• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

B. Penyajian Data dan Analisis

Secara berurutan akan disajikan data data hasil penelitian yang mengacu pada fokus masalah.

1. praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak kecamatan Sumberjambe kabupaten Jember.

Hutang-Piutang dalam bentuk pemberian modal merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh warga Desa Cumedak dalam menjalankan kegiatan ekonominya terutama untuk menggarap sawahnya untuk mempertaruhkan kelangsungan usahanya, untuk berkembang dan mendapatkan laba berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka dalam menggarap sawah dan menjual panen sehingga tidak rugi maupun yang lainnya.

Dari hasil analisis wawancara permodalan bersyarat di Desa Cumedak kami menemukan data mengenai praktik dan pemahaman yang dilakukan masyarakat tentang permodalan bersyarat, yaitu sebagai berikut:

a. Unsur permodalan bersyarat yang ada di masyarakat

Unsur permodalan permodalan bersyarat yang mereka pahami yaitu: pemberi modal, penerima modal, barang yang dijadikan modal (objek modal), ijab qobul. Hal ini berdasarkan keterangan yang disampaikan pemberi modal dan penerima modal sebagai berikut:

“delem permodalan ruah koduh bedeh oreng se maenjem modal, oreng se nginjem modal, ijab qobul, ben bereng se eyotangaghi”.64

(dalam permodalan itu harus ada orang pemberi modal, orang peminjam modal ijab qobul, dan barang yang dihutangkan)

“Mun delem permodalan koduh bedeh oreng se nginjem modal, se maenjem modal, ijab qobul, ben bereng se eyotangaghi”.65

(kalau dalam permodalan harus ada orang orang peminjam modal, pemberi modal, ijab qobul, dan barang yang dihutangkan)

“Onggunah mun permodalan edinnak yeh koduh bedeh oreng se nginjem modal, se maenjem modal, ijab qobul, ben bereng se eyotangaghi”.66

(sesungguhnya kalau permodalan di daerah sini ya harus ada orang peminjam modal, pemberi modal, ijab qobul, dan barang yang dihutangkan)

b. Pelaku permodalan bersyarat yang ada di masyarakat

Pelaku permodalan bersyarat yang ada di masyarakat yaitu semua masyarakat setempat yang melakukan permodalan bersyarat (hutang-piutang) harus dewasa atau baligh. Adapun pelaku permodalan bersyarat terdiri dari berbagai macam petani dan juragan yang berminat untuk berhutang atau memberikan hutang modal. Hal ini disampaikan oleh pelaku permodalan bersyarat adalah sebagai berikut:

“Mun sataonah engkok oreng se ngalakonin otang-piotang ruah koduh reng disah tapeh koduh beres, ben dibesah,

64 Saifullah, wawancara, 29 Agustus 2016

65 Imam, wawancara, 6 September 2016

66 Farhan, wawancara, 12 September 2016

keng biasanah se maotang bik se aotang ruah reng dinnaan beih”.67

(pelaku hutang-piutang adalah masyarakat sekitar desa sini saja yang ingin melakukan transaksi hutang-piutang, memiliki akal, dan dewasa)

“Kodunah oreng se lakoh otang-piotang ruah oreng dinnak beih, ben se beres bik dibesah, ben biasanah oreng se acem-macem, mulaen deri reng tanih jegung, tani cabbih, tanih bhekoh, ben pole juregen kiyah acem-macem, bdeh juregen cabbih, juregen bhekoh, juregen jegung, ben cemmacemmah tapeh padeh kenal tong-settongah ”.68

(seharusnya pelaku hutang-piutang yaitu masyarakat desa sini saja, dan dari berbagai kalangan petani dan juragan.

