• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI BENDA TERDAFTAR MELALUI INTERNET (E-COMMERCE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI BENDA TERDAFTAR MELALUI INTERNET (E-COMMERCE)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI BENDA TERDAFTAR

MELALUI INTERNET (E-COMMERCE)

Penulisan Hukum

( Skripsi )

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Arif Purwito Effendi

NIM. E1107122

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : ARIF PURWITO EFFENDI NIM : E1107122

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI BENDA TERDAFTAR

MELALUI INTERNET (E-COMMERCE) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda

citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti

pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Juli 2011 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Arif Purwito Effendi. E1107122, 2011. TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI BENDA TERDAFTAR MELALUI INTERNET (E-COMMERCE). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan jual beli benda terdaftar melalui internet. Serta penyelesaian dan upaya hukumnya jika terjadi sengketa antara para pihak.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Sedangkan sumber data yang digunakan oleh penulis dalam mengadakan penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer yaitu data hasil penelitian atau riset dengan cara melakukan wawancara penjual dan pembeli serta sumber data sekunder. Adapun sumber data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah studi lapangan dan studi kepustakaan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, yaitu proses perjanjian jual beli benda terdaftar melalui internet hampir sama dengan perjanjian jual beli melalui internet pada umumnya, yang membedakan adalah dalam proses pengiriman sampai dengan proses peralihan hak milik. Proses perjanjian jual beli benda terdaftar yang tidak bergerak hanya sampai dengan proses penawaran, penerimaan sampai kesepakatan harga, karena benda terdaftar yang tidak bergerak dalam pemindahan haknya harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang membuat aktanya dan didaftarkan di Badan Pertanahan Nasional (BPN), jadi tidak bisa dilakukan melalui internet (penjual dan pembeli harus hadir), sedangkan perjanjian jual beli benda terdaftar yang bergerak bisa dilakukan sampai proses pengiriman, karena merupakan benda bergerak yang bisa dipindahkan. Mengenai peralihan hak milik pada benda terdaftar yang bergerak bisa dilakukan tanpa bertemunya pembeli maupun penjual karena kepengurusan balik nama bisa di urus oleh penjual atau pembeli sendiri. Proses balik nama ini dilakukan terlebih dahulu dengan mutasi kendaraan bermotor, jika pembeli tidak mau datang ketempat penjual maka penjual lah yang harus mengurus, tentunya pembeli harus mengirimkan Kartu Tanda Penduduk sebagai identitas mutasi ini ditujukan. Setelah proses mutasi selanjutnya dilakukan pencabutan berkas yang kemudian dikirim ke tempat pembeli untuk didaftarkan di kantor SAMSAT lokasi pembeli (dalam hal pengiriman bisa dilakukan bersamaan pengiriman kendaraan dan surat-suratnya). Penyelesaian sengketa yang terjadi antara para pihak baik penjual maupun pembeli bisa diselesaikan secara litigasi maupun secara non litigasi, penyelesaian sengketa lebih cenderung dilakukan secara non litigasi antara lain melalui cara negosiasi, mediasi, konsiliasi, penilaian ahli, arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa, karena penyelesaian ini lebih efisien, cepat, dan murah.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Arif Purwito Effendi, E1107122. 2011. A JURIDICAL REVIEW ON SELL-BUY AGREEMENT OF ENLISTED OBJECT THROUGH INTERNET (E-COMMERCE). Faculty of Law of Sebelas Maret University.

This research aims to find out the process of implementing sell-buy of enlisted object through the internet. It also aims to find out the settlement and legal attempt when there a dispute among the parties.

This study belongs to an empirical law research that is descriptive in nature. The data the writer employed in this research included primary and secondary data. Meanwhile, the data sources used by the writer were primary namely the data of research result by interviewing the seller and buyer, and secondary data sources. The secondary data source consists of primary, secondary and tertiary law materials. Techniques of collecting data used were field study and library study. Technique of analyzing data used in this research was a qualitative analysis technique.

Considering the result of research and discussion, it can be concluded that the sell-buy agreement process of enlisted object through internet is similar to the general sell-buy agreement, the difference is the delivery process to property transition process. The sell-buy agreement process for immobile object is only until the bargaining and receiving process and price agreement, because the delivery of immobile enlisted object cannot be transferred really as well as the property right transferring process should be done before the PPAT official, which makes his deed and registered at the National Land Agency ( BPN), so that it cannot be done through the internet (the seller and buyer should present physically while the sell-buy agreement for enlisted mobile object can be done up to delivery process, because it is a mobile transferable object. Regarding the transfer of the property of mobile enlisted object can be done without seller-buyer meeting because the name changing administration can be done by the seller only or buyer only. This name change process is done by motor vehicle mutation first, if the seller does not want to come to the seller’s place, the seller should administer it, the buyer should, of course, sends the identity card as the identity to which this mutation is addressed. After the mutation process completed, the file deprivation is done that is then sent to the buyer to be registered in the SAMSAT official of seller location (in delivery process, it can be done along with the delivery of vehicle and its documents). The resolution of dispute, occurring between the seller and buyer can be done in both litigation and non litigation manners, but it tends to be done in non-litigation manner through negotiation, mediation, conciliation, expert assessment, arbitrage, and alternative dispute resolution among others, because these resolutions are more efficient, quicker and cheaper.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

Selama nafas berhembus tidak pernah ada kata gagal.

Cepat atau lambat pasti akan berhasil

(penulis)

Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat

bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek

bagi yang bahagia. Tapi bagi yang selalu mengasihi, waktu adalah keabadian.

(Henry Van Dyke)

Buah paling manis dari berani bermimpi adalah kejadian-kejadian menakjubkan

dalam perjalanan menggapainya

(Andrea Hirata)

Ujian karakter yang sejati bukanlah berupa banyak yang kita ketahui

dalam melakukan berbagai hal, tapi bagaimana kita bersikap ketika tidak tahu

harus melakukan apa

(JOHN HOLD)

Hakim adalah mahasiswa hukum,

yang memberi nilai pada kertas ujiannya sendiri”

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Kepada :

Yang Maha Esa Allah SWT atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya.

Junjungan Besar Nabi Muhammad SAW

Pembawa Risallah Allah SWT yang selalu menjadi

panutan bagi seluruh umatnya.

Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan seluruh cinta

dan kasihnya kepada ananda. Kakakku dan adikku yang

telah memberikan semangat dalam hidupku, dan terutama atas

semua dukungannya.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan segala rahmad dan hidayah-Nya. Yang selalu memberikan jalan dan kemudahan kepada penulis sehingga Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul, “TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI BENDA TERDAFTAR MELALUI

INTERNET (E-COMMERCE)” dapat terselesaikan tepat waktu.

Banyak hambatan dan permasalahan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini tidak bisa terlepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, secara materiil maupun non materiil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya, terutama kepada :

Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan dan permasalahan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini tidak bisa terlepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, secara materiil maupun non materiil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof.Dr.Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan Penulisan Hukum ini;

2. Ibu Anjar Sri Ciptorukmi N, S.H.,M.Hum, selaku pembimbing skripsi dalam penulisan hukum ini yang dengan kesabaran dan kebesaran hati telah membimbing, mengarahkan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini;

(10)

commit to user

x

4. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H, selaku ketua PPH yang telah menerima judul penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.

5. Ibu Sunny Ummul Firdaus S.H, M.H selaku pembimbing akademik penulis yang membantu penulis dengan memberikan nasehat-nasehat dan selalu memberikan arahan dalam kegiatan kuliah.

