme kerja pegawai dengan pelayanan publik berada pada kategori tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa koefisien korelasi signifikan dan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Selanjutnya dengan perhitungan koefisien determinasi diperoleh bahwa terdapat pengaruh pencapaian kualitas pelayanan publik adalah sebesar 50,41 %, sedangkan 49,59 % lagi dipengaruhi oleh faktor yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Reformasi dan globalisasi yang terjadi di Indonesia telah banyak

membawa perubahan bagi kehidupan bermasyarakat. Semenjak di keluarkannya

UU Pemerintah Daerah No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan UU

No. 32 Tahun 2004 pemerintah daerah secara terus menerus berusaha

meningkatkan pelayanan publik. Seiring dengan hal itu tuntutan masyarakat untuk

mendapatkan pelayanan yang berkualitas terus meningkat dari waktu ke waktu.

Tuntutan tersebut semakin berkembang seirama dengan tumbuhnya kesadaran

bahwa warga negara memiliki hak untuk dilayani dan kewajiban pemerintah

daerah untuk dapat memberikan pelayanan.

Namun, berbagai tuntutan dari masyarakat tersebut tidaklah akan

terbentuk secara otomatis. Banyak langkah yang harus direncanakan, dilakukan,

dan di nilai secara sistematis dan konsisten. Penataan sumber daya aparatur yang

profesional harus diprioritaskan, karena reformasi di bidang administrasi

pemerintahan mengharapkan hadirnya pemerintah yang lebih berkualitas dan

mampu mengemban fungsi-fungsi pelayanan publik.

Tumpuan dan harapan tersebut tertuju kepada aparatur pemerintah, karena

aparatur pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan bagi masyarakat sekaligus

sebagai penanggung jawab fungsi pelayanan umum di Indonesia yang

mengarahkan tujuannya kepada public service, memikirkan dan mengupayakan

tercapainya sasaran pelayanan kepada seluruh masyarakat dalam berbagai lapisan.

(17)

menyangkut mutu dan kualitas dari pelayanan yang dihasilkan. Tantangan yang

dihadapi dalam pelayanan publik adalah bukan hanya menciptakan sebuah

pelayanan yang efisien, namun juga bagaimana pelayanan dapat dilakukan dengan

profesional tanpa membeda-bedakan status dari masyarakat yang dilayani, atau

dengan kata lain bagaimana menciptakan pelayanan yang adil dan demokratis.

Tantangan tersebut merupakan hal yang beralasan karena secara empiris

masyarakat di daerah menginginkan agar aparatur pemerintah dalam menjalankan

tugas-tugasnya dapat bekerja secara optimal yang akhirnya dapat memberikan

pelayanan yang baik bagi masyarakat. Untuk dapat menciptakan pelayanan yang

baik bagi masyarakat, diperlukan aparatur yang profesional dalam mengemban

tugasnya, hal ini merupakan prasyarat dalam meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan kualitas pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat.

Istilah profesional dapat diartikan berupa pandangan untuk selalu berfikir,

kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh

dedikasi demi untuk keberhasilan pekerjaannya (Hamid, dkk dalam

dapat dilihat dari adanya sikap perjuangan, pengabdian, kemampuan dan disiplin

guna memiliki prestasi kerja dalam melaksanakan tugas dan menjadi lebih

berdaya guna dan berhasil guna. Oleh karena itu, setiap aparatur dituntut untuk

dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional yaitu dengan

memberikan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat.

Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah atas kegiatan

yang ditujukan untuk kepentingan publik atau masyarakat. Kegiatan tersebut

(18)

pegawai pemerintah dalam menghadapi perubahan sosial (social change) dan

dinamika masyarakat sebagai sasaran pelayanannya. Rasa puas masyarakat dalam

pelayanan publik akan terpenuhi jika apa yang diberikan oleh pegawai sesuai

dengan apa yang mereka harapkan selama ini, dimana dalam pelayanan tersebut

terdapat tiga unsur pokok yaitu biaya yang relatif lebih murah, waktu untuk

mengerjakan relatif lebih cepat dan mutu yang diberikan relatif lebih bagus.

Tugas pokok aparatur pemerintah pada hakikatnya adalah memberikan

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Demikian pula dengan aparatur/pegawai Kantor Satuan Lalu Lintas

Polresta Binjai khususnya bidang pelayanan pengurusan Surat Izin Mengenudi

(SIM). Dalam melayani masyarakat, Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai

tidak terlepas dari permasalahan mengenai kondisi pelayanan yang relatif belum

memuaskan. Hal ini berkaitan dengan baik buruknya sumber daya aparatur yang

profesional.

Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai mempunyai tugas dan

kewenangan di bidang pelayanan publik antara lain : memberikan pelayanan

sekaligus pengawasan terhadap prosedur pembuatan SIM. SIM merupakan salah

satu syarat kelengkapan yang wajib dimiliki seseorang untuk mengemudikan

kendaraan bermotor sesuai dengan kendaraan yang digunakannya.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian sementara yang

dilakukan penulis dilapangan, syarat-syarat seseorang telah berhak memiliki SIM

adalah berusia 17 tahun untuk SIM golongan A, C dan D, bisa baca tulis, lulus

ujian teori dan praktek, serta memiliki pengetahuan peraturan lalu lintas jalan dan

(19)

Namun kenyataannya, banyak masyarakat yang telah memenuhi syarat

tetapi belum memiliki SIM tetapi bebas menggunakan kendaraan bermotor di

jalan raya. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh lambannya aparatur serta

mekanisme pelayanan yang berbelit-belit, sehingga terkadang masyarakat sering

menggunakan jasa calo, tidak transparan, serta kurangnya sosialisasi dan

informasi kepada masyarakat mengenai prosedur dan biaya dalam pengurusan

pembuatan SIM

Profesionalisme kerja adalah hal dasar dalam meningkatkan pelayanan

publik, maka setiap aparatur pemerintah dituntut untuk senantiasa meningkatkan

profesionalismenya. Namun kenyataannya berdasarkan pengamatan penulis pada

pra penelitian terlihat bahwa profesionalisme kerja pegawai belum sesuai dengan

kondisi yang diharapkan, yaitu profesionalisme kerja yang dapat mendukung

terciptanya pelayanan publik yang baik.

Berdasarkan keterangan dan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik

(20)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian telah dikemukakan pada latar belakang di atas maka

perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : “Apakah ada Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai?”

1.3Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak

dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui

sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umunya

bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu

pengetahuan itu sendiri.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai di

Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai.

2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan publik yang diberikan di

Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Secara Subjektif. Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah tentang profesionalisme

(21)

2. Secara Praktis. Sebagai masukan atau sumbangan pemikiran bagi Satuan Lalu

Lintas Polresta Binjai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

profesional.

3. Secara Akademis. Sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun

bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di

bidang yang sama.

1.5Kerangka Teori

Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka

dibutuhkan teori-teori sebagai pedoman kerangka berpikir untuk menggambarkan

dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Pedoman tersebut

disebut kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk

melakukan penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena

sosial yang menjadi objek penelitian. Sugiono (2005 : 55) menyebutkan landasan

teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan

bukan sekedar perbuatan coba-coba.

1.5.1 Profesionalisme Kerja Pegawai 1.5.1.1 Pengertian Profesionalisme Kerja

Berbicara mengenai profesionalisme mencerminkan sikap seseorang

terhadap profesinya. Secara sederhana profesionalisme dapat diartikan sebagai

perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi. Seseorang dapat

dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis atau etika

suatu profesi. Istilah profesional itu berlaku untuk semua pegawai mulai dari

(22)

Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan

keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan

tingkatan masing-masing. Profesionalisme menyangkut kecocokan (fitness) antar

kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic competence) dengan

kebutuhan tugas (task requirement). Terpenuhinya kecocokan antara kemampuan

dengan kebutuhan tugas merupakan salah satu syarat terbentuknya

pegawai-pegawai yang profesional. Artinya, keahlian dan kemampuan aparat

merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi

(Kurniawan, 2005:73).

Seorang yang profesional adalah seorang pegawai yang memiliki

keterampilan, kemampuan atau keahlian untuk melaksanakan pekerjaan dengan

baik menurut bidangnya masing-masing sehingga memperoleh pengakuan atau

penghargaan. Seorang pegawai yang profesional hendaknya juga mampu memikul

dan melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Apa yang dikemukakan Oemar Hamalik (2000:7-8) dapat menambah

pemahaman mengenai profesionalisme kerja pegawai atau tenaga kerja.

Ia mengemukakan bahwa tenaga kerja pada hakikatnya mengandung aspek-aspek

sebagai berikut :

1. Aspek Potensial, bahwa setiap tenaga kerja memiliki potensi-potensi

herediter yang bersifat dinamis, yang terus berkembang dan dapat

dikembangkan. Potensi-potensi itu antara lain : daya mengingat, daya

berpikir, daya berkehendak, daya perasaan, bakat, minat, motivasi dan

(23)

2. Aspek Profesionalisme atau Vokasional, bahwa setiap tenaga kerja

memiliki kemampuan dan keterampilan kerja atau kejujuran dalam bidang

tertentu dengan kemampuan dan keterampilan itu dia dapat mengabdikan

dirinya dalam lapangan kerja tertentu dan menciptakan hasil yang baik

secara optimal.

3. Aspek Fungsional, bahwa setiap tenaga kerja melaksanakan

pekerjaannyasecara tepat guna, artinya dia bekerja sesuai dengan tugas dan

fungsinya dalam bidang yang sesuai pula. Misalnya tenaga kerja yang

memiliki keterampilan dalam bidang elektronik seharusnya bekerja dalam

bidang pekerjaan elektronik bukan bekerja sebagai tukang kayu untuk

bangunan.

4. Aspek Operasional, bahwa setiap tenaga kerja dapat mendayagunakan

kemampuan dan keterampilannya dalam proses dan prosedur pelaksanaan

kegiatan kerja yang sedang ditekuninya.

