PENGARUH PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI
TERHADAP PELAYANAN PUBLIK
(Studi Pada Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polrtesta Binjai)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara
Disusun Oleh :
DILIA FRIMAYANI
070903034
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik mungkin. Shalawat beriring salam tak lupa pula penulis persembahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga yang senantiasa menjadi
tauladan bagi umat manusia. Semoga kita selalu mendapat syafa’atnya di hari
akhir kelak.
Adapun skripsi ini berjudul “Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Palayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai) “. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana profesionalisme kerja pegawai di
Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai serta untuk mengetahui adakah
pengaruhnya terhadap pelayanan publik. Skripsi ini di susun untuk menyelesaikan
program pendidikan Strata 1 (S-1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis, Papa ku
tercinta Bripka Turiadi dan Mama ku tersayang Julidar Hayati. Penulis ucapakan banyak terima kasih atas limpahan cinta, kasih dan sayang, baik moril
ataupun materi yang telah diberikan kepada penulis. Kasih sayang yang Papa dan
Mama berikan tidak akan bisa tergantikan oleh apapun dan tidak akan pernah
tergerus oleh zaman. Dukungan dan nasihat dari Papa dan Mama lah yang
Selama proses penyusunan skripsi penulis banyak dibantu oleh beberapa
pihak. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin Rangkuti, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Staf Pengajar di FISIP USU yang telah berjasa dalam memberikan ilmu, nasehat serta arahan kepada penulis selama penulis
menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
6. Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen Ilmu Administrasi
Negara, khususnya kepada Kak Mega dan Kak Dian yang telah banyak membantu segala urusan administratif sejak awal penulis memulai studi
hingga saat ini.
7. Kepada Ibu Aiptu Suyersih selaku Banit SIM di Satlantas Polresta Binjai, yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam melakukan
8. Seluruh Pegawai di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan pengumpulan
data.
9. Kepada kedua adek ku, Dwi dan Rayhan, jangan bandel-bandel ya kalau dinasehatin, jangan suka berantem juga. Pusing aku lihat kalian gak pernah
akur. Yang penting, kakak selalu sayang kalian....
10.Kepada Kakanda Arief Pratama A.Md, seseorang yang telah lama mengisi hatiku, menemani hari-hariku, berbagi suka dan duka serta canda
dan tawa. Makasi atas dukungan, motivasi dan semangatnya sehingga Lia
dapat menyelesaikan skripsi ini...
11.Kepada Teman-Teman Genk Guyuh (Sity alias Siteh, makasi ya Siteh udah mau ngawani aku ke kampus, plus ngasi tumpangan kos nya yang
yassalam bangeeeettt. Hehehe. Maap ya kalau aku sering ngerepotin.
Aisyaturridha alias Ridhok, terus kerjain proposal mu ya dhok, tetap semangat dan pertahankan gaya autis mu. Ntar kita buat hak patennya.
Hehehehehe... Shima dan Wanda yang suka dandan, makasi atas tips-tips cara makeup-an yang gak lebay nya. Hihihihi... Zube yang khas dengan logat Panyabungannya, kangen aku sama ketawa mu bee... Lizva Eliza
alias Liza, cepat siapin proposal mu Za, biar cepat seminar. Novy siy tukang ketawadan Mama Liha siy tukang pulsa, makasi yaa mama udah mau utangin pulsa ke aku). Persahabatan yang udah kita rangkai gak akan
12.Kepada My best fren ku Ira Ansari Harahap (baholak) dan Ana Afriani (burek). Missyyuu so much wooyy.... Kangen menggila bareng kalian lagi...
13.Kepada Teman-Teman Kelompok Magang (Ika, Kiki, Novira, Akbar, Bobby Ferdian, Husen, Tofiq dan Gunawan). Kapan kita ke Tj. Beringin Lagi ni...
14.Kepada Teman-Teman AN 07, senang bisa bertemu dengan kalian. Semoga kita semua sukses kedepannya. Amiiiinnnn....
Penulis menyadari di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya. Penulis juga berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, November 2011
Penulis
Dilia Frimayani
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR LAMPIRAN... ix
ABSTRAKSI... iix
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang Masalah………... 1
1.2 Perumusan Masalah………. 5
1.3 Tujuan Penelitian………. 5
1.4 Manfaat Penelitian……….. 5
1.5 Kerangka Teori……… 6
1.5.1 Manajemen Sumber Daya Manusia……… 6
1.5.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia….. 6
1.5.1.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia……….8
1.5.1.3 Manfaat Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia………... 9
1.5.2 Profesionalisme Kerja Pegawai……… 10
1.5.2.1 Pengertian Profesionalisme Kerja………. 10
1.5.2.2 Ciri-Ciri Sikap Profesionalisme……… 12
1.5.2.3 Karakteristik Profesionalisme……… 13
1.5.2.5 Usaha-Usaha Pengembangan
Profesionalisme Kerja………... 15
1.5.3 Pelayanan Publik……… 16
1.5.3.1 Pengertian Pelayanan Publik……… 16
1.5.3.2 Standar Pelayanan Publik……… 17
1.5.3.3 Asas dan Prinsip Pelayanan Publik………. 20
1.5.3.4 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik……… 22
1.5.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik.. 23
1.5.3.6 Surat Izin Mengemudi………... 24
1.5.3.7 Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik………... 25
1.6 Hipotesis……….... 26
1.7 Defenisi Konsep……… 27
1.8 Defenisi Operasional……… 27
1.9 Sistematika Penulisan……… 30
BAB II METODE PENELITIAN……….. 31
2.1 Bentuk Penelitian……… 31
2.2 Lokasi Penelitian……… 31
2.3 Populasi dan Sampel………. 31
2.3.1 Populasi……… 31
2.3.2 Sampel………. 32
2.4 Teknik Pengumpulan Data……… 33
2.5 Teknik Penentuan Skor………. 34
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 38
3.1 Sejarah Polresta Binjai... 38
3.1.1 Kilas Balik Pemekaran Polres Langkat... 38
3.2 Visi dan Misi Satlantas Polresta Binjai... 41
3.2.1 Visi... 41
3.2.2 Misi... 41
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Satlantas Polresta Binjai... 41
3.3.1 Tugas Pokok... 41
3.3.2 Fungsi Satlantas... 42
3.4 Prosedur dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Mengemudi... 42
BAB IV PENYAJIAN DATA... 44
4.1 Karakteristik Responden... 44
4.2 Penyajian Data... 48
BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA... 68
5.1 Analisa Data... 68
5.2 Interpretasi Data... 74
BAB VI PENUTUP... 83
6.1 Kesimpulan... 83
6.2 Saran... 84
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin... 45
Tabel 4.2 Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Usia... 45
Tabel 4.3 Identitas Responden Pegawai Berdasarkan
Pendidikan Terakhir... 46
Tabel 4.4 Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan
Jenis Kelamin... 46
Tabel 4.5 Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Usia... 47
Tabel 4.6 Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan... 47
Tabel 4.7a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
perlakuan yang sama dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat... 48