Ada petani jagung, petani cabai, petani tembakau, dan juga berbagai macam juragan, ada juragan cabai, tembakau, jagung dan yang lainnya. tapi saling kenal satu sama lainnya)

“Biasanah kabbi oreng se bedeh edisah dinak se andik tojjuen se entarah aotang ben se aberrik otang, keng tantonah oreng se lah padeh ngarteh bik beres akal”.69 (semua masyarakat desa sini yang ingin berhutang dan memberi hutang dan tentunya berakal sehat serta telah dewasa)

c. Harta yang dapat dijadikan modal (dihutangkan)

Harta yang dapat dijadikan modal menurut masyarakat desa Cumedak adalah seluruh harta atau barang yang berwujud dan memiliki nilai ekonomi yang dapat ditakar, ditimbang, dan dapat dihitung. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh pemberi modal adalah sebagai berikut:

67 Sayyid, wawancara, 20 September 2016

68 Farhan, wawancara, 12 September 2016

69 Fakih, wawancara, 16 September 2016

“Yeh mun satiyah sabereng cong, pesse bisa, bhutok bisa, plastek, ben se laenah. tapeh kabenyaan oreng se aotang yeh aotang pesse”.70

(sekarang ini yang bisa dihutangkan itu uang, pupuk, plastik, dan yang lainnya. Tapi kebanyakan orang yang berhutang itu hutang uang)

“Biasanah oreng se nginjem modal roah yeh nginjem pesse, racon pertanian, bhutok jieh cong”.71

(biasanya orang yang meminjam modal itu, meminjam uang, racun untuk hama, pupuk itu)

“Yeh benyak onggunah mun bereng se eyotangaghi, bedeh bhutok, pesse, obat-obatan pertanian, ben salaennah”.72 (sesungguhnya banyak kalau barang yang dihutangkan, ada pupuk, uang, obat-obatan pertanian dan lain sebagainya)

d. Bentuk akad atau ijab qobul

Bentuk dari akad (ijab qobul) yang ada di masyarakat desa Cumedak dan yang mereka gunakan adalah dengan akad tidak tertulis dan diucapkan dengan kalimat “aku memberimu hutang”

bagi pemberi modal kemudin “aku menerima hutang” bagi penerima modal. Ijab qobul ini digunakan dengan tidak tertulis karena tidak memberatkan, sehingga tidak terjadi masalah dikemudian hari. Sebagaimana hasil wawancara dengan pelaku sebagai berikut:

“Yeh mun parembeknah biasanah dinnak ngangguy ocak, ben engkok ngucak aberri’eh otang, teros ejeweb bik se naremah otang engkok narema otang deri been yeh, ben

70 Saifullah, wawancara, 29 Agustus 2016

71 Rudi, wawancara, 23 September 2016

72 Sayyid, wawancara, 20 September 2016

tantonah engkok bik petani se aotang lah saleng parcajeh”.73

(ya kalau ijab qobul disini biasanya memakai lisan, dan saya berucap “saya memberi hutang” terus dijawab oleh si penerima hutang “saya menerima hutang” dan tentunya saya dengan penerima modal sudah saling percaya)

“Gempang parembeknah mun dinnak cong, perak ngangguy ocak, ben engkok bik juregen ngucak, engkok aotangah pas ejeweb iyeh engkok aberrik been otang”.74

(ijab qobulnya mudah kalau disini, cukup pakai lisan saja, saya dan juragan berucap “saya berhutang” kemudian dijawab oleh juragan “iya saya memberimu hutang”)

“Mun masalah parembegen cokop ngangguy ocak, polanah engkok lah biasa tiap se buto modal aberrik otang ka petani se buto modal”.75

(kalau masalah ijab qobul cukup dengan lisan saja, karena saya sudah biasa memberikan modal kepada petani yang membutuhkan modal)

e. Jaminan dalam permodalan bersyarat yang ada di masyarakat Jaminan yang ada di masyarakat desa Cumedak dan digunakan adalah tidak ada jaminan dari pihak penerima modal, melainkan suatu syarat untuk mendapatkan modal tersebut dari juragan, yaitu hasil panen dari petani penerima modal harus dijual kepada juragan.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan para pelaku permodalan bersyarat:

73 Saifullah, wawancara, 29 Agustus 2016

74 Fakih, wawancara, 16 September 2016

75 Farhan, wawancara, 12 September 2016

“Yeh tadek jaminan cong, tapeh sarattah deggik hasel apanenah ejuel ka engkok mun terro olleah modal deri engkok”.76