5. Aspek Personal, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki sifat-sifat

kepribadian yang menunjang pekerjaannya, misalnya : sikap mandiri dan

tangguh, bertanggungjawab, tekun dan rajin, mencintai pekerjaannya,

berdisiplin dan berdedikasi tinggi.

6. Aspek Produktivitas, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki motif

berprestasi, berupaya agar berhasil dan memberikan hasil dari

pekerjaannya, baik kualitas maupun kuantitas.

Dari beberapa defenisi diatas, dapat dikatakan bahwa Profesionalisme

Kerja adalah kemampuan dan keterampilan pegawai dalam melaksanakan proses

(24)

pegawai sesuai dengan bidang, maupun tingkatan masing-masing sehingga

menciptakan hasil yang baik dan maksimal.

1.5.1.2Ciri-Ciri Sikap Profesionalisme Kerja

Seorang pegawai perlu memiliki ciri atau karakteristik untuk mendukung

sikap profesionalisme. Ciri-ciri tersebut antara lain :

1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam

menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas

yang bersangkutan dengan bidang tadi.

2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu

masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat

dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.

3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan

mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.

4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi

serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun

cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan

pribadinya. diakses pada

tanggal 11 Februari 2011 pukul 22:45)

1.5.1.3Karakteristik Profesionalisme

Menurut Martin Jr (dalam Kurniawan, 2005 : 75) karakteristik

(25)

1. Equality

Perlakuan yang sama atas pelayanan yang diberikan. Hal ini didasarkan

atas tipe perilaku birokrasi rasional yang secara konsisten memberikan

pelayanan yang berkualitas kepada semua pihak tanpa memandang afiliasi

politik, status sosial dan sebagainya.

2. Equity

Kesetaraan adalah adanaya peluang dan kesempatan yang sama bagi setiap

orang untuk meningkatkan dan menjaga kesejahteraan mereka. Prasetya

dalam

adalah perlakuan yang ada kepada semua unsur tanpa memandang atribut

yang menempel pada subjek tersebut.

3. Loyality

Kesetiaan kepada konstitusi hukum, pimpinanbawahan dan rekan kerja.

Berbagai jenis kesetiaan tersebut terkait satu sama lain dan tidak ada

kesetiaan yang mutlak diberikan kepada satu jenis kesetiaan tertentu

dengan mengabaikan yang lainnya.

4. Accountability

Menurut Kumorotomo (2005 : 3) akuntabilitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan yang

dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang

dianut oleh masyarakat dan apakah pelayanan publik tersebut mampu

(26)

1.5.1.4 Faktor-Faktor yang mendukung Sikap Profesionalisme Pegawai

Faktor-faktor yang mendukung sikap profesionalisme kerja pegawai yaitu :

1. Keterampilan

Menurut Nugroho (dalam Kurniawan 2005 : 85) lebih cenderung

menggunakan istilah kemampuan untuk keterampilan dalam diri pegawai

yaitu tersedianya modal kecakapan, ketangkasan atau modal lainnya yang

memungkinkan anggota itu dapat berbuat banyak bagi organisasinya.

2. Kompetensi

Atmosuprapto (dalam Kurniawan 2005 : 74) menyebutkan bahwa

profesionalisme merupakan cermin kemampuan (competency), yang

memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan bisa melakukan (ability),

ditunjang dengan pengalaman (experience) yang tidak mungkin muncul

tiba-tiba tanpa perjalanan waktu.

3. Loyalitas

Menurut Hasibuan (dalam Kurniawan : 75), secara teoritik loyalitas

berhubungan dengan tingkat kedisiplinan, terutama dalam hal ketaatan

terhadap peraturan yang berlaku. Kedisiplinan akan terwujud dengan baik

jika pegawai atau aparatur mampu menaati peraturan-peraturan yang ada.

Loyalitas juga berkaitan erat dengan kemampuan pertanggungjawaban

tugas, pekerjaan dan daya tanggap.

4. Performansi (performance) dapat diartikan menjadi prestasi kerja,

pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/penampilan kerja

(27)

bahwa performance atau prestasi (kehandalan dan kecakapan) adalah hasil

yang diinginkan dari perilaku.

5. Budaya Organisasi. Menurut Moeljono (2003 :9) budaya organisasi yang

pada umumnya merupakan pernyataan filosofis, dapat difungsikan sebagai

tuntutan yang mengikat para karyawan karena dapat diformulasikan secara

formal kedalam berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan.

1.5.1.5 Usaha-Usaha Pengembangan Profesionalisme Kerja

Pengembangan profesionalisme kerja dapat dicapai dengan

mengembangkan:

1. Strength of Knowledge, yaitu pengembangan profesionalisme melalui

proses belajar secara berkesinambungan. Semua orang tahu bahwa

kekuatan pengetahuan adalah suatu kekuatan dasar yang penting untuk

dapat bekerja secara profesional. Oleh karena itu dengan semakin

meningkatnya pengetahuan ktia maka semakin meningkat pula

profesionalisme yang dapat kita perlihatkan.