Tabel 4.7b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
perlakuan yang sama dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat... 49
Tabel 4.8a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
konsistensi dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat... 49
Tabel 4.8b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
konsistensi pegawai dalam memberikan pelayanan... 50
Tabel 4.9a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
pengaruh jabatan/pangkat dalam mengeluarkan
pendapat di Satlantas Polresta Binjai... 50
Tabel 4.9b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
kebebasan dalam menanyakan apapun
Tabel 4.10a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
pengaruh gender dalam penempatan posisi kerja... 51
Tabel 4.10b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
perbedaan pelayanan berdasarkan umur, gender, atau suku...52
Tabel 4.11 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
ketaatan dalam melaksanakan perintah atasan... 52
Tabel 4.12 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
hubungan baik sesama rekan kerja... 53
Tabel 4.13a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai integritas
pegawai dalam menjalankan tugas dan pekerjaan... 53
Tabel 4.13b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai integritas
pegawai dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya... 54
Tabel 4.14a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan... 54
Tabel 4.14b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
ketelitian pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan... 55
Tabel 4.15 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
pemberlakuan sanksi apabila terlambat hadir
pada jam kerja... 56
Tabel 4.16a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
pemungutan biaya pengurusan SIM di luar
ketentuan yang ada... 56
Tabel 4.16b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai biaya
pengurusan SIM yang dikenakan sesuai dengan peraturan
yang berlaku... 57
Tabel 4.17 Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai produk
layanan yang diberikan telah memenuhi aturan/pedoman
Tabel 4.18a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
fasilitas sarana dan prasarana yang terdapat
di Satlantas Polresta Binjai... 58
Tabel 4.18b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
fasilitas sarana dan prasarana yang terdapat
di Satlantas Polresta Binjai………... 58
Tabel 4.19a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
pemakaian seragam pada saat jam kerja... 59
Tabel 4.19b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
kepatuhan pegawai dalam memakai seragam pada
saat jam kerja... 60
Tabel 4.20 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
kepedulian pegawai dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang terdapat di Satlantas Polresta Binjai... 60
Tabel 4.21a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
kemudahan dalam mengakses berbagai informasi
dari Satlantas Polresta Binjai... 61
Tabel 4.21b Distibusi jawanban responden masyarakat mengenai
kemudahan dalam mengakses berbagai informasi dari
Satlantas Polresta Binjai... 61
Tabel 4.22a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
menghadapi tuntutan pelayanan yang maksimal
dari masyarakat... 62
Tabel 4.22b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai daya
tanggap pegawai Satlantas Polresta Binjai dalam mengatasi
berbagai permintaan dari masyarakat... 62
Tabel 4.23a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai ketepatan
Tabel 4.23b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
ketepatan waktu dalam penyelesaian
pengurusan SIM... 63
Tabel 4.24 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
keberadaan pegawai di kantor pada saat jam kerja... 64
Tabel 4.25 Distribusi jawaban responden pegawai mengenai
menyelesaikan pekerjaan dengan baik sesuai dengan
prosedur di Satlantas Polresta Binjai... 64
Tabel 4.26 Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
pelayanan pengurusan SIM dilakukan dengan baik, cepat,
dan tanpa berbelit-belit... 65
Tabel 4.27a Distribusi jawaban responden pegawai mengenai sikap ramah
pegawai dalam memberikan pelayanankepada masyarakat... 65
Tabel 4.27b Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
sikap ramah pegawai dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat... 66
Tabel 4.28 Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
kompetensi pegawai di Kantor Satlantas Polresta Binjai... 66
Tabel 4.29 Distribusi jawaban responden masyarakat mengenai
komunikasi pegawai kepada masyarakat yang melakukan
pengurusan SIM... 67
Tabel 5.1 Rekapitulasi klasifikasi jawaban responden
berdasarkan profesionalisme kerja pegawai... 69
Tabel 5.2 Rekapitulasi klasifikasi jawaban responden
berdasarkan pelayanan publik... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Struktur Organisasi
Lampiran 2 : Daftar Kuesioner
Lampiran 3 : Tabulasi Data Variabel X
Lampiran 4 : Tabulasi Data Variabel Y
Lampiran 5 : Koefisien Korelasi antara Profesionalisme Kerja Pegawai
Terhadap Pelayanan Publik
Lampiran 6 : Tabel Nilai-Nilai r product moment
Lampiran 7 : Surat Rencana Skripsi
Lampiran 8 : Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi
Lampiran 9 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing
Lampiran 10 : Undangan Seminar Proposal Rancangan Usulan Skripsi
Lampiran 11 : Jadwal Seminar Proposal Penelitian
Lampiran 12 : Daftar Hadir Peserta Seminar
Lampiran 13 : Berita Acara Seminar
Lampiran 14 : Surat Izin Penelitian
ABSTRAKSI
PENGARUH PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN PUBLIK
(Studi Pada Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai)
Nama : Dilia Frimayani NIM : 070903034
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A
Profesionalisme kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan pegawai yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari di dalam organisasi. Kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan publik mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi yang telah direncanakan sebelumnya. Menilik dari fungsi utama pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik, sudah seharusnya pemerintah melakukan perbaikan di dalam pelayanan publik tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah umtuk mengetahui bagaimana profesionalisme kerja pegawai di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai, untuk mengetahui bagaimana pelayanan publik yang diberikan di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai serta untuk mengetahui adakah Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan analisa kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain. Data yang diperoleh dengan menyebarkan angket kepada responden sebnayak 60 orang yang terpilih menjadi sampel. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan koefisien korelasi product moment yang dilanjutkan dengan uji determinasi.
