• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Ziarah Kubur Sebagai Unsur Dakwah 1. Pengertian Ziarah

Ziarah dalam kamus bahasa arab diambil dari kata

ةرﺎ ز - روﺰ – راز

yang berarti menziarahi, mengunjungi.20 Menurut Munzir Al-Musawa ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni kuburan sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.21

Ketahuilah berdoa di kuburan pun adalah sunnah Rasulullah Saw, Beliau Saw bersalam dan berdoa di pekuburan Baqi’, dan berkali-kali Beliau Saw melakukannya, demikian diriwayatkan dalam At-Turmudzy, dan Beliau Rasulullah Saw bersabda :

،ﺎهرﺰ ، ﱢ أ ﺮ ةرﺎ ز ﺪﱠ نذأ ﺪ رﻮ ا ةرﺎ ز ﻜ ﻬ آ ﺪ

ةﺮ ا ﺮﱢآﺬ ﺎﻬﱠﺈ

)

ىﺬ ﺮ ا اور

(

Dulu aku pernah melarang kamu menziarahi kubur. Kemudian Muhammad telah

diizinkan untuk menziarahi kubur ibunya, maka ziarahlah kubur, karena menziarahi kubur itu mengingatkan kepada hari akhirat.”

(H.R At-Turmudzy).22

20

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h. 159.

21

Munzir Al-Musawa, Kenalilah Aqidahmu, (Jakarta: Majelis Rasulullah, 2007), h. 65.

22

Dari hadis ini jelaslah bahwa Nabi Muhammad Saw pernah melarang ziarah kubur namun lantas membolehkannya setelah turunnya pensyariatan (legalitas) ziarah kubur dari Allah SWT Dzat penentu hukum (Syari’ Muqaddas).

Jadi jelas bahwa ziarah kubur merupakan sesuatu yang syar’i (legal).23

Dan Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk mengucapkan salam untuk ahli kubur dengan ucapan:

ﻜ ﺪ ا ﷲا ﺮ ، او ﺆ ا رﺎ ﱢﺪ ا ها ﻰ م ﱠ ا

ﺮ ﺄ او ﺎﱠ و

.

مﻮ راد ﻜ م ﱠ ا ،نﻮ ﻜ ﷲا ءﺎ إ ﺎﱠإو

ﺎﱠإو ، ﺆ

ﷲا ﺮ ﻐ ،رﻮ ا ها ﺎ ﻜ م ﱠ ا ،نﻮ ﻜ ﷲا ءﺎ نإ

ﺮﺛﻷﺎ و ﺎ أ ، ﻜ و ﺎ

.

“Salam sejahtera bagi kaum Muslimin dan Mukminin yang menghuni rumah (kubur) ini. Semoga Allah selalu merahmati orang-orang yang datang lebih awal dari kita dan kalian serta mereka yang menyusul kemudian. Dan insya Allah kami akan menyusul kalian. Salam sejahtera kepada kalian, tempat tinggal orang-orang yang beriman. Dan insya Allah kami akan menyusul kalian. Salam sejahtera untuk kalian wahai penghuni kubur. Semoga Allah mengampuni kami dan kalian. Kalian adalah pendahulu kami dan kami akan menyusul.”

Ini merupakan penjelaskan bahwa Rasulullah Saw bersalam pada ahli kubur dan mengajak mereka berbincang-bincang dengan ucapan “Sungguh Kami Insya Allah akan menyusul kalian”.24

Dan ziarah kubur ini merupakan kunjungan kubur yang (bentuk jamak dari qabr) yakni kuburan atau makam. Sedangkan secara teknis merunjuk pada aktivitas mengunjungi kepemakaman dengan maksud mendoakan bagi yang meninggal serta mengingatkan kematian.25

23

Sastro, Ziarah Kubur Salafy Indonesia.artikel diakses pada Senin, 12 Febuari 2007 dari Ads by Google

In Depth Critical Studies Christianity Islam Ismailism Quran alone keeps Islam pure. Website:

www.mostmerciful.com, h. 2.