2. Strength of Attitude, yaitu kekuatan yang dibutuhkan dalam rangka

pengembangan profesionalisme melalui analisis diri dan pengembangan

sikap kerja positif. Kekuatan ini dapat mendorong kita untuk selalu

memperhatikan penampilan diri dalam pekerjaan sehari-hari, mempunyai

sikap terbuka, terus terang dan penuh antusiasme.

3. Strength of Action, yaitu suatu kekuatan yang dibutuhkan dalam rangka

pengembangan profesionalisme kerja melalui sistem kerja yang lebih

(28)

4. Strength of Relationship, yaitu pengembangan profesionalisme kerja yang

ditempuh melalui pembentukan jalinan kordinasi dan komunikasi vertikal

dan horizontal secara bijaksana.

5. Strength of Trust and Understanding. Kekuatan ini dapt dipergunakan

dalam pengembangan profesionalisme kerja melalui pembentukan trust

dan understanding secara vertikal, horizontal dan lateral, sehingga dengan

demikian kita dapat memiliki kemampuan “memahami” perasaan orang

lain dan memiliki perhatian mendalam terhadap lingkungan sekitar kita.

1.5.2 Pelayanan Publik

1.5.2.1Pengertian Pelayanan Publik

Menurut Boediono (2003 : 60) pelayanan merupakan suatu proses bantuan

kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan

hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Sedangkan

menurut Ahmad Ainur (2008 : 3) pelayanan publik (public service) adalah suatu

pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan

fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa yang dilakukan oleh organisasi publik.

Menurut Kurniawan (dalam Sinambela 2006 : 5) pelayanan publik dapat

diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat

yang mempunyai kepentingan pada suatu organisasi sesuai dengan aturan pokok

dan tata cara yang telah ditetapkan.

Pengertian pelayanan publik secara lengkap yang dikutip dari

(29)

pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang dan jasa, dan /atau pelayanan

administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Sedangkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 63 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah segala

bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Pemerintah pusat, daerah dalam bentuk

barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat

maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi

publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik berupa barang

atau jasa yang dilakukan sesuai dengan standar dan peraturan yang telah

ditetapkan.

1.5.2.2Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus mempunyai standar

pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima

pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau

penerima pelayanan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

(30)

1. Dasar Hukum

Setiap bentuk kebijakan pelayanan publik yang dikeluarkan oleh instansi

pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan, harus memiliki dasar hukum

yang disahkan oleh Peraturan Perundangan untuk menandakan bahwa

pelayanan yang diberikan merupakan pelayanan publik yang sah menurut

hukum dan perundangan.

2. Sistem, Mekanisme dan Prosedur

Bentuk pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintahan

harus memiliki sistem yang jelas, mekanisme pelaksanaan yang mudah

diimplementasikan oleh seluruh masyarakat serta memiliki prosedur atau

tata laksana yang jelas dan diketahui oleh pengguna layanan publik.

3. Jangka Waktu Penyelesaian

Pelayanan publik yang diberikan oleh instansi pemerintah dalam

pelaksanaannya harus memiliki batas waktu penyelesaian kegiatan yang

efisien. Pelayanan publik yang diberikankepada masyarakat dilakukan

dalam standar waktu yang singkat.

4. Biaya/Tarif

Pelayanan publik pada hakekatnya adalah bentuk pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, biaya ataua tarif yang

diberikan harus memiliki standar harga yang dapat dijangkau oleh

masyarakat secara keseluruhan. Dengan kata lain haraga untuk pelayanan

(31)

5. Produk Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi dapat dikatakan sebagai

pelayanan publik apabila produk yang dihasilkan dapat berupa public

good, public service dan administration service.

6. Sarana, Prasarana dan Fasilitas

Keefektifan pelayanan publik yang diberikan oleh organisasi dapat dilihat

dari ketersediaan sarana dan prasarana dalam proses pemberian pelayanan

serta terdapat fasilitas yang memadai demi kenyamanan pelanggan atau

masyarakat.

7. Kompetensi Pelaksana

Petugas pemberi pelayanan publik harus memiliki keahlian, kreativitas

serta kemampuan yang menyangkut sikap dan perilaku dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

8. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan

Setiap organisasi pemerintah harus memiliki sarana yang menampung

aspirasi masyarakat yang berisi kritik, saran dan juga pengaduan. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemberian pelayanan publik

kepada masyarakat.

9. Jumlah Pelaksana

Organisasi pemerintahan memiliki pelaksanan pelayanan yang memadai

(32)

1.5.2.3Asas dan Prinsip Pelayanan Publik

Menurut Riawan Tjandra (2005 : 12-13) untuk dapat memberikan

pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggaraan pelayanan

harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut :

a. Transparan, bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak

yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah

dimengerti.

b. Akuntabilitas, dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional, sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan

penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan

efektifitas.

d. Partisipatif, mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

e. Kesamaan Hak, tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku,

agama, ras, golongan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban, pemberi dan penerima pelayanan

publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur negara No. 63

Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, berikut

ini adalah prinsip-prinsip pelayanan publik :

a. Kesederhanaan, prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah

(33)

b. Kejelasan

1. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik.

2. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa

dalam pelaksanaan pelayanan publik.

c. Kepastian Waktu, pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam

kurun waktu yang telah ditentukan.

d. Akurasi, produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

e. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman

dan kepastian hukum.

f. Tanggung Jawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat

yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasarana, tersedianya sarana dan prasarana kerja,

peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk

penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

h. Kemudahan Akses, tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang

memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan

teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

i. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan, pemberi pelayanan harus

bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan

dengan ikhlas.

j. Kenyamanan, lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang

(34)

dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet,

tempat ibadah dan lain-lain.

1.5.2.4Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik

Menurut Moenir (2002 : 190) bentuk pelayanan ada tiga macam, yaitu :

1. Pelayanan dengan lisan

Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang

Hubungan Masyarakat (HUMAS), bidang layanan informasi dan

bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada

masyarakat mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia. Agar

layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-syarat

yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu :

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang

tugasnya.

b. Mampu memberikan penjelasan apa saja yang perlu dengan lancar,

singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang

ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

2. Pelayanan melalui tulisan

Dalam bentuk tulisan, layanan yang diberikan dapat berupa pemberian

penjelasan kepada masyarakat dengan berupa tulisan suatu informasi

mengenai hal atau masalah yang sering terjadi.

(35)

a. Pelayanan berupa petunjuk, yaitu informasi dan yang sejenis ditujukan

pada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka

dalam berurusan dengan instansi atau lembaga.

b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan,

pemberian atau penyerahan, pemberitahuan dan sebagainya.

3. Pelayanan bentuk perbuatan

Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam

bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan dan

penjelasan secara lisan. Oleh sebab itu, faktor keahlian dan keterampilan

petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil perbuatan atau

pekerjaan tersebut.

1.5.2.5Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik

Menurut Moenir (2002 : 88) dalam pelayanan publik terdapat beberapa

faktor pendukung yanng penting, yaitu :

1. Faktor Kesadaran

Yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam

kegiatan pelayanan. Kesadaran para pegawai pada segala tingkatan

terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya dapat membawa dampak

yang sangat positif terhadap organisasi.

2. Faktor Aturan

Yaitu aturan dalam organisasi yang menjadi landasan kerja pelayanan.

Aturan ini mutlak kebenarannya agar organisasi dan pekerja dapat berjalan

(36)

3. Faktor Organisasi

Yaitu mengorganisir fungsi baik dalam bentuk struktur maupun

mekanismenya yang akan berperan dalam mutu dan kelancaran pelayanan.

Sarana pendukung mekanisme dalam organisasi adalah sistem, prosedur

dan metode yang berfungsi sebagai tata cara atau tata kerja agar

pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lancar.

4. Faktor Pendapatan

Yaitu pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan

pelayanan. Pendapatan yang cukup akan memotivasi pegawai dalam

melaksanakan pekerjaan yang baik.

5. Faktor Keterampilan Tugas

Yaitu kemampuan dan keterampilan petugas dalam melaksanakan

pekerjaan. Ada tiga kemampuan yang harus dimiliki, yaitu : kemampuan

manajerial, kemampuan teknis, dan kemampuan untuk membuat konsep.

6. Faktor Sarana

Yaitu sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan

layanan. Sarana ini meliputi peralatan, perlengkapan, alat bantu dan

fasilitas lain yang melengkapi serta fasilitas komunikasi.

1.5.2.6Surat Izin Mengemudi

Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah bukti registrasi dan identifikasi yang

diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan

administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan

terampil menggunakan kendaraan bermotor. Setiap orang yang mengemudikan

(37)

jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan (Pasal 77 ayat (1) UU No. 22 Tahun

2009).

Fungsi SIM adalah :

1. Sebagai bukti kompetensi mengemudi.

2. Sebagai registrasi pengemudi Kendaraan Bermotor yang memuat

keterangan identitas lengkap pengemudi.

3. Sebagai sarana mendukung kegiatan penyelidikan, penyidikan dan

identifikasi forensik kepolisian.

Dalam hal pelayanan pengurusan SIM, masyarakat menginginkan

pelayanan yang benar-benar berkualitas, misalnya dalam hal prosedur yang

diterapkan aparatur pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan

serta sikap aparatur yang bertugas yang bersahabat dan ramah kepada masyarakat

yang memerlukan bantuan.

1.5.2.7Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai terhadap Pelayanan Publik

Profesionalisme kerja pegawai adalah kemampuan dan keterampilan

pegawai dalam melaksanakan proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan kerja

yang dipercayakan kepada seorang pegawai sesuai dengan bidang, maupun

tingkatan masing-masing sehingga menciptakan hasil yang baik dan maksimal.

Pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

organisasi publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik

berupa barang atau jasa yang dilakukan sesuai dengan standar dan peraturan yang

telah ditetapkan.

Agar pelayanan yang diberikan dapat berjalan dengan efektif dan efisien

(38)

penyelenggara pelayanan publik. Dalam hal ini keprofesionalan pegawai

diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik yang akan membawa

masyarakat agar tidak jenuh dan bosan untuk berurusan dengan pegawai

pemerintah. Dengan terciptanya profesionalisme kerja pegawai diharapkan

terciptanya pula hasil pelayanan yang berkualitas dimana kesejahteraan

masyarakat menjadi prioritas utama penyelenggara pelayanan publik.