Berdasarkan hasil analisa Korelasi Produt Moment terdapat pengaruh yang positif antara profesionalisme kerja pegawai terhadap pelayanan publik pada Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai dengan korelasi 0,71. Berdasarkan interpretasi tersebut maka pengaruh profesionalisme kerja pegawai dengan pelayanan publik berada pada kategori tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa koefisien korelasi signifikan dan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Selanjutnya dengan perhitungan koefisien determinasi diperoleh bahwa terdapat pengaruh pencapaian kualitas pelayanan publik adalah sebesar 50,41 %, sedangkan 49,59 % lagi dipengaruhi oleh faktor yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
ABSTRAKSI
PENGARUH PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN PUBLIK
(Studi Pada Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai)
Nama : Dilia Frimayani NIM : 070903034
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A
Profesionalisme kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan pegawai yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari di dalam organisasi. Kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan publik mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi yang telah direncanakan sebelumnya. Menilik dari fungsi utama pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik, sudah seharusnya pemerintah melakukan perbaikan di dalam pelayanan publik tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah umtuk mengetahui bagaimana profesionalisme kerja pegawai di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai, untuk mengetahui bagaimana pelayanan publik yang diberikan di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai serta untuk mengetahui adakah Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan analisa kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain. Data yang diperoleh dengan menyebarkan angket kepada responden sebnayak 60 orang yang terpilih menjadi sampel. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan koefisien korelasi product moment yang dilanjutkan dengan uji determinasi.
Berdasarkan hasil analisa Korelasi Produt Moment terdapat pengaruh yang positif antara profesionalisme kerja pegawai terhadap pelayanan publik pada Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai dengan korelasi 0,71. Berdasarkan interpretasi tersebut maka pengaruh profesionalisme kerja pegawai dengan pelayanan publik berada pada kategori tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa koefisien korelasi signifikan dan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Selanjutnya dengan perhitungan koefisien determinasi diperoleh bahwa terdapat pengaruh pencapaian kualitas pelayanan publik adalah sebesar 50,41 %, sedangkan 49,59 % lagi dipengaruhi oleh faktor yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Reformasi dan globalisasi yang terjadi di Indonesia telah banyak
membawa perubahan bagi kehidupan bermasyarakat. Semenjak di keluarkannya
UU Pemerintah Daerah No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan UU
No. 32 Tahun 2004 pemerintah daerah secara terus menerus berusaha
meningkatkan pelayanan publik. Seiring dengan hal itu tuntutan masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang berkualitas terus meningkat dari waktu ke waktu.
Tuntutan tersebut semakin berkembang seirama dengan tumbuhnya kesadaran
bahwa warga negara memiliki hak untuk dilayani dan kewajiban pemerintah
daerah untuk dapat memberikan pelayanan.
Namun, berbagai tuntutan dari masyarakat tersebut tidaklah akan
terbentuk secara otomatis. Banyak langkah yang harus direncanakan, dilakukan,
dan di nilai secara sistematis dan konsisten. Penataan sumber daya aparatur yang
profesional harus diprioritaskan, karena reformasi di bidang administrasi
pemerintahan mengharapkan hadirnya pemerintah yang lebih berkualitas dan
mampu mengemban fungsi-fungsi pelayanan publik.
Tumpuan dan harapan tersebut tertuju kepada aparatur pemerintah, karena
aparatur pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan bagi masyarakat sekaligus
sebagai penanggung jawab fungsi pelayanan umum di Indonesia yang
mengarahkan tujuannya kepada public service, memikirkan dan mengupayakan
tercapainya sasaran pelayanan kepada seluruh masyarakat dalam berbagai lapisan.
menyangkut mutu dan kualitas dari pelayanan yang dihasilkan. Tantangan yang
dihadapi dalam pelayanan publik adalah bukan hanya menciptakan sebuah
pelayanan yang efisien, namun juga bagaimana pelayanan dapat dilakukan dengan
profesional tanpa membeda-bedakan status dari masyarakat yang dilayani, atau
dengan kata lain bagaimana menciptakan pelayanan yang adil dan demokratis.
Tantangan tersebut merupakan hal yang beralasan karena secara empiris
masyarakat di daerah menginginkan agar aparatur pemerintah dalam menjalankan
tugas-tugasnya dapat bekerja secara optimal yang akhirnya dapat memberikan
pelayanan yang baik bagi masyarakat. Untuk dapat menciptakan pelayanan yang
baik bagi masyarakat, diperlukan aparatur yang profesional dalam mengemban
tugasnya, hal ini merupakan prasyarat dalam meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan kualitas pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat.
Istilah profesional dapat diartikan berupa pandangan untuk selalu berfikir,
kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh
dedikasi demi untuk keberhasilan pekerjaannya (Hamid, dkk dalam
dapat dilihat dari adanya sikap perjuangan, pengabdian, kemampuan dan disiplin
guna memiliki prestasi kerja dalam melaksanakan tugas dan menjadi lebih
berdaya guna dan berhasil guna. Oleh karena itu, setiap aparatur dituntut untuk
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional yaitu dengan
memberikan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat.
Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah atas kegiatan
yang ditujukan untuk kepentingan publik atau masyarakat. Kegiatan tersebut
pegawai pemerintah dalam menghadapi perubahan sosial (social change) dan
dinamika masyarakat sebagai sasaran pelayanannya. Rasa puas masyarakat dalam
pelayanan publik akan terpenuhi jika apa yang diberikan oleh pegawai sesuai
dengan apa yang mereka harapkan selama ini, dimana dalam pelayanan tersebut
terdapat tiga unsur pokok yaitu biaya yang relatif lebih murah, waktu untuk
mengerjakan relatif lebih cepat dan mutu yang diberikan relatif lebih bagus.
Tugas pokok aparatur pemerintah pada hakikatnya adalah memberikan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Demikian pula dengan aparatur/pegawai Kantor Satuan Lalu Lintas
Polresta Binjai khususnya bidang pelayanan pengurusan Surat Izin Mengenudi
(SIM). Dalam melayani masyarakat, Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai
tidak terlepas dari permasalahan mengenai kondisi pelayanan yang relatif belum
memuaskan. Hal ini berkaitan dengan baik buruknya sumber daya aparatur yang
profesional.
Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai mempunyai tugas dan
kewenangan di bidang pelayanan publik antara lain : memberikan pelayanan
sekaligus pengawasan terhadap prosedur pembuatan SIM. SIM merupakan salah
satu syarat kelengkapan yang wajib dimiliki seseorang untuk mengemudikan
kendaraan bermotor sesuai dengan kendaraan yang digunakannya.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian sementara yang
dilakukan penulis dilapangan, syarat-syarat seseorang telah berhak memiliki SIM
adalah berusia 17 tahun untuk SIM golongan A, C dan D, bisa baca tulis, lulus
ujian teori dan praktek, serta memiliki pengetahuan peraturan lalu lintas jalan dan
Namun kenyataannya, banyak masyarakat yang telah memenuhi syarat
tetapi belum memiliki SIM tetapi bebas menggunakan kendaraan bermotor di
jalan raya. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh lambannya aparatur serta
mekanisme pelayanan yang berbelit-belit, sehingga terkadang masyarakat sering
menggunakan jasa calo, tidak transparan, serta kurangnya sosialisasi dan
informasi kepada masyarakat mengenai prosedur dan biaya dalam pengurusan
pembuatan SIM
Profesionalisme kerja adalah hal dasar dalam meningkatkan pelayanan
publik, maka setiap aparatur pemerintah dituntut untuk senantiasa meningkatkan
profesionalismenya. Namun kenyataannya berdasarkan pengamatan penulis pada
pra penelitian terlihat bahwa profesionalisme kerja pegawai belum sesuai dengan
kondisi yang diharapkan, yaitu profesionalisme kerja yang dapat mendukung
terciptanya pelayanan publik yang baik.
