• Tidak ada hasil yang ditemukan

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau

pengalaman yang diperoleh (Sam’s, 2010: 30). Hasil belajar dapat

diperoleh sesudah mengikuti proses belajar. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2013: 22).

Hasil belajar adalah bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009:3) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ada enam perilaku ranah kognitif, yaitu:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

b. Pemahaman, yaitu kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

21

c. Penerapan, yaitu kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

e. Sitesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. f. Evaluasi, yaitu mencakup kemampuan bentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan dari kriteria tertentu. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006:26-27).

Hasil belajar pada diri seseorang sering tidak langsung tampak tanpa seseorang itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan orang berubah dalam

perilaku, sikap dan kemampuannya (Sam’s 2010:34).

Sedangkan Damansyah (2006:13) berpendapat bahwa hasil belajar yaitu hasil penelitian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka.

Berdasarkan dari pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman dalam pembelajaran. Kemampuan itu mencakup kohnitif, afektif dan psikomotorik. Hasil dari belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi, evaluasi bertujuan untuk mendapatkan data yang menunjukkan tingkat kemampuan siswa

22

dalam mencapai hasil belajar. Hasil belajar adalah tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.

2. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar adalah salah satu indikator untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas. Sugiharto, dkk. (2007:76-77), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :

a. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikis.

1. Faktor fisiologis.

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu.

2. Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktos psikis yang ada dalam diri individu. (Lilik Sriyanti 2011:23-24)

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu.

Berdasarkan dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam hasil belajar siswa yaitu faktor internal dan eksternal. Kedua faktor-faktor ini saling berkaitan dan mempengaruhi dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.

23 B. Bangun Ruang ( Kubus dan Balok )

1. Pengertian Bangun Ruang

Semua bangun datar berada dalam himpunan bangun berdimensi dua. Disebut berdimensi dua, karena pada bangun tersebut hanya ada dua besaran yaitu besaran panjang dengan besaran lebar. Selain dimensi dua, ada juga bangun yang berdimensi tiga. Pada bangun yang berdimensi tiga, setiap bangun mempunyai satu tambahan besaran lagi, yaitu tinggi.

Bangun yang berdimensi tiga disebut juga bangun ruang, sebab bangun-bangun tersebut mempunyai ruang di dalamnya. Jika ruangannya berisi udara, bangun ruangannya disebut bangun ruang berongga. Jika ruangannya berisi, bangun ruangnya disebut bangun ruang padat atau pejal. Bangun ruang ada beberapa macam yaitu kubus, balok, prisma, limas, tabung,kerucut, dan bola, tetapi bangun ruang yang di pelajari dala penelitian ini yaitu kubus dan balok (Sunaroso, 2008:28).

2. Balok

a. Pengertian Balok

Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang persegi panjang. Keenam bidang persegi panjang tersebut sepasang-sepasang, sejajar, dan kongruen (Dawig Roosbiyantana, 2007:3).

24

Selain itu, balok adalah suatu bangun ruang berdimensi tiga yang dibatasi oleh dua belas garis sebagai sisinya yang membentuk bangun persegi panjang yang terdiri dari tiga pasang yang kongruen. Dengan kata lain, suatu balok memiliki pasangan sisi berbentuk persegi panjang yangg setiap pasangnya kongruen (Mastur Faizi, 2012:61).

Jadi, balok adalah suatu bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh dua belas garis sebagai sisinya yang membentuk bangun persegi panjang yang terdiri dari tiga pasang yang kongruen.

b. Bagian-bagian Balok

Gambar di bawah merupakan gambar balok ABCD.EFGH, bagian-bagian balok tersebut adalah sebagi berikut:

Gambar 2.1 Balok ABCD.EFGH

1) Sisi Balok

Balok terdiri atas 3 pasang bidang persegi panjang yang kongruen. Ketiga pasang bidang persegi panjang tersebut disebut sebagai bidang (sisi) balok. Ketiga pasang bidang (sisi) balok tersebut adalah:

25

a) Sisi ABCD dinamakan sisi alas atau dasar, berpasangan dengan sisi EFGH yang dinamakan sisi atas atau tutup. b) Sisi ABFE berpasangan dengan sisi DCGH.

c) Sisi BCGF berpasangan dengan sisi ADHE. 2) Rusuk Balok

Rusuk balok adalah perpotongan dua sisi balok. Rusuk balok berupa ruas garis. Balok mempunyai 12 rusuk. Rusuk- rusuk tersebut adalah AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH. Pada balok ABCD.EFGH, panjang rusuknya tidak seluruhnya sama panjang.

3) Titik Sudut

Pertemuan tiga rusuk pada balok membentuk suatu titik yang disebut titik sudut. Balok mempunyai 8 buah titik sudut. Berikut ini adalah kedelapan titik sudut pada balok.