Sebagaimana dengan apa yang dikemukakan oleh Korten dan Alfonso

(dalam Tangklison, 2005 : 231) bahwa profesionalisme kerja diukur melalui

keahlian yang dimiliki seorang pegawai yang sesuai dengan kebutuhan tugas yang

dibebankan oleh organisasi kepada pegawai. Aparat yang bertugas harus

menguasai secara tepat mekanisme kerja dan metode kerja yang ada, sehingga

tujuan organisasi dapat tercapai melalui peningkatan kualitas pelayanan kepada

para pengguna jasa atau masyarakat ketika mereka berhubungan dengan birokrasi.

Dengan adanya profesionalisme, kinerja individu secara langsung akan

berpengaruh terhadap pemberian pelayanan kepada para pengguna jasa.

1.6Hipotesis

Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2005 : 70). Adapun hipotesa yang

dirumuskan peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesa Alternatif (Ha), yaitu terdapat pengaruh yang positif antara

(39)

2. Hipotesa Nol (Ho), yaitu tidak terdapat pengaruh yang positif antara

profesionalisme kerja terhadap pelayanan publik.

1.7Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (2006 : 33) konsep merupakan istilah dan defenisi

yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan,

kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya

adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari variabel yang akan diteliti.

Maka yang menjadi konsep dari penelitian ini adalah :

Profesionalisme Kerja Pegawai adalah kemampuan dan keterampilan

pegawai dalam melaksanakan proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan kerja

yang dipercayakan kepada seorang pegawai sesuai dengan bidang, maupun

tingkatan masing-masing sehingga menciptakan hasil yang baik dan maksimal.

Pelayanan Publik adalah Pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh organisasi publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat baik berupa barang atau jasa yang dilakukan sesuai dengan standar

dan peraturan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini yang menjadi pelayanan publik

adalah mengenai pengurusan Surat Izin Mengemudi (SIM).

Surat Izin Mengemudi adalah (SIM) adalah bukti atau identifikasi yang

wajib dimiliki seseorang yang telah memenuhi pesyaratan apabila ingin

menggunakan kendaraan bermotor sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang

digunakan.

1.8Defenisi Operasional

Operasionalisasi secara sederhana mengacu pada langkah-langkah,

(40)

identifikasi variabel-variabel yang akan diobservasi. Defenisi operasional menurut

Singarimbun (2006 : 46) adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengatur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi

operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur

suatu variabel.

Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu :

1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (X) yaitu Profesionalisme Kerja

Pegawai diukur dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut :

a. Equality yang dimiliki pegawai yang dilihat dari :

1) Konsistensi dalam memberikan pelayanan

2) Perlakuan yang sama atas pelayanan publik yang diberikan

b. Equity yang dimiliki pegawai yang dilihat dari :

1) Tidak adanya pengaruh pangkat/jabatan terhadap kebebasan pegawai

jika ingin menyampaikan pendapat.

2) Tidak adanya pengaruh perbedaan jenis kelamin dalam penempatan

posisi kerja.

c. Loyality yang dimiliki pegawai yang dilihat dari :

1) Kesetiaan pada institusi

2) Kesetiaan pada pimpinan

3) Kesetiaan pada sesama pegawai

d. Akuntabilitas Pegawai yang dilihat dari :

1) Akuntabilitas kinerja pelayanan publik : integritas (selalu memegang

(41)

kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan peraturan dan

kedisiplinan.

2) Akuntabilitas biaya pelayanan publik harus sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

3) Akuntabilitas produk pelayanan publik.

2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y) yaitu Pelayanan Publik di

ukur dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut :

a. Bukti Langsung : meliputi tersedianya ruang tunggu, seragam,

perlengkapan, dan sarana komunikasi.

b. Daya Tanggap : meliputi dapat diakses, tidak lama menunggu, respon

terhadap permintaan.

c. Keandalan : meliputi penyelesaian pelayanan dengan cepat dan selesai

pada waktu yang dijanjikan.

d. Jaminan : meliputi terpercaya, reputasi yang baik dalam hal pelayanan,

pegawai yang kompeten.

(42)

1.9Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis,

defenisi konsep, defenisi operasional,dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik penetuan skor

dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi

penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi dan struktur

organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini menguraikan hasil data dari penelitian yang diperoleh dari

lapangan atau berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian atau pembahasan data-data yang

diperoleh setelah melakukan penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang

(43)

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah korelasional

dengan analisa kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian

yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional

bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab

akibat dengan variabel yang lain.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai

yang beralamat di Jalan Sultan Hasanuddin No. 1 Binjai.

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi

Menurut Sugiono (2005 : 90), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam

penelitian ini sebanyak 60 orang. Yaitu seluruh pegawai di Kantor Satuan Lalu

Lintas Polresta Binjai Bagian Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi (SIM)

yang berjumlah 10 orang dan masyarakat yang telah terdata telah menerima

pelayanan pengurusan SIM di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai dalam

(44)

2.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan sebagai sumber

data. Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang digunakan adalah

sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel, atau penelitian yang ingin membuat

generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah

sensus, dimana anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2005 : 96).