Berdasarkan keterangan dan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian telah dikemukakan pada latar belakang di atas maka
perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : “Apakah ada Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai?”
1.3Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak
dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui
sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umunya
bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai di
Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai.
2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan publik yang diberikan di
Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Secara Subjektif. Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah tentang profesionalisme
2. Secara Praktis. Sebagai masukan atau sumbangan pemikiran bagi Satuan Lalu
Lintas Polresta Binjai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional.
3. Secara Akademis. Sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun
bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di
bidang yang sama.
1.5Kerangka Teori
Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka
dibutuhkan teori-teori sebagai pedoman kerangka berpikir untuk menggambarkan
dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Pedoman tersebut
disebut kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk
melakukan penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena
sosial yang menjadi objek penelitian. Sugiono (2005 : 55) menyebutkan landasan
teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan
bukan sekedar perbuatan coba-coba.
1.5.1 Profesionalisme Kerja Pegawai 1.5.1.1 Pengertian Profesionalisme Kerja
Berbicara mengenai profesionalisme mencerminkan sikap seseorang
terhadap profesinya. Secara sederhana profesionalisme dapat diartikan sebagai
perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi. Seseorang dapat
dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis atau etika
suatu profesi. Istilah profesional itu berlaku untuk semua pegawai mulai dari
Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan
keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan
tingkatan masing-masing. Profesionalisme menyangkut kecocokan (fitness) antar
kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic competence) dengan
kebutuhan tugas (task requirement). Terpenuhinya kecocokan antara kemampuan
dengan kebutuhan tugas merupakan salah satu syarat terbentuknya
pegawai-pegawai yang profesional. Artinya, keahlian dan kemampuan aparat
merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi
(Kurniawan, 2005:73).
Seorang yang profesional adalah seorang pegawai yang memiliki
keterampilan, kemampuan atau keahlian untuk melaksanakan pekerjaan dengan
baik menurut bidangnya masing-masing sehingga memperoleh pengakuan atau
penghargaan. Seorang pegawai yang profesional hendaknya juga mampu memikul
dan melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Apa yang dikemukakan Oemar Hamalik (2000:7-8) dapat menambah
pemahaman mengenai profesionalisme kerja pegawai atau tenaga kerja.
Ia mengemukakan bahwa tenaga kerja pada hakikatnya mengandung aspek-aspek
sebagai berikut :
1. Aspek Potensial, bahwa setiap tenaga kerja memiliki potensi-potensi
herediter yang bersifat dinamis, yang terus berkembang dan dapat
dikembangkan. Potensi-potensi itu antara lain : daya mengingat, daya
berpikir, daya berkehendak, daya perasaan, bakat, minat, motivasi dan
2. Aspek Profesionalisme atau Vokasional, bahwa setiap tenaga kerja
memiliki kemampuan dan keterampilan kerja atau kejujuran dalam bidang
tertentu dengan kemampuan dan keterampilan itu dia dapat mengabdikan
dirinya dalam lapangan kerja tertentu dan menciptakan hasil yang baik
secara optimal.
3. Aspek Fungsional, bahwa setiap tenaga kerja melaksanakan
pekerjaannyasecara tepat guna, artinya dia bekerja sesuai dengan tugas dan
fungsinya dalam bidang yang sesuai pula. Misalnya tenaga kerja yang
memiliki keterampilan dalam bidang elektronik seharusnya bekerja dalam
bidang pekerjaan elektronik bukan bekerja sebagai tukang kayu untuk
bangunan.
4. Aspek Operasional, bahwa setiap tenaga kerja dapat mendayagunakan
kemampuan dan keterampilannya dalam proses dan prosedur pelaksanaan
kegiatan kerja yang sedang ditekuninya.
5. Aspek Personal, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki sifat-sifat
kepribadian yang menunjang pekerjaannya, misalnya : sikap mandiri dan
tangguh, bertanggungjawab, tekun dan rajin, mencintai pekerjaannya,
berdisiplin dan berdedikasi tinggi.
6. Aspek Produktivitas, bahwa setiap tenaga kerja harus memiliki motif
berprestasi, berupaya agar berhasil dan memberikan hasil dari
pekerjaannya, baik kualitas maupun kuantitas.
Dari beberapa defenisi diatas, dapat dikatakan bahwa Profesionalisme
Kerja adalah kemampuan dan keterampilan pegawai dalam melaksanakan proses
pegawai sesuai dengan bidang, maupun tingkatan masing-masing sehingga
menciptakan hasil yang baik dan maksimal.
1.5.1.2Ciri-Ciri Sikap Profesionalisme Kerja
Seorang pegawai perlu memiliki ciri atau karakteristik untuk mendukung
sikap profesionalisme. Ciri-ciri tersebut antara lain :
1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam
menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
yang bersangkutan dengan bidang tadi.
2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu
masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat
dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.
4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi
serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun
cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan
pribadinya. diakses pada
tanggal 11 Februari 2011 pukul 22:45)
1.5.1.3Karakteristik Profesionalisme
Menurut Martin Jr (dalam Kurniawan, 2005 : 75) karakteristik
1. Equality
Perlakuan yang sama atas pelayanan yang diberikan. Hal ini didasarkan
atas tipe perilaku birokrasi rasional yang secara konsisten memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada semua pihak tanpa memandang afiliasi
politik, status sosial dan sebagainya.
2. Equity
Kesetaraan adalah adanaya peluang dan kesempatan yang sama bagi setiap
orang untuk meningkatkan dan menjaga kesejahteraan mereka. Prasetya
dalam
adalah perlakuan yang ada kepada semua unsur tanpa memandang atribut
yang menempel pada subjek tersebut.
3. Loyality
Kesetiaan kepada konstitusi hukum, pimpinanbawahan dan rekan kerja.
Berbagai jenis kesetiaan tersebut terkait satu sama lain dan tidak ada
kesetiaan yang mutlak diberikan kepada satu jenis kesetiaan tertentu
dengan mengabaikan yang lainnya.