24

Ziarah juga dapat dikatakan sebagai mengunjungi suatu tempat yang dimuliakan atau yang dianggap suci, misalnya mengunjungi makam, nabi Muhammad Saw di madinah seperti yang lazim dilakukan oleh jamaah haji, dalam perakteknya ziarah juga dilakukan untuk meminta pertolongan (syafaat) kepada seseorang yang dianggap keramat, agar supaya berkat syafaat tersebut kehendak orang yang bersangkutan dikabulkan Allah dikemudian hari. Ziarah semacam ini oleh sebagian umat islam dianggap sebagai bid’ah dan dilarang dilakukan misalnya oleh pengikut Ibnu Taimiyah dan kaum Wahabi.26

Dari makna yang sudah di singgung di atas, sehingga tradisi ziarah dapat di artikan sebagai adat-istiadat atau kebiasaan masyarakat untuk berkunjung ke kubur apabila dilakukan dengan tuntunan Islam maka akan menjadi perbuatan baik yang membuahkan pahala.

2. Ziarah Kubur Menurut Pandangan Islam

Islam memandang bahwa ziarah kubur itu diperbolehkan dan bisa dikatakan amal ibadah selama yang di ziarahi itu adalah kaum muslimin. Para peziarah yang diperbolehkan itu adalah para peziarah yang telah mempunyai akidah islam yang kuat dan mengetahui hukum ziarah dan tujuannya. Salah satu tujuan dari ziarah kubur itu adalah bertawasul kepada seorang yang dianggap mempunyai karamah agar mendapatkan syafaat, keberkahan, dan dikabulkan segala apa yang diminta. Jika para peziarah itu belum mempunyai akidah yang kuat wal hasil akan terjadi kekhawatiran bahkan cenderung berlebihan dan menyimpang dari norma-norma ajaran agama Islam. Pendeknya kesyirikan yang timbul. Islam juga melarang kepada orang-orang muslim berziarah ke makam orang-orang kafir, dan orang-orang munafik.

B. Ziarah Kubur Sebagai Unsur Budaya Betawi

25

Espito,”Ziarah,” Dunia Islam Modern, h. 195

26

Hassan Shadily, ”Zerubabel,” Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), Vol 4, h. 4044

1. Pengertian Tradisi Dan Budaya

Secara defenisi istilah ”tradisi” yang telah menjadi lingua franca bahasa Indonesia dipahami sebagai segala sesuatu yang turun-temurun dari nenek moyang.27 Tradisi dalam kamus Antropologi sama dengan adat istiadat yakni kebiasaan yang bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan-aturan yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial.28 Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai kepercayaan dengan cara turun menurun yang dapat dipelihara.29

Tradisi merupakan pewarisan norma-norma, kaidah-kaidah, dan kebiasaan-kebiasaan. Tradisi tersebut bukanlah suatu yang tidak dapat diubah, tradisi justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya. Karena manusia yang membuat tradisi maka manusia juga yang dapat menerimanya, menolaknya dan mengubahnya.30

Tradisi juga dapat dikatakan sebagai suatu kebiasaan yang turun-menurun dalam sebuah masyarakat, dengan sifatnya yang luas tradisi bisa meliputi segala kompleks kehidupan, sehingga tidak mudah disisihkan dengan perincian yang tepat dan pasti, terutama sulit diperlakukan serupa atau mirip, karena tradisi bukan obyek yang mati, melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup pula.31

Tradisi dipahami sebagai suatu kebiasaan masyarakat yang memiliki pijakan sejarah masa lampau dalam bidang adat, bahasa, tata kemasyarakatan keyakinan dan sebagainya,

27

W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985), h. 1088.

28

Ariyono dan Aminuddin siregar, Kamus Antropologi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1985), h. 4.

29

Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 1993), h. 459.

30

Van Peursen, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Kanisius, 1976), h. 11.

31

maupun proses penyerahan atau penerusannya pada generasi berikutnya. Sering proses penerusan terjadi tanpa dipertanyakan sama sekali, khususnya dalam masyarakat tertutup dimana hal-hal yang telah lazim dianggap benar dan lebih baik diambil alih begitu saja. Memang tidak ada kehidupan manusia tanpa sesuatu tradisi. Bahasa daerah yang dipakai dengan sendirinya diambil dari sejarahnya yang panjang tetapi bila tradisi diambil alih sebagai harga mati tanpa pernah dipertanyakan maka masa kinipun menjadi tertutup dan tanpa garis bentuk yang jelas seakan-akan hubungan dengan masa depan pun menjadi terselumbung. Tradisi lalu menjadi tujuan dalam dirinya sendiri.32