6. Bapak Dr.M. Hudi Asrori S, S.H.,M.Hum selaku Ketua penguji skripsi yang memberikan arahan dan masukan untuk lebih menyempurnakan penulisan hukum skripsi ini.

7. Ibu Diana Tantri Cahyaningsih, S.H.,M.Hum selaku sekretaris penguji yang memberikan arahan dan masukan untuk lebih menyempurnakan penulisan hukum skripsi ini.

8. Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama masa kuliah. 9. Seluruh Pimpinan dan Staf Administrasi Fakultas Hukun Universitas Sebelas

Maret, atas semua kemudahan, fasilitas serta kesempatan-kesempatan yang telah diberikan;

10. Keluargaku tercinta, Papaku Purwiyadi, Mamaku Endang Rudi Astuti, mbak Ari Purwandari dan Adiku Arif Bowo Febrian Toro, terima kasih untuk setiap doa, pengorbanan, dan kasih sayang yang selalu diberikan.

11. Kekasih hatiku yang selalu ada memberikan semangat, nasehat serta dukunganya dan kasih sayang yang selalu ada untukku walau terbentang jarak.

(11)

commit to user

xi

13. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak bisa disebutkan satu per satu, you’re my inspiration, tanpa kalian kuliahku selama di Fakultas Hukum UNS tidak akan berwarna. 14. Seluruh civitas akademika Fakultas Hukum UNS, mari wujudkan profesional

dan bermoral.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini sangat jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penulisan hukum ini dan kedepannya sangat diperlukan dari para pembaca akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2011

(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Kerangka Teori ... 14

1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Jual Beli ... 14

a) Pengertian Perjanjian Jual Beli ... 14

b) Asas Hukum Perjanjian Jual Beli... 15

c) Syarat-syarat Perjanjian Jual Beli ... 16

d) Proses Terjadinya Jual beli ... 18

e) Akibat Hukum Perjanjian yang Sah... 19

f) Hak dan Kewajiban Dalam Jual Beli ... 20

2. Tinjauan Umum Tentang Benda Terdaftar ... 21

(13)

commit to user

xiii

b) Macam-macam Benda ... 21

c) Pengertian Benda Terdaftar ... 27

3. Tinjauan Umum Tentang Internet dan E-commerce ... 32

a) Pengertian Internet ... 32

b) Pengertian E-commerce ... 33

c) Jenis-jenis Transaksi E-commerce ... 34

B. Kerangka Pemikiran ... 38

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

1. Deskripsi Lokasi... 40

2. Proses Pelaksanaan Jual Beli Benda Terdaftar Melalui Internet ... 41

3. Penyelesaian Sengketa atau Upaya Hukumnya Jika Terjadi Sengketa Antara Para Pihak ... 51

B. Pembahasan... 56

1. Proses Pelaksanaan Jual Beli Benda Terdaftar Melalui Internet ... 56

2. Penyelesaian Sengketa atau Upaya Hukumnya Jika Terjadi Sengketa Antara Para Pihak ... 65

BAB IV PENUTUP... 68

A. Simpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1. Kriteria Pembeda Benda Bergerak dan Tidak Bergerak ... 22

Tabel 2. Pembedaan Benda Bergerak dan Tidak Bergerak ... 28

Tabel 3. Pembedaan Benda Terdaftar dan Tidak Terdaftar ... 31

(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini penerapan teknologi informasi di sektor ekonomi yang paling menonjol adalah electronic commerce sebagai sarana pendukung utama sistem perekonomian dan perdagangan. Akibatnya, orang-orang mulai melakukan revolusi besar-besaran di sektor ini. Bentuk elektronic commerce (e-commerce) sebagai suatu sistem perdagangan memberikan kemudahan di antara sistem perdagangan yang ada.

Sistem perdagangan dengan memanfaatkan sarana internet, yang selanjutnya disebut e-commerce telah mengubah wajah dunia bisnis di Indonesia dari pola perdagangan tradisional ke bentuk yang lebih modern. Selain disebabkan oleh adanya perkembangan teknologi informasi, e-commerce lahir atas tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang serba cepat, mudah dan praktis. Melalui internet, masyarakat memiliki ruang gerak yang lebih luas dalam produk (barang dan jasa) yang akan dipergunakan tentunya dengan berbagai kualitas sesuai dengan yang diinginkan (Dikdik M dan Elisatris Gultom,2005:144).

Kehadiran internet, walaupun masih merupakan industri baru dan masih dalam fase pertumbuhan, telah memperkokoh keyakinan tentang pentingnya peranan teknologi dalam pencapaian tujuan finansial. Sebagai salah satu sarana guna melakukan transaksi perdagangan (penjualan, pembelian, promosi, dan lain-lain), internet dirasakan manfaatnya pada saat sejumlah situs-situs yang menyajikan berbagai fasilitas menarik untuk pemasang iklan.

(16)

commit to user

melakukan suatu transaksi usaha. Tetapi hanya dengan melakukan permintaan ataupun penawaran melalui perangkat lunak yang ada untuk melakukan kegiatan usaha di cyberworld.

Hampir semua barang dapat menjadi objek perdagangan melalui internet, hal itu karena internet merupakan media yang paling efektif saat ini. Di dalam dunia internet saat ini, mulai tumbuh komunitas–komunitas yang mengkhususkan diri dalam memperdagangkan barang – barang tertentu. Mereka tergabung dalam

situs–situs yang mewadahi komunitas mereka. Ada situs–situs yang mewajibkan

penggunanya untuk menjadi anggotanya terlebih dahulu, namun ada juga yang tidak. Sebagaimana sebuah toko online yang menawarkan memasang iklan barangnya melalui internet.

Transaksi Jual Beli melalui internet memberikan kemudahan bagi pembeli dan penjual. Bagi pembeli, e-commerce telah mengubah cara pembeli dalam memperoleh barang yang diinginkan, sedangkan bagi penjual, e-commerce

memudahkan dalam pemasaran barang yang mereka miliki. Sekalipun penggunaan internet dalam transaksi jual beli menjanjikan berbagai kemudahan tidak berarti e-commerce sebagai suatu sistem perdagangan bebas dari permasalahan, karena bagaimanapun majunya suatu teknologi tetap akan menyisakan berbagai permasalahan, khususnya bagi negara yang belum mampu sepenuhnya menguasai teknologi tersebut, seperti Indonesia (Dikdik M dan Elisatris Gultom,2005:167).

Satu dari setiap sepuluh kasus pengiriman barang dapat dipastikan terlambat atau tidak sampai kepada konsumen, contohnya: dua orang pembeli

(buyers) dari Hongkong dan Inggris menunggu sampai lima bulan untuk

(17)

commit to user

Permasalahan di atas merupakan contoh kasus yang menjadi kendala dalam perjanjian jual beli melalui internet. Pelaksanaan perjanjian jual beli benda bergerak yang bukan benda terdaftar serta benda tidak terdaftar sudah lazim di laksanakan melalui internet, karena benda-benda tersebut tidak memerlukan pendaftaran benda serta pengurusan balik nama kepemilikan benda. Hal ini yang membuat proses pelaksanaan jual beli maupun perjanjiannya mudah dilaksanakan karena pembeli hanya mentransfer sejumlah uang terhadap barang yang dibelinya kemudian penjual mengirimkan barang kepada pembeli setelah menerima transfer sejumlah uang dari pembeli. Namun pelaksanaan perjanjian jual beli benda terdaftar apa bisa semudah itu dilaksanakan melalui internet seperti halnya perjanjian jual beli benda tidak terdaftar. Inilah yang memberikan tanda tanya dalam proses pelaksanaan jual beli benda terdaftar melalui internet.

