• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan bagian akhir dari hasil penelitian ini yang berisi tentang simpulan dari apa yang telah dibahas juga berisi saran-saran yang ditujukan pada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.KERANGKA TEORI

1. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Jual Beli a. Pengertian Perjanjian Jual Beli

Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari kata overeenkomst

(Belanda) yang diterjemahkan dengan persetujuan / perjanjian (Subekti dan

Tjitrosudibio,2003:338). Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Tidak jelasnya definisi dari Pasal 1313 KUH Perdata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini disebabkan di dalam rumusan tersebut hanya disebutkan perbuatan saja, sehingga yang bukan perbuatan hukum pun disebut dengan perjanjian, karena kelemahan tersebut maka para ahli hukum mengemukakan sendiri arti kata perjanjian. Perjanjian memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat ahli yang satu dengan yang lain.

Menurut Van Dunne dalam Salim HS., yang diartikan dengan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Teori tersebut tidak hanya melihat perjanjian semata - mata, tetapi juga harus dilihat perbuatan – perbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya (Salim HS, 2003:161).

Menurut Sudikno Mertokusumo, perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Maksudnya, kedua pihak tersebut sepakat untuk menentukan peraturan atau kaidah atau hak dan kewajiban yang mengikat mereka untuk ditaati dan dilaksanakan. Kesepakatan tersebut adalah untuk menimbulkan akibat hukum, yaitu menimbulkan hak dan

commit to user

kewajiban, sehingga apabila kesepakatan itu dilanggar maka akan ada akibat hukumnya atau sanksi bagi si pelanggar (Sudikno Mertokusumo,1986:97-98). Berdasarkan pendapat–pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian adalah perbuatan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan hak dan kewajiban.

Sedangkan Istilah perjanjian jual beli berasal dari terjemahan contract

of sale. Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457 sampai dengan Pasal

1540 KUHPerdata. Menurut Pasal 1457 KUH Perdata, jual beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Di sini dapat diambil unsur essensialia dari jual beli, yaitu penjual menyerahkan barang (obyek jual beli), dan pembeli membayar harga.

b. Asas Hukum Perjanjian Jual Beli

Menciptakan suatu tujuan perjanjian maka perlu diperhatikan beberapa asas-asas yang digunakan di dalam perjanjian, khususnya perjanjian jual beli. Beberapa asas yang digunakan dalam perjanjian jual beli yaitu (Subekti,1995:3-5) :

1) Asas Konsensualisme bahwa dengan adanya kata sepakat (consensus) maka mengikat para pihak.

2) Asas kebebasan Berkontrak adalah kebebasan seluas-luasnya yang oleh undang-undang diberikan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian tentang apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan perundang-undangan, kepatutan, dan ketertiban umum.

3) Asas Pacta Sunt Servada yang pada intinya perjanjian mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya juga bagi kepentingan orang lain.

4) Asas Itikad Baik, artinya kedua belah pihak harus berlaku terhadap yang lain berdasarkan kepatutan tidak hanya melihat kepentingan diri sendiri.

commit to user

5) Asas Kepribadian bahwa persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya, tidak membawa kerugian maupun manfaat karenanya bagi pihak ketiga.

c. Syarat Sahnya Perjanjian Jual Beli

Perjanjian yang lahir memiliki kekuatan hukum yang sah dan mengikat para pihak apabila telah memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Demikian halnya dengan syarat sahnya perjanjian jual beli juga memiliki kekuatan hukum yang sah dan mengikat para pihak (Pasal 1320 KUH Perdata), antara lain :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Kesesuaian, kecocokan, pertemuan kehendak dari yang mengadakan perjanjian atau pernyataan kehendak yang disetujui antara pihak pihak. Unsur kesepakatan (Mariam Darus Badrulzaman, 1983:98):

a) Offerte (penawaran) adalah pernyataan pihak yang menawarkan.

b) Acceptasi (penerimaan) adalah pernyataan pihak yang menerima

penawaran.

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Kecakapan bertindak adalah kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Orang – orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang yang cakap dan wenang untuk melakukan perbuatan hukum.