(tidak ada jaminan kalau mau hutang modal, melainkan syaratnya hasil panen petani penerima modal dijual ke saya kalau ingin hutang modal)

“Biasanah mun aotang modal tadek jaminan cong, tapeh sarattah perak tang hasil panen ejuel ka juregen deggik”.77 (kalau hutang modal tidak ada jaminan, tapi syaratnya hasil panen saya dijual kepada juragan nantinya)

“Yeh onggunah tadek jaminan, coman hasil panenah deggik ejuel ka engkok”.78

(ya sesungguhnya tidak ada jaminan, cuman hasil panennya nanti dijual kepada saya)

f. Cara kerja permodalan bersyarat yang ada di masyarakat

Dalam praktiknya, cara kerja permodalan bersyarat yang terjadi di desa Cumedak terdapat beberapa proses dalam mencapai kesepakatan, proses-proses tersebut meliputi:

1) Proses pencarian pemberi modal dan penerima modal

Tahap awal dalam dalam proses transaksi permodalan bersyarat ini, biasanya dimulai oleh para petani yang ingin menggarap sawahnnya, namun tidak mempunyai modal untuk menggarap sawahnya tersebut. Oleh karena itu, petani terpaksa mencari juragan yang bersedia menghutangkan modal untuk menggarap sawahnya atau juragan yang menawarkan langsung kepada petani untuk memberikan hutang modal, yang tentunya

76 Saifullah, wawancara, 29 Agustus 2016

77 Imam, wawancara, 6 September 2016

78 Farhan, wawancara, 12 September 2016

petani tersebut juga terpaksa menerima syarat yang diajukan oleh juragan. Kebanyakan petani di desa Cumedak yang akan meminjam modal sudah mengetahui juragan yang bersedia memberikan hutang modal atau juragan juga sudah mengetahui petani yang ingin menggarap sawahnya tapi tidak mempunyai modal. Mereka sudah tahu karena pada dasarnya satu desa biasanya sudah saling mengenal. Hal ini berdasarkan kutipan wawancara dengan para pelaku permodalan bersyarat sebagai berikut:

“Yeh sakencengah, kadeng engkok nyareh juregen, ben kadeng juregen nyareh petanih se aotangah modal engak engkok,saonggunah mun aotang ruah tak usa syarat con, engkok yeh terpaksah aotang tembeng tak egerep tang sabe cong. yeh mun lah katemuh langsong ijab qobul masalah otang modal jiyeh, modalah ebeghi, mun lah mareh kareh adentek panen gebey alunasaghi”.79

(ya terkadang saya mencari juragan yang mau memberi hutang modal, dan kadang juragan mencari petani yang mau hutang modal seperti saya, sesungguhnya kalau hutang piutang itu tidak ada syarat harus dijual ke juragan, tapi mau bagaimana lagi, ya terpaksa saya hutang modal kepada juragan ketimbang sawahnya saya tidak digarap. kalau sudah ketemu langsung ijab qobul tentang hutang modal tersebut, kemudian modal diberikan kepada petani, kalau sudah selesai tinggal menunggu panen untuk pelunasan)

“Mun engkok biasanah nyareh petanih se aotangah modal, pas engkok ningguh sabenah apah bender sabenah etamennah apah njek, tako’en perak nipo petani jriyeh. mun lah mareh yeh langsong ijab qobul, otang modalah ebeghi aropah pesse, pas kareh dentek panen se ajueleh ka engkok gebey alunasen otang modal jriyeh”.80

79 Rudi, wawancara, 23 September 2016

80 Sayyid, wawancara, 20 September 2016

(kalau saya biasanya mencari petani yang mau hutang modal, kemudian saya meninjau apakah benar sawahnya mau ditanami apa tidak, takutnya petani tersebut hanya mau menipu saja. Kalau sudah selesai ya langsung ijab qobul, hutang modalnya diberi kepada petani berupa uang, kemudian tinggal menunggu panen yang mau dijual kepada saya untuk melunasi hutang tersebut)

