• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan bagaimana strategi bertahan Jemaat Ahmadiyahdi Pondok Udik, Kemang, Bogor. Dalam penelitian ini, strategi bertahan yang dimaksud berkaitan dengan strategi atau cara bertahan Jemaat Ahmadiyahdi Pondok Udik, Kemang, Bogor dalam menghadapi tekanan.

Masuknya Ahmadiyah di Indonesia bermula dari pemuda-pemuda Indonesia yang sedang studi di Qadian.Merekalah yang mengajukan permohonan kepada Khilafah al-Masih II, agar dapat mengirimkan mubalighnya ke Indonesia, yang dijawab bahwa Khalifah akan memenuhi permintaan tersebut. Atas permintaan tersebut, Khalifah II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad menugaskan Maulana Rahmat Ali untuk datang ke Indonesia.

Sementara berdirinya Pusat Jemaat Ahmadiyah di Bogor dilatarbelakangi olehperkembangan Jemaat Ahmadiyah yang membuat Kantor Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang menjadi pusat kegiatan-kegiatan Jemaat Ahmadiyah yang berskala Nasional tidak mampu menampung banyaknya Jemaat meski telah mengalami beberapa kali perluasan. Di samping itu Kabupaten Bogor memiliki jarak yang cukup dekat dengan kantor pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang terletak di Jalan Balikpapan 1

No. 10, Cideng, Jakarta Pusat.Selain itu juga faktor sosial demografis Kabupaten Bogor yang memungkinkan bagi tumbuhnya organisasi-organisasi keagamaan seperti Ahmadiyah.

Mengenai tipologi organisasi keagamaan, Ahmadiyah dapat dikategorikan ke dalam tipe sekte Messianistik, karena di dalam Ahmadiyah terdapat doktrin al-Mahdi dan al-Masih. Menurut Ahmadiyah, doktrin tentang al-Mahdi tidak dapat dipisahkan dari kedatangan Isa al-Masih di akhir zaman. Hal itu karena al-Mahdi dan al-Masih adalah satu tokoh, yang kedatangannya dijanjikan Tuhan.

Jemaat Ahmadiyah Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan pola organisasi keagamaan lainnya.Ahmadiyah dikoordinir secara sistematis dan terpusat secara Internasional.Sementara itu, keorganisasian Jemaat Ahmadiyah Ahmadiyah di Pondok Udik, Kemang, Bogor yang menjadi markas pengurus besar ini terlihat sangat rapi.

Dalam mempertahankan eksistensinya, Jemaat Ahmadiyah menerapkan strategi bertahan yang terdiri dari strategi bertahan internal dan strategi bertahan eksternal.Strategi bertahan internal yang diterapkan Jemaat Ahmadiyah Pondok Udik untuk mempertahankan eksistensinya adalah melalui loyalitas kepada pemimpin, internalisasi nilai-nilai keagamaan, konsolidasi internal, pernikahan dengan sesama anggota, dan melalui kemandirian finansial.

Sementara strategi bertahan eksternal yakni dengan adaptasi, berpartisipasi pada kegiatan warga, aktivisme bersama organisasi lain, membangun relasi yang baik dengan pemerintah, serta pengakuan dari

pemerintah.Kemudian Jemaat Ahmadiyah melakukan tindakan resistensi dengan tujuan untuk mengurangi dampak buruk dari perlakuan persuasi koersif dari pihak dominan.Tindakan resistensi ini peneliti kategorikan menjadi dua, yaitu; resistensi tertutup, dan resistensi semi-terbuka. Contoh resistensi tertutup yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah Bogor adalah penolakan terhadap kategori-kategori yang dipaksakan, dan membicarakan keburukan pihak lain di area domestik. Sedangkan contoh dari resistensi semi-terbuka yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah adalah membangun jaringan dan kerjasama dengan pihak lain, dan member penjelasan dalam bentuk tulisan dan lisan.

B. Saran

Penelitian ini sebenarnya tidak ditujukan untuk mencari penyelesaian masalah, melainkan hanya untuk mendeskripsikan masalah yang sedang berlangsung. Namun demikian, ada beberapa refleksi dari peniliti, diantaranya:

1. Pengurus Jemaat Ahmadiyah sebaiknya mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar yang lebih luas, agar membaur dan menghilangkan kekakuan satu sama lainnya.

