P
erkembangan globalisasi mendorong terjadinya pergerakan aliran modal dan investasi ke berbagai penjuru dunia, terjadi pula migrasi penduduk atau pergerakan tenaga kerja antarnegara. Pergerakan tenaga kerja tersebut berlangsung karena investasi yang dilakukan di negara lain pada umumnya membutuhkan pengawasan secara langsung oleh pemilik/investor. Untuk menjaga kelangsungan usaha dan investasinya, pemilik modal juga membutuhkan tenaga-tenaga terampil yang bisa dipercaya dalam mengelola investasinya di negara tujuan. Untuk itu, para pemilik modal perlu membawa serta beberapa tenaga kerja dari negara asal atau negara lain untuk bekerja sebagai tenaga kerja asing (TKA) di negara tujuan.Dalam kaitannya dengan globalisasi, penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia tidak dapat dihindari karena negara kita menganut pasar kerja terbuka/internasional dengan aturan tertentu. Indonesia telah sepakat untuk melaksanakan pasar kerja bebas, yang antara lain diatur dalam kesepakatan regional dan bilateral mengenai people mobility dan human resource development.
Kehadiran TKA di Indonesia pada umumnya sering dikaitkan dengan dampak negatifnya, yaitu mengurangi kesempatan kerja pekerja lokal negara tujuan, meningkatnya devisa keluar (outflow), faktor budaya yang kemungkinan tidak sesuai dengan adat/norma setempat, dan sebagainya. Namun, perlu dipahami bahwa pada lingkup pekerjaan tertentu terutama yang mensyaratkan penguasaan teknologi tinggi atau keterampilan khusus pada umumnya masih belum dapat dipenuhi oleh tenaga kerja lokal. Di samping itu, kehadiran TKA dapat memberikan
dampak positif berupa transfer of knowledge, pembelajaran kultur kerja modern (internasional), dan peluang untuk menjadi pekerja berkelas internasional.
Kebijakan Pemerintah terhadap masuknya TKA ke Indonesia pada dasarnya tetap konsisten, yaitu bersifat selektif terhadap jabatan- jabatan tertentu yang memang belum memungkinkan diisi oleh tenaga-tenaga kerja dari Indonesia. Sebagai upaya pengendalian TKA, pemerintah telah memberlakukan beberapa regulasi yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang secara khusus mengatur penggunaan tenaga kerja asing dalam satu bab tersendiri, yaitu Bab VIII. Berbagai regulasi yang mengatur TKA tersebut berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Keputusan Direktur Jenderal Binapenta, dan MoU Ditjen Binapenta dengan Ditjen Imigrasi.
Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tercantum regulasi mengenai TKA, dimulai dari kewajiban pemberi kerja yang menggunakan TKA untuk memperoleh izin tertulis; memiliki rencana penggunaan TKA yang memuat alasan, jenis jabatan dan jangka waktu penggunaan TKA; kewajiban penunjukan tenaga kerja WNI sebagai pendamping TKA; hingga kewajiban memulangkan TKA ke negara asal setelah berakhirnya hubungan kerja. Aturan ini dilandasi semangat dan upaya untuk memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada TKL dan membatasi penggunaan TKA.
Sementara itu, Indonesia akan segera menghadapi pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015. Bagi dunia ketenagakerjaan Indonesia MEA akan membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, kehadiran MEA diharapkan akan mengurangi pengangguran karena akan membuka lapangan kerja baru dan menyerap angkatan kerja yang ada saat ini untuk masuk ke dalam
53 Penutup pasar kerja. Adapun dampak negatifnya, dengan adanya pasar barang dan jasa secara bebas tersebut akan mengakibatkan tenaga kerja asing dari sesama negara ASEAN dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat di bidang ketenagakerjaan. Hal ini menjadi tantangan bagi dunia ketenagakerjaan di Indonesia karena setiap negara pasti telah bersiap diri di bidang ketanagakerjaannya dalam menghadapi MEA.
Pemberlakuan MEA ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia di bidang ketenagakerjaan. Dari sisi sumber daya manusia (SDM) pekerja Indonesia, kompetisi SDM antarnegara ASEAN merupakan hal yang pasti terjadi saat diberlakukannya MEA nanti. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif dalam rangka menjelang berlakunya MEA 2015. Salah satunya adalah peraturan-peraturan yang dapat melindungi tenaga kerja lokal dari arus TKA. Hal ini terutama untuk mencegah efek brain drain dan efek tersingkirnya tenaga kerja domestik karena ketidakmampuan berkompetisi dengan tenaga kerja asing. Strategi yang bisa diterapkan adalah perlindungan tenaga kerja di dalam negeri dengan regulasi yang mengatur pengendalian penggunaan tenaga kerja asing (TKA) dan pengembangan SDM berbasis kompetensi dan kebutuhan pasar kerja.