“Caranah yeh mataber otangan modal ke petanih atabeh petani se entar ka engkok, deggik dinlah tatemmoh ngalakonin ijab qobul, dinlah mareh modal ebghi ke petani, mareh deyyeh kareh dentek panenan pas gebey majereh otang, syaratah koduh ejuel ka engkok hasil panenah”.81 (caranya ya menawarkan hutangan kepada petani atau petani yang menemui saya, nanti kalau sudah ketemu melakukan ijab qobul, kalau sudah selesai modal diberikan, setelah itu nunggu panen untuk bayar hutang, yaitu dengan syarat hasil panennya dijual kepada saya)

2) Jangka waktu dan berakhirnya permodalan bersyarat

Jangka waktu permodalan bersyarat yang dipraktikkan masyarakat desa Cumedak yaitu tidak ada, sedangkan berakhirnya yaitu setelah hutang modalnya sudah lunas atau biasanya setelah panen. Berdasarkan kutipan wawancara dengan para pelaku sebagai berikut:

“Mun abit bektonah edinnak yeh tadek, mun akher se aotang modal jriyeh din lah lunas se aotang modal”.82 (kalau jangka waktunya disini ya tidak ada, kalau masa berakhir hutang modalnya yaitu setelah lunas hutangnya)

“Mun abit bhetonah tadek, tapeh mun se tade’eh masa akher otang modal jriyeh yeh sampek lunas”.83

(kalau jangka waktunya tidak ada, tapi kalau masa berakhirnya hutang modal tersebut ya sampai lunas)

81 Saifullah, wawancara, 29 Agustus 2016

82 Farhan, wawancara, 12 September 2016

83 Fakih, wawancara, 16 September 2016

“Yeh onggunah tadek jangka bhektonah, coman akher otang modal jriyeh din lah lunas”. 84

(ya sesungguhnya tidak ada jangka waktunya, cuman akhir hutang modal tersebut kalau sudah lunas)

3) Mekanisme pembayaran pelunasan

Cara pembayaran pelunasan yang terjadi di masyarakat desa Cumedak dilakukan pada saat selesai panen yaitu petani penerima modal benar-benar memperoleh hasil panen dari sawah yang digarapnya yang sudah dijual kepada juragan tersebut, apabila petani tersebut tidak mendapatkan hasil dari sawah yang digarapnya, maka petani tersebut tidak usah membayar hutang terlebih dahulu kepada juragan yang memberikan hutang modal, supaya hasil penjualan panen tersebut untuk modal menggarap sawahnya kembali.

Kemudian jika petani tersebut memperoleh hasil panen, maka panen tersebut dijual kepada juragan yang memberikan hutang modal, kemudian hasil penjualan tersebut langsung dipotong dari banyaknya hutang modal tersebut. Hal ini berdasarkan wawancara dengan para pelaku permodalan bersyarat sebagai berikut:

“Mun majereh otang modal jriyeh yeh jung budien din lah panen ben petanih se aotang modal jriyeh ontong, yeh langsung juel ka engkok gebey alunasen otangah, mun tak ontong panenah yeh tak usa majer kadek otangah, makle ekagebey modal pole jriyeh”.85

84 Saifullah, wawancara, 29 Agustus 2016

85 Sayyid, wawancara, 20 September 2016

(kalau mau membayar hutang modal itu dilakukan setelah panen dan mendapatkan untung dari hasil panen tersebut, maka langsung dijual kepada saya untuk melunasi hutangnya, kalau panennya tidak untung maka petani tidak usah melunasinya dahulu, biar dibuat untuk modal kembali dalam menggarap sawahnya)

“Biasanah bhektoh majereh mun lah panen otabeh dinlah olleh ontong deri hasel juelnah panen jriyeh deri juregen, pas langsong epotong hasel juelnah panen jiyeh, misalah engkok riyah kan namen jeghung, deggik dinlah panen ejuel ka juregen, pas olle panen 1 ton, ben reggenah deggik roah etantoaghi bik juregen jriyeh maskennah lebbi mabe bik reggeh pasaran, misalah reggeh pasar jeghung per kilonah 4000 ropia, juregen deggik masang reggeh ka engkok deddih 3300 ropia, deddih biasanah hasel juelnah ruah 4 jutah ropia, pas deddih 3,3 juta ropia, se 3,3 juta ropia jiyeh epotong tang otang misallah 1 jutah ropia.