Di dalam jual beli benda terdaftar kepemilikan dapat dilacak dengan mudah sedangkan pada benda tidak terdaftar lebih sulit untuk pembuktian kepemilikan. Hal ini dikarenakan benda terdaftar memerlukan pengurusan pendaftaran hak atas benda serta balik nama sertifikat jika ingin peralihan kepemilikan terhadap benda tersebut. Dalam prakteknya perjanjian jual beli benda terdaftar menimbulkan beberapa permasalahan dalam pengurusan peralihan hak milik, misalnya pengurusan masalah pendaftaran hak- hak, pemberian surat-surat bukti, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, belum lagi pembeli yang seharusnya bertanggung jawab untuk membayar sejumlah harga dari produk atau jasa yang dibelinya, tapi tidak melakukan pembayaran atau barang yang dijanjikan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Contoh benda terdaftar : rumah, mobil, kapal, motor, dll. Benda-benda tersebut ada surat kepemilikannya. Sedangkan contoh benda tidak terdaftar : telepon, kursi, dll.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul :

“TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN JUAL BELI BENDA TERDAFTAR

(18)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Sebagai usaha dalam melakukan suatu penelitian yang lebih baik, terstruktur, terarah, serta agar lebih mudah memperoleh jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi pembahasan masalah ini dalam dua kerangka pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pelaksanaan perjanjian jual beli benda terdaftar melalui internet?

2. Bagaimana penyelesaian atau upaya hukumnya jika terjadi sengketa antara para pihak ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan penulis untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang menjadi pokok permasalahan yang diangkat. Penulis mempunyai dua tujuan yaitu :

1. Tujuan Obyektif

a. Mengetahui proses pelaksanaan dalam jual beli benda terdaftar melalui internet.

b. Mengetahui penyelesaian dan upaya hukumnya jika terjadi sengketa antara para pihak.

2. Tujuan Subyektif

a. Menambah dan memperluas pengetahuan Penulis mengenai perjanjian jual beli benda terdaftar melalui internet, baik proses pelaksanaannya, hambatan-hambatannya, serta cara mengatasi hambatan - hambatan tersebut.

b. Menambah pengetahuan penulis mengenai pemahaman hukum perdata dalam teori dan praktek di lapangan.

(19)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Salah satu faktor di dalam setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian, karena nilai dari sebuah penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari nilai – nilai penelitian tersebut. Manfaat dari penelitian ini dibedakan antara manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu Hukum Perdata, terutama mengenai aspek hukum kontrak dalam pelaksanaan jual beli benda terdaftar melalui internet (e-commerce).

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi mahasiswa, dosen, atau pembaca yang tertarik dalam Hukum Perdata, khususnya Hukum Kontrak. c. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi sebagai bahan acuan bagi

penelitian di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan penulis dan mungkin pula masyarakat luas mengenai persoalan yang penulis angkat pada penelitian ini.

b. Sebagai bahan masukan dan sebagai referensi bagi pihak terkait.

E. Metode Penelitian

Sebelum menguraikan tentang metode penelitian, maka terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian tentang metode itu sendiri. Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara kerja, upaya, atau jalan suatu kegiatan pada dasarnya adalah salah satu upaya, dan upaya tersebut bersifat ilmiah dalam mencari kebenaran yang dilakukan dengan mengumpulkan data sebagai dasar penentuan kebenaran yang di maksud (Koentjoroningrat, 1993:22).

(20)

commit to user

atau hipotesa, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah (Sutrisno Hadi,1994:89). Adapun metode yang digunakan dalam penulisan hukum dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan hukum ini adalah penelitian dengan jenis empiris. Penelitian hukum empiris yaitu suatu penelitian yang berusaha mengidentifikasi hukum yang terdapat dalam masyarakat dengan maksud mengetahui gejala lainnya (Soerjono Soekanto, 2007:10). Dalam penelitian hukum ini Penulis akan menjelaskan secara objektif mengenai perjanjian jual beli benda terdaftar melalui internet

2. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala lainnya. Metode penelitian deskriptif dipergunakan untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu memperkuat teori atau dalam kerangka menyusun teori baru (Soerjono Soekanto, 2007:10)

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Menurut Soerjono Soekanto (2007:10), penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengumpulan data berupa kata-kata, gambar-gambar, serta informasi verbal maupun normatif dan bukan dalam bentuk angka-angka. Pendekatan kualitatif ini mendasarkan pada info dan data yang dinyatakan oleh narasumber baik secara lisan maupun tertulis, serta dengan mengamati perilaku yang nyata untuk kemudian dipelajari dan ditelaah.

4. Jenis Data

(21)

commit to user

penulis gunakan dalam penelitian hukum ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah keterangan, info, fakta yang diperoleh dari narasumber melalui wawancara maupun dari fakta yang diamati secara langsung di lapangan. Dalam penelitian ini data primernya adalah hasil wawancara baik secara langsung, online, maupun via telepon.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah keterangan, info, dan fakta yang diperoleh bukan secara langsung dari narasumber yang ada di lapangan melainkan dari studi kepustakaan yaitu dari tulisan ilmiah, sumber tertulis, buku, arsip, majalah, literatur, peraturan perundang-undangan dan sebagainya, yang tentunya mempunyai relevansi dengan topik yang akan penulis bahas pada penelitian hukum ini, untuk kemudian akan penulis telaah dan kaji lebih lanjut.

5. Sumber Data

Sumber data adalah tempat ditemukannya data yang akan digunakan dalam suatu penelitian hukum. Sedangkan penulis dalam penelitian ini akan menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yang sangat menunjang dalam penulisan hukum ini adalah sumber data primer yaitu tempat diperolehnya data secara langsung dari lapangan, yang terdiri dari keterangan maupun informasi dari Bapak Nugroho Santoso yang bertempat di jalan Mliwis Selatan No 1 Kerten Laweyan sebagai penjual dan Bapak Koko yang bertempat di Godang-Manahan Surakarta sebagai penjual serta Bapak Bambang Hermanto yang bertempat di jalan Sembodro No 2 Ponorogo sebagai pembeli yang pernah melakukan jual beli benda terdaftar di internet dan para pihak-pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

(22)

commit to user

Bahan hukum sekunder merupakan bahan yang sifatnya dapat mendukung data primer yang terdiri dari :

1) Bahan Hukum Primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat. Dalam hal ini penulis menggunakan bahan hukum primer, yaitu : a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

b) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

c) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

d) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu semua bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, meliputi arsip, perjanjian jual beli, dokumen, dan hasil penelitian lainnya yang berwujud laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

3) Bahan Hukum Tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Ini biasanya diperoleh dari media internet, kamus ensiklopedi, dan lain sebagainya, yaitu artikel-artikel yang berhubungan dengan masalah yang diteliti (Soerjono Soekanto, 2007:13).Dalam hal ini penulis menggunakan bahan dari media internet, buku, dan artikel.

6. Populasi dan Teknik Sampling a. Populasi

Penelitian ini dilaksanakan melalui website/situs jual beli benda terdaftar di internet, sehingga populasinya adalah pihak penjual dan pembeli di internet. Menurut Soerjono Soekanto, populasi yaitu sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang sama (Soerjono Soekanto, 2007 : 172).

