• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, Adalah penelitan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mempergunakan kuisioner dan observasi langsung sebagai alat pengumpul data atau informasi dari sejumlah subyek yang dipilih secara teliti agar mewakili kelompok atau masyarakat.

Menurut Moh.Nazir dalam M.Taufik (2012:28) penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dikantor kecamatan stabat.

2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1 Populasi

M.Taufik (2012:29) Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat wajib e-ktp yang bertempat tinggal di wilayah kecamatan stabat sebanyak wajib KTP 72.354 jiwa dari 12 desa dan kelurahan yang ada di kecamatan stabat.peneliti menentukan untuk melakukan penelitian di 12 desa dan kelurahan yang ada di kecamatan stabat agar cukup mewakili masyarakat keseluruhannya yang ada di kecamatan stabat. Tabel dibawah ini merupakan perinciann wajib e-KTP yang terdapat di masing-masing kelurahan, yaitu:

Tabel 2.1

Jumlah Masyarakat Wajib e-KTP

Nama kelurahan Jumlah wajib e-KTP

1. Banyumas 2. Kwala Bingai 3. Sidomulyo 4. Pantai Gemi 5. Perdamaian 6. Stabat Baru 7. Ara Condong 8. Kwala Begumit 9. Mangga 10. Karang Rejo 11. Dendang 12. Paya Mabar 4.221 jiwa 10.033 jiwa 4.301 jiwa 5.701 jiwa 11.954 jiwa 5.618 jiwa 5.119 jiwa 6.452 jiwa 2.309 jiwa 8.411 jiwa 5.197 jiwa 3.308 jiwa jumlah 72.354 jiwa

Sumber : kecamatan stabat ( penelitian 2014)

2.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam pengertian yang sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi data sebenarnya dalam suatu penelitian.

Populasi yang ditentukan oleh peneliti yaitu 72.354 jiwa maka yang digunakan adalah rumus Taro Yamane (Rakhmat,1991:82) dalam M.Taufik (2012:30) sebagai teknik penarikan sampel yang representif, dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sebagai berikut

n =

² keterangan : n : Sampel N : Populasi d : Presisi (10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat dirumuskan jumlah sampel yang akan diambil, yaitu :

n =

% , ,

=

2.3.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel diperlukan untuk memastikan setiap unsur dalam populasi berpeluang untuk dijadikan sampel. Adapun langkah-langkah teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.3.4 Stratified Random Sampling

Menurut Singarimbun dan Effendi (2008:162), dalam praktek sering dijumpai populasi yang tidak homogen. Makin heterogen suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat antara lapisan-lapisan tersebut. Presisi dan hasil yang dapat dicapai dengan penggunaan suatu metode pengambilan sampel, antara lain dipengaruhi oleh derajat keseragaman populasi yang bersangkutan.

Untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkuutan harus dibagi-bagi dalam

lapisan-lapisan (strata) yang seragam, dan dari setiap lapisan dapat ddiambil

sampel secara acak. Dalam sampel berlapis, peluang untuk terpilih antara satu

strata dengan yang lain mukin sama, mungkin juga berbeda.

Menurut Nazir dalam M.Taufik ( 2012:31) pengambilan sampel dengan menggunakan teknik ini dikarnakan jumlah populasi yang akan dijadikan sampel terbagi dalam 12 kelurahan/desa (sampel=100 responden yang terbagi dalam 12 kelurahan/desa). Untuk menentukan berapa responden dari setiap kelurahan/desa, maka digunakan rumus sebagai berikut :

n =

dimana :

: jumlah masyarakat di tiap kelurahan

n : jumlah populasi

N : jumlah sampel

Berdasarkan rumus diatas maka dapat ditentukan penyebaran sampel /responden secara merata dari setiap kelurahan sebagai berikut :