2. Jemaat Ahmadiyah harus lebih terbuka dengan masyarakat serta organisasi lainya agar tidak dianggap sebagai kelompok yang eksklusif. 3. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui tentang Jemaat Ahmadiyah,

lebih baik mencari tahu informasinya secara langsung dari sumbernya, bukan dari sumber-sumber yang tidak jelas.

4. Hendaknya masing-masing petinggi organisasi keagamaan saling bekerjasama untuk membangun umat Islam yang lebih baik dalam kerangka ukhuwah Islamiyah.

5. Hendaknya semua kelompok saling belajar dari kelompok lain serta mengambil segi-segi positifnya untuk selanjutnya diaplikasikan dalam kelompoknya, dengan mengesampingkan perbedaan-perbedaan bidang teologis dan fiqh.

6. Masyarakat terutama umat Islam pada umumnya, harus lebih berhati-hati dalam menanggapi isu-isu yang berkembang mengenai hal-hal negatif tentang adanya aliran atau kelompok yang dianggap sesat seperti Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI).

7. Pemerintah harus menghapus dan mencabut semua undang-undang yang mengandung berbagai bentuk diskriminasi terhadap minoritas seperti SKB 3 Menteri tahun 2008.

8. Pemerintah hendaknya bersikap lebih otonom dalam mengambil kebijakan. Jangan sampai terpengaruh pada tekanan dari kelompok tertentu.

9. MUI seharusnya bersikap lebih obyektif dalam mengambil keputusan, bukan hanya karena faktor mainstream yang mempengaruhi keputusannya.

10.Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya tidak hanya meneliti Jemaat Ahmadiyah Indonesia (Qadian) saja, namun juga menyertakan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (Lahore) sebagai komparasi untuk menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan respon mereka dalam menghadapi tekanan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Arikunto Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Benton, Johnson. “On Church and Seet”. American Sociological Review, 28 (1963), 542.

Hadi, Sutrisno, 1990. Metodologi Penelitian. Bandung: Pustaka Setia

K. Nottingham, Elizabeth. 1994. Agama dan Masyarakat, Cet. V Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Lexi, J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Miles, M.B and Huberman, M.A. 1984. Analisis Data Kualitatif (Terjemahan Tjetjep

Rohendi Rohidi). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Muhammad Sholikhin, 2013. Kontroversi Ahmadiyah.Yogyakarta: Garudhawaca

Munawar Ahmad, 2013. Candy’s Bowl: Politik Kerukunan Umat Beragama. Yogyakarta:

SUKA-Press

Musthafa Kamal Pasya, Muhammadiyyah Sebagai Gerakan Islam, Perspketif Historis dan Ideologis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000

Niebuhr, H. Richard, 1929. The Social Sources of Denominationalism. New York : Holt.

O’dea, Thomas F, 1992. Sosiologi Agama (terjemahan : Tim Yasogama). Jakarta: Rajawali

Roland Robertson (ed.) 1988, Agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Jakarta: Rajawali

Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Zulkarnain Iskandar, 2005. “Gerakan Ahmadiyah di Indonesia”. Yogyakarta: LkiS

2. Disertasi, Tesis, dan Hasil Penelitian Lainnya

BPS Kabupaten Bogor, 2012.Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 2012. Kabupaten Bogor: BPS Kab. Bogor.

Fransiskus anda, Akuntabilitas Keuangan dalam Organisasi Keagamaan (Studi etnografi pada Sebuah Gereja Katolik di Tana Toraja). Jurnal Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Vol 9 No 2 Oktober 2011, 59- 83

Hilmi M, Pegulatan Komunitas Lembaga Dakwah Islam Indonesia di Kediri Jawa Timur. Disertasi: Univesitas Indonesia.

Martin Van Bruinessen, "Gerakan sempalan di kalangan umat Islam Indonesia: latar belakang sosial-budaya" ("Sectarian movements in Indonesian Islam: Social and cultural background"), Ulumul Qur'an vol. III no. 1, 1992, 16-27

____________________, Duit, Jodoh, Dukun: Remarks on cultural changes among poor migrants to Bandung. Masyaakat Indonesia XV, 1998Rusadi, 2010. “Ugasan

Torop Dalam Ugamo Malim” (Studi Kasus Di Lembaga Sosial Milik Masyarakat

Parmalim). Disertasi: Universitas Sumatra Utara

Mircea Eliade, The Encycloedia of Religion.New York: Macmilian Publishing Company, 1972), Vol. XIII, hlm 154

Suriadi, 2008. Resistensi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Perdesaan. Jurnal Komunitas Universitas Indonesia.