(23)

commit to user

Populasi yang besar, tentunya menyulitkan perolehan data dari responden dalam pelaksanaan penelitian, apalagi dengan waktu dan biaya yang minim kecuali untuk melakukan “case study”, maka bisa dimungkinkan keseluruhan populasi diteliti. Untuk itu, agar memudahkan perolehan data, perlulah ditentukan terdahulu cara memperoleh data. Data diperoleh dengan cara penunjukkan secara acak (random sampling) dari jumlah populasi yang ada (Soerjono Soekanto, 2007 : 173). Metode pengambilan data seperti ini dilakukan oleh karena pihak penjual dan pembeli yang tersebar di internet yang luas, yang apabila hendak dijangkau secara keseluruhan akan menyulitkan peneliti dalam hal pengumpulan atau perolehan data.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengolahan data adalah bagaimana caranya mengolah data yang berhasil dikumpulkan untuk memungkinkan peneliti yang bersangkutan melakukan analisa yang sebaik-baiknya (Soejono dan Abdurrahman. 2003:46). Dalam penulisan hukum ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan studi lapangan dan studi kepustakaan.

c. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah pengumpulan data dengan cara penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan. Peneliti menggunakan teknik wawancara. Wawancara dipandang sebagai teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tidak dapat diperoleh lewat pengamatan (Burhan Asofa, 2004:59).

d. Studi Kepustakaan

(24)

commit to user

8. Teknik Analis Data

Analisis data merupakan faktor yang penting dalam suatu penelitian karena akan menjawab semua persoalan yang timbul dari pokok permasalahan yang ada. Analisis data hanya dapat dilakukan setelah semua data terkumpul. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu suatu penelitian yang dihasilkan data deskriptif analisa yang dinyatakan responden secara lisan dan juga perilaku yang yang nyata, yang diteliti dan dipelajari secara utuh (Soerjono Soekanto, 2007 : 25).

Tujuan analisis didalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi data sehingga data yang teratur serta tersusun baik akan menjadi lebih berguna. Dalam penelitian ini teknis analis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.

(25)

commit to user

Pengumpulan Data

Penyajian Data Reduksi

Data

Penarikan Kesimpulan

Model analisis ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Model Analisis Interaktif

Untuk lebih jelas, masing-masing tahap dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

a. Pengumpulan data

Merupakan proses pencarian data dari berbagai sumber, yang mana data-data tersebut relevan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, guna memperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan

b. Reduksi Data

Yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, tentang pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan dan tentang tata cara pengumpulan data yang dipakai.

(26)

commit to user

Yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

d. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Dari permulaan data, seorang penganalisis mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proporsi. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya. (H.B Sutopo, 2002 : 91-95).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan dalam penelitian hukum ini terdiri dari empat (4) bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, dan penutup. Selain itu ditambah dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Adapun sistematika yang terperinci adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang masalah penelitian dan penulisan tentang perjanjian jual beli benda terdaftar melalui internet, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan kerangka teori dan kerangka pemikiran yang menyajikan landasan teori tentang tinjauan secara umum khususnya tentang perjanjian jual beli benda terdaftar melalui internet.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(27)

commit to user

mengenai proses pelaksanaan perjanjian jual beli benda terdaftar melalui internet dan penyelesaian atau upaya hukumnya jika terjadi sengketa antara pihak.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari hasil penelitian ini yang berisi tentang simpulan dari apa yang telah dibahas juga berisi saran-saran yang ditujukan pada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

(28)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.KERANGKA TEORI

1. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Jual Beli

a. Pengertian Perjanjian Jual Beli

Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari kata overeenkomst

(Belanda) yang diterjemahkan dengan persetujuan / perjanjian (Subekti dan

Tjitrosudibio,2003:338). Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Tidak jelasnya definisi dari Pasal 1313 KUH Perdata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini disebabkan di dalam rumusan tersebut hanya disebutkan perbuatan saja, sehingga yang bukan perbuatan hukum pun disebut dengan perjanjian, karena kelemahan tersebut maka para ahli hukum mengemukakan sendiri arti kata perjanjian. Perjanjian memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat ahli yang satu dengan yang lain.

Menurut Van Dunne dalam Salim HS., yang diartikan dengan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Teori tersebut tidak hanya melihat perjanjian semata - mata, tetapi juga harus dilihat perbuatan – perbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya (Salim HS, 2003:161).

(29)

commit to user

kewajiban, sehingga apabila kesepakatan itu dilanggar maka akan ada akibat hukumnya atau sanksi bagi si pelanggar (Sudikno Mertokusumo,1986:97-98). Berdasarkan pendapat–pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian adalah perbuatan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan hak dan kewajiban.

Sedangkan Istilah perjanjian jual beli berasal dari terjemahan contract

of sale. Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457 sampai dengan Pasal

1540 KUHPerdata. Menurut Pasal 1457 KUH Perdata, jual beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Di sini dapat diambil unsur essensialia dari jual beli, yaitu penjual menyerahkan barang (obyek jual beli), dan pembeli membayar harga.

b. Asas Hukum Perjanjian Jual Beli

Menciptakan suatu tujuan perjanjian maka perlu diperhatikan beberapa asas-asas yang digunakan di dalam perjanjian, khususnya perjanjian jual beli. Beberapa asas yang digunakan dalam perjanjian jual beli yaitu (Subekti,1995:3-5) :

1) Asas Konsensualisme bahwa dengan adanya kata sepakat (consensus) maka mengikat para pihak.

2) Asas kebebasan Berkontrak adalah kebebasan seluas-luasnya yang oleh undang-undang diberikan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian tentang apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan perundang-undangan, kepatutan, dan ketertiban umum.

3) Asas Pacta Sunt Servada yang pada intinya perjanjian mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya juga bagi kepentingan orang lain.

(30)

commit to user

5) Asas Kepribadian bahwa persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya, tidak membawa kerugian maupun manfaat karenanya bagi pihak ketiga.

c. Syarat Sahnya Perjanjian Jual Beli

Perjanjian yang lahir memiliki kekuatan hukum yang sah dan mengikat para pihak apabila telah memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Demikian halnya dengan syarat sahnya perjanjian jual beli juga memiliki kekuatan hukum yang sah dan mengikat para pihak (Pasal 1320 KUH Perdata), antara lain :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Kesesuaian, kecocokan, pertemuan kehendak dari yang mengadakan perjanjian atau pernyataan kehendak yang disetujui antara pihak pihak. Unsur kesepakatan (Mariam Darus Badrulzaman, 1983:98):

a) Offerte (penawaran) adalah pernyataan pihak yang menawarkan.

b) Acceptasi (penerimaan) adalah pernyataan pihak yang menerima

penawaran.

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Kecakapan bertindak adalah kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Orang – orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang yang cakap dan wenang untuk melakukan perbuatan hukum.

Dalam Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan orang-orang yang tidak cakap membuat suatu perjanjian, yaitu:

a) anak di bawah umur atau belum dewasa, b) orang yang ditaruh di bawah pengampuan,

(31)

commit to user

Dengan demikian anak yang belum cukup umur dapat dikategorikan sebagai subjek hukum yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum. Orang yang berada dibawah pengampuan diwakili oleh pengampunya (Curator) yaitu orang yang sakit ingatan, pemabuk, pemboros, sedangkan orang-orang perempuan dalam perkembangan saat ini sudah cakap hukum .

3) Suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu berkaitan dengan objek perjanjian (Pasal 1332 sampai dengan Pasal 1334 KUHPerdata). Objek perjanjian yang dapat dikategorikan dalam pasal tersebut (Mariam Darus Badrulzaman, 1983:104) :

a) Objek yang akan ada, asalkan dapat ditentukan jenis dan dapat dihitung.

b) Objek yang dapat diperdagangkan (barang-barang yang dipergunakan untuk kepentingan umum tidak dapat menjadi objek perjanjian).