Tabel 2.2 Sampel Per Kelurahan

kelurahan populasi Penarikan sempel sampel pembulatan

Banyumas 4.221 4.221 x 100/72.354 5,83381 6 Kwala Bingai 10.033 10.033 x 100/72.354 13,86654 14 Sidomulyo 4.301 4.301 x 100/72.354 5,94438 6 Pantai Gemi 5.701 5.701 x 100/72.354 7,87931 8 Perdamaian 11.954 11.954 x 100/72.354 16,52154 16 Stabat Baru 5.618 5.618 x 100/72.354 7,76460 8 Ara Condong 5.119 5.119 x 100/72.354 7,07493 7 Kwala Begumit 6.452 6.452 x 100/72.354 8,91726 9 Mangga 2.309 2.309 x 100/72.354 3,19125 3 Karang Rejo 8.411 8.411 x 100/72.354 11,62478 12

Dendang 5.197 5.197 x 100/72.354 7,18274 7

Paya Mabar 3.308 3.308 x 100/72.354 4,57196 4

Total 100 100

Sumber : penelitian 2014

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data atau informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang dibutuhkan, penulis menggunakan pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrumen :

a. Angket ( Quisioner), yaitu

sebuat set pertanyaan yang secara logis

berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis

b.

Observasi, yaitu merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

2.

Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang

a. Penelitian kepustakaan yaitu, pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,karya ilmiah,pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi dokumentasi yaitu,teknik pengumpulan data dengan

menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

2.5 Teknik Pengukuran Skor

Teknik pengukuran skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekala likert dalam bentuk checklist, mengukur sikap,pendapat,maupun persepsi seseorang/sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial. Adapun penentuan skor dari setiap pertanyaan adalah sebagai berikut :

Untuk alternatif jawaban A diberi skor 1 Untuk alternatif jawaban B diberi skor 2 Untuk alternatif jawaban C diberi skor 3 Untuk alternatif jawaban D diberi skor 4

Untuk membantu dalam menganalisa data, maka penelitian ini menggunakan teknik penentuan skor. Teknik penentuan skor yang digunakan adalah memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner responden. Untuk menentukan kategori jawaban apakah tergolong sangat baik, baik, kurang baik, atau tidak baik terlebih dahulu ditentukan intervalnya sebagai berikut:

Interval =

= = 0,75

Sehingga dengan demikian dapat dikategorikan jawaban responden masing-masing variabel, yaitu:

1. Skor untuk kategori sangat baik = 3, 26 – 4,00

2. Skor untuk kategori baik = 2,50 – 3,25

3. Skor untuk kategori kurang baik = 1,76 – 2,50

4. Skor untuk kategori tidak baik = 1,00 – 1,75

Untuk menentukan jawaban responden tersebut tergolong sangat baik, baik, kurang baik, tidak baik, maka dari jumlah skor variabel yang akan ditentukan rata-ratanya dengan membagi jumlah pernyataan. Dari hasil pembagian maka dapat diketahui jawaban responden termasuk kedalam kategori yang mana.

2.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran menngenai suatu situasi atau peristiwa . Data-data yang terkumpul baik lewat studi kepustakaan, kuisioner atau hasil pengamatan langsung akan disusun dan kemudian disajikan dalam analisis tabel tunggal dan interpretasi melalui pembahasan.

Analisis tabel tunggal merupakan analisis yang dilakukan dengan membagi konsep-konsep penelitian ke dalam katagori-katagori yang dilakukan atas dasar frekuensi dan persentase. Maka digunakan analisis product moment,

dengan bantuan softwear komputer statistical product and service solutions (spss)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Langkat 3.1.1 Sejarah Kabupaten Langkat

Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang disebut Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja sedangkan bagi orang-orang-orang-orang asli (pribumi/ bumiputera) berada di tangan pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat berturut-turut dijabat oleh :

1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-1892

2. Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah 1893-1927

3. Sultan Mahmud 1927-1945/46

Di bawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur pemerintahan disebut LUHAK dan dibawah luhak disebut Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik, secara berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja Kecil Karo) yang berada di desa. Pemerintahan Luhak dipimpin seorang Pangeran, Pemerintahan Kejuruan dipimpin seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin seorang kepala Distrik, dan untuk jabatan kepala kejuruan/Datuk harus dipegang oleh penduduk

asli yang pernah menjadi raja di daerahnya. Pemerintahan Kesultanan di Langkat dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak, yakni :

A. Luhak Langkat Hulu

Berkedudukan di Binjai dipimpin oleh T.Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 Kejuruan dan 2 Distrik yaitu :