Dalam Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan orang-orang yang tidak cakap membuat suatu perjanjian, yaitu:

a) anak di bawah umur atau belum dewasa, b) orang yang ditaruh di bawah pengampuan,

c) orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian perjanjian tertentu.

commit to user

Dengan demikian anak yang belum cukup umur dapat dikategorikan sebagai subjek hukum yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum. Orang yang berada dibawah pengampuan diwakili oleh pengampunya (Curator) yaitu orang yang sakit ingatan, pemabuk, pemboros, sedangkan orang-orang perempuan dalam perkembangan saat ini sudah cakap hukum .

3) Suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu berkaitan dengan objek perjanjian (Pasal 1332 sampai dengan Pasal 1334 KUHPerdata). Objek perjanjian yang dapat dikategorikan dalam pasal tersebut (Mariam Darus Badrulzaman, 1983:104) :

a) Objek yang akan ada, asalkan dapat ditentukan jenis dan dapat dihitung.

b) Objek yang dapat diperdagangkan (barang-barang yang dipergunakan untuk kepentingan umum tidak dapat menjadi objek perjanjian).

Obyek dari jual beli adalah prestasi, yaitu debitur berkenaan atas suatu prestasi dan kreditur berhak atas suatu prestasi (Purwahid Patrik,1994:3). Wujud dari prestasi adalah memberi sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUH Perdata).

4) Suatu sebab yang halal

Dalam Pasal 1320 KUH Perdata tidak dijelaskan pengertian

oorzaak (causa yang halal), dan hanya disebutkan causa yang terlarang

di dalam Pasal 1337 KUH Perdata. Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang – undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Hoge Raad sejak tahun 1927 mengartikan oorzaak sebagai suatu yang menjadi tujuan para pihak (Salim HS, 2003:166).

Dua syarat pertama disebut syarat subjektif karena mengenai para pihak dalam suatu perjanjian, bila syarat ini tidak dipenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan (untuk membatalkan perjanjian itu harus ada inisiatif minimal dari salah satu pihak yang merasa dirugikan untuk

commit to user

membatalkannya). Sedangkan dua syarat yang terakhir disebut syarat

objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari

perjanjian yang dilakukan, bila syarat tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum (sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian sehingga tidak perlu pembatalan) ( R.Subekti, 2002:20).

d. Proses Terjadinya Jual Beli

Proses terjadinya jual beli dalam Pasal 1458 KUH Perdata, antara lain : 1) Apabila kedua belah pihak telah sepakat mengenai harga dan barang,

walaupun barang tersebut belum diserahkan dan harganyapun belum dibayar, perjanjian jual beli ini dianggap sudah jadi.

2) Jual beli yang memakai masa percobaan dianggap terjadi untuk sementara. Sejak disetujuinya perjanjian jual beli secara demikian, penjual terus terikat, sedang pembeli baru terikat kalau jangka waktu percobaan itu telah lewat dan telah dinyatakan setuju.

3) Sejak diterima uang muka dalam pembelian dengan pembayaran uang muka. Kedua belah pihak tak dapat membatalkan perjanjian jual beli itu, meskipun pembeli membiarkan uang muka tersebut pada penjual, atau penjual membayar kembali uang muka itu kepada pembeli.

Pada transaksi jual beli secara elektronik, sama halnya dengan transaksi jual beli biasa yang dilakukan di dunia nyata, dilakukan oleh para pihak yang terkait, walaupun dalam jual beli secara elektronik ini pihak-pihaknya tidak bertemu secara langsung satu sama lain, tetapi berhubungan melalui internet. Proses terjadinya jual beli dalam transaksi secara elektronik, yaitu : a) Penjual atau merchant atau pengusaha yang menawarkan sebuah

produk melalui internet sebagai pelaku usaha.

b) Pembeli atau konsumen melihat iklan sebuah produk maupun barang melalui internet, kemudian memberikan penerimaan produk tersebut ke penjual atau pelaku usaha dan berkeinginan untuk melakukan transaksi jual beli produk yang ditawarkan oleh penjual/pelaku usaha/merchant.

commit to user

c) Setelah penawaran dari pembeli di terima sampai ke penjual, penjual bisa menentukan di terima atau tidaknya penawaran tersebut sampai kesepakatan terjadi antara kedua belah pihak.