Obyek dari jual beli adalah prestasi, yaitu debitur berkenaan atas suatu prestasi dan kreditur berhak atas suatu prestasi (Purwahid Patrik,1994:3). Wujud dari prestasi adalah memberi sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUH Perdata).

4) Suatu sebab yang halal

Dalam Pasal 1320 KUH Perdata tidak dijelaskan pengertian

oorzaak (causa yang halal), dan hanya disebutkan causa yang terlarang

di dalam Pasal 1337 KUH Perdata. Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang – undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Hoge Raad sejak tahun 1927 mengartikan oorzaak sebagai suatu yang menjadi tujuan para pihak (Salim HS, 2003:166).

(32)

commit to user

membatalkannya). Sedangkan dua syarat yang terakhir disebut syarat

objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari

perjanjian yang dilakukan, bila syarat tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum (sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian sehingga tidak perlu pembatalan) ( R.Subekti, 2002:20).

d. Proses Terjadinya Jual Beli

Proses terjadinya jual beli dalam Pasal 1458 KUH Perdata, antara lain : 1) Apabila kedua belah pihak telah sepakat mengenai harga dan barang,

walaupun barang tersebut belum diserahkan dan harganyapun belum dibayar, perjanjian jual beli ini dianggap sudah jadi.

2) Jual beli yang memakai masa percobaan dianggap terjadi untuk sementara. Sejak disetujuinya perjanjian jual beli secara demikian, penjual terus terikat, sedang pembeli baru terikat kalau jangka waktu percobaan itu telah lewat dan telah dinyatakan setuju.

3) Sejak diterima uang muka dalam pembelian dengan pembayaran uang muka. Kedua belah pihak tak dapat membatalkan perjanjian jual beli itu, meskipun pembeli membiarkan uang muka tersebut pada penjual, atau penjual membayar kembali uang muka itu kepada pembeli.

Pada transaksi jual beli secara elektronik, sama halnya dengan transaksi jual beli biasa yang dilakukan di dunia nyata, dilakukan oleh para pihak yang terkait, walaupun dalam jual beli secara elektronik ini pihak-pihaknya tidak bertemu secara langsung satu sama lain, tetapi berhubungan melalui internet. Proses terjadinya jual beli dalam transaksi secara elektronik, yaitu : a) Penjual atau merchant atau pengusaha yang menawarkan sebuah

produk melalui internet sebagai pelaku usaha.

(33)

commit to user

c) Setelah penawaran dari pembeli di terima sampai ke penjual, penjual bisa menentukan di terima atau tidaknya penawaran tersebut sampai kesepakatan terjadi antara kedua belah pihak.

d) Setelah kesepakatan untuk mengikatkan diri terjadi, perjanjian jual beli ini selanjutnya menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak (penjual maupun pembeli), dalam perjanjian jual beli benda terdaftar barang yang sudah dipindahtangankan belum secara otomatis dapat mengalihkan kepemilikan atas barang, sebelum barang tersebut di balik nama/peralihan hak milik.

e. Akibat Hukum Perjanjian yang Sah

Suatu perjanjian dianggap sah apabila telah memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Undang-undang menentukan bahwa perjanjian yang mempunyai akibat hukum yaitu :

1) Berkekuatan sebagai undang-undang. Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

2) Persetujuan-- persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali, selain kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

3) Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik (sesuai dengan Pasal 1338 KUHPerdata) (Mariam Darus Badrulzaman,1994: 27).

Penjelasan dari hal-hal di atas dapat diuraikan sebagai berikut : a) Berlaku sebagai undang-undang

(34)

commit to user

tersebut, maka ia dianggap telah melanggar undang-undang yang mempunyai akibat pihak yang melanggar tersebut dikenai suatu sanksi hukum yang telah ditetapkan dalam perjanjian yang bersangkutan ataupun telah ditentukan dalam undang-undang. Menurut Undang-undang pihak yang melanggar perjanjian tersebut harus membayar ganti rugi (Pasal 1243 KUHPerdata), perjanjiannya dapat diputuskan (Pasal 1266 KUHPerdata), menanggung risiko (Pasal 1327 KUHPerdata), membayar biaya perkara jika perkara sampai di muka pengadilan (Pasal 181 ayat (1) HIR) (Abdulkadir Muhammad, 1992:97).

b) Tidak dapat ditarik kembali secara sepihak

Suatu perjanjian yang dibuat secara sah adalah mengikat para pihak yang membuat perjanjian itu untuk melaksanakan isi dari perjanjian tersebut, sehingga perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali atau dibatalkan oleh salah satu pihak saja.

c) Perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik

Dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata disebutkan bahwa: “Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”, yaitu harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan.

f. Hak dan Kewajiban Dalam Jual Beli

Setiap perjanjian jual beli akan menimbulkan kewajiban – kewajiban dan hak – hak bagi kedua belah pihak atau pihak – pihak yang mengadakan perjanjian itu. Hak dan kewajiban ini adalah (C.S.T. Kansil,1991:238): 1) Hak yang diberikan kepada penjual untuk mendesak pembeli membayar

harga, tetapi penjual juga berkewajiban menyerahkan barangnya kepada pembeli.

(35)

commit to user

2. Tinjauan Umum tentang Benda Terdaftar

a. Pengertian Hukum Benda

Benda (vermogensrecht), sebagaimana hal ini diatur berdasar- kan Pasal 499 KUHPerdata, berbunyi “Menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah, tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik”. Benda diartikan sebagai “zaak” adalah semua barang dan hak (Subekti & Tjitrosudibio, 2003:157).

Hak juga termasuk ke dalam “bagian dari harta kekayaan” (

vermogens-bestanddeel). Harta kekayaan meliputi barang, hak dan hubungan hukum

mengenai barang dan hak. Barang adalah objek hak milik, hak juga dapat menjadi hak milik. Karena itu benda adalah hak milik. Menurut hukum benda itu adalah segala sesuatu yang menjadi objek hak milik, dalam arti hukum, semua benda dapat diperjual-belikan, dapat diwariskan serta dapat dialihkan kepemilikannya kepada pihak lain.

Sedangkan Pengertian Hukum Benda (Zakenrecht) adalah ke- seluruhan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan hukum antara subjek hukum dengan benda dan hak-hak kebendaan. Ruang lingkup kajian hukum benda meliputi :

1) Mengatur hubungan hukum antara subjek hukum dengan benda;dan 2) Mengatur hubungan hukum antara subjek hukum dengan hak-hak

kebendaan (Zakelijk- recht) (Salim H.S,2003:89).

b. Macam-Macam Benda

KUH Perdata membeda-bedakan benda dalam berbagai macam. Pertama-tama kebendaan dibedakan atas benda tidak bergerak (onroerende

zaken) dan benda bergerak (roerende zaken) (Pasal 504 KUH Perdata).

Kemudian Kedua, kebendaan dapat dibedakan pula atas benda berwujud

(lichamelijke zaken) dan benda yang tidak berwujud (onlichamelijke zaken)

(36)

commit to user

benda yang tidak dapat dihabiskan (onverbruikbare zaken) (Pasal 505 KUH Perdata).