1) Kejuruan Selesai

2) Kejuruan Bahorok

3) Kejuruan Sei Bingai

4) Distrik Kwala

5) Distrik Salapian

B. Luhak Langkat Hilir

Berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh Pangeran Tengku Jambak/ T. Pangeran Ahmad. Wilayah ini mempunyai 2 kejuruan dan 4 distrik yaitu :

1) Kejuruan Stabat

2) Kejuruan Bingei

3) Distrik Secanggang

4) Distrik Padang Tualang

5) Distrik Cempa

C. Luhak Teluk Haru

Berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin oleh Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah ini terdiri dari satu kejuruan dan dua distrik.

1) Kejuruan Besitang meliputi Langkat Tamiang dan Salahaji.

2) Distrik Pulau Kampai

3) Distrik Sei Lepan

Awal 1942, kekuasaan pemerintah Kolonial Belanda beralih ke Pemerintahan jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan, hanya sebutan Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh Syucokan. Afdeling diganti dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco Kekuasaan Jepang ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17-08-1945. Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera dipimpin oleh seorang Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya dijabat oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati.

Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur (NST) yang berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah.

Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit.

Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 (tiga) kewedanan yaitu :

1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai

2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura

3. Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan.

Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Assiten Wedana (Camat) sebagai perangkat akhir.

Pada tahun 1965-1966 jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dipegang oleh seorang Care Taher (Pak Wongso) dan selanjutnya oleh Sutikno yang pada waktu itu sebagai Dan Dim 0202 Langkat. Dan secara berturut-turut jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dijabat oleh:

1. T. Ismail Aswhin 1967 – 1974

2. HM. Iscad Idris 1974 – 1979

4. H. Marzuki Erman 1984 – 1989

5. H. Zulfirman Siregar 1989 – 1994

6. Drs. H. Zulkifli Harahap 1994 – 1998

7. H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH 3-9-1998 s/d 20-2-1999

8. H. Syamsul Arifin, SE 1999-2009

9. H. Ngogesa Sitepu : 2009 s/d sekarang

Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Langkat berjumlah 902.986 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14 persen pada periode 1990-2000 dan kepadatan penduduk sebesar 144,17 jiwa per km2. sedangkan tahun 1990 adalah sebesar 1,07 persen. Untuk tahun 2008, berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat bertambah menjadi 1.042.523 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,80 untuk periode 2005-2010.

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak 83.223 jiwa sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pematang Jaya sebesar 14.779 jiwa. Kecamatan Stabat merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 918 jiwa per km2 dan Kecamatan Batang Serangan merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 42 jiwa per km2.

Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk laki-laki sebesar 521.484 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 521.039 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,09 persen.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa Melayu (70,87 persen), diikuti dengan suku Jawa (9,93 persen), Karo (7,22 persen), Tapanuli/ Toba (2 persen), Madina (2 persen) dan lainnya (5,94 persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas agama Islam (90,00 persen), Kristen 7,56 persen), Katolik (1,06 persen), Budha (0,95 persen) dan lainnya (0,34 persen).

3.1.2 Letak Geografis Kabupaten Langkat

Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang berada didataran Tinggi Bukit Barisan, terletak di Bagian Barat Laut Provinsi Sumatera Utara, secara geografis berada pada koordinat 30 14’– 40 13’ LU dan 970 52’– 980 45’ BT.

Secara administrasi Kabupaten Langkat mempunyai batas sebagai berikut: Sebelah Utara Kabupaten Aceh Tamiang (Provinsi NAD) dan Selat Malaka Sebelah Selatan Kabupaten Karo

Sebelah Timur Kabupaten Deli Serdang dan kota Binjai

Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 626.329 Ha.Kabupaten Langkat terdiri dari 23 Kecamatan dan 277 desa/kelurahan dengan Ibukota Kabupatennya adalah Stabat.

3.2 Kecamatan Stabat

3.2.1 Gambaran Umum Kecamatan Stabat

Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Sebelumnya ibu kota Kabupaten Langkat berkedudukan di Kotamadya Binjai, namun sejak diterbitkannya peraturan pemerintah No. 5 tahun 1982 kedudukan ibu kota Kabupaten Langkat di pindahkan ke Stabat.