4. Accountability
Menurut Kumorotomo (2005 : 3) akuntabilitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan yang
dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat dan apakah pelayanan publik tersebut mampu
1.5.1.4 Faktor-Faktor yang mendukung Sikap Profesionalisme Pegawai
Faktor-faktor yang mendukung sikap profesionalisme kerja pegawai yaitu :
1. Keterampilan
Menurut Nugroho (dalam Kurniawan 2005 : 85) lebih cenderung
menggunakan istilah kemampuan untuk keterampilan dalam diri pegawai
yaitu tersedianya modal kecakapan, ketangkasan atau modal lainnya yang
memungkinkan anggota itu dapat berbuat banyak bagi organisasinya.
2. Kompetensi
Atmosuprapto (dalam Kurniawan 2005 : 74) menyebutkan bahwa
profesionalisme merupakan cermin kemampuan (competency), yang
memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan bisa melakukan (ability),
ditunjang dengan pengalaman (experience) yang tidak mungkin muncul
tiba-tiba tanpa perjalanan waktu.
3. Loyalitas
Menurut Hasibuan (dalam Kurniawan : 75), secara teoritik loyalitas
berhubungan dengan tingkat kedisiplinan, terutama dalam hal ketaatan
terhadap peraturan yang berlaku. Kedisiplinan akan terwujud dengan baik
jika pegawai atau aparatur mampu menaati peraturan-peraturan yang ada.
Loyalitas juga berkaitan erat dengan kemampuan pertanggungjawaban
tugas, pekerjaan dan daya tanggap.
4. Performansi (performance) dapat diartikan menjadi prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/penampilan kerja
bahwa performance atau prestasi (kehandalan dan kecakapan) adalah hasil
yang diinginkan dari perilaku.
5. Budaya Organisasi. Menurut Moeljono (2003 :9) budaya organisasi yang
pada umumnya merupakan pernyataan filosofis, dapat difungsikan sebagai
tuntutan yang mengikat para karyawan karena dapat diformulasikan secara
formal kedalam berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan.
1.5.1.5 Usaha-Usaha Pengembangan Profesionalisme Kerja
Pengembangan profesionalisme kerja dapat dicapai dengan
mengembangkan:
1. Strength of Knowledge, yaitu pengembangan profesionalisme melalui
proses belajar secara berkesinambungan. Semua orang tahu bahwa
kekuatan pengetahuan adalah suatu kekuatan dasar yang penting untuk
dapat bekerja secara profesional. Oleh karena itu dengan semakin
meningkatnya pengetahuan ktia maka semakin meningkat pula
profesionalisme yang dapat kita perlihatkan.
2. Strength of Attitude, yaitu kekuatan yang dibutuhkan dalam rangka
pengembangan profesionalisme melalui analisis diri dan pengembangan
sikap kerja positif. Kekuatan ini dapat mendorong kita untuk selalu
memperhatikan penampilan diri dalam pekerjaan sehari-hari, mempunyai
sikap terbuka, terus terang dan penuh antusiasme.
3. Strength of Action, yaitu suatu kekuatan yang dibutuhkan dalam rangka
pengembangan profesionalisme kerja melalui sistem kerja yang lebih
4. Strength of Relationship, yaitu pengembangan profesionalisme kerja yang
ditempuh melalui pembentukan jalinan kordinasi dan komunikasi vertikal
dan horizontal secara bijaksana.
5. Strength of Trust and Understanding. Kekuatan ini dapt dipergunakan
dalam pengembangan profesionalisme kerja melalui pembentukan trust
dan understanding secara vertikal, horizontal dan lateral, sehingga dengan
demikian kita dapat memiliki kemampuan “memahami” perasaan orang
lain dan memiliki perhatian mendalam terhadap lingkungan sekitar kita.
1.5.2 Pelayanan Publik
1.5.2.1Pengertian Pelayanan Publik
Menurut Boediono (2003 : 60) pelayanan merupakan suatu proses bantuan
kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan
hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Sedangkan
menurut Ahmad Ainur (2008 : 3) pelayanan publik (public service) adalah suatu
pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan
fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa yang dilakukan oleh organisasi publik.
Menurut Kurniawan (dalam Sinambela 2006 : 5) pelayanan publik dapat
diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat
yang mempunyai kepentingan pada suatu organisasi sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang telah ditetapkan.
Pengertian pelayanan publik secara lengkap yang dikutip dari
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang dan jasa, dan /atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Sedangkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 63 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah segala
bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Pemerintah pusat, daerah dalam bentuk
barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi
publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik berupa barang
atau jasa yang dilakukan sesuai dengan standar dan peraturan yang telah
ditetapkan.
1.5.2.2Standar Pelayanan Publik
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus mempunyai standar
pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima
pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau
penerima pelayanan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
1. Dasar Hukum
Setiap bentuk kebijakan pelayanan publik yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan, harus memiliki dasar hukum
yang disahkan oleh Peraturan Perundangan untuk menandakan bahwa
pelayanan yang diberikan merupakan pelayanan publik yang sah menurut
hukum dan perundangan.
2. Sistem, Mekanisme dan Prosedur
Bentuk pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintahan
harus memiliki sistem yang jelas, mekanisme pelaksanaan yang mudah
diimplementasikan oleh seluruh masyarakat serta memiliki prosedur atau
tata laksana yang jelas dan diketahui oleh pengguna layanan publik.
3. Jangka Waktu Penyelesaian
Pelayanan publik yang diberikan oleh instansi pemerintah dalam
pelaksanaannya harus memiliki batas waktu penyelesaian kegiatan yang
efisien. Pelayanan publik yang diberikankepada masyarakat dilakukan
dalam standar waktu yang singkat.
4. Biaya/Tarif
Pelayanan publik pada hakekatnya adalah bentuk pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, biaya ataua tarif yang
diberikan harus memiliki standar harga yang dapat dijangkau oleh
masyarakat secara keseluruhan. Dengan kata lain haraga untuk pelayanan
5. Produk Pelayanan
Pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi dapat dikatakan sebagai
pelayanan publik apabila produk yang dihasilkan dapat berupa public
good, public service dan administration service.
6. Sarana, Prasarana dan Fasilitas
Keefektifan pelayanan publik yang diberikan oleh organisasi dapat dilihat
dari ketersediaan sarana dan prasarana dalam proses pemberian pelayanan
serta terdapat fasilitas yang memadai demi kenyamanan pelanggan atau
masyarakat.