Selain itu, baik di dalam Buku II dan Buku III KUH Perdata, kebendaan dapat dibedakan atas benda yang sudah ada (tegenwoordige zaken) dan benda yang baru akan ada (toekomstige zaken) (Pasal 1134 KUH Perdata). Dibedakan lagi atas kebendaan dalam perdagangan (zaken in de handel) dan benda di luar perdagangan (zaken buiten de handel) (Pasal 1332 KUH Perdata), kemudian kebendaan dapat dibedakan lagi atas benda dapat dibagi

(deelbare zaken) dan benda yang tidak dapat dibagi (ondeelbare zaken)

(Pasal 1163 KUH Perdata), serta benda kebendaan dibedakan atas benda yang dapat diganti (vervangbare zaken) dan benda yang tidak dapat diganti

(onvervangbare zaken) (Pasal 1694 KUH Perdata). Kemudian dalam

perkembangannya terdapat pembedaan kebendaan atas benda atas nama dan benda tidak atas nama dan benda terdaftar dan benda tidak terdaftar. Namun dari kesemuanya itu, pembedaan kebendaan yang sangat penting dan ini dikenal dalam hampir semua sistem hukum didunia yaitu pembedaan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak serta benda terdaftar dan tidak terdaftar (Rachmadi Usman,2011:63).

Menurut Rachmadi Usman macam-macam benda berdasarkan pengertian di atas adalah sebagai berikut (Rachmadi Usman,2011:66-92) : 1) Kebendaan bergerak (roerend zaken) dan kebendaan tidak bergerak

(onroerend zaken)

Kriteria pembedaan benda bergerak (roerend zaken) dan tidak bergerak (onroerend zaken) dapat dibedakan sebagai berikut :

No. Indikator Kriteria Pembeda

1 Benda Bergerak

(roerend zaken)

(37)

commit to user

2 Benda Tetap

(onroerend zaken)

1. Sifat à bergabung dengan tanah 2. Ditentukan oleh Undang-Undang 3. Tujuan Pemakaian à bergabung

dengan tanah

Tabel 1. Kriteria Pembeda Benda Bergerak dan Tidak Bergerak

Keterangan kriteria pembeda di atas :

a) Kebendaan Bergerak, yang karena “sifatnya (memang) bergerak” dalam arti bahwa kebendaan tersebut dapat berpindah atau dipindahkan tempat (verplaatsbaar), termasuk pula kapal-kapal, perahu-perahu, perahu-perahu tambang, penggilingan-penggilingan dan tempat-tempat pemandian yang dipasang di perahu atau yang berdiri, terlepas dan benda-benda sejenis itu, dikecualikan sebagai benda bergerak yaitu kapal dengan ukuran isi kotor sekurang-kurangnya 20 M kubik atau yang dinilai sama dengan itu. Benda bergerak, yang karena “ketentuan undang-undang” yang telah menetapkan sebagai kebendaan bergerak yaitu berupa hak-hak atas benda, yang meliputi hak memetik hasil (vruchtgebruik) dan hak pakai (gebruik) atas benda bergerak, hak atas bunga-bunga yang diperjanjikan selama hidup seseorang (bunga cagak hidup), penagihan- penagihan atas benda bergerak, saham-saham.

(38)

commit to user

perabotan-perabotan dalam suatu rumah. Kebendaan yang “karena undang-undang”, ini berwujud atas benda-benda yang tidak bergerak. Misalnya: bunga tanahm, kapal dengan ukuran isi kotor sekurang-kurangnya 20 M kubik atau yang dinilai sama dengan itu. 2) Kebendaan berwujud (lichamelijke zaken) dan kebendaan tidak

berwujud (onlichamelijke zaken)

Kebendaan berwujud atau bertubuh adalah kebendaan yang dapat dilihat dengan kasat mata dan diraba dengan tangan,misalnya perabot rumah, meja, kursi.Sedangkan kebendaan tidak berwujud atau bertubuh adalah kebendaan yang berupa hak-hak atau tagihan-tagihan.Misalnya seperti surat berharga, saham, surat piutang, hak tagih, dan hak klaim. 3) Kebendaan yang dapat dihabiskan (verbruikebare zaken) dan

kebendaan yang tidak dapat dihabiskan (onverbruikbare zaken)

Kebendaan yang dapat dihabiskan (verbruikebare zaken) sebagaimana diketahui bahwa obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna/bermanfaat bagi subyek hukum dan yang dapat menjadi obyek suatu hubungan hukum karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subyek hukum. Maka benda-benda yang dalam pemakaiannya akan musnah, kegunaan/manfaat dari benda-benda ini justru terletak pada kemusnahannya. Misalnya: barang-barang makanan dan minuman, kalau dimakan dan diminum baru memberi manfaat bagi kesehatan; demikian juga kayu bakar dan arang, setelah dibakar dan menimbulkan api baru memberi manfaat untuk memasak sesuatu makanan dan sebagainya.

Kebendaan yang tidak dapat dihabiskan (onverbruikbare zaken) ialah benda-benda yang dalam pemakaiannya tidak mengakibatkan benda itu menjadi musnah tetapi memberi manfaat bagi sipemakai. Seperti cangkir, sendok, piring, mangkok, mobil, sepeda motor dan sebagainya.

(39)

commit to user

Perbedaan kebendaan yang dapat diganti (vervangbare zaken) dan kebendaan yang tidak dapat diganti (onvervangbare zaken) ini tidak disebutkan secara tegas dalam KUH Perdata, tetapi perbedaan itu disebutkan dalam pasal-pasal KUH Perdata, misalnya dalam pasal yang mengenai perjanjian penitipan barang (bewaargeving). Menurut Pasal 1694 KUH Perdata pengembalian benda oleh yang dititipi harus in

natura artinya tidak boleh diganti dengan benda yang lain. Oleh karena

itu, perjanjian penitipan barang pada umumnya hanya mengenai kebendaan yang karena pemakaiannya tidak habis atau musnah.

Kebendaan yang dapat diganti (vervangbare zaken) misalnya, uang. Kebendaan yang tidak dapat diganti (onvervangbare zaken) misalnya, seekor kuda.

5) Kebendaan dapat dibagi (deelbare zaken) dan kebendaan yang tidak dapat dibagi (ondeelbare zaken)

Benda yang dapat dibagi adalah benda yang apabila wujudnya dibagi tidak mengakibatkan hilangnya hakikat daripada benda itu sendiri. Misalnya: beras, kopi, nasi, gula pasir.

Benda yang tidak dapat dibagi Benda yang tidak dapat dibagi adalah benda yang apabila wujudnya dibagi mengakibatkan hilangnya atau lenyapnya hakikat daripada benda itu sendiri. Misalnya: kuda, sapi, ayam, dan lain-lain.

6) Kebendaan yang sudah ada (tegenwoordige zaken) dan kebendaan yang akan ada (toekomstige zaken)

Arti pentingnya pembagian ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan hutang atau pelaksanaan perjanjian. Sesuai dengan pasal 1320 KUHPerdata, syarat sahnya perjanjian adalah adanya sepakat,cakap hukum, objek tertentu, dan halal.

(40)

commit to user

misalnya hipotik, hibah mengenai benda-benda yang sudah ada. Kebendaan yang akan ada (toekomstige zaken) misalnya barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari, warisan, jual beli gabah yang belum dipanen.

7) Kebendaan dalam perdagangan (zaken in de handel) dan kebendaan di luar perdagangan (zaken buiten de handel)

Kebendaan dalam perdagangan adalah benda-benda yang dapat dijadikan obyek (pokok) suatu perjanjian. Jadi, semua benda yang dapat dijadikan pokok perjanjian di lapangan harta kekayaan termasuk benda yang diperdagangkan.

Kebendaan di luar perdagangan adalah benda-benda yang dalam lapangan perdagangan tidak dapat dijadikan obyek (pokok), tidak dapat diperjualbelikan, biasanya benda yang dilarang oleh perundang-undang yang berlaku seperti candu, benda-benda yang dipergunakan untuk kepentingan umum, dan benda-benda yang karena sifatnya tidak mungkin dimiliki misalnya, udara, air di laut, jalan umum, dll.