Stabat merupakan kota kecamatan terbesar sekaligus dengan jumlah penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kegiatan perekonomiannya banyak bergerak di sektor perdagangan, pertanian dan peternakan, perkebunan dan jasa. Kecamatan ini dilalui oleh salah satu sungai terpanjang di sumatera Utara yakni sungai wampu yang sekaligus memisahkan kecamatan ini dengan Kecamatan wampu di sebelah barat . Stabat juga dilalui oleh Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum Lintas Pantai Timur).

Sebagian besar penduduk kecamatan stabat adalah suku Melayu 60% sebagai salah satu suku asli di Provinsi Sumatera Utara terutama di Kabupaten Langkat. Namun, suku tionghoa dan suku jawa cukup besar sekitar 30% sedangkan selebihnya adalah suku Batak, Minang dan lainnya.

a) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Secanggang

b) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Binjai

c) Sebelah barat berbatasn dengan Kecamatan wampu

d) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Deli serdang

Kecamatan Stabat merupakan gerbang Kabupaten Langkat, dimana merupakan salah satu kecamatan dari 23 kecamatan yang berada di Kabupaten Langkat.

Kondisi wilayah Kecamatan Stabat berada diketinggian 4m diatas permukaan laut dengan suhu maximum bekisar 35°c dan suhu minimum 21°c, curah hujan pertahun 15mm. Wilayah Kecamatan Stabat bertofografi dataran dan ini menjadikannya wilayah yang menyimpan potensi sebagai areal Agrobisnis dan Agro Industri. Disamping itu Kecamatan Stabat memiliki aliran sungai seperti sungai Wampu, sungai Singlar, sungai Belengking dan sungai Kapal Keruk.

Dari gambaran diatas, maka secara umum Kecamatan Stabat mempunyai potensi sebagai berikut :

a) Perkebunan, berupa tanaman kelapa sawit, tebu, kakao yang

diusahakan oleh swasta dan masyarakat.

b) Pertanian tanaman pangan, padi, kacang-kacangan, jagung dan

sayur-sayuran.

c) Industri kerajinan rakyat seperti anyaman tikar purun, pembuatan tahu

tempe dan industri kerajinan rumah tangga lainnya.

e) Pusat perdagangan dan jasa.

3.2.2 Visi dan Misi Kecamatan Stabat

Visi dan misi Kecamatan stabat adalah sebagai berikut :

Visi : “Terwujudnya Langkat yang Maju dan Sejahtera “

Misi :

1. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good

Governance).

2. Mewujudkan kehidupan sosial, budaya politik yang sehat, stabil

dan demokratis.

3. Meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan daerah yang

berwawasan lingkungan.

4. Meningkatkan pemanfaatan seluruh sumber daya daerah menuju

Bagan 3.1

Struktur organisasi Kecamatan Stabat

Sumber : Kecamatan Stabat ( penelitian 2014)

CAMAT STABAT DRS. MUHAMMAD NURTA 1900801 198602 1001 SEKSI PEMERINTAHAN M.IRFAN NOVELITA.A,Md 19731020 199303 1006 SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMBANGUNAN DARNOTO.S,SOS 19660609 199301 1003 SEKSI KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN DRS. MISLI 19581001 198602 1001 SEKERTARIS CAMAT

AHMAD FITRIA. S.SOS 19731031 199303 1001

KASUBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN

NURHAYANA Lbs.SAg 197107282010012001

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

4.1 Penyajian Data Kuisioner

Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data yang diperoleh penulis selama melakukan penelitian di lapangan yang dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer, yaitu menggunakan metode observasi atau pengamatan langsung dan kuisioner. Data-data tersebut disajikan sebagai berikut :

4.1.1 Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Stabat yang mengisi kuisioner yang telah disebarkan kepada masyarakat Kecamatan tersebut. Jumlah masyarakat yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang.

4.1.2 Karakteristik Responden

Data identitas responden mencakup distribusi data responden menurut jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka identitas responden dapat diuraikan seperti berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Persentase

Laki-laki 53 53,0

Perempuan 47 47,0

Total 100 100,0

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa dari seluruh responden berjumlah 100 orang, 53 orang adalah laki-laki dan sisanya 47 orang adalah perempuan. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kecamatan Stabat di dominasi oleh masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Jumlah Persentase

17-26 38 38,0

27-40 49 49,0

41-60 13 13,0

Total 100 100,0

Sumber : kuisioner Penelitian 2014

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rentang usia responden di Kecamatan Stabat di dominasi oleh masyarakat yang berusia 27-40 tahun sebanyak 49 orang, lalu masyarakat yang berusia 17-26 tahun sebanyak 38 orang, dan masyarakat yang berusia 41-60 tahun sebanyak 13 orang

Berdasarkan tabel diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa responden di dominasi oleh masyarakat yang masih berumur produktif, untuk kepentingan melengkapi data diri kependudukan sebagai Warga Negara Indonesia yang baik dan untuk kepentingan administrasi lain nya seperti pengurusan surat izin mengemudi (SIM) dan kepengurusan surat-surat penting lainnya. Dengan demikian responden dapat memberikan gambaran yang baik tentang persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik khususnya pelayanan pembuatan e-KTP di Kecamatan Stabat

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah Persentase SD 6 6,0 SMP 9 9,0 SMA 49 49,0 Diploma 28 28,0 Sarjana 8 8,0 Total 100 100,0

Sumber : kuisioner penelitian 2014

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa responden di Kecamatan Stabat di dominasi oleh masyarakat yang pendidikan akhirnya SMA/sederajat yaitu 48 orang, kemudian masyarakat yang pendidikan terakhirnya Diploma yaitu 29 orang, kemudian masyarakat yang pendidikan terakhirnya SMP/sederajat yaitu 9 orang, kemudian masyarakat yang pendidikan terakhirnya Sarjana (S1) yaitu 8 orang, dan masyarakat yang pendidikan terakhirnya SD yaitu 6 orang.

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jumlah Persentase Pelajar 24 24,0 PNS 3 3,0 Pegawai Swasta 17 17,0 Pegawai BUMN 4 4,0 Wiraswasta 37 37,0 Buruh 1 1,0 Lain-lain 14 14,0 Total 100 100,0

Sumber : kuisioner penelitian 2014

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kecamatan Stabat di dominasi oleh masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai Wiraswasta

yaitu sebanyak 37 orang, kemudian masyarakat yang masih berstatus Pelajar/Mahasiswa yaitu sebanyak 24 orang, kemudian masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Swasta yaitu sebanyak 17 orang, kemudian masyarakat yang memiliki pekerjaan lain-lain sebanyak 8 orang, kemudian masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai buruh yaitu sebanyak 7 orang, kemudian masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai Pegawai BUMN yaitu sebanyak 4 orang dan masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai PNS yaitu sebanyak 3 orang .

4.2 Data Variabel Penelitian

Berdasarkan dari judul penelitian yang diteliti yaitu tentang “persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik ( studi pada pembuatan e-KTP di Kecamatan Stabat )”, bahwa variabel dalam penelitian ini yaitu menggunakan variabel tunggal. Sebagaimana yang telah dibahas dalam bab II mengenai metode penelitian, untuk mengetahui persepsi masyarakat dan bagaimana pelayanan yang dilakukan oleh prtugas pelayanan e-KTP terhadap masyarakat, maka dilakukan teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi langsung serta penyebaran angket (kuisioner).

Penelitian ini tidak bertujuan untuk mengetahui hubungan ataupun pengaruh antara variabel x dengan variabel y. Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik berdasarkan definisi oprasional yang telah dijelaskan. Berdasarkan jawaban

responden dari kuisioner yang diberikan kepada masyarakat, maka diperoleh jawaban sebagai berikut.