Adapun adalah berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yang berarti akal atau pikiran. Ki Hajar Dewantara tokoh budaya dan pendidikan nasional menyebutkan budaya sebagai “daya dari budi” atau “buah budi” manusia dalam masyarakat. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan budi sebagai paduan dari akal perasaan manusia, sedangkan budi daya adalah segala usaha yang memberikan hasil atau nilai lebih dari suatu produk usaha manusia. Dalam bahasa Inggris, budaya disebut culture. Dalam bahasa Belanda, culture berasal dari bahasa latin colore yang berarti mengolah atau mengerjakan tanah. Dalam KBBI kata kultur diartikan sebagai budaya. Jadi istilah kultur, budaya, kebudayaan mempunyai pengertian yang sama.33

Menurut E.B Taylor, seorang ahli antropologi dari Inggris mengemukakan bahwa kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan lain-lain kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat penduduk kebudayaan tersebut.

32

Hassan Shadily, ”Tracy Spencer,” Ensiklopedi Islam, Vol 6, (Jakarta: PT. Ichatiar Baru Van Hoeve) h. 3608.

33

Menurut W.A Haviland seorang ahli antropologi dari Amerika Serikat menyatakan kebudayaan sebagai seperangkat peraturan atau norma yang memiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang apabila dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan prilaku yang dipandang layak dan dapat diterima.

Sedangkan menurut Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan cara belajar.

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli antropologi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan semata-mata merupakan sistem gagasan atau ide dalam bentuk kebiasaan, adat-istiadat, sistem nilai, dan norma, serta aturan-aturan. Dan kebudayaan merupakan keseluruhan dari sistem gagasan, kompleks prilaku, dan hasil dari gagasan dan prilaku.34

2. Pengertian Masyarakat Betawi

Sebelum penulis menjelaskan tentang pengertian Betawi, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan arti dari masyarakat itu sendiri.

Dalam bahasa Arab, masyarakat asal mulanya dari kata musyarak yang kemudian berubah menjadi musyarakat dan selanjutnya mendapatkan kesepakatan dalam bahasa Indonesia, yaitu masyarakat. Adapun pengertiannya adalah sebagai berikut : Musyarak artinya bersama-sama, lalu musyarakat artinya berkumpul berbersama-sama, hidup berbersama-sama, dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sedangkan pemakainnya dalam bahasa Indonesia telah disepakati dengan sebutan masyarakat.

Dalam bahasa Inggris masyarakat diterjemahkan menjadi Society, atau sebaliknya Society

diterjamahkan menjadi masyarakat. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa masyarakat

34

dapat diterjemahkan menjadi dua pengertian dalam bahasa Inggris, yaitu Society dan

Community.35

Jadi definisi di atas hanya bermaksud menjelaskan perbedaan lingkup masyarakat yang lebih luas daripada lingkup kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial hanya merupakan segmen-segmen atau bagian-bagian dari masyarakat. Dapat dikatakan pula bahwa kelompok sosial terdiri dari individu-individu, sedangkan masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Maka, kalau orang hendak mempelajari masyarakat perhatiannya mesti diarahkan kepada kelompok-kelompok social, bilamana orang hendak mempelajari kelompok, fokus perhatiannya harus ditujukan kepada individu-individu.

Kalau kita memandang kelompok-kelompok sebagai komponen-komponen masyarakat, kita dapat memberi definisi lain: “Masyarakat adalah suatu jalinan kelompok-kelompok sosial yang saling mengait dalam kesatuan yang lebih besar, berdasarkan kebudayaan yang sama”.36

Dalam definisi tersebut di atas, satu aspek lain hendak ditonjolkan, yaitu bahwa kelompok-kelompok yang ada di dalam masyarakat itu tidak hidup sendiri-sendiri, melainkan saling membutuhkan. Kelompok-kelompok itu hanya dapat hidup berkat adanya kesadaran akan perlunya kerja sama untuk saling memberi dan saling melengkapi kebutuhan bersama. Juga hendak ditonjolkan dasar lain, selain kebutuhan bersama yang memungkinkan mereka bersedia bekerja sama, yakni kebudayaan yang sama. Ini terbukti dari pengalaman umum yang terjadi dari zaman ke zaman, bahwa seseorang atau sekelompok orang sulit menggabungkan diri dengan masyarakat yang berkebudayaan lain.

Sedangkan jika didasarkan oleh faktor teritorial, yakni bahwa suatu masyarakat berada dan berlangsung dalam suatu daerah dengan batas-batas tertentu, maka definisi masyarakat

35

Abdul Syani, “Sosiologi Kelompok Dan Masalah Sosial“, (Jakarta : Fajar Agung, 1987). Cet, 1, h. 1-4.