8) Kebendaan yang terdaftar (Geregistreerde Zaken) dan kebendaan yang tidak terdaftar (ongeregistreerde Zaken)

Pembagian atas benda yang terdaftar dan benda yang tidak terdaftar tidak diatur di dalam KUH Perdata, tetapi tersebar ke dalam berbagai peraturan sesuai dengan jenis kebendaannya. Benda-benda yang harus didaftarkan diatur dalam berbagai macam peraturan yang terpisah-pisah seperti peraturan tentang pendaftaran tanah, peraturan tentang pendaftaran kapal, peraturan tentang pendaftaran kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Adanya peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang pendaftaran berbagai macam benda itu, di samping untuk lebih menjamin kepastian hukum dan kepastian hak atas benda-benda yang didaftarkan tersebut. Kebendaan yang terdaftar

(Geregistreerde Zaken) misalnya tanah, kendaraan bermotor dll.

(41)

commit to user

c. Pengertian Benda Terdaftar

Dalam perkembangannya di negara-negara yang maju, di Inggris, Amerika Serikat, dan juga Belanda dalam hukum bendanya telah mengadakan pembedaan benda terdaftar dan tidak terdaftar. Di dalam

Nieuw Bugerlijk Wetboek (NWB) Belanda disebutkan tentang benda

terdaftar (registergoederen), yaitu benda yang merupakan benda terdaftar pada tempat pendaftaran umum atau register umum (openbare register), pendaftaran mana mempunyai sifat mutlak bagi benda terdaftar tersebut, karena mempunyai aspek publisitas (Rachmadi Usman,2011:92).

Pendaftaran terhadap suatu kebendaan ini dimaksudkan untuk menjamin kepastian hak kepemilikan atas benda-benda yang didaftarkan tersebut dan memudahkan negara untuk memungut pajak atas benda yang terdaftar tersebut. Pendaftaran pada benda terdaftar ini, membuktikan kepemilikan atas benda tersebut.

Pembagian benda mengenai pembedaan benda terdaftar serta benda tidak terdaftar jika dibandingkan atau dikomparasikan dengan pembedaan benda bergerak dan benda tidak bergerak dalam arti pentingnya. Dalam benda terdaftar dan tidak terdaftar arti penting pembedaannya terletak pada pembuktian kepemilikannya. Benda terdaftar dibuktikan dengan bukti pendaftarannya, umumnya berupa sertifikat/dokumen atas nama si pemilik, seperti tanah, kendaraan bermotor, perusahaan, hak cipta, dll. Pemerintah lebih mudah melakukan kontrol atas benda terdaftar, baik dari segi tertib administrasi kepemilikan maupun dari pembayaran pajaknya. Benda tidak terdaftar sulit untuk mengetahui dengan pasti siapa pemilik yang sah atas benda itu, karena berlaku azas ‘siapa yang menguasai benda itu dianggap sebagai pemiliknya’. Contohnya: perhiasan, alat alat rumah tangga, hewan piaraan, pakaian dll.

(42)

commit to user

ilmu pengetahuan sekarang sekarang mengenai pembedaan benda atas benda atas nama dan benda tidak atas nama. Pada umumnya benda terdaftar adalah terdaftar dalam register dan disebutkan atas nama yang berhak. Sedangkan H.Drion dalam bukunya Compendium van het Nederlands

Vermogensrecht berpendapat bahwa bahwa di Belanda terdapat tendensi

menurut pendapat-pendapat modern mereka cenderung untuk mengakui pembendaan benda-benda atas nama dan tidak atas nama atau benda-benda terdaftar dan benda-benda tidak terdaftar (registergoederen/niet

registergoederen) dari pembedaan secara lama yaitu atas benda-benda

bergerak dan tak bergerak (Rachmadi Usman,2011:67-68). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya sistem hukum pasti membedakan benda atas benda bergerak dengan benda tak bergerak. Sehubungan dengan begitu penting dan utamanya pembedaan benda atas benda bergerak dan benda tak bergerak, maka perlu melihat hal-hal penting yang muncul dari pembedaan tersebut.

Hal-hal penting tersebut adalah dalam hal bezit, levering, bezwaring

dan verjaring, yaitu :

(43)

commit to user Tabel 2. Pembedaan Benda Bergerak

dan Tidak Bergerak

Keterangan pentingnya pembedaan di atas (Rachmadi Usman,2011:76-79): 1) Penguasaan (bezit)

Burgerlijk Bezit ialah bezit dimana orang yang membezit (bezitter)

memang berkehendak untuk mempunyai barang itu bagi dirinya sendiri berbeda dengan detentie (Houderschap) ialah bezit dimana

bezitternya tidak mempunyai kehendak untuk mempunyai barang itu

bagi dirinya sendiri. Dalam hal ini, orangnya disebut dengan Detentor

(Houder). Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1977 ayat (1) KUH

Perdata, orang yang menguasai (mem-bezit) suatu benda bergerak dianggap sebagai pemilik (eigenaar). Di sini berlaku asas sebagai titel yang sempurna (bezit geld als volkomend titel). Artinya siapa yang menguasai (bezitter) suatu benda bergerak dianggap sebagai pemilik

(eigenaar) dari benda tersebut. Sedangkan penguasaan benda tidak

bergerak tidak demikian halnya. Pasal 1977 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa terhadap benda bergerak yang tidak berupa bungan maupun piutang yang tidak atas tunjuk, maka bezitnya berlaku sebagai alas hak yang sempurna.

2) Penyerahan (levering)

(44)

commit to user

bergerak pada umumnya dilakukan dengan penyerahan yang nyata

(feitelijke levering), kecuali benda tidak berwujud (surat piutang)

dilakukan dengan cessie atau endossement sebagaimana diatur di dalam Pasal 612 dan Pasal 613 KUH Perdata. Penyerahan nyata tersebut sekaligus penyerahan yuridis (juridiche levering). Sementara itu, untuk penyerahan benda tidak bergerak, maka sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 616 KUH Perdata harus dilakukan dengan balik nama dengan membukukannya pada register umum.

3) Pembebanan (bezwaring)

Pembebanan (bezwaring) kebendaan bergerak dan kebendaan tidak bergerak dijadikan sebagai jaminan utang, juga tidak sama. Kalau pembebanan kebendaan bergerak dilakukan dengan penguasaan benda yang dijadikan sebagai jaminan utang oleh kreditornya dan KUH Perdata telah menentukan lembaga hak jaminannya, yaitu gadai (pand) atau bisa juga fiduciere eigendoms overdracht atau fiducia

sepanjang tidak dapat digadaikan. Sedangkan pembebanan kebendaan tidak bergerak (benda tetap) dilakukan dengan tanpa penguasaan benda yang dijadikan sebagai jaminan utang oleh kreditornya dan KUH perdata telah menentukan jaminannya, yaitu hyphotheek atau

credietverband.

4) Daluarsa (verjaring)

(45)

commit to user

Dilihat dari pembedaan benda diatas, benda tidak bergerak misalnya rumah dan tanah mempunyai keterkaitan atau hubungan dengan benda terdaftar, terutama mengenai peralihan hak milik dan peralihan kebendaanya. Dalam benda bergerak maupun benda terdaftar perlu adanya bukti kepemilikan, pemegang benda belum tentu sebagai pemilikan jadi harus mempunyai bukti kepemilikan, yang umumnya berupa sertifikat/dokumen atas nama si pemilik.

