• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Penyajian dan Analisis Data

 

lainnya sampai-sampai Faisal paham dan sedikit banyak mengetahui karakter atau sifat-sifat, serta latar belakang mereka.

Dari peristiwa itu Faisal menemukan kejanggalan dalam diri ketiga temannya itu yakni, dari awal sampai sekarang Pambudi, Pepeng, dan Yudi belum bisa merasakan fasilitas duduk di bangku sekolah, bermain dihalaman sekolah serta mendapatkan ilmu pengetahuan dari sekolah. mereka hanya bisa memagut dagu ketika melihat anak-anak pergi bersekolah.

Kejadian itu membuat munculnya suatu kecemasan dalam diri tokoh utama, ialah tokoh utama Faisal dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah

karya Wiwid Prasetyo. Orang yang merasa terancam umumnya adalah orang yang penakut, kalau das Ich (id) atau ego mengontrol soal ini, maka orang lalu menjadi dikejar oleh kecemasan atau ketakutan. Oleh sebab itu fungsi kecemasan itu sendiri ialah sebagai tanda adanya bahaya yang akan terjadi, suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan.

4.2 Penyajian dan Analisis Data

4.2.1 Penyajian Data

Penelitian ini menggunakan obyek sebuah novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah” karya Wiwid Prasetyo, pada teksnya terhadap leksia. Berdasarkan sifat representatifnya tanda pada teks novel tersebut diterjemahkan ke dalam struktur dasar elemen literature fisik. Elemen tersebut adalah elemen yang digunakan mengindetifikasi hal yang akan dicari, sebelum melangkah ke tahap interpretasi. Elemen-elemen dasar itu adalah latar belakang novel Orang Miskin Dilarang

41   

Sekolah yaitu kemiskinan dan kecemasan yang dialami oleh tokoh utama dalam novel ini.

Corpus pada penelitian ini adalh teks novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo berupa leksia-leksia yang mengandung unsur kemiskinan. Dalam teks novel Orang Miskin Dilarang Sekolah terdapat 8 leksia yang menunjukkan adanya unsur kemiskinan :

1. Mau miskin, mau kaya, tiap orang punya kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.(hal 97)

2. Tetapi meskipun begitu, penampilan mereka lain dari biasanya.

Mereka memakai celana pendek sepaha berwarna merah, tanpa sabuk, dan baju putih yang telah kusam, di pundaknya melingkar tas cangklong berwarna putih, rupanya tas karung gandum itulah penanda kalau mereka kini telah sekolah. (hal 86)

3. Kok, kelasnya cuma seperti ini, aku kira mewah, kata Yudi

memandang ruang sekolah dari luar. Huss, yang penting belajarnya, bukan ruangannya, Aku mencoba menyadarkan mereka dengan tujuan semula. (hal 87)

4. Iya Pak, maaf Pak kalau pakaian kami seperti ini, karena kami memang tak punya uang untuk membeli seragam baru dan tas seperti murid-murid disini.(hal 91)

42   

5. Tabungan kami tak cukup untuk membeli sepatu , sepatu paling

rombeng sekalipun harganya diatas dua puluh ribu, itu uangku menyambit rumput selama sepuluh hari, kata Pambudi dengan raut muka memelas. (hal 91)

6. Meskipun satu dua orang murid-murid di I-2 adalah anak orang kaya, tetapi mereka tak dapat mempengaruhi murid-murid lainnya yang berekonomi sedang, mereka tenggelam dalam alam demokrasi yang tanpa sadar mereka lakukan, hanya saja untuk menguji mental anak baru, agaknya satu pelajaran untuk menguji mereka harus mereka lalui. (hal 95)

7. Rata-rata murid di SD Kartini berasal dari golongan ekonomi

menegah, satu dua murid justru berasal dari golongan high class. (hal 95)

8. Aku tahu, sekolah ini punya banyak keringanan biaya untuk murid berprestasi termasuk untuk orang yang tidak mampu. Kepala sekolah yang memberitahukannya sendiri melalui sosialisasi di kelas atau ditempel di papan pengumuman. Aku tak ingin hanya gara-gara biaya, semangat mereka pupus di tengah jalan. (hal 83)

2.2 Hasil Analisis Data

Berikut ini adalah kolom yang menjelaskan kalimat dalam leksia yang menunjukkan adanya kemiskinan, selengkapnya sebagai berikut :

43   

Leksia Kalimat Yang menunjukkan Adanya Kemiskinan

Leksia 1 Mau miskin, mau kaya, tiap orang punya kesempatan yang sama

untuk memperoleh pendidikan.

Leksia 2 Tetapi meskipun begitu, penampilan mereka lain dari biasanya. Mereka memakai celana pendek sepaha berwarna merah, tanpa sabuk, dan baju putih yang telah kusam, di pundaknya melingkar tas cangklong berwarna putih, rupanya tas karung gandum itulah penanda kalau mereka kini telah sekolah

Leksia 3 Kok, kelasnya cuma seperti ini, aku kira mewah, kata Yudi

memandang ruang sekolah dari luar. Huss, yang penting belajarnya, bukan ruangannya, Aku mencoba menyadarkan mereka dengan tujuan semula

Leksia 4 Iya Pak, maaf Pak kalau pakaian kami seperti ini, karena kami memang tak punya uang untuk membeli seragam baru dan tas seperti murid-murid disini

Leksia 5 Tabungan kami tak cukup untuk membeli sepatu , sepatu paling

rombeng sekalipun harganya diatas dua puluh ribu, itu uangku menyambit rumput selama sepuluh hari, kata Pambudi dengan raut muka memelas

Leksia 6 Meskipun satu dua orang murid-murid di I-2 adalah anak orang

kaya, tetapi mereka tak dapat mempengaruhi murid-murid lainnya yang berekonomi sedang, mereka tenggelam dalam alam demokrasi yang tanpa sadar mereka lakukan, hanya saja untuk menguji mental

44   

anak baru, agaknya satu pelajaran untuk menguji mereka harus mereka lalui.

Leksia 7 Rata-rata murid di SD Kartini berasal dari golongan ekonomi

menegah, satu dua murid justru berasal dari golongan high class. Leksia 8 Aku tahu, sekolah ini punya banyak keringanan biaya untuk murid

berprestasi termasuk untuk orang yang tidak mampu. Kepala sekolah yang memberitahukannya sendiri melalui sosialisasi di kelas atau ditempel di papan pengumuman. Aku tak ingin hanya gara-gara biaya, semangat mereka pupus di tengah jalan

Berikut ini adalah kolom yang menjelaskan penggolongan leksia kedalam kode pemmbacaan menurut Roland Barthes beserta kalimat mana dalam leksia tersebut yang menunjukkan salah satu kode pemmbacaan, yaitu:

Kode Pembacaan Leksia Kalimat yang menunjukkan Kode Pembacaan

Pada Leksia

Hermeneutik Leksia 4 Iya Pak, maaf Pak kalau pakaian kami seperti

ini, karena kami memang tak punya uang untuk membeli seragam baru dan tas seperti murid-murid disini

Leksia 5 Tabungan kami tak cukup untuk membeli sepatu , sepatu paling rombeng sekalipun harganya diatas dua puluh ribu, itu uangku menyambit

45   

rumput selama sepuluh hari, kata Pambudi dengan raut muka memelas

Leksia 2 Tetapi meskipun begitu, penampilan mereka lain dari biasanya. Mereka memakai celana pendek sepaha berwarna merah, tanpa sabuk, dan baju putih yang telah kusam, di pundaknya melingkar tas cangklong berwarna putih, rupanya tas karung gandum itulah penanda kalau mereka kini telah sekolah

Leksia 8 Aku tahu, sekolah ini punya banyak keringanan biaya untuk murid berprestasi termasuk untuk orang yang tidak mampu. Kepala sekolah yang memberitahukannya sendiri melalui sosialisasi di kelas atau ditempel di papan pengumuman. Aku tak ingin hanya gara-gara biaya, semangat mereka pupus di tengah jalan

Semik Leskia 1 Mau miskin, mau kaya, tiap orang punya

kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan

Simbolik Leksia 6 Meskipun satu dua orang murid-murid di I-2

adalah anak orang kaya, tetapi mereka tak dapat mempengaruhi murid-murid lainnya yang berekonomi sedang, mereka tenggelam dalam

46   

alam demokrasi yang tanpa sadar mereka lakukan, hanya saja untuk menguji mental anak baru, agaknya satu pelajaran untuk menguji mereka harus mereka lalui.

Proaretik Leksia 3 Kok, kelasnya cuma seperti ini, aku kira mewah,

kata Yudi memandang ruang sekolah dari luar. Huss, yang penting belajarnya, bukan ruangannya, Aku mencoba menyadarkan mereka dengan tujuan semula

Gnomic Leksia 7 Rata-rata murid di SD Kartini berasal dari

golongan ekonomi menegah, satu dua murid justru berasal dari golongan high class.

47   

1. Kode Hermeneutik

Leksia 4 (Hal 91)

Iya Pak, maaf Pak kalau pakaian kami seperti ini, karena kami memang tak punya uang untuk membeli seragam baru dan tas seperti murid-murid disini

Leksia di atas digolongkan dalam kode pembacaan Hermeneutik (Kode teka-teki) karena terdapat sebuah narasi yang dapat mempertajam permasalahan, menciptakan ketegangan sebelum memberikan pemecahan atau jawaban. Dari leksia ini terdapat kalimat berkelit dari kemiskinan yang terdapat pada kata, “Iya Pak, maaf Pak kalau pakaian kami seperti ini, karena kami memang tak punya uang untuk membeli seragam baru dan tas seperti murid-murid disini” dapat diartikan faktor ekonomi yang membuat mereka tidak punya yang di punyai oleh orang lain.

Bahwa adanya kemiskinan dalam keadaan yang mereka punya sekarang serba kekurangan, sama sekali berbeda dengan kebanyakan orang yang mempunyai segalanya.

Penanda : Iya Pak, maaf Pak kalau pakaian kami seperti ini, karena kami memang tak punya uang untuk membeli seragam baru dan tas seperti murid-murid disini

Petanda : Menjelaskan kata uang yaitu mata rupiah

48   

dipunyai oleh orang lain tidak dipunyai oleh diri mereka Penanda Konotatif : karena kami

memang tak punya uang untuk membeli seragam baru dan tas seperti murid-murid disini

Petanda Konotatif : Pada penggunaan kata uang memiliki makna semua yang ada di dunia berhubungan uang

Tanda Konotatif : Dari leksia ini adanya unsur kemiskinan yaitu ketidakpunyaan barang atau sesuatu, dikarenakan faktor ekonomi yang kurang, dan keadaan yang tidak memungkinkan mereka untuk mendapatkannya.

Leksia 5 (Hal 91)

Tabungan kami tak cukup untuk membeli sepatu , sepatu paling rombeng sekalipun harganya diatas dua puluh ribu, itu uangku menyambit rumput selama sepuluh hari, kata Pambudi dengan raut muka memelas

Leksia di atas digolongkan dalam kode pembacaan hermeneutik (Kode teka-teki), sebuah narasi yang dapat mempertajam permasalahan, menciptakan ketegangan misteri dan misteri sebelum memberikan pemecahan atau jawaban. Dari leksia ini terdapat kalimat yang menggambarkan kemiskinan yang terdapat pada kata, “Tabungan kami tak cukup untuk membeli sepatu , sepatu paling rombeng sekalipun harganya diatas dua puluh ribu, itu uangku menyambit rumput selama sepuluh hari, kata Pambudi dengan raut muka memelas”, dapat diartikan keinginan untuk bersekolah memang ada, tetapi faktor ekomoni lah yang

49   

membuat ia tak bisa sekolah, untuk membeli sepatu pun ia harus menyabit rumput hingga 10 hari.

Bahwa adanya kemiskinan dalam leksia ini karna faktor ekonomi yang dialaminya, sampai membeli sebuah sepatu pun sebegitu susahnya.

Penanda : Tabungan kami tak cukup untuk membeli sepatu , sepatu paling rombeng sekalipun harganya diatas dua puluh ribu, itu uangku menyambit rumput selama sepuluh hari, kata Pambudi dengan raut muka memelas

Petanda : Menjelaskan kata muka memelas yaitu raut wajah yang meminta sesuatu

Tanda Konotatif : Pada leksia ini menjelaskan bahwa kemiskinan yang mereka alami semua karna faktor ekonomi yang kurang

Penanda Konotatif : Tabungan kami tak cukup untuk membeli sepatu , sepatu paling rombeng sekalipun harganya diatas dua puluh ribu

Petanda Konotatif : Pada penggunaan kata muka memelas memiliki makna mimik wajah seseorang yang perlu dikasihani

Tanda Konotatif : Dari leksia ini adanya unsur kemiskinan yaitu memiliki sebuah tabungan pun mereka tetap saja tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, untuk mendapatkan sepatu saja mereka harus bersusah payah mendapatkannya.

50   

Leksia 2 (Hal 86)

Tetapi meskipun begitu, penampilan mereka lain dari biasanya. Mereka memakai celana pendek sepaha berwarna merah, tanpa sabuk, dan baju putih yang telah kusam, di pundaknya melingkar tas cangklong berwarna putih, rupanya tas karung gandum itulah penanda kalau mereka kini telah sekolah

Leksia di atas digolongkan dalam kode pembacaan Hermeneutik (Kode teka-teki) karena terdapat pemanasan masalah (ketegangan) melalui kata, rupanya tas karung gandum itulah penanda kalau mereka kini telah sekolah, dapat diartikan bahwa mereka mulai bersekolah dengan apa adanya, tas karung gandum sebagai tanda mereka mulai berskolah.

Adanya kemiskinan disini dalam faktor ekonomi, faktor ekonomilah yang membuat mereka seperti itu, tas saja terbuat dari karung gandum.

Penanda : Tetapi meskipun begitu, penampilan mereka lain dari biasanya. Mereka memakai celana pendek sepaha berwarna merah, tanpa sabuk, dan baju putih yang telah kusam, di pundaknya melingkar tas cangklong berwarna putih, rupanya tas karung gandum itulah penanda kalau mereka kini telah sekolah

Petanda : Menjelaskan kata tas gandum yaitu karung yang dibuat menjadi tas

51   

Tanda Konotaif : Pada leksia ini menjelaskan bahwa ketidakmampuan orang tua karna faktor ekonomi yang kurang

Penanda Konotatif : di pundaknya melingkar tas cangklong berwarna putih, rupanya tas karung gandum itulah penanda kalau mereka kini telah sekolah

Petanda Konotatif : Pada penggunaan kata tas gandum memiliki makna karung gandum yang seharusnya untuk mengisi gandum, malah dibikin tas oleh mereka

Tanda Konotatif : sekali lagi faktor ekonomi yang membuat mereka tidak bisa merasakan apa yang tidak dipunyai oleh orang lain, sampai tas pun mereka menggunakan karung gandum sebagai tas.

Leksia 8 (hal 83)

Aku tahu, sekolah ini punya banyak keringanan biaya untuk murid berprestasi termasuk untuk orang yang tidak mampu. Kepala sekolah yang memberitahukannya sendiri melalui sosialisasi di kelas atau ditempel di papan pengumuman. Aku tak ingin hanya gara-gara biaya, semangat mereka pupus di tengah jalan

Leksia di atas digolongkan dalam kode pembacaan Hermeneutik (Kode teka-teki) karena terdapat pemanasan masalah (ketegangan) melalui kata Aku tak ingin hanya gara-gara biaya, semangat mereka pupus di tengah jalan dapat diartikan bahwa mereka tak perlu mengawatirkan biaya yang membuat semangat mereka hilang.

52   

Adanya kemiskinan disini dalam faktor ekonomi, faktor ekonomi yang membuat mereka tak bisa merasakan bangku sekolah, tetapi dengan adanya bantuan dari sekolah maka masalah pembayaran bisa ditangani oleh pihak sekolah.

Penanda : Aku tahu, sekolah ini punya banyak keringanan biaya untuk murid berprestasi termasuk untuk orang yang tidak mampu. Kepala sekolah yang memberitahukannya sendiri melalui sosialisasi di kelas atau ditempel di papan pengumuman. Aku tak ingin hanya gara-gara biaya, semangat mereka pupus di tengah jalan

Petanda : Menjelaskan kata keringanan biaya yaitu mempermudah dalam hal biaya

Tanda Konotaif : Pada leksia ini menjelaskan bahwa sekolah bisa memberikan keringanan pada orang yang kurang mampu

Penanda Konotatif : Aku tahu, sekolah ini punya banyak keringanan biaya untuk murid berprestasi termasuk untuk orang yang tidak mampu.

Petanda Konotatif : Pada penggunaan kata keringanan biaya memiliki makna mengurangi beban seseorang dalam hal biaya

Tanda Konotatif : sekali lagi faktor ekonomi yang membuat mereka tidak bisa merasakan enaknya sekolah, tapi dengan adanya program dari sekolah dalam hal peringanan biaya semua bisa teratasi.

53   

2. Kode Semik

Leksia 1 (halaman 97)

Mau miskin, mau kaya, tiap orang punya kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.

Leksia di atas digolongkan dalam kode pembacaan Semik atau kode konotatif karena kilasan makna dalam narasi ini. Terdapat pada “Mau miskin, mau kaya, tiap orang punya kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan”.

Kemiskinan pada leksia ini terlihat adanya petunjuk, isyarat dari kilasan makna tersebut. Dapat diartikan bahwa adanya stereotype yang melekat pada perbedaan ras. Untuk memperoleh pendidikan saja sulit, karna tiap orang selalu melihat dari golongan apa mereka.

Penanda : Mau miskin, mau kaya, tiap orang punya kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan

Petanda : Arti kata kesempatan adalah peluang

Tanda Denotatif : Pada leksia ini menunjukkan adanya kemiskinan yaitu pendidikan dimana-mana mahal, bagi orang miskin faktor ekonomi lah yang membuat mereka selalu dibeda-bedakan.

Penanda Konotatif : tiap orang punya kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.

Petanda Konotatif : Makna kata kesempatan adalah sebuah peluang dimana tidak akan datang ke dua

54   

kalinya

Tanda Konotatif : Pada leksia ini timbul strereotype bahwa semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, mau kaya atau miskin sama saja. Kemiskinan disini karna faktor ekonomi yang kurang.

3. Kode Simbolik

Leksia 6 (hal 95)

Meskipun satu dua orang murid-murid di I-2 adalah anak orang kaya, tetapi mereka tak dapat mempengaruhi murid-murid lainnya yang berekonomi sedang, mereka tenggelam dalam alam demokrasi yang tanpa sadar mereka lakukan, hanya saja untuk menguji mental anak baru, agaknya satu pelajaran untuk menguji mereka harus mereka lalui.

Leksia di atas digolongkan dalam kode pembacaan simbolik karena pengelompokan atau konfigurasi yang gampang dikenali karena kemunculannya yang berulang-ulang secara teratur melalui berbagai macam cara tekstual. Terdapat Pada ” Meskipun satu dua orang murid-murid di I-2 adalah anak orang kaya, tetapi mereka tak dapat mempengaruhi murid-murid lainnya yang berekonomi sedang, mereka tenggelam dalam alam demokrasi yang tanpa sadar mereka lakukan, hanya saja untuk menguji mental anak baru, agaknya satu pelajaran untuk menguji mereka harus mereka lalui.” dimaksud dari kata tersebut yaitu orang kaya selalu identik dengan kesombongan yang mereka punya dan selalu seenaknya . Adanya makna murid-murid yang dimaksud adalah sesama

55   

murid harus nya tidak saling menjatuhkan Sehingga kemiskinan disini akibat dari orang miskin selalu dipandang rendah oleh orang kaya.

Penanda : Meskipun satu dua orang murid-murid di I-2 adalah anak orang kaya, tetapi mereka tak dapat mempengaruhi murid-murid lainnya yang berekonomi sedang, mereka tenggelam dalam alam demokrasi yang tanpa sadar mereka lakukan, hanya saja untuk menguji mental anak baru, agaknya satu pelajaran untuk menguji mereka harus mereka lalui.

Petanda : Murid-murid adalah anak-anak yang berada dalam kelas di sekolah

Tanda Denotatif : Leksia ini menunjukkan kemiskinan akibat dari tidak adanya demokrasi dari teman-temanya.

Penanda Konotatif : mereka tenggelam dalam alam demokrasi yang tanpa sadar mereka lakukan, hanya saja untuk menguji mental anak baru, agaknya satu pelajaran untuk menguji mereka harus mereka lalui.

Petanda Konotatif : Murid-murid yang dimaksud adalah anak-anak sekolah yang seharusnya senang mendapatkan teman baru malah merasa dikucilkan

Tanda Konotatif : Adanya makna murid-murid yaitu murid yang seharusnya mengakrabkan diri mereka terhadap teman baru nya malah dibuat tidak nyaman

56   

akan kehadiran mereka, serasa mereka di asingkan dan tidak pantas bergaul satu sama lain.

4. Kode Proaretik

Leksia 3 (hal 87)

Kok, kelasnya cuma seperti ini, aku kira mewah, kata Yudi memandang ruang sekolah dari luar. Huss, yang penting belajarnya, bukan ruangannya, Aku mencoba menyadarkan mereka dengan tujuan semula

Leksia di atas digolongkan dalam kode pembacaan proaretik atau kode tindakan/ lakuan dianggapnya sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang. Pada kata “Kok, kelasnya cuma seperti ini, aku kira mewah, kata Yudi memandang ruang sekolah dari luar. Huss, yang penting belajarnya, bukan ruangannya, Aku mencoba menyadarkan mereka dengan tujuan semula” kata tersebut adalah tindakan-tindakan yang membuahkan dampak-dampak, dan masing-masing dampak memilki nama generik tersendiri yaitu Kok, kelasnya cuma seperti ini, aku kira mewah yang dimaksud adalah sebuah sindiran yang ia ucapkan dan ia lupa siapa dirinya, ia lupa kalau tujuan utamanya adalah sekolah bukan mencari hal-hal yang lain.

Kemiskinan muncul akibat adanya jalan pikiran seseorang yang dangkal akan sekolah, ia lupa kalau masuk sekolah saja sudah untung malah meminta lebih dari yang ia bayangkan.

57   

Penanda : Kok, kelasnya cuma seperti ini, aku kira mewah, kata Yudi memandang ruang sekolah dari luar. Huss, yang penting belajarnya, bukan ruangannya, Aku mencoba menyadarkan mereka dengan tujuan semula

Petanda : Pada kata kelas yang dimaksud adalah ruang belajar para murid

Tanda Denotatif : ia lupa yang seharusnya dilakukan disekolah hanyalah belajar bukan mencari fasilitas saja.

Penanda Konotatif : Kok, kelasnya cuma seperti ini, aku kira mewah

Petanda Konotatif : Makna kata kelas adalah sebuah ruang kelas yang mewah dan ber ac

Tanda Konotatif : Kemiskinan terjadi karena pemikiran seseorang yang dangkal dan lupa apa yang menjadi tujuan utamanya untuk datang ke sekolah, mereka malah mencari fasilitas yang mereka inginkan.

Kode Gnomic

Leksia 7 (hal 95)

Rata-rata murid di SD Kartini berasal dari golongan ekonomi menegah, satu dua murid justru berasal dari golongan high class.

Pada leksia tergolong dalam kode gnomic atau kode kultural banyak jumlahnya. Kode ini merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui

58   

dan dikodifikasi oleh perbedaan ras pada kata “Rata-rata murid di SD Kartini berasal dari golongan ekonomi menegah, satu dua murid justru berasal dari golongan high class.” yang dimaksud yang berada di SD biasanya Orang kaya dan bukanya orang miskin adanya perlakuan yang dikodifikasi oleh perbedaan ras

Adanya kemiskinan ditimbulkan karena peran orang kaya selalu

Dokumen terkait