Titik Sudut Pertemuan dengan Rusuk-Rusuk

A AB, AD, dan AE

B BC, BA, dan BF

C CB, CD, dan CG

D DA, DC, dan DH

E EF, EH, dan EA

F FG, FE, dan FB

G GF, GH, dan GC

H HE, HG, dan HD

26 c. Jaring-jaring balok

Jaring-jaring merupakan bentuk dua dimensi dari suatu bangun tiga dimensi. Jika suatu bangun ruang (balok, kubus, prisma, dan limas) dibuka sehingga semua sisinya terletak dalam satu bidang datar maka bangun datar yang dihasilkan disebut jarung-jaring.

Jaring-jaring balok merupakan rangkaian enam buah persegi panjang, yang apabila dilipat-lipat menurut garis persekutuannya dua persegi panjang akan membentuk suatu balok (Dawig Roosbiyantana, 2007:16). Bentuk jaring-jaring balok antara lain yaitu:

27 3. Kubus

a. Pengertian kubus

Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang persegi yang kongruen (sama dan sebangun). Kubus juga merupakan suatu balok yang sumua sisinya berbentuk persegi. Bentuk kubus banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dadu, kotak kapur, kotak tisu, meja kursi, bungkusan kado, banyak yang berbentuk kubus (Dawig Roosbiyantana, 2007:3).

Bangun ruang kubus merupakan bagian dari prisma. Kubus mempunyai ciri khas, yaitu memiliki sisi yang sama (Heruman, 2010: 110).

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua belas garis sama panjang yang membentuk bangun persegi sama sisi yang berdimensi tiga. Dengan kata lain, kubus dibangun dari enam buah bangun datar persegi yang disusun sedemikian rupa, sehingga membentuk sebuah bangun berdimensi tiga (Mastur Faizi, 2012:61).

Jadi, kubus adalah bangun ruang yang di batasi oleh dua belas garis sama panjang yang membentuk bangun persegi sama sisi yang berdimensi tiga.

b. Bagian-bagian kubus

Gambar di bawah merupakan gambar balok ABCD.EFGH, bagian-bagian balok tersebut adalah sebagai berikut:

28

Gambar 2.3 Kubus ABCD.EFGH

1) Sisi kubus

Bidang atau sisi kubus terdiri atas enam daerah persegi. Keenam daerah persegi tersebut kongruen, keenam daerah persegi tersebut adalah sebagai berikut:

a) Sisi datar yaitu sisi ABCD. Sisi ini berpasangan dan kongruen dengan sisi atas atau tutup kubus, yaitu sisi EFGH.

b) Sisi tegak terdiri atas sisi ABFE sebagai sisi depan yang berpasangan dan kongruen dengan sisi DCGH, yaitu sisi belakang kubus. Sisi tegak yang lain adalah sisi-sisi samping yaitu ADHE dan BCGF.

2) Rusuk kubus

Rusuk kubus merupakan pertemuan dua bidang (sisi) kubus yang berupa ruas garis. Kubus mempunyai 12 rusuk yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.

29 3) Titik sudut

Titik sudut adalah pertemuan tiga rusuk kubus. Seperti halnya pada balok, kubus juga mempunyai 8 buah titik sudut. Berikut ini adalah kedelapan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH.

Titik Sudut Pertemuan dengan Rusuk-Rusuk

A AB, AD, dan AE

B BC, BA, dan BF

C CB, CD, dan CG

D DA, DC, dan DH

E EF, EH, dan EA

F FG, FE, dan FB

G GF, GH, dan GC

H HE, HG, dan HD

(Dawig Roosbiyantana, 2007: 24-26) c. Jaring-jaring kubus

Jaring-jaring kubus merupakan rangkaian enam buah persegi yang apabila dilipat-lipat menurut garis persekutuan dua persegi akan membentuk kubus, sehingga tidak ada bidang yang rangkap (ganda) dan tidak ada bidang kubus yang terbuka (Dawig Roosbiyantana, 2007:33). Bentuk jaring-jaring balok antara lain yaitu:

30

Gambar 2.4 Jaring-jaring Kubus

C. Number Head Together

1. Definisi Number Head Together (NHT)

NHT adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang di rancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2009: 82-83).

NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang direncanakan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2008:28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam

31

suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Jadi, NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang di rancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap strktur kelas tradisional.

2. Langkah-langkah pembelajaran Number Head Together (NHT)

Menurut Trianto (2009: 82) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT :

a. Fase 1 : Penomoran.