Waryono, 1998. Mencari Agama Baru (Studi Tehadap munculnya Sekte-Sekte Agama). Al-Jami’ah No.61

3. Wawancara

Wawancara dengan Yaqub pada 17 Februari 2014

Wawancara dengan Ahmad Amin pada 17 Februari 2014 Wawancara dengan Lilis pada 28 Januari 2014

Wawancara dengan Anwar Saleh pada 23 Februari 2014 Wawancara dengan Yusf pada 23 Februari 2014

Wawancara dengan Iqbal pada 28 Januari 2014 Wawancara dengan Muniru pada 23 Februari 2014 Wawancara dengan Sutisna pada 28 Januari 2014 Wawancara dengan Yosep pada 28 Januari 2014

Wawancara dengan Reni Fatmawati pada 28 Januari 2014

4. Internet

Profil Kabupaten Bogor: https://sites.google.com/site/profilbogorkab/gambaran-umum. Diunduh pada 2 mei 2014.

Profil Kabupaten Bogor: http://bogorkab.bps.go.id/publikasi/statistik-daerah-kabupaten-bogor-tahun-2013. Diunduh pada 2 mei 2014.

5. Dokumen

Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Maulana, 2013. Awal Perselisihan Dalam Islam. Jakarta: Jemaat Ahmadiyah Indonesia Munasir Sidik, 2008. Dasar-dasar Hukum dan Legalitas: Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

Jakarta: Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Qoyum Wahid, 2010. Sejarah Pembangunan Kampus Mubarak. Jakarta: Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Tim, 2013. Penjelasan Aqidah Jemaat Ahmadiyah di Hadapan Parlemen Nasional Pakistan. Jakarta: Wisma Damai

Dokumentasi Pribadi

Guest House

Asrama Jamiah

F

Gedung Serbaguna

Masjid An-Nasr

Wawancara dengan pengurus MTA

Hasil Wawancara dengan Mubaligh Ahmadiyah 1.Identitas Diri

a. Nama : Ya’qub b. Jenis Kelamin : laki-laki c. Umur : 32 2.Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana struktur organisasi di dalam Jemaat Ahmadiyah? Organisasi Jemaat Ahmadiyah terdiri dari:

a.Ketua b.Majlis Musyawarah c.Mubalighin d.Pengurus Besar e.Auditor f.Dewan Pengampu g.Pengurus Cabang

2. Bagaimanakah peran dari ketua/amir?

Amir adalah kepala administratif Jemaat yang memegang kewenangan tertinggi dalam Jemaat di negerinya.

3. Bagaimana mekanisme dalam pemilihan ketua/amir?

Pengurus Nasional termasuk Amir sesuai dengan ketentuan memiliki masa jabatan selama 3 tahun. Pengurus nasional tersebut dipilih melalui proses

Maslis Syuro (Majlis Musyawarah Nasional). Dimana anggota Majlis Syuro Nasional terdiri dari

A. Amir/Ketua Nasional B. Para Muballigh Markazi

C. Para Wakil Amir/wakil ketua dan semua pengurus Besar Jemaat Nasional

D. Para Amir/Ketua lokal

E. Perwakilan dari Jemaat Lokal selain Amir/ketua lokal, melalui proses pemilihan dengan cara:

i. Setiap Jemaat lokal yang mempunyai anggota pembayar Candah sampai dengan 50 orang memilih seorang wakil.

ii. Jemaat lokal yang mempunyai anggota pembayar candah antara 51 sampai 100 orang masing-masing memilih dua orang wakil

iii. Jemaat lokal yang mempunyai anggota pembayar candah lebih dari 100, memilih seorang tambahan wakil untuk setiap 50 orang anggota atau kurang dari itu.

iv.Amir/ketua Nasional atas pertimbangan nya sendiri dapat

mengundang anggota jemaat lainnya untuk secara khusus hadir dalam Majlis Syuro . Jumlah undangan seperti itu tidak lebih dari 5 % dari total jumlah anggota Majlis Syuro

v. (a) Dua wakil dari Majlis Khuddamul Ahmadiyah , terdiri dari Sadr Majlis dan seorang wakil yang dipilihnya, (b) Dua wakil dari Majlis Ansharullah , terdiri dari Sadr Majlis dan seorang wakil yang

dipilihnya, (c) Wakil dari Lajnah Imaillah , terdiri dari sadr Lajnah dan mereka yang dipilihnya .Mengenai jumlahnya, amir /ketua Nasional agar meminta persetujuan dari Hadhrat Khalifatul Masih

vi. Adalah perlu bahwa usia dari 25 % wakil-wakil yang dipilih oleh suatu Jemaat untuk Majlis Syuro ada di bawah 30 tahun.