Mengutip pendapat Arikunto (1998 : 120), apabila populasi kurang dari

100 orang, maka diambil keseluruhannya, sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang,

maka sampel diambil sebesar 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Berdasarkan

pendapat tersebut yang menjadi sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai

Satlantas Polresta Binjai Bagian Pelayanan Pengurusan SIM sebanyak 10 orang

dan masyarakat yang mengurus Surat Izin Mengemudi dalam tenggang waktu

Januari – Maret tahun 2011 yaitu sebanyak 50 orang.

2.4Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian (field research).

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrument

sebagai berikut :

a. Kuesioner atau angket, yaitu suatu daftar yang berisikan rangkaian

(45)

yang bertujuan memperoleh informasi yang relevan, serta informasi

yang dibutuhkan dapat dibutuhkan serentak (Narbuko dan Ahmadi,

2004 : 76-77). Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi alternatif jawaban.

b. Observasi atau pengamatan, yaitu metode pengumpulan data dengan

cara mengamati secara langsung objek penelitian kemudian mencatat

gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data

yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan permasalahan

penelitian.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu pengumpulan data

yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat ahli yang

memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan

menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi

penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek

penelitian.

2.5 Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu dalam menganalisa data, maka penelitian ini

menggunakan teknik penetuan skor. Teknik pengukuran skor yang digunakan

(46)

Adapun format jawaban dari kuesioner menurut skala ordinal dengan lima

alternatif jawaban. Tiap alternatif itu diberikan skor dengan penilaian nilai skala

sebagai berikut :

a. Untuk alternatif jawaban A diberi skor 5

b. Untuk alternatif jawaban B diberi skor 4

c. Untuk alternatif jawaban C diberi skor 3

d. Untuk alternatif jawaban D diberi skor 2

e. Untuk alternatif jawaban E diberi skor 1

Untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing

variabel, maka terlebih dahulu ditentukan skala intervalnya dengan cara sebagai

berikut :

Interval =

= = 0,8

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk

masing-masing variabel, yaitu :

Skor untuk kategori sangat tinggi = 4,24 – 5,00

Skor untuk kategori tinggi = 3,43 – 4,23

Skor untuk kategori sedang = 2,62 – 3,42

Skor untuk kategori rendah = 1,81 – 2,61

(47)

2.6 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data kuantitatif, yakni dengan menguji pegaruh antara variabel

Profesionalisme Kerja Pegawai (X) dengan variabel Pelayanan Publik (Y).

Adapun metode statistik yang digunakan adalah :

1. Koefisien Korelasi Product Moment

Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui adalah pengaruh variabel

Profesionalisme Kerja Pegawai (X) dengan variabel Pelayanan Publik (Y), maka

digunakan rumus Product Moment untuk mencari koefisien antara kedua variabel

tersebut (Sugiono, 2005 : 212). Perhitungannya dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Keterangan :

r

xy

=

angka indeks korelasi r product moment

N = sampel

∑x = jumlah skor x

∑y = jumlah skor y

(48)

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel maka dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Nilai rxy positif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan positif

dimana kenaikan nilai variabel yang satu diikuti dengan variabel yang lain.

2. Nilai rxy negatif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan negatif

dimana kenaikan variabel pertama di ikuti oleh turunnya nilai variabel

keduanya.

3. Nilai r sama dengan nol artinya kedua variabel tidak menunjukkan

hubungan dimana variabel yang satu tetap meskipun variabel yang lain

berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua

variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran atau

interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono, (2005 : 149) yaitu :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

Antara 0,00 – 0,19 Sangat Rendah

Antara 0,20 – 0,39 Rendah

Antara 0,40 – 0,59 Sedang

Antara 0,60 – 0,79 Tinggi

Antara 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Dari nilai rxy yang diperoleh dapat dilihat secara langsung melalui tabel

korelasi untuk mengetahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak. Tabel

korelasi ini mencantunkan batas-batas r yang signifikan. Ketentuannya adalah bila

(49)

ditolak. Sebaliknya apabila r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel)

maka Ha diterima.

Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r signifikan tertentu, dalam

hal ini yang signifikan 5%. Bila nilai r tersebut adalah signifikan, berarti hipotesa

kerja/hipotesa alternatif dapat diterima.

2. Koefisien Determinasi

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh

variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y). Perhitungan dilakukan dengan

mengkuadratkan nilai koefisien korelasi product moment (rxy)2 dikalikan dengan

100%. Cara perhitungannya menggunakan rumus “D” (Sugiyono, 2005 : 212)

yaitu :

D = (rxy

)

2

x 100%

Keterangan :

D = Koefisien Determinant

r

xy = Koefisien Korelasi Product Moment antara x dan y

Untuk melihat hubungan variabel x dan y digunakan uji statistik dengan

rumus “t” (Sugiyono, 2005 : 212) yaitu :

Kriteria pengujian adalah :

- Jika harga thitung < ttabel maka hipotesis alternatif ditolak.