d) Setelah kesepakatan untuk mengikatkan diri terjadi, perjanjian jual beli ini selanjutnya menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak (penjual maupun pembeli), dalam perjanjian jual beli benda terdaftar barang yang sudah dipindahtangankan belum secara otomatis dapat mengalihkan kepemilikan atas barang, sebelum barang tersebut di balik nama/peralihan hak milik.

e. Akibat Hukum Perjanjian yang Sah

Suatu perjanjian dianggap sah apabila telah memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Undang-undang menentukan bahwa perjanjian yang mempunyai akibat hukum yaitu :

1) Berkekuatan sebagai undang-undang. Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

2) Persetujuan-- persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali, selain kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

3) Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik (sesuai dengan Pasal 1338 KUHPerdata) (Mariam Darus Badrulzaman,1994: 27).

Penjelasan dari hal-hal di atas dapat diuraikan sebagai berikut : a) Berlaku sebagai undang-undang

Sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yaitu bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-- undang bagi mereka yang membuatnya”. Artinya adalah bahwa para pihak harus menaati perjanjiannya itu sama dengan ia mentaati undang-undang. Hal ini mengakibatkan apabila terdapat salah satu pihak yang melanggar perjanjian yang telah mereka buat

commit to user

tersebut, maka ia dianggap telah melanggar undang-undang yang mempunyai akibat pihak yang melanggar tersebut dikenai suatu sanksi hukum yang telah ditetapkan dalam perjanjian yang bersangkutan ataupun telah ditentukan dalam undang-undang. Menurut Undang-undang pihak yang melanggar perjanjian tersebut harus membayar ganti rugi (Pasal 1243 KUHPerdata), perjanjiannya dapat diputuskan (Pasal 1266 KUHPerdata), menanggung risiko (Pasal 1327 KUHPerdata), membayar biaya perkara jika perkara sampai di muka pengadilan (Pasal 181 ayat (1) HIR) (Abdulkadir Muhammad, 1992:97).

b) Tidak dapat ditarik kembali secara sepihak

Suatu perjanjian yang dibuat secara sah adalah mengikat para pihak yang membuat perjanjian itu untuk melaksanakan isi dari perjanjian tersebut, sehingga perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali atau dibatalkan oleh salah satu pihak saja.

c) Perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik

Dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata disebutkan bahwa: “Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”, yaitu harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan.

f. Hak dan Kewajiban Dalam Jual Beli

Setiap perjanjian jual beli akan menimbulkan kewajiban – kewajiban dan hak – hak bagi kedua belah pihak atau pihak – pihak yang mengadakan perjanjian itu. Hak dan kewajiban ini adalah (C.S.T. Kansil,1991:238): 1) Hak yang diberikan kepada penjual untuk mendesak pembeli membayar

harga, tetapi penjual juga berkewajiban menyerahkan barangnya kepada pembeli.

2) Hak yang diberikan kepada pembeli untuk mendesak kepada penjual menyerahkan barangnya yang telah dibeli, tetapi pembeli juga berkewajiban membayar harga pembelian tersebut.

commit to user

2. Tinjauan Umum tentang Benda Terdaftar a. Pengertian Hukum Benda

Benda (vermogensrecht), sebagaimana hal ini diatur berdasar- kan Pasal 499 KUHPerdata, berbunyi “Menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah, tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik”. Benda diartikan sebagai “zaak” adalah semua barang dan hak (Subekti & Tjitrosudibio, 2003:157).

Hak juga termasuk ke dalam “bagian dari harta kekayaan” (

vermogens-bestanddeel). Harta kekayaan meliputi barang, hak dan hubungan hukum

mengenai barang dan hak. Barang adalah objek hak milik, hak juga dapat menjadi hak milik. Karena itu benda adalah hak milik. Menurut hukum benda itu adalah segala sesuatu yang menjadi objek hak milik, dalam arti hukum, semua benda dapat diperjual-belikan, dapat diwariskan serta dapat dialihkan kepemilikannya kepada pihak lain.

Sedangkan Pengertian Hukum Benda (Zakenrecht) adalah ke- seluruhan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan hukum antara subjek hukum dengan benda dan hak-hak kebendaan. Ruang lingkup kajian hukum benda meliputi :

1) Mengatur hubungan hukum antara subjek hukum dengan benda;dan 2) Mengatur hubungan hukum antara subjek hukum dengan hak-hak

kebendaan (Zakelijk- recht) (Salim H.S,2003:89).

b. Macam-Macam Benda

KUH Perdata membeda-bedakan benda dalam berbagai macam. Pertama-tama kebendaan dibedakan atas benda tidak bergerak (onroerende

zaken) dan benda bergerak (roerende zaken) (Pasal 504 KUH Perdata).

Kemudian Kedua, kebendaan dapat dibedakan pula atas benda berwujud

(lichamelijke zaken) dan benda yang tidak berwujud (onlichamelijke zaken)

(Pasal 503 KUH Perdata). Selanjutnya ketiga, kebendaan yang dapat dibedakan atas benda yang dapat dihabiskan (verbruikebare zaken) dan

commit to user

benda yang tidak dapat dihabiskan (onverbruikbare zaken) (Pasal 505 KUH Perdata).

Selain itu, baik di dalam Buku II dan Buku III KUH Perdata, kebendaan dapat dibedakan atas benda yang sudah ada (tegenwoordige zaken) dan benda yang baru akan ada (toekomstige zaken) (Pasal 1134 KUH Perdata). Dibedakan lagi atas kebendaan dalam perdagangan (zaken in de handel) dan benda di luar perdagangan (zaken buiten de handel) (Pasal 1332 KUH Perdata), kemudian kebendaan dapat dibedakan lagi atas benda dapat dibagi

(deelbare zaken) dan benda yang tidak dapat dibagi (ondeelbare zaken)

(Pasal 1163 KUH Perdata), serta benda kebendaan dibedakan atas benda yang dapat diganti (vervangbare zaken) dan benda yang tidak dapat diganti

(onvervangbare zaken) (Pasal 1694 KUH Perdata). Kemudian dalam

perkembangannya terdapat pembedaan kebendaan atas benda atas nama dan benda tidak atas nama dan benda terdaftar dan benda tidak terdaftar. Namun dari kesemuanya itu, pembedaan kebendaan yang sangat penting dan ini dikenal dalam hampir semua sistem hukum didunia yaitu pembedaan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak serta benda terdaftar dan tidak terdaftar (Rachmadi Usman,2011:63).

Menurut Rachmadi Usman macam-macam benda berdasarkan pengertian di atas adalah sebagai berikut (Rachmadi Usman,2011:66-92) : 1) Kebendaan bergerak (roerend zaken) dan kebendaan tidak bergerak

(onroerend zaken)

Kriteria pembedaan benda bergerak (roerend zaken) dan tidak bergerak (onroerend zaken) dapat dibedakan sebagai berikut :

No. Indikator Kriteria Pembeda 1 Benda Bergerak

(roerend zaken)

1. Sifat à dapat di pindahkan 2. Ditentukan oleh Undang-Undang

commit to user

2 Benda Tetap

(onroerend zaken)

1. Sifat à bergabung dengan tanah 2. Ditentukan oleh Undang-Undang 3. Tujuan Pemakaian à bergabung

dengan tanah

Tabel 1. Kriteria Pembeda Benda Bergerak dan Tidak Bergerak

Keterangan kriteria pembeda di atas :

a) Kebendaan Bergerak, yang karena “sifatnya (memang) bergerak” dalam arti bahwa kebendaan tersebut dapat berpindah atau dipindahkan tempat (verplaatsbaar), termasuk pula kapal-kapal, perahu-perahu, perahu-perahu tambang, penggilingan-penggilingan dan tempat-tempat pemandian yang dipasang di perahu atau yang berdiri, terlepas dan benda-benda sejenis itu, dikecualikan sebagai benda bergerak yaitu kapal dengan ukuran isi kotor sekurang-kurangnya 20 M kubik atau yang dinilai sama dengan itu. Benda bergerak, yang karena “ketentuan undang-undang” yang telah menetapkan sebagai kebendaan bergerak yaitu berupa hak-hak atas benda, yang meliputi hak memetik hasil (vruchtgebruik) dan hak pakai (gebruik) atas benda bergerak, hak atas bunga-bunga yang diperjanjikan selama hidup seseorang (bunga cagak hidup), penagihan- penagihan atas benda bergerak, saham-saham.