36

hendaknya dirumuskan sebagai berikut: “Masyarakat adalah kesatuan yang tetap dari orang-orang yang hidup di daerah tertentu dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok, berdasarkan kebudayaan yang sama”.37

Suatu masyarakat, baik di dalam sebuah negara, kota, ataupun desa memiliki empat ciri khusus, yaitu (1) interaksi antar warga; (2) adat-istiadat, norma-norma, hukum serta aturan-aturan yang mengatur semua pola tingkah laku warga; (3) kontinuitas dalam waktu; (4) rasa identitas yang kuat yang mengikat semua warga. Itulah sebabnya suatu negara, kota, atau desa dapat kita sebut masyarakat (misalnya masyarakat Indonesia, masyarakat Filipina, masyarakat desa Trunyan, Masyarakat kota Jakarta, dan sebagainya).38

Adapun pengertian Betawi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah nama yang di berikan oleh orang Belanda dahulu kota Jakarta, ibu kota Rebuplik Indonesia dewasa ini, berasal dari kata Batavia. Kota Betawi didirikan oleh Jan Pierterszoon coen pada tahun 1819 sesudah berperang dengan pangeran Jakarta dan mangkubumi Banten.39

Menurut Hasan Shadily dalam Ensiklopedia Indonesia, menyatakan Betawi adalah sebutan orang pribumi terhadap Batavia (nama Jakarta pada zaman penjajahan Belanda). Ciri khas orang Betawi bisa dikenal dari bahasa dibelakangnya yang banyak menggunakan E dan In pada akhir kata seperti siape, dimane, ditungguin, dikerjain dan lain sebagainya. Suku betawi bisa juga dikenal dengan ciri-cirinya secara jelas pada akhir abad ke-19 atau + ke-17, ketika terjadi akulturasi, asimilasi, pencampuran antara suku etnis yang bermukim di Sunda kelapa, kemudian Jayakarta dan Batavia. Sebelum menjadi Jakarta, orang Betawi penjelmaan dari pencampuran berbagai suku bangsa di Jakarta (orang Melayu, Bali, Sunda, Jawa, Sumbawa,

37

D. Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, h. 75

38

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Cet. Ke-3, Jilid 1, h. 121

39

Badaduan dan Sultan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1996), h. 177.

Sulawesi Selatan dan lain-lain). Seni Betawi pun mencerminkan pencampuran suku tersebut, seperti : sambrah, gambang kromong, tari topeng, gambus, rebana, pencak silat, lenong dan lain-lain. Betawi juga merupakan suku asli Jakarta yang mendiami wilayah sampai daerah perbatasan Jawa Barat, seperti Tanggarang Bogor, Bekasi, dan Karawang.40

Sementara Ridwan Saidi menyatakan bahwa secara umum nama Betawi diyakini berasal dari kata Batavia, yaitu nama yang digunakan penjajah Belanda untuk menyebut kota yang sebelumnya dikenal dengan Sunda Kelapa.41

Lebih lanjut Ridwan Saidi menyatakan dalam buku Profil Orang Betawi, Asal Muasal,

Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya, bahwa Betawi adalah sebuah suku yang berdomisili di

Jakarta dan sekitarnya yang menjadi penduduk asli Jakarta. Betawi juga merupakan suku terlama yang ada di Indonesia.42

Sifat yang amat diperlukan oleh manusia Indonesia dalam menyongsong milenium ke tiga adalah tahan uji, inovatif, kreatif, percaya diri, ulet, legaliter, dan demokratis. Kalaupun tidak semuanya, sebagian sifat-sifat yang terurai itu secara potensial mengedap dalam kebudayaan Betawi. Namun bagi masyarakat luas, sifat yang paling menonjok bagi orang Betawi adalah seleranya yang tinggi terhadap humor. Boleh dikatakan tidak ada orang Betawi, baik tua atau muda, baik perempuan atau laki –laki, yang tidak dapat melucu. Bias-bias humor itu terasa pada setiap bentuk komunikasi orang Betawi, sekalipun dalam memberi nasehat yang mestinya seratus persen serius.43

Masyarakat Jakarta dalam perpektif nasional secara keseluruhan merupakan orang Betawi, namun jika di tarik kedalam perspektif kultural, maka orang Betawi adalah orang dengan

40

Hassan Shadily, ”Besi,” Ensiklopedi Indonedia,, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve), Vol. 1, h. 458

41

Ridwan Saidi, Orang Betawi dan Modernisasi, (Jakarta: LSIP, 1994), Cet. Ke-1, h. 2.