7. Kompetensi Pelaksana
Petugas pemberi pelayanan publik harus memiliki keahlian, kreativitas
serta kemampuan yang menyangkut sikap dan perilaku dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
8. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
Setiap organisasi pemerintah harus memiliki sarana yang menampung
aspirasi masyarakat yang berisi kritik, saran dan juga pengaduan. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemberian pelayanan publik
kepada masyarakat.
9. Jumlah Pelaksana
Organisasi pemerintahan memiliki pelaksanan pelayanan yang memadai
1.5.2.3Asas dan Prinsip Pelayanan Publik
Menurut Riawan Tjandra (2005 : 12-13) untuk dapat memberikan
pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggaraan pelayanan
harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut :
a. Transparan, bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak
yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti.
b. Akuntabilitas, dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional, sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan
efektifitas.
d. Partisipatif, mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan
masyarakat.
e. Kesamaan Hak, tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku,
agama, ras, golongan, gender dan status ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban, pemberi dan penerima pelayanan
publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur negara No. 63
Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, berikut
ini adalah prinsip-prinsip pelayanan publik :
a. Kesederhanaan, prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
b. Kejelasan
1. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik.
2. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa
dalam pelaksanaan pelayanan publik.
c. Kepastian Waktu, pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi, produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
e. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman
dan kepastian hukum.
f. Tanggung Jawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat
yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan penyelesaian
keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
g. Kelengkapan sarana dan prasarana, tersedianya sarana dan prasarana kerja,
peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
h. Kemudahan Akses, tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
i. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan, pemberi pelayanan harus
bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan
dengan ikhlas.
j. Kenyamanan, lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet,
tempat ibadah dan lain-lain.
1.5.2.4Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik
Menurut Moenir (2002 : 190) bentuk pelayanan ada tiga macam, yaitu :
1. Pelayanan dengan lisan
Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang
Hubungan Masyarakat (HUMAS), bidang layanan informasi dan
bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada
masyarakat mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia. Agar
layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu :
a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang
tugasnya.
b. Mampu memberikan penjelasan apa saja yang perlu dengan lancar,
singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang
ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.
c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.
2. Pelayanan melalui tulisan
Dalam bentuk tulisan, layanan yang diberikan dapat berupa pemberian
penjelasan kepada masyarakat dengan berupa tulisan suatu informasi
mengenai hal atau masalah yang sering terjadi.
a. Pelayanan berupa petunjuk, yaitu informasi dan yang sejenis ditujukan
pada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka
dalam berurusan dengan instansi atau lembaga.
b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan,
pemberian atau penyerahan, pemberitahuan dan sebagainya.
3. Pelayanan bentuk perbuatan
Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam
bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan dan
penjelasan secara lisan. Oleh sebab itu, faktor keahlian dan keterampilan
petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil perbuatan atau
pekerjaan tersebut.
1.5.2.5Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik
Menurut Moenir (2002 : 88) dalam pelayanan publik terdapat beberapa
faktor pendukung yanng penting, yaitu :
1. Faktor Kesadaran
Yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam
kegiatan pelayanan. Kesadaran para pegawai pada segala tingkatan
terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya dapat membawa dampak
yang sangat positif terhadap organisasi.
2. Faktor Aturan
Yaitu aturan dalam organisasi yang menjadi landasan kerja pelayanan.
Aturan ini mutlak kebenarannya agar organisasi dan pekerja dapat berjalan
3. Faktor Organisasi
Yaitu mengorganisir fungsi baik dalam bentuk struktur maupun
mekanismenya yang akan berperan dalam mutu dan kelancaran pelayanan.
Sarana pendukung mekanisme dalam organisasi adalah sistem, prosedur
dan metode yang berfungsi sebagai tata cara atau tata kerja agar
pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lancar.
4. Faktor Pendapatan
Yaitu pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan
pelayanan. Pendapatan yang cukup akan memotivasi pegawai dalam
melaksanakan pekerjaan yang baik.
5. Faktor Keterampilan Tugas
Yaitu kemampuan dan keterampilan petugas dalam melaksanakan
pekerjaan. Ada tiga kemampuan yang harus dimiliki, yaitu : kemampuan
manajerial, kemampuan teknis, dan kemampuan untuk membuat konsep.
6. Faktor Sarana
Yaitu sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan
layanan. Sarana ini meliputi peralatan, perlengkapan, alat bantu dan
fasilitas lain yang melengkapi serta fasilitas komunikasi.
1.5.2.6Surat Izin Mengemudi
Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah bukti registrasi dan identifikasi yang
diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan
administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan
terampil menggunakan kendaraan bermotor. Setiap orang yang mengemudikan
jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan (Pasal 77 ayat (1) UU No. 22 Tahun
2009).
Fungsi SIM adalah :
1. Sebagai bukti kompetensi mengemudi.
2. Sebagai registrasi pengemudi Kendaraan Bermotor yang memuat
keterangan identitas lengkap pengemudi.
3. Sebagai sarana mendukung kegiatan penyelidikan, penyidikan dan
identifikasi forensik kepolisian.
Dalam hal pelayanan pengurusan SIM, masyarakat menginginkan
pelayanan yang benar-benar berkualitas, misalnya dalam hal prosedur yang
diterapkan aparatur pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan
serta sikap aparatur yang bertugas yang bersahabat dan ramah kepada masyarakat
yang memerlukan bantuan.
1.5.2.7Pengaruh Profesionalisme Kerja Pegawai terhadap Pelayanan Publik
Profesionalisme kerja pegawai adalah kemampuan dan keterampilan
pegawai dalam melaksanakan proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan kerja
yang dipercayakan kepada seorang pegawai sesuai dengan bidang, maupun
tingkatan masing-masing sehingga menciptakan hasil yang baik dan maksimal.
Pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
organisasi publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik
berupa barang atau jasa yang dilakukan sesuai dengan standar dan peraturan yang
telah ditetapkan.
Agar pelayanan yang diberikan dapat berjalan dengan efektif dan efisien
penyelenggara pelayanan publik. Dalam hal ini keprofesionalan pegawai
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik yang akan membawa
masyarakat agar tidak jenuh dan bosan untuk berurusan dengan pegawai
pemerintah. Dengan terciptanya profesionalisme kerja pegawai diharapkan
terciptanya pula hasil pelayanan yang berkualitas dimana kesejahteraan
masyarakat menjadi prioritas utama penyelenggara pelayanan publik.