F. Para wakil dipilih dalam rapat umum Jemaat lokal berdasarkan suara terbanyak

G. Dan seterusnya.

Hal lain yang harus diperhatikan saat proses pemilihan tidak diperkenankan mengadakan kampanye, atau mengajukan diri sendiri. Hal ini sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. Pasal 236. Bila ada yang mengeluhkan terjadinya kampanye propaganda untuk mendukung seseorang dan keluhan itu terbukti benar setelah diteliti maka hasil pemilihan harus dibatalkan dan dinyatakan tidak berlaku, sedangkan mereka yang terlibat dalam kampanye propaganda itu dikenai pertanggungjawaban serta harus diadakan pemilihan ulang dan mereka yang terlibat dalam kampanye itu tidak diizinkan mengikuti pemilihan ulang ini. Untuk melakukan langkah ini harus memperoleh izin dari Hadhrat Khalifatul Masih lebih dulu. Catatan: Dalam sebuah pemilihan seseorang tidak boleh mengusulkan namanya sendiri maupun memberikan suara untuk dirinya sendiri. Jika terbukti seseorang melakukan demikian maka ia dianggap tidak pantas untuk jabatan itu dan juga, ia akan dibebastugaskan dari jabatan apapun yang tengah disandangnya saat itu. 4. Berapa banyak jumlah anggota Jemaat Ahmadiyah di Indonesia dalam 3

tahun terakhir (2011, 2012, 2013)? Apakah ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, atau sebaliknya?

Berdasarkan data yang diterima telah terjadi peningkatan baik dari segi jumlah anggota maupun jumlah cabang terjadi peningkatan. Bahkan yang cukup mengejutkan terjadi peningkatan yang signifikan dari penerimaan pengorbanan anggota.

5. Bagaimana cara membedakan antara anggota Jemaat Ahmadiyah dengan non-anggota?

Secara umum tidak ada perbedaanya dengan umat Islam pada umumnya karena Ahmadiyah merupakan bagian dari islam dan yang mengikuti ajaran islam. Anggota Ahmadiyah juga tidak mengenakan simbol-simbol atau atribut-atribut khusus seperti jubah, serban, dan sebagainya.

6. Bagaimana proses yang dijalani seseorang, bila ingin masuk menjadi anggota Ahmadiyah?

Setelah seseorang mengenal kebenaran Imam Mahdi dan Nabi Isa yang dijanjikan melalui Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, kemudian menerima Syarat Bai’at (terlampir dibawah) juga segala akidah Ahmadiyah termasuk segala petunjuk yang penting maka seseorang diizinkan berbai’at dengan mengisi Formulir Surat Pernyataan Bai’at yang telah disediakan.

Adapun Syarat Bai’at itu adalah :

Orang yang bai'at berjanji dengan hati yang jujur bahwa:

i. Dimasa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik

ii. Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina. pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbutan fasik, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.

iii. Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu tanpa putus-putusnya sesuai dengan perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya dan dengan sekuat tenaga berikhtiar akan senantiasa mengerjakan shalat tahajud dan mengirim shalawat kepada junjungannya yang Mulia Rasulullah saw dan setiap hari akan membiasakan mengucapkan pujian dan sanjungan

terhadap Allah Ta'ala dengan mengingat karunia-karunia-Nya dengan hati yang penuh rasa kecintaan.

iv. Tidak akan mendatangkan kesusahan apapun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah seumumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, baik dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara apapun juga.

v. Akan tetap setia terhadap Allah Ta'ala baik dalam segala keadaan susah ataupun senang, dalam duka atau suka, nikmat atau musibah; pendeknya akan rela atas putusan Allah Ta'ala. Dan senantiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di jalan Allah. Tidak akan memalingkan mukannya dari Allah Ta'ala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka.

vi. Akan berhenti dari adat kebisaan yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah Al-Quran suci atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam setiap langkahnya.

vii.Akan meninggalkan takabur dan sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah lembut, berbudi pekerti yang halus dan sopan santun.

viii. Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih daripada jiwanya, harta bendanya, anak-anaknya dan dari segala yang dicintainya.

ix. Akan selamanya menaruh belas kasih terhadap makhluk Allah seumumnya dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada ummat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah Ta'ala.

x. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini (Imam Mahdi dan Al-Masih Mau'ud), semata-mata karena Allah swt dengan pengakuan taat dalam hal makruf (segala hal yang baik) dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi

ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan atau pun ikatan kerja.