42

Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya, (Jakarta: PT. Gunara Kata, 2001), h. 7

43

jumlah tertentu yang memiliki norma, sistem sosial, dan tingkah laku tersendiri, dan tentunya mereka telah lama menetap di Jakarta. Jadi makna Betawi adalah suku asli yang menempati pertama kalinya kota Jakarta atau yang dulu lebih dikenal dengan nama Sunda kelapa. Suku Betawi juga termasuk suku terlama yang ada di negeri ini, jadi mereka bukanlah suku yang baru-baru saja mucul atau istilah Ridwan Saidi adalah, ‘suku yang tulangnya masih muda'.44

Betawi adalah mosaik kebudayaan yang memiliki teksture Islami tanpa kehilangan nuasa tradisionalnya. Karena peran Jakarta menjadi semakin penting sebagai Ibukota negara, maka dengan sendirinya tata pergaulan dan bahasa yang digunakan masyarakat Jakarta menjadi parameter modernisme bagi orang-orang daerah. Maka, peran komunitas Betawi dalam modernisasi Indonesia menjadi makin penting. Untuk menyongsong milenium ketiga dalam beberapa tahun sejak sekarang, diperlukan suatu perencanaan kebudayaan yang memperhitungkan kedudukan strategis kebudayaan Betawi dalam mandala kebudayaan Nasional. Apalagi wilayah kebudayaan Betawi makin luas melebihi wilayah administrasinya. Dan orang Betawi itu merupakan inti masyarakat Jakarta.45

Kematian adalah akhir dari siklus kehidupan manusia. Bagi orang Betawi kematian adalah sesuatu yang nyata yang akan dihadapi pleh manusia. Menghadapi kenyataan kematian, orang Betawi bersedih, bahkan menangis, tetapi tidak meratap-ratap. Sanak keluarga, para tetangga, bahkan orang yang tidak kenal dengan almarhum, berkunjung ke rumah duka. Menyelipkan uang selawat di baskom yang berisi beras yang ditutupi kain putih. Dan penguburan jenasah harus disegerakan. Sedapat mungkin jenasah dikubur di hari yang sama

44

Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadat, h. 7.

45

dengan hari kematiannya, paling lambat sebelum waktu Magrib tiba. Pemakaman tidak dilakukan malam hari. Wanita tidak ikut mengantar ke kubur.46

Selamatan bagi masyarakat diadakan di hari ke-3, ke -7, dan ke-40 dengan mengundang kerabat untuk tahlilan. Upacara kematian diselenggarakan dengan berpegang kepada ajaran dan tradisi Islam.47

Dari beberapa pandangan para pakar, sebagaimana diuraikan di atas, yang dimaksud dengan Betawi adalah penduduk asli Jakarta yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu.

Berdasarkan uraian di atas tentang pengertian masyarakat dan Betawi, maka yang dimaksud dengan masyarakat Betawi adalah sebuah komunitas penduduk asli yang bermukim di Jakarta dan sekitanya, yang terbentuk dari interaksi antara bebagai suku atau etnik.

Biasanya masyarakat Betawi yang dikenal sebagai masyarakat tradisionalis, religius dan kental dengan nuansa Islam maka Ramadhan memiliki arti penting bagi masyarakat Betawi. Sepekan menjelang Ramadhan atau sebelum masuknya bulan puasa, masyarakat Betawi pada umumnya lakukan tradisi ziarah ke kubur dan munggahan (silaturahmi kerumah keluarga dan kerabat terdekat). Bagi mereka yang orang tua atau keluarganya telah meninggal dunia maka mereka menziarahi makam atau kubur untuk mendoakan, sedangkan yang keluarganya masih hidup maka wajib datang untuk bersilaturahmi dan saling bermaafkan agar dalam menjalankan puasa di bulan Ramadhan lebih afdhol dan khusyu.48

Kegiatan ziarah kubur yang menjadi rutinitas pada masyaakat Betawi ini, bukan hanya dilaksanakan pada menjelang bulan Ramadhan saja, melainkan pada waktu kapan saja, tetapi

46

Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadat, h, 160

47

Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadat,. h. 160.