Sebagaimana dengan apa yang dikemukakan oleh Korten dan Alfonso
(dalam Tangklison, 2005 : 231) bahwa profesionalisme kerja diukur melalui
keahlian yang dimiliki seorang pegawai yang sesuai dengan kebutuhan tugas yang
dibebankan oleh organisasi kepada pegawai. Aparat yang bertugas harus
menguasai secara tepat mekanisme kerja dan metode kerja yang ada, sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai melalui peningkatan kualitas pelayanan kepada
para pengguna jasa atau masyarakat ketika mereka berhubungan dengan birokrasi.
Dengan adanya profesionalisme, kinerja individu secara langsung akan
berpengaruh terhadap pemberian pelayanan kepada para pengguna jasa.
1.6Hipotesis
Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2005 : 70). Adapun hipotesa yang
dirumuskan peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesa Alternatif (Ha), yaitu terdapat pengaruh yang positif antara
2. Hipotesa Nol (Ho), yaitu tidak terdapat pengaruh yang positif antara
profesionalisme kerja terhadap pelayanan publik.
1.7Defenisi Konsep
Menurut Singarimbun (2006 : 33) konsep merupakan istilah dan defenisi
yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan,
kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari variabel yang akan diteliti.
Maka yang menjadi konsep dari penelitian ini adalah :
Profesionalisme Kerja Pegawai adalah kemampuan dan keterampilan
pegawai dalam melaksanakan proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan kerja
yang dipercayakan kepada seorang pegawai sesuai dengan bidang, maupun
tingkatan masing-masing sehingga menciptakan hasil yang baik dan maksimal.
Pelayanan Publik adalah Pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh organisasi publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat baik berupa barang atau jasa yang dilakukan sesuai dengan standar
dan peraturan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini yang menjadi pelayanan publik
adalah mengenai pengurusan Surat Izin Mengemudi (SIM).
Surat Izin Mengemudi adalah (SIM) adalah bukti atau identifikasi yang
wajib dimiliki seseorang yang telah memenuhi pesyaratan apabila ingin
menggunakan kendaraan bermotor sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang
digunakan.
1.8Defenisi Operasional
Operasionalisasi secara sederhana mengacu pada langkah-langkah,
identifikasi variabel-variabel yang akan diobservasi. Defenisi operasional menurut
Singarimbun (2006 : 46) adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengatur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi
operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur
suatu variabel.
Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu :
1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (X) yaitu Profesionalisme Kerja
Pegawai diukur dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut :
a. Equality yang dimiliki pegawai yang dilihat dari :
1) Konsistensi dalam memberikan pelayanan
2) Perlakuan yang sama atas pelayanan publik yang diberikan
b. Equity yang dimiliki pegawai yang dilihat dari :
1) Tidak adanya pengaruh pangkat/jabatan terhadap kebebasan pegawai
jika ingin menyampaikan pendapat.
2) Tidak adanya pengaruh perbedaan jenis kelamin dalam penempatan
posisi kerja.
c. Loyality yang dimiliki pegawai yang dilihat dari :
1) Kesetiaan pada institusi
2) Kesetiaan pada pimpinan
3) Kesetiaan pada sesama pegawai
d. Akuntabilitas Pegawai yang dilihat dari :
1) Akuntabilitas kinerja pelayanan publik : integritas (selalu memegang
kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan peraturan dan
kedisiplinan.
2) Akuntabilitas biaya pelayanan publik harus sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
3) Akuntabilitas produk pelayanan publik.
2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y) yaitu Pelayanan Publik di
ukur dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut :
a. Bukti Langsung : meliputi tersedianya ruang tunggu, seragam,
perlengkapan, dan sarana komunikasi.
b. Daya Tanggap : meliputi dapat diakses, tidak lama menunggu, respon
terhadap permintaan.
c. Keandalan : meliputi penyelesaian pelayanan dengan cepat dan selesai
pada waktu yang dijanjikan.
d. Jaminan : meliputi terpercaya, reputasi yang baik dalam hal pelayanan,
pegawai yang kompeten.
1.9Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis,
defenisi konsep, defenisi operasional,dan sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik penetuan skor
dan teknik analisa data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi
penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi dan struktur
organisasi.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini menguraikan hasil data dari penelitian yang diperoleh dari
lapangan atau berupa dokumen yang akan dianalisis.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini berisi tentang uraian atau pembahasan data-data yang
diperoleh setelah melakukan penelitian.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
BAB II
METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah korelasional
dengan analisa kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian
yang meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional
bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab
akibat dengan variabel yang lain.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai
yang beralamat di Jalan Sultan Hasanuddin No. 1 Binjai.
2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi
Menurut Sugiono (2005 : 90), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini sebanyak 60 orang. Yaitu seluruh pegawai di Kantor Satuan Lalu
Lintas Polresta Binjai Bagian Pelayanan Pengurusan Surat Izin Mengemudi (SIM)
yang berjumlah 10 orang dan masyarakat yang telah terdata telah menerima
pelayanan pengurusan SIM di Kantor Satuan Lalu Lintas Polresta Binjai dalam
2.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan sebagai sumber
data. Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang digunakan adalah
sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah
sensus, dimana anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2005 : 96).
Mengutip pendapat Arikunto (1998 : 120), apabila populasi kurang dari
100 orang, maka diambil keseluruhannya, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang,
maka sampel diambil sebesar 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Berdasarkan
pendapat tersebut yang menjadi sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai
Satlantas Polresta Binjai Bagian Pelayanan Pengurusan SIM sebanyak 10 orang
dan masyarakat yang mengurus Surat Izin Mengemudi dalam tenggang waktu
Januari – Maret tahun 2011 yaitu sebanyak 50 orang.
2.4Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian (field research).
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrument
sebagai berikut :
a. Kuesioner atau angket, yaitu suatu daftar yang berisikan rangkaian
yang bertujuan memperoleh informasi yang relevan, serta informasi
yang dibutuhkan dapat dibutuhkan serentak (Narbuko dan Ahmadi,
2004 : 76-77). Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi alternatif jawaban.
b. Observasi atau pengamatan, yaitu metode pengumpulan data dengan
cara mengamati secara langsung objek penelitian kemudian mencatat
gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data
yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan permasalahan
penelitian.
2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu pengumpulan data
yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat ahli yang
memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
b. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi
penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek
penelitian.