Sedangkan pembedaan benda terdaftar dan tidak terdaftar dalam hal

bezit, penyerahan, kadaluarsa dan pembebanan dapat di bedakan sebagai

berikut :

Tabel 3. Pembedaan Benda Terdaftar dan Tidak Terdaftar

Keterangan pentingnya pembedaan di atas : 1) Penguasaan (bezit)

Yaitu, bezitter dari benda tidak terdaftar adalah pemilik dari barang tersebut. Jadi dalam benda tidak terdaftar tidak perlu bukti kepemilikan sebagai hak penguasaan, pemegang benda tidak terdaftar

(beziter) dianggap sebagai pemilik (eighiner) benda tidak terdaftar

tersebut. Benda terdaftar perlu bukti kepemilikan, pemegang benda terdaftar belum tentu sebagai pemilik, ia harus punya bukti kepemilikan atau sertifikat benda tersebut.

(46)

commit to user

Pembedaan kebendaan atas benda terdaftar dan benda tidak terdaftar penting pula bagi penyerahan (levering). Penyerahan benda yang tidak terdaftar pada umumnya dilakukan dengan penyerahan yang nyata

(feitelijke levering). Penyerahan nyata tersebut sekaligus penyerahan

yuridis (juridiche levering). Sementara itu, untuk penyerahan benda terdaftar, maka sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 616 KUH Perdata harus dilakukan dengan balik nama dengan membukukannya pada register umum.

Cara penyerahan atau peralihan untuk benda tidak bergerak dan benda terdaftar relatif sama yaitu dengan cara penyerahan yuridis (juridische

levering) yang terdaftar pada instansi berwewenang atau berfungsi sebagai

tempat pendaftaran. Dalam hal ini untuk menyerahkan suatu benda tidak bergerak maupun benda terdaftar dibutuhkan suatu perbuatan hukum lain dalam bentuk akta balik nama. Dalam sistem sekarang, setelah berlaku UUPA, mengenai benda tidak bergerak, tunduk pada Pasal 19 PP No.10 / 1961 yang menyebutkan bahwa setiap peralihan hak harus dilakukan di depan PPAT.

Syarat – Syarat Penyerahan :

(1) Harus ada alas hak yang sah yaitu, suatu hubungan hukum yang mengakibatkan adanya suatu peralihan

(2) Diserahkan oleh orang-orang yang berhak/berwenang.

Sedangkan penyerahan benda bergerak dan tidak terdaftar juga hampir sama yaitu diserahkan secara nyata (feitelijke levering) dari tangan ke tangan (Pasal 612 ayat 1 KUH Perdata).

3. Tinjauan Umum tentang Internet dan E-commerce

a. Pengertian Internet

Saat ini telah memasuki era globalisasi, yang ditandai dengan era teknologi informasi yang memperkenalkan media dunia maya (cyberspace) atau internet, yang mempergunakan komunikasi tanpa kertas (paperless

(47)

commit to user

pertama kali ia harus memiliki seperangkat alat dan sarana yang terdiri dari komputer dengan spesifikasi tertentu dan dengan sistem operasi tertentu (biasanya yang lazim dipergunakan adalah WINDOWS dan dengan program

Windows Explorer produksi dari Microsoft Corp), sebuah telepon tetap

(Fixed Phone) dan sebuah modem.

Mengenai pengertian internet, D.E. Corner (2003) menulis dalam suatu ensiklopedi elektronik bahwa,

“Internet, computer based global information system. The Internet is composed of many interconnected computer networks. Each network may

link tens, hundreds, or even thousands of computers, enabling them toshare

information with one another and to share computational resourcessuch as

powerfull supercomputers and databases of information”.Internet, sistem

informasi global berbasis komputer internet terbentuk dari jaringan komputer yang saling terkoneksi. Tiap jaringan dapat mencakup puluhan, ratusan atau bahkan ribuan komputer, memungkinkan mereka untuk berbagi informasi satu dengan yang lain dan untuk berbagi sumber – sumber daya komputerisasi seperti superkomputer – superkomputer yang kuat dan

database – database informasi (D.E. Corner,2003:28).

Secara teknis, internet merupakan jaringan komputer yang bersifat

global dimana dilakukan pertukaran informasi oleh para pengguna internet.

Suatu jaringan komputer dapat saja dibentuk dalam suatu lokasi terbatas dan kecil, misalnya jaringan yang terdiri dari beberapa komputer di suatu gedung kantor. Ini dinamakan Local Area Network (LAN). Tetapi, internet merupakan jaringan komputer yang memiliki cakupan wilayah amat luas, yaitu bersifat global.

b. Pengertian E-commerce

(48)

commit to user

Mengenai pengertian e-commerce, diberikan keterangan oleh Peter Scisco, bahwa :

“Electronic Commerce or e-commerce, the exchange of goods and services by means of the internet or other computer networks. Ecommerce follows the same basic principles as traditional commerce – that is, buyers and sellers come together to exchange goods for money. But rather than conducting business in the traditional way – in stores and other “brick and mortar” buildings or through mail order catalogs and telephone operators – in e-commerce buyer and sellers transact business over networked

Computers.”(Electronic Commerce atau e-commerce, pertukaran barang

dan jasa menggunakan Internet atau jaringan komputer lainnya.

E-commerce mengikuti prinsip – prinsip dasar yang sama dengan perdagangan

tradisional yaitu, pembeli dan penjual datang bersama – sama guna saling menukarkan barang – barang untuk uang. Tetapi tidak sebagaimana melakukan bisnis dalam cara tradisional – dalam toko – toko dan gedung– gedung “yang terbagi atas unit dan kelompok” atau melalui katalog surat pesanan dan operator telepon – dalam e-commerce pembeli dan penjual melakukan transaksi bisnis melalui jaringan komputer (Peter Scisco,2003:19).

Pengertian e-commerce, sebagaimana dikemukakan oleh PeterScisco, adalah pertukaran barang dan jasa menggunakan internet atau jaringan komputer lainnya. Kegiatan – kegiatan pokok dalam e-commerce, adalah (Peter Scisco,2003:20):

1) Product transactions (transaksi – transaksi produk), adalah bisnis –

bisnis eceran yang menjual produk kepada konsumen (retail businesses that sell products to consumers).

2) Auctions (lelang)

3) Business-to-business transactions

4) Service transactions (transaksi – transaksi jasa) berkenaan dengan

penyedia layanan jasa yang menjual jasa kepada konsumen (service providers that sell services to consumers).

c. Jenis-jenis Transaksi E-commerce

Electronic commerce dalam pelaksanaannya yang menggunakan

Gambar

Tabel 1. Kriteria Pembeda Benda Bergerak dan Tidak Bergerak ..................................
Gambar 1. Model Analisis Interaktif
Tabel 1. Kriteria Pembeda Benda Bergerak
Tabel 2. Pembedaan Benda Bergerak
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang dapat meningkatkan keaktifan prestasi belajar

Protokol AODV merupakan protokol yang memiliki standar untuk menentukan berapa lama waktu sebuah rute dapat digunakan ( route validity ), karena itu proses route

Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya kesesuaian RPS dalam aspek berikut ini (1) persiapan penyusunan RPS memiliki tim pengembang RPS yang mewakili

[r]

Langkah- langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia agar mampu bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk menghadapi MEA, adalah sebagai berikut:...  Perbaikan

Hasil dari analisis kontribusi tingkat Kebutuhan Hidup Layak (KLH) menunjukkan bahwa Kebutuhan Hidup Layak yang telah memenuhi kriteria yaitu berdasarkan Sinukaban sebesar 1,04%,

Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai.. Jurnal Ekonomi &

Skripsi HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI SERTA KEDUDUKAN ETTY NARO.. yang baik den tidak dlperbolehkan untuk oeoindehkon atau oeobeboni harta kokeyaan tidak bergerak nilik ietari