48

Bo/Babe, “ Tradisi Ziarah dan Munggahan,” artikel diakses pada 06/10/2005 dari Website:

yang paling idealnya dilaksanakan pada bulan Hijriah, yaitu pada bulan Dzulhijjah, Muharram, Rajjab, pertengahan bulan Sya’ban (Roahan), dan pada bulan Syawal.

BAB III

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

A. Letak Geografis

Jakarta yang berstatus sebagai ibu kota negara Republik Indonesia merupakan suatu kawasan administratif kota yang terletak pada 106° 48’ Bujur Timur dan 11° 15’ Lintang Selatan. Letaknya itu memasukkannya ke dalam daerah tropik sehingga suhu udaranya tinggi, yakni rata-rata 27° C. Sebagai bagian Indonesia, Jakarta dipengaruhi oleh angin muson dengan kelengasan udara berkisar antara 80-90 %.

Kawasan ini terletak di daratan rendah pantai utara bagian barat Pulau Jawa. Ketinggian maksimal di bagian utara (Tanjung Priok) adalah 7 meter di atas permukaan laut dan makin ke selatan medannya relatif bergelombang. Daerah yang sangat datar kira-kira mulai dari Banjir Kanal ke arah laut sehingga dearah ini sering dilanda banjir di musim hujan. Di pantai Jakarta terdapat juga rawa-rawa.49

Sedangkan letak makam Muallim Kiyai Haji Muhammad Syafi’i Hadzami berada di Yayasan Al-Asyirotusy Syafi’iyyah di jalan KH. M. Syafi’i Hadzami, Kampung Dukuh Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Berdiri di atas area tanah secara keseluruhan seluas 1 : 12500 meter berada di pinggir jalan raya, jarak makam Muallim Kiyai Haji Muhammad Syafi’i Hadzami ± 900 meter, dari kantor Kelurahan Kebayoran Lama Utara, ± 700 meter dari kantor Kecamatan Kebayoran Lama dan Polsek, serta dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Sultan Iskadar Muda (Kel. Grogol Selatan) 2. Sebelah Timur : Gandaria (Kel. Keramat Pela)

49

Tim Penyusun Department Pendidikan dan Kebudayaan, Perkampungan Di Pekotaan Sebagai Proses Adaptasi Sosial Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, (Jakarta : Depdikbud, 1985),

3. Sebelah Selatan : Bungur (Kel. Kebayoran Lama Selatan) 4. Sebelah Barat : Peninggaran Timur (Kel. Keb. Lama Utara)

Untuk datang ke makam Muallim Kiyai Haji Muhammad Syafi’i Hadzami sangat mudah apabila ingin berziarah, bisa dari arah Ciputat, Lebak Bulus, Pondok Pinang, dan lebih dekat lagi dari arah Kebayoran Lama. Lokasinya bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Jika menggunakan kendaraan umum bisa naik mikrolet DO1 jurusan Ciputat Kebayoran Lama dan metromini 85 jurusan Lebak Bulus Kali Deres. Jika dari arah Ciputat turun di Alteri menyeberangi jalan kearah Jl. KH. M. Syafi’i Hadzami letaknya tidak jauh ± sekitar 50 meter.

Jangan takut kesasar menuju makam Muallim Kiyai Haji Muhammad Syafi’i Hadzami karena penduduk asli setempat pada umumya pasti sudah mengenal sosok Muallim Kiyai Haji Muhammad Syafi’i Hadzami, dan beliau ini pendiri Yayasan Al-Asyirotusy-Asyafi’iyyah.

B. Biografi Muallim KH. M. Syafi’i Hadzami

Muhammad Syafi’i. Itulah nama yang diberikan oleh pasangan Bapak Muhammad Saleh Raidi dan Ibu Mini untuk anak tertua mereka yang lahir pada tanggal 31 Januari 1931 M bertepatan dengan 12 Ramadhan 1349 H. Di kemudian hari ia lebih dikenal dengan nama Syafi’i Hadzami atau lengkapnya KH. M. Syafi’i Hadzami. Oleh anak-anak dan cucunya, ia kini biasa dipanggil jid (dari kata bahasa arab yang berarti kake). Ada pula yang memanggil buya.

Sedangkan murid-muridnya biasa menyebutnya dengan sebutan Muallim. Nama Hadzami sebutan dari salah seorang sahabatnya, karena kepintaran beliau. Di kemudian hari nama Hadzami menjadi sangat melekat pada dirinya dan banyak orang mengira bahwa Syafi’i

Dokumen terkait