1. Prosedur pelayanan

Peneliti memberikan 2 pertanyaan kepada responden untuk mengetahui persepsi mereka terhadap prosedur pelayanan e-KTP di Kecamatan Stabat. Tabel 4.5 – 4.12 akan menjelaskan pendapat responden tentang pertanyaan yang di ajukan oleh peneliti, yaitu :

Tabel 4.5

Pendapat Responden Mengenai Mudah Memahami Prosedur Pelayanan e-KTP

Jenis kelamin

Total

Laki-laki Perempuan

Tidak mudah Jumlah 4 2 6

Persentase 4,0 2,0 6,0

Kurang mudah Jumlah 17 19 36

Persentase 17,0 19,0 36,0

Mudah Jumlah 28 24 52

Persentase 28,0 24,0 52,0

Sangat mudah Jumlah 4 2 6

Persentase 4,0 2,0 6,0

Total Jumlah 53 47 100

Persentase 53,0 47,0 100,0

Sumber : kuisioner penelitian 2014

Dari tabel di atas berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat bahwa responden yang berpendapat prosedur pelayanan e-KTP di kecamatan stabat mudah sebanyak 52 orang terdiri dari, 28 orang berjenis kelamin laki-laki dan 24 orang berjenis kelamin perempuan, dan yang berpendapat tidak mudah sebanyak 6 orang terdiri dari, 4 orang berjenis kelamin laki-laki dan 2 orang berjenis kelamin

Tabel 4.6

Pendapat Responden Mengenai Mudah Memahami Prosedur Pelayanan e-KTP

Tingkat usia

Total

17-26 27-40 41-60

Tidak mudah Jumlah 5 0 1 6

Persentase 5,0 ,0 1,0 6,0

Kurang mudah Jumlah 15 20 1 36

Persentase 15,0 20,0 1,0 36,0

Mudah Jumlah 17 25 10 52

Persentase 17,0 25,0 10,0 52,0

Sangat mudah Jumlah 1 4 1 6

Persentase 1,0 4,0 1,0 6,0

Total Jumlah 38 49 13 100

Persentase 38,0 49,0 13,0 100,0

Sumber : kuisioner Penelitian 2014

Dari tabel di atas berdasarkan usia responden dapat dilihat yang berpendapat mudah memahami prosedur pelayanan berjumlah 52 orang terdiri dari, usia 17-26 tahun 17 orang, usia 27-40 tahun 25 orang dan usia 41-60 tahun 10 orang, dan responden yang berpendapat tidak mudah berjumlah 6 orang yang terdiri dari, usia 17- 26 tahun 5 orang, 41-60 tahun 1 orang, jumlah yang sama dengan responden yang berpendapat sangat mudah yaitu 6 orang yang terdiri dari, usia 17-26 tahun 1 orang, usia 27-40 tahun 4 orang dan usia 41-60 tahun 1 orang.

Tabel 4.7

Pendapat Responden Mengenai Mudah Memahami Prosedur Pelayanan e-KTP

Tingkat pendidikan

Total

Sd Smp Sma Diploma Sarjana

Tidak mudah Jumlah 0 0 4 2 0 6

Persentase ,0 ,0 4,0 2,0 ,0 6,0

Kurang mudah Jumlah 1 5 20 7 3 36

Persentase 1,0 5,0 20,0 7,0 3,0 36,0

Mudah Jumlah 5 4 23 16 4 52

Persentase 5,0 4,0 23,0 16,0 4,0 52,0

Sangat mudah Jumlah 0 0 2 3 1 6

Persentase ,0 ,0 2,0 3,0 1,0 6,0

Total Jumlah 6 9 49 28 8 100

Persentase 6,0 9,0 49,0 28,0 8,0 100,0

Sumber : kuisioner Penelitian 2014

Dari tabel di atas berdasarkan pendidikan responden dapat di lihat yang berpendapat mudah memahami prosedur pelayanan e-KTP berjumlah 52 orang yang terdiri dari, SD 5 orang, SMP 4 orang, SMA 23 orang, Diploma 16 orang dan Sarjana 4 orang. Dan responden yang berpendapat tidak mudah sebanyak 6 orang yang terdiri dari, SMA 4 orang dan Diploma 2 orang. Jumlah yang sama dengan responden yang berpendapat sangat mudah berjumlah 6 orang terdiri dari SMA 2 orang, Diploma 3 orang dan Sarjana 1 orang.

Tabel 4.8

Pendapat Responden Mengenai Mudah Memahami Prosedur Pelayanan e-KTP

Dokumen terkait