Akherah engkok bersenah olle 2,3 juta ropia. Tapeh mun keranah engkok tak ontong, bik juregen ebeghi ka engkok kabbi hasel juel panenah engkok jiyeh makle ekagebey modal pole mun namenah tatamennan esabe”.86

(Biasanya waktu pembayarannya dilakukan saat sudah panen atau kalau sudah dapat untung dari hasil penjualan panen dari juragan pemberi hutang modal, kemudian langsung dipotong dari hasil penjualan panen tersebut, misalnya saya menanam jagung, nanti djual ke juragan, kemudian dapat 1 ton, juragan memasang harga lebih rendah dari pasaran kepada saya, misalnya harga jagung dipasaran Rp.4000-, nanti juragan memasang harga kepada saya Rp.3300-, jadi biasanya hasil penjualan Rp.4 juta tapi menjadi Rp.3,3 juta, yang Rp.3,3 itu dipotong hutang saya misalkan Rp.1 juta. Akhirnya yang saya peroleh bersihnya Rp.2,3 juta. Akan tetapi kalau sekiranya saya tidak dapat untung, hasil penjualan hasil panen diberikan semua oleh juragan supaya dapat dijadikan modal kembali kalau mau menggarap sawah saya kembali)

“Lakar jhet biasa bhektoh majereh ruah din lah petanih olle hasel deri tatamennah, yeh mun tak hasel tak usa majer kadek otangah petanih ruah, tapeh mun ontong, engkok

86 Fakih, wawancara, 16 September 2016

perak ngalak reggeh lebi mandek deri reggeh pasar, pas jieh apah can engkok cong”.87

(sudah biasa waktu pembayaran dilakukan pada saat petani tersebut mendapatkan hasil dari tanamannya, kalau rugi ya tidak usah membayar hutang terlebih dahulu petani tersebut, akan tetapi kalau untung nantinya dalam perhitungannya saya hanya mengambil harga lebih rendah dari pasaran sesuai dengan kehendak saya nantinya)

2. Perspektif etika bisnis islam terhadap praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak, kecamatan Sumberjambe, kabupaten Jember.

Dalam pembahasan praktik permodalan bersyarat di desa Cumedak, kecamatan Sumberjambe, kabupaten Jember, terdapat 6 pembahasan pokok yang menjadi kajian peneliti mengenai perspektif etika bisnis Islam. Kajian tersebut berkaitan dengan Unsur permodalan bersyarat, pelaku permodalan bersyarat, harta yang dihutangkan, ijab qobul, jaminan dalam permodalan bersyarat, cara kerja permodalan bersyarat, namun ada empat kajian yang tidak perlu diberi penjelasan mengenai analisis perspektif etika bisnis Islam. Keempat kajian tersebut yaitu Unsur permodalan bersyarat, pelaku permodalan bersyarat, harta yang dihutangkan, ijab qobul. Keempat kajian tersebut tidak perlu diberi penjelasan mengenai analisis perspektif etika bisnis Islam, karena antara keempat kajian tersebut dengan praktik permodalan (hutang-piutang) di desa Cumedak sudah sesuai dengan hukum Islam dan tentunya juga sesuai dengan etika bisnis Islam sebagaimana disebutkan dalam teori dari prinsip dasar etika bisnis Islam yaitu prinsip

87 Farhan, wawancara, 12 September 2016

tauhid, Tauhid rububiyah merupakan keyakinan bahwa semua yang ada di alam ini dimiliki dan dikuasai Allah SWT. Tauhid uluhiyah menyatakan, adanya aturan dari-Nya dalam menjalankan kehidupan.