7. Adakah anggota Jemaat Ahmadiyah yang mempunyai posisi strategis dalam masyarakat maupun pemerintahan?

Sejak masa perjuangan hingga saat ini tidak terhitung jumlahnya warga Ahmadiyah yang memiliki posisi strategis dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat. Bahkan dalam daftar para pahlawan bangsa tercatat beberapa nama yang merupakan anggota Ahmadiyah; Wr soepratman, R. Muhyiddin, Arif Rahman Hakim dan lain-lain.

8. Hal-hal apa saja, yang dilakukan untuk menguatkan solidaritas antar anggota?

Untuk menjawab pertanyaan ini ada beberapa faktor yang dapat menjadi penguat jalilan solidaritas antar anggota, namun penulis hanya memberikan beberapa contoh saja.

a. Melalui ketaatan dalam sistem berjamaah yang dipimpin oleh seorang khalifahtul Masih (pemimpin) Internasional. Dengan adanya pemimpin tunggal untuk seluruh dunia yang dibarengi dengan semangat keitaatan kepada pemimpin, maka tidak akan melahirkan perpecahan dalam tubuh jamaah. Tertutup segala kemungkinan untuk berbeda. Oleh karena itu ahmadi yang ada di Indonesia secara prinsip sama dengan ahmadi di seluruh dunia. Suara Khalifah sangat ditaati dalam Ahmadiyah, sehingga mampu menyatukan semua. Dimana suara khalifah tersebut dapat diterima setiap ahmadi baik melalui khutbah Jumat yang langsung, media cetak dan lain-lain. Para pengurus di tingkat internasional, nasional, lokal harus memastikan bahwa seruan khalifah di dengar dan dilaksanakan oleh seluruh ahmadi dengan baik.

b. Melalui berbagai peraturan maupun tradisi Jemaat. Ahmadiyah memiliki seperangkat peraturan maupun tradisi yang menjadi panduan bagi ahmadi

untuk menjalankan keahmadiaanya yang tentunya berlandaskan kepada ajaran-ajaran Islam.

9. Bagaimana cara Jemaat Ahmadiyah dalam mengarahkan perilaku anggotanya agar sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapai?

Jemaat Ahmadiyah adalah sebuah organisasi yang secara murni berlandaskan pada kerohanian. Oleh sebab itu Jemaat ahmadiyah sangat menekankan kepada anggotanya untuk selalu memperhatikan nilai-nilai kerohanian. Upaya ini dilakukan dengan beragam cara yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Serta melalui tarbiyat yang dilakukan secara terus menerus.

10.Apa saja badan atau lembaga yang dibuat untuk menunjang kegiatan Jemaat Ahmadiyah?

Secara internasional, Jemaat Ahmadiyah saat ini memiliki kurang lebih 45 badan atau organisasi yang bergerak dibawah naungan Jemaat Ahmadiyah. Namun saya hanya berikan beberapa contoh saja.

Sebagai upaya untuk mempermudah suksesnya berbagai program Khalifah Ahadiyah yang ke 2 telah membentuk badan-badan berdasarkan gender dan usia seperti sebagai berikut:

a. Majlis Ansharullah : kelompok pria berusia dari 40 tahun hingga seterusnya.

b. Majlis Khuddamul Ahmadiyah : Kelompok pria berusia dari 15 tahun hingga 40 tahun.Dalam badan ini ada sub badan yang disebut Majlis Athfalul Ahmadiyah yang beranggotakan anak laki-laki berusia antara 7-15 tahun.

c. Lajnah Imaillah : kelompok wanita ahmadiyah berusia 15 tahun ke atas. badan ini memiliki sub badan untuk anak-anak perempuan berusia 7 hingga 15 tahun bernama Nasiratul Ahmadiyah.

d. Jamiah Ahmadiyah : lembaga yang didirikan untuk mendidik calon muballigh.

e. Muslim Television Ahmadiyya Internasional (MTA). tayang sejak tahun 1992, saat ini mengudara 24 jam non stop dipancarkan dari 8 satelit ke seluruh dunia.

f. Majlis Nusrat Jahan, yayasan yang bergerak untuk kesehatan dan pendidikan untuk masyarakat Afrika. dengan mendirikan klinik, RS, sekolah-sekolah dan lainnya di berbagai tempat di afrika.