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok yang berisi 3-5 orang siswa dan kepada setiap anggota diberi nomor antara 1-5.

b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang materi yang di ajarkan. Guru memberikan soal kepada setiap kelompok. c. Fase 3 : Berpikir Bersama

Siswa bekerjasama untuk mengerjakan soal, kemudian menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan memberi tahu kepada setiap anggota agar semua anggota mengetahui jawabannya.

32 d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian nomor yang disebutkan oleh guru mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Menurut Hamid (2011:29) langkah-langkah guru dalam pembelajaran NHT adalah :

a. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok tersebut mendapat nomor kelompok.

b. Guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan dan masing-masing kelompok mengerjakannya bersama kelompoknya.

c. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawaban yang mewakili dari kelompok tersebut. d. Untuk membahas hasil dari setiap kelompok, guru memanggil

nomor kelompok tertentu untuk membahas jawaban mereka, kemudian memanggil nomor kelompok lain untuk memberi tanggapan atas jawaban dari kelompok yang mempresentasikan jawabannya.

33

3. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Number Head Together (NHT)

Menurut Hamdani dalam Ratri (2013:12) metode Number Head Together (NHT) mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu sebagai berikut :

a. Kelebihan Number Head Together (NHT) a) Setiap siswa menjadi siap semua.

b) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. b. Kelemahan Number Head Together (NHT)

a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. b) Tidak semua anggota kelompok di panggil oleh guru.

Peran seorang guru sangat diperlukan, sebagai pengawas dan fasilitator. Guru tidak hanya membiarkan siswanya mengerjakan sendiri namun juga harus membimbing jalannya diskusi. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

D. Index Card Match (ICM)

1. Definisi Index Card Match (ICM)

ICM adalah salah satu strategi pembelajaran aktif yang dapat digunakan oleh seorang guru adalah strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Match. Suprijono (2013: 120) menjelaskan Index Card Match (mencari pasangan kartu) adalah suatu strategi yang cukup

34

menyenangkan digunakan digunakan untuk memantapkan pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari.

Index Card Match merupakan salah satu strategi yang menyenangkan yang akan mengajak siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. ICM adalah salah satu teknik instruksional dari belajar aktif yang termasuk dalam berbagai reviewing strategis (strategi pengulangan). Tipe ICM ini berhubungan dengan cara-cara belajar agar siswa lebih lama mengingat materi pelajaran yang dipelajari dengan teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan (Silberman,2006:250).

Metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada teman sekelas. Menurut Hamruni (2011: 162) menyatakan bahwa Index Card Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa metode pembelajaran aktif ICM adalah metode untuk mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka dengan teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.

35

2. Langkah-langkah pembelajaran Index Card Match (ICM)

Menurut Suprijono (2013:120) metode “mencari pasangan kartu”

atau Index Card Match cukup menyenangkan digunakan untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

a. Buatlah potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas dan bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama

b. Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dibelajarkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

c. Pada separuh kertas yang lain tulis jawaban dan pertanyaan- pertanyaan yeng telah dibuat. Kemudian kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.

d. Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.

e. Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapat kepada teman yang lain. f. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan,

mintalah kepada setiap pasangan secara begantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-

36

temannya yang lain. Selanjutnya soal-soal tersebut dijawab oleh pasangannya.

g. Akhir proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan. 3. Kelebihan dan kekurangan metode aktif tipe Index Card Match

Menurut Marwan (dalam Sanjaya, 2008:163) menyatakan bahwa kelebihan dan kelemahan Index Card Match adalah sebagai berikut: a. Kelebihan Index Card Match (ICM)

1) Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar.

2) Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.

3) Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.

4) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar.

5) Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain. b. Kelemahan Index Card Match (ICM)

1) Guru harus meluangkan waktu yang lebih.

2) Guru harus memiliki jiwa demokratis dan keterampilan yang memadai dalam hal pengelolaan kelas.

3) Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk menyelesaikan tugas dan prestasi.

37

4) Guru harus meluangkan waktu yang lebih lama untuk membuat persiapan.

5) Menurut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan topik penelitian ini yaitu penelitian tentang salah satu materi pada mata pelajaran matematika yaitu materi tentang balok dan kubus serta penggunaan metode Number Head Together dan Index Card Match yang akan dijadikan kajian pustaka dalam penelitian (Riyanto dan Martini, 2015/2016).

Riyanto (2015), menulis skripsi berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Melalui Metode Number head together (NHT) Berbantu Alat Peraga Pada Siswa Kelas 4 MI Darul Ulum

Gatak Sugihan tahun ajaran 2015/2016”. Hasil penelitian ini menunjukkan

adanya peningkatan hasil belajar matematika, hal itu dibuktikan dengan adanya peningkatan pada setiap siklus I, nilai rata-rata tes hasil belajar siswa adalah 65,4% sedangkan pada siklus II nilai rata-rata tes hasil belajarnya menjadi 79,13%. Berdasarkan dari kedua siklus tersebut terdapat peningkatan dengan selisih 13,73% dari siklus I ke siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Number head together (NHT) dan Index Card Match (ICM) efektif digunakan pada mata

38

pelajaran Matematika dalam materi yang lain yaitu materi bangun datar pada kelas IV.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Martini (2015), yang menjelaskan mengenai penggunaan Pendekatan pedidikan matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun ruang (balok dan kubus) pada siswa kelas IV MI Mahad Islam Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. Keberhasilan penelitian ini dapat ditunjukkan dari ketuntasan belajar klasikal yang cukup signifikan antara siklus I (70%), siklus II (85,5%), siklus III (95%). Peningkatan hasil belajar juga didukung dengan peningkatan pengelolaan dan aktivitas belajar siswa. Pengelolaan pembelajaran mengalami peningkatan skor rata-rata siklus I (70% (baik), pada siklus II 86,8% (sangat baik) dan siklus III 89,88% (sangat baik). Sedangkan aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan skor rata- rata siklus I 65,6% (baik) menjasi 78,3% (baik) pada siklus II dan menjadi 85% (sangat baik) pada siklus III.

Beberapa penelitian tindakan kelas dengan metode number head together dan index card match dan menggunakan materi bangun ruang (balok dan kubus) tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa matematika tidaklah sulit dan metode number head together dan index card match dapat diterapkan pada materi apapun. Karena dengan penggunaan berbagai strategi, metode maupun media yang aktif dan kreatif membuat siswa

39

merasa senang dan lebih antusias, karena siswa dapat ikut serta secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penelitian adalah terletak pada metode yang dijadikan penelitian dan pemilihan materi. Pada penelitian terdahulu peneliti menggunakan number head together dan hubungan antar satuan. Sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan metode number head together dan index card match untuk materi bangun ruang. Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan penerapan metode number head together dan index card match untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Muhammadiyah Ngemplak, Kandangan, Temanggung dalam materi bangun ruang.

F. Kaitan Number Head Together (NHT) dan Index Card Match (ICM) dengan pembelajaran Matematika

a. Kaitan NHT dengan Pembelajaran Matematika

NHT sangat penting bagi pembelajaran matematika, karena sangat mempengaruhi hasil belajar. Pentingnya NHT dalam pembelajaran matematika adalah membuat siswa lebih fokus dalam pelajaran dan melatih kerjasama team. Melalui peran guru, diharapkan siswa dapat berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok untuk memahami konsep yang belum siswa pahami, dalam penggunaan NHT juga akan memudahkan siswa berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan dengan metode pembelajaran langsung yang selama ini

40

diterapkan oleh guru. Kelebihan metode NHT antara lain : nht ini sangat penting karena langkah-langkah dalam metode NHT sangat menarik sehingga siswa harus siap semuanya dan siswa bisa menunjukkan minatnya kesungguhannya, dan juga metode NHT mengarahkan tutor sebaya, dengan siswa yang jika di jelaskan guru tidak paham, dalam metode ini siswa sudah paham bisa mengajari siswa yang belum paham.

Oleh karena itu, metode NHT sangat penting bagi pembelajaran matematika karena membuat siswa aktif dalam kelas dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh.

b. Kaitan metode ICM dengan Pembelajaran Matematika

ICM sangat penting bagi pembelajaran matematika, karena sangat mempengaruhi hasil belajar. Metode ICM merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan hasil belajar matematika. Menggunakan ICM dipilih karena keunggulannya yaitu dapat mengaktifkan siswa, sehingga semua siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Metode ini juga membantu guru meninjau ulang materi pembelajaran agar siswa tidak mudah melupakan materi yang telah diajarkan.

Disamping itu, metode ICM juga bisa menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan pembelajaran. Karena terdapat unsur permainan, metode ini menyenangkan. Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa. Karena terdapat unsur permainan, metode ini

41

menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari

Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Karena metode ICM Efektif melatih kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu untuk belajar. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar. Karena dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.

Metode ICM juga berperan penting untuk pembelajaran matematika, karena membuat siswa aktif dalam kelas dan metode ini juga membantu guru meninjau ulang materi pembelajaran agar siswa tidak mudah melupakan materi yang telah diajarkan.

c. Kaitan antara metode NHT dan ICM dengan pembelajaran Matematika.

Dengan penjelasan tersebut, antara metode NHT dengan pembelajaran Matematika dan antara metode ICM dengan pembelajaran Matematika, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode NHT siswa diharapkan bisa berperan aktif dalam kegiatan belajar, sedangkan metode ICM dengan matematika peneliti mengharapkan supaya kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan memperoleh ketuntasan.

Pentingnya NHT dan ICM dengan pembelajaran matematika

Dokumen terkait