Kedua nilai diterapkan Nabi Muhammad SAW dalam kegiatan ekonomi termasuk dalam berbisnis. Bahwa dalam setiap harta dalam transaksi bisnis hakikatnya milik Allah SWT, pelaku ekonomi (manusia) hanya mendapatkan amanah mengelolannya. Alam semesta, termasuk manusia adalah milik Allah, yang memiliki kemahakuasaan sempurna atas makhluk-makhlukNya.88

Dan juga Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Nisa ayat (131).



































































Artinya: dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu;

bertakwalah kepada Allah. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.89

Dari teori dan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa jika keempat kajian diatas sudah sesuai dengan hukum islam maka sesuai juga menurut etika bisnis Islam dan keempat kajian tersebut tidak bertentangan dengan etika bisnis Islam.

88 Muhammad, Visi Al-Qur’an... 11.

89 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2005), 130.

Akan tetapi tersisa dua kajian yang perlu penjelasan mengenai analisis perspektif etika bisnis Islam, dua kajian tersebut yaitu jaminan dalam permodalan bersyarat dan cara kerja permodalan bersyarat, kemudian kedua kajian tersebut cenderung kepada perilaku pembeda daripada perilaku permodalan pada umummnya. Berikut adalah penjelasan detail kajian mengenai analisis tersebut.

a. Jaminan dalam permodalan bersyarat

Jaminan dalam permodalan bersyarat yang terjadi di masyarakat desa Cumedak, berdasarkan yang peneliti dapatkan bahwasanya untuk mendapatkan hutang modal dari juragan yang bersedia menghutangkan modal tidak ada jaminan melainkan berupa syarat. Adapaun syarat yang diajukan oleh juragan yaitu hasil panen dari tanaman sawah harus dijual kepada juragan yang menghutangkan modal tersebut. Hal ini diungkapkan oleh bapak Saifullah mengatakan bahwa:

“Yeh tadek jaminan cong, tapeh sarattah deggik hasel apanenah ejuel ka engkok mun terro olleah modal deri engkok”.90

(tidak ada jaminan kalau mau hutang modal, melainkan syaratnya hasil panen petani penerima modal dijual ke saya kalau ingin hutang modal)

Kemudian keterangan yang sama juga diungkapkan oleh bapak Imam mengenai hutang modal untuk mendapatkannya tidak

90 Saifullah, wawancara, 29 Agustus 2016

memerlukan jaminan akan tetapi ada syarat yang harus disetujui oleh petani yang berhutang modal

“Biasanah mun aotang modal tadek jaminan cong, tapeh sarattah perak tang hasil panen ejuel ka juregen deggik”.91 (kalau hutang modal tidak ada jaminan, tapi syaratnya hasil panen saya dijual kepada juragan nantinya)

Berdasarkan keterangan dari para pelaku permodalan bersyarat di masyarakat desa Cumedak mengenai syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hutang modal, maka hal tersebut tidak sesuai dengan etika bisnis Islam, karena dalam praktiknya tersebut ada pemaksaan secara halus untuk memenuhi syarat yang diajukan oleh juragan yang memberi hutang modal. Dalam prinsip etika bisnis Islam yaitu prinsip kehendak bebas tidak dibenarkan adanya unsur pemaksaan dalam berbisnis, baik paksaan secara kasar, misalnya disertai dengan ancaman, maupun paksaan dengan halus, misalnya dengan bujukan yang berulang-ulang. Setiap transaksi bisnis yang terlaksana karena adanya unsur paksaan, maka tidak sah sah secara hukum.92

b. Cara kerja permodalan bersyarat

Praktik permodalan bersyarat disini adalah dengan cara pelaku melakukan pertemuan untuk melakukan ijab qobul dan pemberian pinjaman modal kepada petani. Kemudian masa berakhirnya permodalan bersyarat yaitu pada saat lunasnya hutang

91 Imam, wawancara, 6 September 2016

92 Abdulahanaa, Kaidah-kaidah Keabsahan Multi akad (hybrid contract), (Yogyakarta: CV.

Orbittrust corp, 2014), 5.

petani kepada juragan pemberi pinjaman modal. Cara pelunasan hutang modal tersebut yaitu pada saat panen, hasil panen tersebut dijual kepada juragan pemberi pinjaman modal, kemudian nanti hasil penjualan panen tersebut langsung dipotong hutang yang dimiliki oleh petani, sisa dari potongan tersebut langsung diberikan kepada petani peminjam modal tersebut. Berikut penjelasan detail mengenai cara kerja permodalan bersyarat tersebut:

1) Pelaku permodalan bersyarat petani mencari juragan yang mau memberikan pinjaman modal atau sebaliknya, dengan ketentuan petani penerima modal harus memenuhi syarat yang diajukan oleh juragan pemberi modal. Kemudian melakukan ijab qobul disertai pemberian pinjaman modal kepada petani.

2) Masa berakhirnya permodalan bersyarat yang dipraktikkan masyarakat desa Cumedak yaitu tidak ada, melainkan pada saat lunasnya hutang modal petani kepada juragan pemberi pinjaman modal.

3) Proses pelunasan permodalan bersyarat yang sebagaimana dijelaskan dalam penyajian data dipaparkan bahwa pada saat panen, hasil panen tersebut harus dijual kepada juragan pemberi pinjaman modal, kemudian nanti hasil penjualan panen tersebut langsung dipotong hutang yang dimiliki oleh petani, sisa dari potongan tersebut langsung diberikan kepada

petani peminjam modal tersebut dan apabila petani mengalami kerugian, maka pembayaran pelunasannya ditunda.

Dalam Islam, umatnya dibebaskan untuk memanfaatkan barang hak miliknya, baik itu diperjual belikan maupun dihutangkan, selama tidak menentang etika bisnis Islam.

Pemanfaatan barang yang menjadi hak milik yang berupa uang di masyarakat Desa Cumedak adalah dengan di hutangkan. Sebelum transaksi hutang-piutang dilakukan, mereka harus melakukan proses dalam pemberian hutang modal dan yang menerima modal yang bertujuan untuk kemaslahatan bagi kedua belah pihak, sehingga tidak ada masalah dikemudian hari. Pemilihan tersebut bisa dilanjutkan jika diantara keduanya tidak ada keberatan dan tanpa ada unsur keterpaksaan, baik itu mengenai banyaknya barang maupun kerelaan antara keduanya. Unsur kerelaan ini didasarkan pada Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 29:

















































Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S An-Nisa’: 29).93

Akan tetapi jika dalam transaksi ada unsur keterpaksaan maka transaksi tersebut tidak dapat diteruskan supaya di kemudian hari tidak terjadi perselisihan. Sebagaimana dalam prinsip etika bisnis Islam mengungkapkan dalam prinsip kehendak bebas Prinsip kebebasan ini seolah mempersilakan para pelaku bisnis melaksakan kegiatan ekonomi sesuai yang diinginkan, menumpahkan kreativitas, modifikasi, dan ekspansi seluas dan sebesar-besarnya, bahkan transaksi bisnis dapat dilakukan dengan siapapun secara lintas agama.

Didalam prinsip kehendak bebas tidak dibenarkan adanya unsur pemaksaan dalam berbisnis, baik paksaan secara kasar, misalnya disertai dengan ancaman, maupun paksaan dengan halus, misalnya dengan bujukan yang berulang-ulang. Setiap transaksi bisnis yang terlaksana karena adanya unsur paksaan, maka tidak sah secara hukum.94

Berdasarkan keterangan diatas cara kerja permodalan bersyarat yang dilakukan masyarakat Desa Cumedak tidak sesuai dan bertentangan dengan etika bisnis Islam dari segi proses pencarian pemberi modal dan penerima modal, jangka waktu dan berakhirnya permodalan bersyarat, mekanisme pembayaran

93 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2005), 107.

94 Muhammad, Visi Al-Qur’an... 11.

pelunasan, karena proses pencarian peminjam modal dan pemberi pinjaman modal, jangka waktu dan berakhirnya permodalan bersyarat, mekanisme pembayaran pelunasan telah mengetahui kalau untuk mendapatkan modal itu ada syarat tertentu yang harus dipenuhi, yang nantinya ada indikasi keterpaksaan dengan pemenuhan syarat tersebut. Kemudian dalam pelunasannya cenderung ada unsur ketidakjelasan apakah pembayaran pelunasannya dipercepat atau sampai kapan lunasya hutang tersebut.

Dokumen terkait