(50)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1Sejarah Polresta Binjai

3.1.1 Kilas Balik Pemekaran Polres Langkat

Jalan panjang menapak cita-cita menuju Polri yang mandiri, bersama

bergulirnya reformasi di negara ini telah membawa berbagai perubahan dalam

sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, tuntutan dan aspirasi masyarakat

semakin besar terhadap demokrasi, supremasi hukum dan perlindungan hak-hak

azasi manusia. Polri sebagai lembaga negara yang dinamis, senantiasa

menyesuaikan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan

mengaplikasikan makna dari keberadaannya ditengah-tengah masyarakat.

Polri Daerah Sumatera Utara, khususnya Polres Langkat dengan kemauan

dan kemampuannya mengambil langkah-langkah upaya melakukan pemekaran

Polres Langkat menjadi dua wilayah, yakni : Polres Langkat yang berkedudukan

di Stabat Kaupaten Langkat dan Polresta Binjai yang berkedudukan di kota Binjai.

Kesemua ini bertujuan untuk memelihara stabilitas kamtibmas yang menjadi

prasarat mutlak berlangsungnya proses pemuihan ekonomi dan pembangunan,

guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta suksesnya otonomi daerah di

Kabupaten Langkat dan Polresta Binjai yang berkedudukan di kota Binjai.

Polres Langkat sebelumnya mempunyai luas wilayah hukum dua

pemerintahan Kabupaten Langkat dan Kota Binjai. Mempunyai luas wilayah

67.091,73 km2 dengan jumlah penduduk 1.034.356 jiwa dan membawahi 15

(51)

215 desa, sedangkan Pemerintah Kota Binjai mempunyai 5 kecamatan dan 37

kelurahan.

Wilayah hukum Polres Langkat dan sekitarnya terletak pada koordinat

3.25’52’’ Lintang Utara dan 4.18’3’’ Bujur Timur, dengan batas wilayah :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Aceh Timur dan Selat Malaka

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Polres Tanah Karo

Sebelah Timur : berbatsan dengan Polres Deli Serdang dan Poltabes

Medan

Sebelah Barat : berbatsan dengan Polres Aceh Tenggara/Tanah Alas.

Posisi geografis wilayah Polres Langkat yang berbatasan langsung dengan

Provinsi Aceh, yang pada saat itu bergejolak sosial politikyang memberikan

dampak terhadap daerah Kabupaten Langkat. Disamping itu gejolak sosial budaya

dan pengaruh yang ditimbulkan oleh era globalisasi dan reformasi serta

meningkatnya perkembangan jumlah penduduk dan intensitas kegiatan

pemerintah daerah serta masyarakat dan gangguan kamtibas yang apabila tidak di

tanggulangi akan berdampak negatif pada pembangunan nasional. Sehingga untuk

menghadapi hal tersebut diperlukan penanganan secara terencana dan terpadu

yang disesuaikan dengan jumlah dan pengembangan Personil dan pemenuhan

sarana dan prasarana, pengembangan piranti lunak, demi terwujudnya pemberian

pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, sejalan dengan pemisahan Polri dan

mewujudkan Polri yang profesional dan mandiri serta sikap mental dan perilaku

yang dapat di teladani agar dicintai masyarakat.

Mengacu pada hal tersebut, pada tanggal 22 Oktober 2001 Kapolres

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Distribusi Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.6 Distribusi Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.7 b
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan teori diatas mekanisme dan pengembangan akuntabilitas memegang teguh tiga prinsip yaitu komitmen dari pimpinan dan seluruh staff, kedua pengunaan atau pelaksanaan,

Harry Fernando Supriyadi, D0113042, “Transparansi dan Responsivitas dalam Pembuatan Surat Izin Mengemudi (Studi Kasus di Satuan Lalu Lintas Polres Karanganyar)”,

Berdasarkan Hasil penelitian Implementasi Kebijakan Penerbitan Surat Izin Mengemudi Di Satuan Lalu Lintas Polres Palu dapat dinyatakan belum menunjukkan hasil yang

Prosedur pelayanan administrasi dalam pembuatan Surat Ijin Mengemudi (SIM) C di Kantor Satuan Lalu Lintas Kota Samarinda adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan

Dengan hormat, sehubungan dengan riset saya yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik” maka saya memohon kepada Bapak/Ibu Pegawai

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan berkaitan dengan kendalakendala yang dihadapi untuk mewujudkan profesionalisme polisi lalu lintas dalam menanggulangi

IPDA Tio Septian Dwi Cahyo, S.Tr.K (2018) Efektivitas Penggunaan E- Tilang Oleh Unit Turjawali Satuan Lalu- Lintas dalam Penegakan Hukum Bagi Pelanggar Lalu- Lint as

Hambatan dalam penerapan sanksi pencabutan Surat Izin Mengemudi SIM oleh Satuan Lalu Lintas Polresta Barelang adalah adanya proses mendapatkan Surat Izin Mengemudi SIM yang dilakukan