b) Sedangkan kebendaan tidak bergerak karena “sifatnya tidak bergerak” artinya bahwa kebendaan tersebut tidak dapat dipindah atau dipindahkan tempat. sebagaimana diatur di dalam Pasal 507 KUHPerdata. Misalnya tanah beserta segala dengan isinya atau segala sesuatu yang melekat di atasnya. Kebendaan karena “tujuannya” termasuk dalam kebendaan tidak bergerak, karena benda-benda tersebut telah menyatu sebagai-bagian dari kebendaan tidak bergerak, meliputi mesin-mesin dalam suatu pabrik,

commit to user

perabotan-perabotan dalam suatu rumah. Kebendaan yang “karena undang-undang”, ini berwujud atas benda-benda yang tidak bergerak. Misalnya: bunga tanahm, kapal dengan ukuran isi kotor sekurang-kurangnya 20 M kubik atau yang dinilai sama dengan itu. 2) Kebendaan berwujud (lichamelijke zaken) dan kebendaan tidak

berwujud (onlichamelijke zaken)

Kebendaan berwujud atau bertubuh adalah kebendaan yang dapat dilihat dengan kasat mata dan diraba dengan tangan,misalnya perabot rumah, meja, kursi.Sedangkan kebendaan tidak berwujud atau bertubuh adalah kebendaan yang berupa hak-hak atau tagihan-tagihan.Misalnya seperti surat berharga, saham, surat piutang, hak tagih, dan hak klaim. 3) Kebendaan yang dapat dihabiskan (verbruikebare zaken) dan

kebendaan yang tidak dapat dihabiskan (onverbruikbare zaken)

Kebendaan yang dapat dihabiskan (verbruikebare zaken) sebagaimana diketahui bahwa obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna/bermanfaat bagi subyek hukum dan yang dapat menjadi obyek suatu hubungan hukum karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subyek hukum. Maka benda-benda yang dalam pemakaiannya akan musnah, kegunaan/manfaat dari benda-benda ini justru terletak pada kemusnahannya. Misalnya: barang-barang makanan dan minuman, kalau dimakan dan diminum baru memberi manfaat bagi kesehatan; demikian juga kayu bakar dan arang, setelah dibakar dan menimbulkan api baru memberi manfaat untuk memasak sesuatu makanan dan sebagainya.

Kebendaan yang tidak dapat dihabiskan (onverbruikbare zaken) ialah benda-benda yang dalam pemakaiannya tidak mengakibatkan benda itu menjadi musnah tetapi memberi manfaat bagi sipemakai. Seperti cangkir, sendok, piring, mangkok, mobil, sepeda motor dan sebagainya.

4) Kebendaan yang dapat diganti (vervangbare zaken) dan kebendaan yang tidak dapat diganti (onvervangbare zaken)

commit to user

Perbedaan kebendaan yang dapat diganti (vervangbare zaken) dan kebendaan yang tidak dapat diganti (onvervangbare zaken) ini tidak disebutkan secara tegas dalam KUH Perdata, tetapi perbedaan itu disebutkan dalam pasal-pasal KUH Perdata, misalnya dalam pasal yang mengenai perjanjian penitipan barang (bewaargeving). Menurut Pasal 1694 KUH Perdata pengembalian benda oleh yang dititipi harus in

natura artinya tidak boleh diganti dengan benda yang lain. Oleh karena

itu, perjanjian penitipan barang pada umumnya hanya mengenai kebendaan yang karena pemakaiannya tidak habis atau musnah.

Kebendaan yang dapat diganti (vervangbare zaken) misalnya, uang. Kebendaan yang tidak dapat diganti (onvervangbare zaken) misalnya, seekor kuda.

5) Kebendaan dapat dibagi (deelbare zaken) dan kebendaan yang tidak dapat dibagi (ondeelbare zaken)

Benda yang dapat dibagi adalah benda yang apabila wujudnya dibagi tidak mengakibatkan hilangnya hakikat daripada benda itu sendiri. Misalnya: beras, kopi, nasi, gula pasir.

Benda yang tidak dapat dibagi Benda yang tidak dapat dibagi adalah benda yang apabila wujudnya dibagi mengakibatkan hilangnya atau lenyapnya hakikat daripada benda itu sendiri. Misalnya: kuda, sapi, ayam, dan lain-lain.

6) Kebendaan yang sudah ada (tegenwoordige zaken) dan kebendaan yang akan ada (toekomstige zaken)

Arti pentingnya pembagian ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan hutang atau pelaksanaan perjanjian. Sesuai dengan pasal 1320 KUHPerdata, syarat sahnya perjanjian adalah adanya sepakat,cakap hukum, objek tertentu, dan halal.

Jika objek yang dalam perjanjian itu adalah barang yang sudah ada, maka perjanjian sah-sah saja. Sebaliknya apabila objek yang diperjanjikan adalah barang yang akan ada, maka perjanjian itu batal demi hukum. Kebendaan yang sudah ada (tegenwoordige zaken)

commit to user

misalnya hipotik, hibah mengenai benda-benda yang sudah ada. Kebendaan yang akan ada (toekomstige zaken) misalnya barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari, warisan, jual beli gabah yang belum dipanen.

7) Kebendaan dalam perdagangan (zaken in de handel) dan kebendaan di luar perdagangan (zaken buiten de handel)

Kebendaan dalam perdagangan adalah benda-benda yang dapat dijadikan obyek (pokok) suatu perjanjian. Jadi, semua benda yang dapat dijadikan pokok perjanjian di lapangan harta kekayaan termasuk benda yang diperdagangkan.

Kebendaan di luar perdagangan adalah benda-benda yang dalam lapangan perdagangan tidak dapat dijadikan obyek (pokok), tidak dapat diperjualbelikan, biasanya benda yang dilarang oleh perundang-undang yang berlaku seperti candu, benda-benda yang dipergunakan untuk kepentingan umum, dan benda-benda yang karena sifatnya tidak mungkin dimiliki misalnya, udara, air di laut, jalan umum, dll.

8) Kebendaan yang terdaftar (Geregistreerde Zaken) dan kebendaan yang tidak terdaftar (ongeregistreerde Zaken)

Pembagian atas benda yang terdaftar dan benda yang tidak terdaftar tidak diatur di dalam KUH Perdata, tetapi tersebar ke dalam berbagai peraturan sesuai dengan jenis kebendaannya. Benda-benda yang harus didaftarkan diatur dalam berbagai macam peraturan yang terpisah-pisah seperti peraturan tentang pendaftaran tanah, peraturan tentang pendaftaran kapal, peraturan tentang pendaftaran kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Adanya peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang pendaftaran berbagai macam benda itu, di samping untuk lebih menjamin kepastian hukum dan kepastian hak atas benda-benda yang didaftarkan tersebut. Kebendaan yang terdaftar

(Geregistreerde Zaken) misalnya tanah, kendaraan bermotor dll.

Kebendaan yang tidak terdaftar (ongeregistreerde Zaken) misalnya perhiasan, perabot rumah tangga, pakaian, dll.

commit to user

c. Pengertian Benda Terdaftar

Dalam perkembangannya di negara-negara yang maju, di Inggris, Amerika Serikat, dan juga Belanda dalam hukum bendanya telah mengadakan pembedaan benda terdaftar dan tidak terdaftar. Di dalam

Nieuw Bugerlijk Wetboek (NWB) Belanda disebutkan tentang benda

terdaftar (registergoederen), yaitu benda yang merupakan benda terdaftar pada tempat pendaftaran umum atau register umum (openbare register), pendaftaran mana mempunyai sifat mutlak bagi benda terdaftar tersebut, karena mempunyai aspek publisitas (Rachmadi Usman,2011:92).

Pendaftaran terhadap suatu kebendaan ini dimaksudkan untuk menjamin kepastian hak kepemilikan atas benda-benda yang didaftarkan tersebut dan memudahkan negara untuk memungut pajak atas benda yang terdaftar tersebut. Pendaftaran pada benda terdaftar ini, membuktikan kepemilikan atas benda tersebut.

Pembagian benda mengenai pembedaan benda terdaftar serta benda tidak terdaftar jika dibandingkan atau dikomparasikan dengan pembedaan benda bergerak dan benda tidak bergerak dalam arti pentingnya. Dalam benda terdaftar dan tidak terdaftar arti penting pembedaannya terletak pada pembuktian kepemilikannya. Benda terdaftar dibuktikan dengan bukti

Dokumen terkait