11.Apakah Ahmadiyah membolehkan anggotanya menikah dengan non Ahmadiyah (NU, Muhammadiyah, dsb)?

Itu sah-sah saja. Namun dalam koridor organisasi Jemaat Ahmadiyah tidak mengizinkan kepada anggotanya untuk menikah dengan seorang laki-laki non Ahmadi, hal ini memiliki alasan-alasan yang kuat, diantaranya; mengenai hal kufu (keseimbangan, kesetaraan). Dimana Islam sendiri mengajarkan bahwa alangkah baiknya didalam pernikahan laki-laki dan perempuan itu dalam keadaan kufu. Maksud dari kufu yang sebenarnya adalah menciptakan keharmonisan dan keserasian dalam kehidupan berkeluarga bagi kedua belah pihak. Untuk lebih jelas diantara semua hal ini persamaan dan kufu dalam agama meraih kepentingan dasar. Berdasarkan hal inilah Rasulullah saw bersabda:

كادي تب تنيدلا تا ب فظاف ا نيدل ا لامجل ا سحل ا ل امل عب ا أ ملا حكنت

Artinya: “ Yakni untuk menentramkan kehidupan keluarga dalam silsilah

menikahi seseorang perempuan diperhatikan empat hal yang sangat penting, yaitu; Keadaan harta keluarga perempuan, aspek keluarga perempuan, kecantikan dan keelokan perempuan, ketakwaan dan akhlak perempuan.

Meskipun demikian seorang Mukmin hendaknya mengutamakan segi

agama dan akhlaknya.” Seorang ahmadi yang memiliki pasangan hidup

yang sama dalam hal keyakinan, visi dan misi tentunya akan lebih mudah meraih ketenangan dan keharmonisan dalam rumah tangga. Oleh karena

itu sejatinya Jemaat Ahmadiyah membuat aturan tersebut untuk anggotanya demi tegaknya kebaikan bersama.

12.Apakah Ahmadiyah membolehkan anggotanya menikah dengan non Muslim?

Tidak boleh menikahi laki-laki musyrik atau perempuan musyrik akan tetapi diperbolehkan menikahi perempuan Ahli Kitab. Haramnya menikahi laki-laki musyrik atau perempuan musyrik sesuai dengan nash yang jelas. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan musyrik sebelum mereka beriman; dan sebenarnya hamba-sahaya perempuan yang beriman itu lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun ia menawan hatimu. Dan, janganlah kamu menikahkan perempuan beriman dengan laki-laki musyrik sebelum mereka beriman, dan sebenarnya hamba-sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik, meskipun ia menawan hatimu. Mereka mengajak ke Api, dan Allah swt. mengajak ke sorga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan, Dia menjelaskan Tanda-tanda-Nya kepada manusia supaya mereka dapat meraih nasihat. (Al-Baqarah :221)

Menikah dengan perempuan musyrik termasuk dalam hokum nikah fasid sampai batas terbuktinya nasab. Pernikahan ini adalah batil dan bukanlah dianggap suatu pernikahan. Seandainya perempuan musyrik ini beriman maka harus dilakukan pernikahan ulang.

13.Bagaimana tanggapan tentang identitas keahmadiyahan dalam pergaulan di masyarakat luas? Apakah akan menutupinya, atau bersikap terbuka? Bersikap terbuka. Di dalam Ahmadiyah tidak ada ketentuan yang mengharuskan untuk menutupi identitas keahmadiyahannya.

14.Bagaimana hubungan Jemaat Ahmadiyah dengan para stakeholder setempat? RT, RW, Kepala desa, Camat, dan sebagainya

Artinya: Hai orang-orang yang beriman,taatlah kepada Allah swt., dan taatlah kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang yang memegang kekuasaan di antaramu. Dan, jika kamu berselisih mengenai sesuatu, maka kembalikanlah hal itu kepada Allah swt. dan Rasul-Nya, jika kamu memang beriman kepada Allah swt. dan Hari Kemudian. Hal demikian itu paling baik dan paling bagus akibatnya (An-Nisa :59)

Dokumen terkait