Regulasi untuk melindungi tenaga kerja lokal diperlukan mengingat di antara negara-negara ASEAN kualitas tenaga kerja Indonesia harus diakui masih di bawah beberapa negara lainnya. Mengacu pada Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index) tahun 2013 dan 2014, Indonesia masih berada di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Indonesia hanya berada di atas Filipina, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar.
Sementara itu, jika mengacu pada data dari United Nations Development Programme (UNDP) pada 2013 mengenai Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia berada pada peringkat ke-108 dari 187 negara. Peringkat ini masih kalah jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya, yaitu Singapura (9), Brunei Darussalam (30), Malaysia (62), dan Thailand (89). Namun, peringkat HDI Indonesia masih di atas Filipina (117), Vietnam (121), Kamboja (136), Laos (139), dan Myanmar (150). Dengan mengacu pada Indeks Daya Saing Global dan Indeks Pembangunan Manusia, terlihat bahwa sumber daya manusia Indonesia masih menghadapi ancaman dengan akan diberlakukannya MEA pada 2015. Untuk itu, pemerintah tetap perlu memberlakukan regulasi untuk melindungi tenaga kerja lokal dari arus serbuan TKA.
Untuk mengantisipasi berbagai perkembangan, pemerintah merencanakan pengembangan pengendalian penggunaan tenaga kerja asing. Perubahan kebijakan pengendalian penggunaan TKA melalui proteksi terhadap tenaga kerja Indonesia akan direalisasikan dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan. Dalam rangka pengendalian penggunaan tenaga kerja asing pengawasan akan ditingkatkan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan sesuai kewenangannya.
Kebijakan untuk mengendalikan penggunaan tenaga kerja asing meliputi antara lain uji kompetensi bahasa Indonesia, penyusunan jabatan yang dapat diduduki oleh TKA, pelayanan paperless, dan mempersingkat jangka waktu pelayanan. Selain itu, diberlakukan juga kebijakan proteksi untuk melindungi ketenagakerjaan dalam pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN-MEA.
55 Lampiran
LAMPIRAN
P
eraturan perundang-undangan dan regulasi bidang pengendalian penggunaan tenaga kerja asingUNDANG-UNDANG
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
PERATURAN PEMERINTAH
3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas Dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
PERATURAN PRESIDEN
5. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping
PERATURAN MENTERI
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing
KEPUTUSAN MENTERI
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.223/MEN/2003 tentang Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 67/ MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan Program JAMSOSTEK bagi Tenaga Kerja Asing
9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.247/MEN/X/2011 Tentang Jabatan yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Konstruksi 10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 tentang Jabatan-Jabatan Tertentu yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing
11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 462 Tahun 2012 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Jasa Pendidikan 12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 463 Tahun 2012 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 464 Tahun 2012 Tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Perdagangan Besar dan Eceran Serta Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
14. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 707 Tahun 2012 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Transportasi dan Pergudangan Golongan Pokok Angkutan Udara
15. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 708 Tahun 2012 Tentang Jabatan yang Dapat
57 Lampiran Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing Pada Kategori Kesenian, Hiburan dan Rekreasi Golongan Pokok Kegiatan Hiburan, Kesenian dan Kreativitas dan Golongan Pokok Olahraga dan Rekreasi Lainnya 16. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 354 Tahun 2013 Tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Minuman
17. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 355 Tahun 2013 Tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang, Pembuangan dan Pembersihan Limbah dan Sampah Golongan Pokok Pengelolaan Limbah
18. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 356 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Tekstil
19. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 357 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Pakaian Jadi
20. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 358 Tahun 2013 tentang Jabatan yang dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Makanan
21. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 359 Tahun 2013 tentang Jabatan yang Dapat Diduduki oleh Tenaga Kerja Asing pada Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINAPENTA
22. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Nomor: KEP.70/PPTK/IV/2013 tentang Pedoman Pendampingan Tenaga Kerja Asing
23. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Nomor: KEP.71/PPTK/IV/2013 tentang Pedoman Penilaian Kelayakan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
MoU DITJEN BINAPENTA DENGAN DITJEN IMIGRASI
24. Nota Kesepahaman Bersama antara Ditjen Binapenta dengan Ditjen Imigrasi Nomor: B.539/PPTK/IV/2013 dan Nomor: IMI- UM.01.01-1214 tentang Penggunaan Sistem Online Penempatan Tenaga Kerja dan Keimigrasian
59 Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
http://binapenta.naker.go.idPusat Litbang Ketenagakerjaan Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi. 2013. Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi Naskah Akademik Arah Kebijakan Ketenagakerjaan Tahun 2014- 2019. Jakarta: Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Schwab, Klaus (ed.). 2014. The Global Competitiveness Report 2014–2015
2015: Full Data Edition. Geneva: World Economic Forum.
Tim Penyusun. 2008. Menuju ASEAN Economic Community 2015. Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
Tim Penyusun. 2009. Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN
Economic Community Blueprint). Jakarta: Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI.