• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV.2 Penyajian dan Analisis Data

Penyajian data dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara terhadap kesepuluh informan ini dengan acuan transkip pertanyaan yang telah dibuat. Adapun point-point pertanyaan yang dilakukan dalam wawancara mendalam terhadap informan yaitu:

1. Sebelumnya apakah Bapak/ Ibu pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia , apa yang dibenak Bapak/ Ibu ketika menonton Little Miss Indonesia di SCTV, apakah tayangan tersebut menghibur penonton?

2. Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu dibandingkan dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi?

3. Bagaimana pandangan Bapak/ Ibu terhadap tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai. Untuk mengikuti ajang pecarian bakat tersebut anak lebih dominan dipaksa atau didukung oleh orang tua mereka?

4. Bagaimana gambaran umum, Bapak/ Ibu melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia tersebut?

5. Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu, apakah tayangan ajang tersebut sangat bermanfaat dalam mengembangkan bakat anak-anak atau tidak?

6. Bapak/ Ibu lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi, berakting, berceramah, menari menampilkan tema pop atau tradisonal? 7. Menurut Bapak/ Ibu jika diantara anak didik tingkat TK dan SD disini ikut

ajang pencarian bakat anak LMI apakah mereka akan terganggu prestasinya?

IV.2.1 Informan Pertama

Nama informan pertama peneliti adalah ibu Adha Zulhaida, Spd. Ibu mengajar di kelas 1 SD Yayasan Perguruan Medan. Ibu berusia 27 tahun dan telah delapan tahun mengajar. Ibu bertempat tinggal di Komplek Veteran Medan.

Respon yang pertama ada dibenak informan ketika menonton tayangan Little Miss Indonesia Di SCTV yaitu Ibu Adha Zulhaida pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV dan ibu tersebut sangat terhibur menyaksikan tingkah lucu anak-anak kecil beraksi diatas pentas Televisi. Selain itu Ibu menyatakan jam tayang acara tersebut jam istirahat orang-tua sekitar pukul empat sore. Tanggapan dari Ibu Adha dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi menurut Ibu sama-sama menampilkan bakat anak-anak sejak kecil namun berbeda program acara saja. Pandangan Ibu Adha terhadap tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai sesuai penampilan kostum anak-anak tapi penampilan diatas pentas terkadang terlalu dewasa jadi terlihar kostum unsur anak-anaknya berkurang Untuk mengikuti ajang pecarian bakat tersebut didukung orang tuanya karena orang tua ikut mendampingi anaknya. Gambaran Ibu Adha melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia yaitu melihat, mengkomentari penampilan anak-anak yang memiliki bakat berbeda-beda. Tanggapan Ibu Adha tayangan ajang tersebut sangat bermanfaat melatih bakat anak-anak sejak dini saat masih kecil anak sudah dilatih dan jika umur mereka makin bertambah mereka tidak canggung lagi tampil didepan orang banyak

karena sudah dilatih dan terbiasa. Ibu Adha lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi lagu daerah bangga terhadap budaya sendiri, budaya Indonesia. Menurtu Ibu Adha, jika diantara anak didik tingkat TK dan SD di Yayasan Perguruan Budaya ikut ajang pencarian bakat anak Little Miss Indonesia menurut Ibu Adha mereka tidak terganggu asalkan bisa membagi waktu belajar dengan kegiatan acara kontes tapi umumnya anak harus memprioritaskan belajar. IV.2.2 Informan Kedua

Informan kedua peneliti yaitu Ibu Tri Wahyuningsih menjadi guru di kelas 5 SD Yayasan Budaya Medan baru delapan tahun lamanya. Ibu berusia 28 tahun dan bertempat tinggal di Jl Cempaka GG. Melati Medan.

Ibu Tri Wahyuningsih pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV sangat menghibur dan anak-anaknya lucu dan menggemaskan. Ibu menanggapi dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi sama-sama ajang yang mencari bakat anak namun kemasan acarannya berbeda. Pandangan Ibu Tri terhadap tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai cantik-cantik tapi terkadang terlalu dewasa untuk anak seusia mereka, pasti akan didukung oleh orangtua mereka. Ibu Tri melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia tersebut bijaksana tapi terkadang terlalu memaksa anak perform yang lain dari yang sudah pernah ditampilkan. Menurut Ibu Tri tayangan ajang tersebut sangat bermanfaat bagi pengembangan bakat anak. Ibu Tri lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyayi, menari tardisional mengembangkan budaya Indonesia. Menurtu Ibu Tri, jika diantara anak didik tingkat TK dan SD Yayasan Budaya Medan ikut ajang pencarian bakat anak Little Miss Indonesia mereka tidak akan terganggu prestasinya asal bisa membagi dan orangtua mau mengingatkan anak mereka.

IV.2.3 Informan Ketiga

Responden ketiga peneliti bernama Siti Nurhidayati mengajar di Kelas 1 SD, Ibu Siti berusia 22 tahun dan bertempat tinggal di jalan M Yacub Lubis Dusun IV Medan. Ibu baru setahun mengajar di Yayasan Budaya Medan.

Ibu Siti Nurhidayati pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV dan menghibur disaat anak menampilkan bakat kekanak-kanakan orangtua yang menonton pun pasti terhibur ingi anak meraka bisa tampil seperti anak-anak perempuan kecil mereka. Ibu Siti menanggapi tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi sama-sama mengasah bakat dan kemampuan anak di Tv, anak-anak LMI umumnya masih kecil di usia 5 tahun kebawah. Ibu Siti menilai tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai masih sesuai kostum anak-anak namun masih berpenampilan minim, didukung orang tua saat mereka tampil. Jika orang tua hanya ingin memaksa anak ikut ajang tersebut anak pun akan tidak percaya diri dan gugup saat tampil di depan penonton. Ibu Siti melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia, dewan juri memberi komentar yang mendukung agar anak-anak mau melatih bakat mereka lebih dalam lagi. Ibu menanggapi tayangan ajang tersebut sangat bermanfaat anak lebih terlihat kreatif untuk mengikuti acara itu dengan penampilan bakat masing-masing anak. Ibu Siti lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi sambil berakting acaranya lebih bervariasi. Menurut Ibu Siti, jika diantara anak didik tingkat TK dan SD Yayasan Budaya Medan ikut ajang pencarian bakat anak masih tergantung bagaimana anak bisa membagi waktu belajar dengan kegiatan itu karena bisa saja anak terikut dengan popularitas saja.

IV.2.4 Informan Keempat

Nama responden keempat peneliti bernama Ibu Sari Dewi, SE. Ibu berusia 32 tahun dan mengajar di kelas III SD di Yayasan Budaya Medan. Ibu Sari bertempat tinggal di jalan Letda Sujono Medan.

Respon dari Ibu Sari Dewi pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia acaranya sangat menghibur bagi anak-anak seumuran mereka saja dan para orang tua tentunya bangga melihat anak mereka tampil menyalurkan bakat meraka di pentas. Ibu Sari membandingkan dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi sama-sama mengasah bakat, namun LMI menampilkan bakat anak yang unik-unik. Ibu Sari menanggapi tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai lucu, polos dan pastinya didukung oleh orang tua. Ibu Sari melihat sikap dewan

juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia tersebut sesuai dengan ketentuan dan bagus dalam memberi masukan kritik kepada anak-anak perempuan khususnya tampilan kostum yang mereka pakai diatas pentas. Ibu Sari melihat tayangan ajang tersebut sangat bermanfaat bagi anak dalam mengembangkan bakat unik mereka. Ibu lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi, berakting karena bakat mereka sudah terlihat sejak kecil menyalurkan bakat kreatifitas mereka. Menurut Ibu Sari, jika diantara anak didik tingkat TK dan SD Yayasan Budaya Medan ikut ajang pencarian bakat anak LMI tidak akan terganggu bisa membagi waktu belajar mereka dan orang tua mampu mengkontrol anaknya saat tampil menjadi artis.

IV.2.5 Informan Kelima

Ibu Tiurlina Simanjuntak, SH mengajar sebagai guru kelas IV SD. Ibu berusia 38 tahun dan bertempat tinggal di Simalingkar. Ibu Tiur telah mengajar sekitar sembilan tahun di Yayasan Budaya Medan.

Ibu Tiur pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia dan tayangannya sangat menghibur. Para orang tua dan anak-anak perempuan mereka tampil diatas pentas Televisi. Tanggapan Ibu Tiur membandingkan dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi merupakan program acara mengasah kemampuan anak-anak namun berbeda di program stasiun televisi. Ibu Tiur menilai tampilan anak-anak perempuan diatas pentas sangat bagus tetapi jangan terlalu terbuka atau minim. Sangat didukung oleh orang tua saat tampil mengembangkan bakat anak karena mereka masih anak-anak perlu dukungan orang tuanya. Gambaran umum Ibu Tiur melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia tersebut sangat bijaksana, memberi semangat anak tersebut agar lebih mengembangkan bakatnya. Ibu menanggapi acara tersebut bermanfaat bagi perkembangan bakat anak. Ibu lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi dan menari tarian tradisonal daerah mereka. Menurut Ibu Tiurlina, jika diantara anak didik tingkat TK dan SD Yayasan Budaya Medan ikut ajang pencarian bakat anak LMI mereka tidak akan terganggu asal bisa membagi waktu antara sekolah dan kegiatan luar sekolah.

IV.2.6 Informan Keenam

Informan Keenam bernama Sukma Lestari, S.Pd.i mengajar sebagai guru IPA sekolah dasar. Ibu Sukma bertempat tinggal di M Yacob Lubis kota Medan.

Ibu Sukma Lestari pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia di

SCTV sangat menghibur penonton karena acaranya lucu. Tanggapan Ibu Sukma

dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi. Program acaranya sama mencari bakat anak, misalnya Aku princess, anak-anak perempuan terlihat girly, di LMI lebih menampilkan bakat unik bermain drum. Ibu Sukma menilai tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai terkadang terlalu dewasa bagi anak-anak, keseringan didukung orang tua penampilan kostum yang akan dipakai anak sesuai dipentas. Ibu Sukma melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia adil dan sesuai pilihan dewan juri menilai seluruh finalis Little Miss Indonesia. Ibu Sukma menanggapi acara ajang pencarian bakat anak-anak perempuan tersebut sangat bermanfaat dalam melatih kemampuan masing-masing bakat yang berbeda. Ibu Sukma lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menampilakan tema tradisional anak bangsa baik menyanyi, menari maupun berakting. Dan jika diantara anak didik tingkat TK dan SD Yayasan Budaya Medan menurut Ibu Sukma, ikut ajang pencarian bakat anak LMI mereka tidak terganggu, asalkan bisa membagi waktu dan orang tua harus bisa lebih memperhatikan dan mendukung anak mengikuti ajang pencarian bakat.

IV.2.7 Informan Ketujuh

Ibu Juliani mengajar sebagai guru TK di Yayasan Budaya Medan. Ibu Juliani bertempat tinggal bertempat tinggal di Jl.M Yacub Lubis Medan.

Ibu Juliani pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV acaranya menghibur penonton saat anak-anak tampil diatas pentas terlihat lucu. Ibu membandingkan dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi yaitu anak-anak menampilkan bakat masing- masing yang lucu, di LMI biasanya anak punya bakat unik bisa berakting sambil menyanyi. Ibu Juliani menilai tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai kostum bajunya lucu dan unik sesuai tema bakat yang akan ditayangkan. Tetap harus didukung oleh orang-tua mereka. Ibu Juliani

melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia tersebut menilai bakat anak yang berbeda dan memilih anak yang memiliki bakat unik. Ibu Juliani melihat ajang tersebut bermanfaat sekali untuk mengasah bakat yang ada dalam diri anak sejak kecil. Ibu lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat berakting memerankan tokoh diatas pentas. Jika diantara anak didik tingkat TK dan SD Yayasan Budaya Medan ikut ajang pencarian bakat anak LMI menurut Ibu Juliani, tidak akan terganggu dan mendukung tapi akhirnya menghabiskan waktu yang lama di acara tersebut, anak TK umumnya dominan banyak bermain dengan teman sebaya bukan ikut-ikutan yang nantinya anak tersebut terlihat tidak percaya diri tampil di depan TV.

IV.2.8 Informan Kedelapan

Bapak Benyamin Sembiring sebagai guru olahraga atau Penjaskes SD. Bapak berusia 42 tahun dam telah memiliki keluarga. Bapak Benyamin bertempat tinggal di jalan M Syuhada GG Harmonis Medan. Bapak benyamin sudah sekitar sepuluh tahun bekerja sebagai guru tetap dan seklagius staff administrasi siswa- siswi di Yayasan Budaya.

Bapak Benyamin Sembiring pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV. Acaranya mengibur untuk dijadikan tontonan anak-anak saja, terkadang anak laki-laki Bapak Benyamin tidak terlalu suka menonton LMI. Alasannya acara tersebut sangat monoton membosankan. Bapak Benyamin membandingkan dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi sangat bagus, karena penonton melihat keberanian kemampuan bakat anak-anak di Tv namun program acara Televisi sekarang hanya monoton, hampir sama semua jadi penonton terkadang bosan melihat acara yang serupa. Bapak Benyamin melihat tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai yang ditampilkan anak-anak diatas pentas wajar-wajar saja, harus ada batasan kostum yang dipakai anak di pentas. Didukung oleh orang tua mereka. Gambaran umum, Bapak Beyamin melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia tersebut adil memberi penilaian terhadap bakat anak-anak, memberi dukungan, mendidik anak lebih baik saat di atas pentas sesuai bakat berakting atau menyanyi mereka di Tv. Bapak Benyamin menanggapi tayangan tersebut sangat bermanfaat, mengibur ikut

mengasah bakat positif yang dimiliki anak. Bapak Benyamin lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi karena baik apabila anak punya bakat olah vokal sejak kecil dan itu dikembangkannya dan bisa meraih juara ke tahap selanjutnya jikalau kelak anak ingin menjadi penyanyi berbakat di dunia televisi. Jika diantara anak didik tingkat TK dan SD Yayasan Budaya Medan ikut ajang pencarian bakat anak LMI, Bapak Benyamin akan mendukung dan tidak terganggu asalkan anak-anak tersebut mampu membagikan waktu mereka antara sekolah dan mengasah bakat mereka. Karena lebih baik sebenarnya anak punya prestasi di sekolah dulu dibandingkan hanya menghabiskan banyak waktu di Tv. IV.2.9 Informan Kesembilan

Herbina Hasugian sebagai guru agama berusia 48 tahun, Ibu Herbina tinggal di jalan Binjai Km 7,5 Medan dan juga salah satu guru di SD negeri di kota medan. Beliau megajar di yayasan ini sebagai guru agama tingkat SD dan SMP di Yayasan Budaya Medan.

Ibu Herbina Hasugian pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV sangat mengibur karena penampilan anak-anak yang lucu. Ibu Herbina membandingka acara pencarian bakat yang banyak serupa dan sama-sama mengasah bakat dan ilmu pengetahuan mereka karena di acara tersebut anak-anak sebenarnya dilatih untuk belajar mengembangkan diri potensi bakat anak saja. Ibu Herbina menilai tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai sudah sesuai trend kostum baju anak-anak, penampilan rok bajunya biasanya tergantung dengan tema yang ditampilkan di pentas, kalau mereka tampil layaknya penyulap maka baju mereka juga sebagai penyulap anak- anak. Ibu Herbina melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia tersebut tidak membedakan finalis anak yang satu dengan finalis lain dan memberi kritikan yang membangun terhadap penampilan anak yang kurang baik dipentas dan mana penampilan anak yang baik. Ibu Herbina menanggapi acara LMI tersebut bermanfaat karena anak-anak lebih mandiri dan mampu mengasah bakat mereka. Ibu Herbina lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi sambil berakting seperti finalis Alipah asal Medan yang pintar ngomong berceloteh lucu dan mengibur penoton. Jika diantara anak didik tingkat TK dan SD Yayasa Budaya ikut ajang pencarian bakat anak LMI, Ibu Herbina

akan mendukung anak didik namun akan sedikit mengganggu. Antara orang tua dan anak mereka akan lebih menghabiskan tenaga, waktu, biaya mahal mengikuti acara itu. Sementara anak haruslah punya masa bermain dan bersekolah.

IV.2.10 Informan Kesepuluh

Ibu Wiyah guru yang mengajar bidang studi Matematika di tingkat SD ini masih berusia 24 tahun dan baru sekitar dua tahun mengajar.

Saat diwawancarai mengenai tayangan Little Miss Indoensia Ibu Wiyah pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV acara yang bagus, menggemaskan, acara yang bisa melatih mental keberanian anak sebagai ajang penampilan bakat anak, sehingga kemampuan anak yang diluar akademik pun semakin terasah. Ibu Wiyah membandingkan dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi sama-sama mencari bakat keunikan anak-anak yang berbeda. Ibu Wiyah melihat penampilan kostum yang lucu, mereka yang lepas tampil apa adanya tetap menunjukan kepolosannya anak- anak, menggemaskan dan di dukung orang tua bukan paksaan. Ibu Wiyah melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia tersebut sangat baik karena dewan juri tetap memuji atau memberi dukungan kepada anak-anak lepas dari kekurangan yang ditampilkan oleh anaka-anak tersebut. Ibu Wiyah menyukai acara tersebut karena sangat bermanfaat sehingga kemampuan/bakat anak lebih tersalurkan. Ibu Wiyah lebih suka penampilan finalis anak tersebut menari tradisional daerah. Jika diantara anak didik tingkat TK dan SD Yayasan Budaya Medan ikut ajang pencarian bakat anak LMI, Menurut Ibu Wiyah selama orang tua mampu memanage waktu belajar antara sekolah dan latihan saya rasa tidak.

IV.3 Pembahasan

Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: a) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

b) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut.

c) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak seseorang terhadap objek sikap.

Uraian tersebut peneliti ingin mengetahui anggapan atau pesepsi para guru menonton tayangan Little Miss Indonesia tersebut dimulai dari komponen kognitif yang berkaitan dengan pengetahuan guru memberi anggapan selama menonton tayangan tersebut, memberi pandangan mereka selama menonton, mampu memberi keyakinan guru bahwa tayangan tersebut mampu mengembangkan bakat anak. Dari komponen afektif (komponen emosional), guru suka atau tidak suka menonton tayangan Little Miss Indonesia di SCTV. Selain itu komponen konatif (komponen perilaku / action component) intensitas sikap, yaitu sikap para guru formal menunjukkan sikap para guru mendukung jika ada anak didik mereka mengikuti ajang pencarian bakat Little Miss Indonesia di SCTV.

Persepsi dari ke 10 informan secara umum mengenai tayangan ajang pencarian bakat Little Miss Indonesia sangatlah mendukung apabila anak didik sudah dibekali bakat mereka sejak kecil. Para guru saat diwawancari, mereka umumnya lebih suka melihat anak menyanyi dan berakting, lalu menari tradisional daerah. Bakat-bakat yang tersalur tersebut haruslah didukung penuh oleh orang tua mereka saat tampil. Anggapan para guru formal di Yayasan Perguruan Medan ini sangat suka dan terhibur saat menyaksikan tayangan Little Miss Indonesia. Umumnya para guru di Yayasan Budaya Medan melihat anak

yang mengikuti ajang tersebut pasti akan semakin terlatih. Anak yang menyalurkan bakatnya sejak usia dini maka tingkat kreatifitas semakin tinggi Namun acara tayangan pencarian bakat seperti Little Miss Indonesia ini sudah banyak yang serupa di program televisi lain sebelumnya. Jadi salah satu bapak guru berpendapat acara tersebut akan cepat habis rating tayangannya disebabkan sifat acaranya monoton dan membosankan penonton.

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang persepsi para guru menonton tayangan ajang Little Miss Indonesia di SCTV terhadap kesepuluh informan yang berlatar belakang agama, suku, usia, dan jenis kelamin yang berbeda, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pesepsi dari para guru TK dan SD menonton tayangan Little Miss Indonesia tersebut dimulai dari komponen kognitif yang berkaitan

Dokumen terkait