2.5 Teknik Penentuan Skor
Untuk membantu dalam menganalisa data, maka penelitian ini
menggunakan teknik penetuan skor. Teknik pengukuran skor yang digunakan
Adapun format jawaban dari kuesioner menurut skala ordinal dengan lima
alternatif jawaban. Tiap alternatif itu diberikan skor dengan penilaian nilai skala
sebagai berikut :
a. Untuk alternatif jawaban A diberi skor 5
b. Untuk alternatif jawaban B diberi skor 4
c. Untuk alternatif jawaban C diberi skor 3
d. Untuk alternatif jawaban D diberi skor 2
e. Untuk alternatif jawaban E diberi skor 1
Untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing
variabel, maka terlebih dahulu ditentukan skala intervalnya dengan cara sebagai
berikut :
Interval =
= = 0,8
Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk
masing-masing variabel, yaitu :
Skor untuk kategori sangat tinggi = 4,24 – 5,00
Skor untuk kategori tinggi = 3,43 – 4,23
Skor untuk kategori sedang = 2,62 – 3,42
Skor untuk kategori rendah = 1,81 – 2,61
2.6 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kuantitatif, yakni dengan menguji pegaruh antara variabel
Profesionalisme Kerja Pegawai (X) dengan variabel Pelayanan Publik (Y).
Adapun metode statistik yang digunakan adalah :
1. Koefisien Korelasi Product Moment
Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui adalah pengaruh variabel
Profesionalisme Kerja Pegawai (X) dengan variabel Pelayanan Publik (Y), maka
digunakan rumus Product Moment untuk mencari koefisien antara kedua variabel
tersebut (Sugiono, 2005 : 212). Perhitungannya dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
r
xy=
angka indeks korelasi r product momentN = sampel
∑x = jumlah skor x
∑y = jumlah skor y
Untuk melihat hubungan antara kedua variabel maka dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Nilai rxy positif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan positif
dimana kenaikan nilai variabel yang satu diikuti dengan variabel yang lain.
2. Nilai rxy negatif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan negatif
dimana kenaikan variabel pertama di ikuti oleh turunnya nilai variabel
keduanya.
3. Nilai r sama dengan nol artinya kedua variabel tidak menunjukkan
hubungan dimana variabel yang satu tetap meskipun variabel yang lain
berubah.
Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua
variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran atau
interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono, (2005 : 149) yaitu :
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
Antara 0,00 – 0,19 Sangat Rendah
Antara 0,20 – 0,39 Rendah
Antara 0,40 – 0,59 Sedang
Antara 0,60 – 0,79 Tinggi
Antara 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
Dari nilai rxy yang diperoleh dapat dilihat secara langsung melalui tabel
korelasi untuk mengetahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak. Tabel
korelasi ini mencantunkan batas-batas r yang signifikan. Ketentuannya adalah bila
ditolak. Sebaliknya apabila r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel)
maka Ha diterima.
Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r signifikan tertentu, dalam
hal ini yang signifikan 5%. Bila nilai r tersebut adalah signifikan, berarti hipotesa
kerja/hipotesa alternatif dapat diterima.
2. Koefisien Determinasi
Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh
variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y). Perhitungan dilakukan dengan
mengkuadratkan nilai koefisien korelasi product moment (rxy)2 dikalikan dengan
100%. Cara perhitungannya menggunakan rumus “D” (Sugiyono, 2005 : 212)
yaitu :
D = (rxy
)
2x 100%
Keterangan :
D = Koefisien Determinant
r
xy = Koefisien Korelasi Product Moment antara x dan yUntuk melihat hubungan variabel x dan y digunakan uji statistik dengan
rumus “t” (Sugiyono, 2005 : 212) yaitu :
Kriteria pengujian adalah :
- Jika harga thitung < ttabel maka hipotesis alternatif ditolak.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1Sejarah Polresta Binjai
3.1.1 Kilas Balik Pemekaran Polres Langkat
Jalan panjang menapak cita-cita menuju Polri yang mandiri, bersama
bergulirnya reformasi di negara ini telah membawa berbagai perubahan dalam
sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, tuntutan dan aspirasi masyarakat
semakin besar terhadap demokrasi, supremasi hukum dan perlindungan hak-hak
azasi manusia. Polri sebagai lembaga negara yang dinamis, senantiasa
menyesuaikan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan
mengaplikasikan makna dari keberadaannya ditengah-tengah masyarakat.
Polri Daerah Sumatera Utara, khususnya Polres Langkat dengan kemauan
dan kemampuannya mengambil langkah-langkah upaya melakukan pemekaran
Polres Langkat menjadi dua wilayah, yakni : Polres Langkat yang berkedudukan
di Stabat Kaupaten Langkat dan Polresta Binjai yang berkedudukan di kota Binjai.
Kesemua ini bertujuan untuk memelihara stabilitas kamtibmas yang menjadi
prasarat mutlak berlangsungnya proses pemuihan ekonomi dan pembangunan,
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta suksesnya otonomi daerah di
Kabupaten Langkat dan Polresta Binjai yang berkedudukan di kota Binjai.
Polres Langkat sebelumnya mempunyai luas wilayah hukum dua
pemerintahan Kabupaten Langkat dan Kota Binjai. Mempunyai luas wilayah
67.091,73 km2 dengan jumlah penduduk 1.034.356 jiwa dan membawahi 15
215 desa, sedangkan Pemerintah Kota Binjai mempunyai 5 kecamatan dan 37
kelurahan.
Wilayah hukum Polres Langkat dan sekitarnya terletak pada koordinat
3.25’52’’ Lintang Utara dan 4.18’3’’ Bujur Timur, dengan batas wilayah :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Aceh Timur dan Selat Malaka
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Polres Tanah Karo
Sebelah Timur : berbatsan dengan Polres Deli Serdang dan Poltabes
Medan
Sebelah Barat : berbatsan dengan Polres Aceh Tenggara/Tanah Alas.
Posisi geografis wilayah Polres Langkat yang berbatasan langsung dengan
Provinsi Aceh, yang pada saat itu bergejolak sosial politikyang memberikan
dampak terhadap daerah Kabupaten Langkat. Disamping itu gejolak sosial budaya
dan pengaruh yang ditimbulkan oleh era globalisasi dan reformasi serta
meningkatnya perkembangan jumlah penduduk dan intensitas kegiatan
pemerintah daerah serta masyarakat dan gangguan kamtibas yang apabila tidak di
tanggulangi akan berdampak negatif pada pembangunan nasional. Sehingga untuk
menghadapi hal tersebut diperlukan penanganan secara terencana dan terpadu
yang disesuaikan dengan jumlah dan pengembangan Personil dan pemenuhan
sarana dan prasarana, pengembangan piranti lunak, demi terwujudnya pemberian
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, sejalan dengan pemisahan Polri dan
mewujudkan Polri yang profesional dan mandiri serta sikap mental dan perilaku
yang dapat di teladani agar dicintai masyarakat.
Mengacu pada hal tersebut, pada tanggal 22 Oktober 2001 Kapolres